Anda di halaman 1dari 8

HIDUP BERMAKNA DENGAN SEDEKAH

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia


Mengawali khutbah Jumat kali ini khatib akan menyampaikan sebuah hadits yang
memiliki makna dalam bagi kehidupan manusia. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad
bin Hanbal:

"Setiap jiwa diwajibkan bersedekah setiap hari setiap matahari terbit. maka berbuat
adil di antara dua orang adalah sedekah. Dan memilihkan sekor binatang untuk dipilih maka
itu adalah sedekah. Menghiasinya adalah sedekah. Dan menyingkirkan duri dari jalan
merupakan sedekah. Mengucapkan perkataan yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah
menuju sholat juga adalah sedekah. " (HR. Ahmad).
Hadits di atas berbicara urgensi shodaqoh dalam kehidupan seorang muslim. Bahwa
sedekah adalah bagian tak terpisahkan dari keberhasilan manusia, baik sebagai hamba
maupun sebagai khalifah.
Sedekah memiliki makna yang sangat luas. Setiap orang dalam keadaan apa saja
dapat melakukannya. Sedekah tidak dibatasi dalam bentuk materi yang hanya orang-orang
mampu yang bisa melakukannya. Orang-orang yang tak mampu pun bisa bersedekah dengan
perbuatan baik kepada sesama. Hadits di atas menjelaskan bahwa ucapan yang menyejukkan
hati atau memberi senyum simpatik pada orang lain juga merupakan sedekah. Tidak
dipersoalkan sedekah itu banyak atau sedikit, berupa materi atau pun bukan, tapi yang
penting ialah hasrat dan niat yang suci untuk mengukir jasa baik dalam hidup ini. Begitulah
Islam mendidik manusia dengan nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia
Ajaran tentang sedekah dalam Islam mengisyaratkan betapa luasnya lapangan amal
kebajikan, di mana setiap orang dapat berpartisipasi di dalamnya. Sedekah merupakan
sumber kebajikan yang berfungsi menjalin hubungan sesama manusia berlandaskan rasa
empati, kasih sayang, dan persaudaraan. Memberi adalah sumber kebahagiaan, dan seorang
muslim akan merasa bahagia jika dapat membahagiakan orang lain dengan apa yang ada pada
dirinya. Di situlah nilai hidup yang sejati bagi seorang muslim.
Diriwayatkan oleh Thabrani, bahwa suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bertakwa dan mengajak kepada kebaikkan
serta melarang kepada kemungkaran dan menyambung silaturrahim." (HR.Thabrani).
Dalam Al-Qur'an dinyatakan, balasan kebajikan tiada lain ialah kebajikan pula.
Kebajikan yang dilakukan manusia dalam hidup ini seringkali "dibayar kontan" oleh Allah
SWT sesuai dengan keikhlasannya. Kalaupun tidak semuanya diperoleh balasan di dunia,
Allah SWT menjanjikan balasan yang sempurna di akhirat:

"Barang siapa yang datang dengan (membawa) satu kebajikan, maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat. Barang siapa datang dengan (membawa) satu
kejahatan, maka tiada ia dibalasi lebih dari kejahatan (yang sama). Dania takkan dizalimi
sedikitpun". (QS. Al An'am :160).
Seorang muslim yang baik adalah yang mampu dan bisa menjadi pembuka
kebajikan, di manapun ia berada. Karena kebajikan adalah pintu menuju surga. Hal ini telah
diingatkan Rasulullah SAW dalam haditsnya;

"Hendaklah kalian berlaku jujur karena kejujuran akan mengantarkan kepada


kebajikan dan kebajikan akan mengantarkan kepada surga. "(HR. Muslim)
Saudara-saudara kaum muslimin sidang Khutbah Jumat yang berbahagia
Ada sebuah ilustrasi yang sangat indah yang digambarkan Nabi SAW terkait dengan
urgensi kebajikan sebagai penjaga dari panasnya api neraka. Beliau bersabda:
"Takutlah kalian dengan (siksa) neraka walaupun dengan (bersedekah) sepotong
kurma. Maka apabila kalian tidak menemukannya cukuplah dengan perkataan yang baik."
(H.R. Muslim).
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengungkapkan kelebihan "amal jariyah" di
antara seluruh jenis kebajikan dalam Islam, yaitu pahalanya tetap mengalir walaupun orang
yang melakukannya elah meninggal dunia. Sabda asulullah
SAW:

"Apabila meninggal anak Adam, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan (kedua orang tua) nya." (HR.
Bukhari-Muslim).
Suatu hal yang penting untuk direnungkan bahwa Islam memberi prioritas terhadap
amal jariyah, yaitu amal kebajikan yang memberi manfaat lebih lama dan lebih luas dalam
konteks kehidupan duniawi. Semua amal jariyah memang berkaitan dengan kehidupan sosial
dan kemanusiaan. Akan tetapi kenapa sebagian besar umat Islam saat ini tertinggal dibanding
umat lain dibidang kemajuan sosial, ekonomi dan tekhnologi? Penyebabnya antara lain
karena umat Islam kurang memberi perhatian pada amal jariyah. Umat Islam diabad kejayaan
masa lalu bisa tampil memimpin peradaban dunia karena ditopang oleh akidah yang kokoh
dan amal jariyah yang luas.
Mengakhiri Khutbah Jumat yang pertama kali ini, sungguh tepat kita renungkan
ungkapan Ali Syariati, pemikir muslim asal Iran dalam bukunya Humanisme, Antara Islam
dan Mazhab Barat. "Seorang yang saleh tak akan dibiarkan sendiri oleh kehidupan.
Kehidupan akan menggerakkannya dan zaman akan mencatat amal baiknya".
KHUTBAH IDUL FITRI
Khutbah Pertama
َ‫ هللاُ اَ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َوال َح ْم ُد هلِل ِ كثيرًا َو ُسب َْحان‬.‫ هللاُ أَ ْكبَر هللاُ أَ ْكبَر هللاُ أَ ْكبَر‬،‫ هللاُ أَ ْكبَر هللاُ أَ ْكبَر هللاُ أَ ْكبَر‬،‫هللاُ أَ ْكبَر هللاُ أَ ْكبَر هللاُ أَ ْكبَر‬
‫ َوأَ ْفهَ َمنَا بِ َش ِر ْي َع ِة‬،‫أص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ أَ ْكبَرْ َو هللِ ْال َح ْم ُد ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسب َُل ال ّسالَ ِم‬ ِ ‫هللاِ بُ ْك َرةً َو‬
َ ‫ اللّهُ َّم‬،ُ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ ٰ
َ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن آل إِلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬،‫ريم‬
‫بار ْك َعلَى‬ ِ ‫ص ِّل و َسلِّ ْم َو‬ ِ ‫النَّبِ ّي ال َك‬
ُ‫ال هللا‬ َّ
َ َ‫ ق‬، َ‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعل ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ ُ
ِ ْ‫ أو‬، ُ‫إلخ َوان‬ ْ َ َ
ْ ‫ فَيَاَيُّهَا ا‬ƒ:‫َسيِّ ِدنا ُم َح ّمد َو َعلَى أ ِل َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد أ َّما بَ ْع ُد‬
ْ
‫ق هللاُ ال َع ِظ ْي ُم‬ َ ‫ص َد‬ َ َّ ‫ يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬،‫ان ال َّر ِج ِيم‬
َ . َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َوأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ِ َ‫ أَعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيط‬:‫تَ َعالَى‬.
Saudaraku/ keluargaku yang dirahmati Allah.
Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita
lalui bersama dengan baik meski suasana Ramadhan dan 1 Syawal 1441 H hari ini lain dari
pada yang lain. Kita semua memang sedang diuji oleh Allah dengan mewabahnya virus
Corona yang sangat berbahaya sehingga banyak amal ibadah yang lazimnya kita jalankan
dengan berjamaah di masjid, seperti shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat tarawih dan shalat
Idul Fitri, tetapi dalam suasana seperti ini semua ibadah itu kita laksanakan di rumah sesuai
dengan petunjuk dari para ulama dan umara yang berwenang.   Saudaraku/keluargaku yang
dirahmati Allah.   Selama sebulan penuh kita telah menjalani puasa Ramadhan sesuai dengan
perintah Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah, ayat 183, yang
berbunyi:

َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ibadah puasa memang dimaksudkan untuk membentuk kita semua menjadi hamba
yang bertakwa kepada Allah. Di dalam bulan Ramadhan banyak hal yang dalam kondisi
normal kita boleh melakukannya karena hukumnya mubah. Tetapi selama puasa di siang hari
kita dilarang melakukannya seperti makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.
Semua itu untuk melatih kita menjadi manusia yang mampu menahan diri. Jika terhadap hal-
hal yang sebenarnya kita boleh melakukannya namun kita menahan diri, maka apalagi
terhadap hal-hal yang memang dilarang. Tentu kita mampu meninggalkan larangan itu.
Saudaraku/keluargaku yang dirahmati Allah.  
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, surat Ani-Nisa’, ayat 59
sebagai berikut:

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا اللَّـهَ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم‬
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan kepada para pemimpin di antara kamu.”
Sudah dua bulan lebih kita terkurung dalam rumah sehingga kita tidak bebas
berkegiatan di luar rumah termasuk dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Saat ini pun
kita melaksanakan shalat Idul Fitri di dalam rumah dan bukannya di masjid sebagaimana
lazimnya. Kita harus sabar menerima kenyataan ini karena apa yang kita lakukan tidak lain
adalah dalam rangka menaati Allah, Rasulullah, para ulama dan umara yang intinya agar kita
selamat dari ancaman wabah virus Corona.  
Memang sebagai orang beriman, kita wajib taat kepada Allah. Ketaatan kepada
Allah membawa konsekuensi kita juga harus taat kepada Rasul-Nya sebagaimana ditegaskan
dalam ayat tersebut. Tidak hanya itu, taat kepada Rasul-Nya membawa konsekuensi kita juga
harus taat kepada ulama sebagai pewarisnya dan konsekuensi berikutnya kita harus taat
kepada ulil amri atau pemerintah yang sah.   Kita berdoa semoga ketaatan kita kepada semua
pihak tersebut termasuk yang terkait dengan kebijakan karantina atau social distancing untuk
menghindari bahaya virus Corona akan dibalas oleh Allah dengan segera dilenyapkan-Nya
wabah ini dari muka bumi ini. Amin ya rabbal alamin.  
Saudaraku/keluargaku yang dirahmati Allah.  
Ibadah puasa erat sekali hubungannya dengan pengampunan dari Allah subhanahu
wa ta’ala. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
sebuah hadits beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:

‫ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫صا َم َر َم‬
Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala,
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Jadi dengan selesainya kita melaksakankan ibadah puasa, maka dosa-dosa kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala telah diampuni-Nya. Tinggal masalahnya sekarang
bagaimana kita menghapuskan dosa-dosa kita kepada sesama manusia agar di hari Idul Fitri
ini kita meraih kembali kesucian kita dari dosa sebagaimana kita di waktu bayi dahulu, maka
seusai shalat Idul Fitri ini, kita hendaknya saling berikrar untuk saling memaafkan di antara
kita, khususnya dalam internal keluarga. Apabila mungkin bisa diperluas dengan tetangga,
saudara-saudara, dan teman-teman setidaknya secara online.  
Sekali lagi kita berdoa semoga ketaatan kita kepada Allah, Rasulullah, Ulama dan
Umara termasuk yang terkait dengan kebijakan karantina atau social distancing untuk
menghindari bahaya virus Corona dan ikrar kita untuk saling memaafkan akan dibalas oleh
Allah dengan segera dilenyapkan-Nya wabah ini dari muka bumi ini, khususnya dari bumi
pertiwi Republik Indonesia yang kita cintai bersama. Amin ya rabbal alamin.

ُ‫ك ه َُو االَ ْبتَ ُر بَا َركَ هللا‬ َ َ‫صلِّ لِ َربِّكَ َوا ْن َحرْ إِ َّن َشانِئ‬ َ َ‫ك ْال َكوْ ثَ َر ف‬ َ ‫ إِنَّا أَ ْع‬.‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِح ِيم‬.‫أ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشيْط ِن ال َّر ِجي ِْم‬
َ ‫ط ْينَا‬
..‫الوتَهُ اِنّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬َ ِ‫ َوتَقَبَّلْ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِمنَ اآليَا‬
ِ ‫فَا ْستَ ْغفِرُوْ ا اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر‬
‫َّح ْي ُم‬
Khutbah II
ْ‫×) هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أَصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَر‬٤( ْ‫×) هللاُ اَ ْكبَر‬٣( ْ‫هللاُ اَ ْكبَر‬
ٰ
‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،ِ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن آل إِ ٰلهَ إِالَّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬، َ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَ ِميِن‬. ‫َوهللِ ْال َح ْم ُد‬
ِ ‫ أَعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن الر‬:‫ قال هللا تعالى‬.‫ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا اتَّقُوا هللا‬: ‫ اَ َّما بَ ْع َد‬. َ‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬
َ‫ يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْين‬،‫َّج ِيم‬ َ ‫َو َعلَى ألِ ِه َو‬
‫ت اَ َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم‬ ‫اْل‬ ْ ْ
ِ ‫ت َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما‬ ْ ْ َّ َ
ِ ‫ اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُم ْؤ ِمنَا‬. َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َوأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َّ ‫آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬
‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن‬ ْ ‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو‬
َ ‫ َربَّنَا‬.‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫ َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.‫ت‬ ِ ‫َو ْاالَ ْم َوا‬
‫ان َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ‫ ِعبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َس‬. َ‫ِمنَ ْال َخا ِس ِر ْين‬
ْ‫تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَر‬
MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN
Khotbah I
ُ‫ اَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللا‬.‫ًّا‬ƒّ‫ َو َو َع َد لِ ْل ُمتَ َم ِّس ِك ْينَ بِ ِه َويَ ْنهَوْ نَ ْالفَ َسا َد َم َكانًا َعلًِي‬،‫ًّا‬ƒّ‫ط ِر ْيقًا َس ِوًي‬َ ‫ اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذىْ َج َع َل ااْل ِ ْساَل َم‬،ِ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل‬
.‫ًّا‬ƒّ‫صبًِي‬
َ ‫ار ِم ِكبَارًا َو‬ ْ
ِ ‫صفُ بِال َم َك‬ ْ َ َ َ
ِ َّ‫ َوأ ْشهَ ُد أ َّن َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال ُمت‬.‫ًّا‬ƒّ‫ َشهَا َدةَ َم ْن هُ َو خَ ْي ٌر َّمقَا ًما َوأحْ َسنُ نَ ِدًي‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
َّ
‫صحْ بِ ِه ال ِذ ْينَ يُحْ ِسنُوْ نَ إِ ْسالَ َمهُ ْم َولَ ْم يَ ْف َعلُوْ ا َش ْيئًا‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،‫ًّا‬ƒّ‫ق ال َو ْع ِد َو َكانَ َرسُوْ الً نَبًِي‬ ْ َ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى ُم َح َّم ٍد َكان‬
َ ‫صا ِد‬ َ َ‫اَللَّهُ َّم ف‬
‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬،‫ًّا‬ƒّ‫فَ ِرًي‬

َ‫ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُوْ ن‬،ِ‫ص ْينِ ْي نَ ْف ِس ْى َوإِيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا‬
ِ ْ‫ اُو‬،ُ‫ضرُوْ نَ َر ِح َم ُك ُم هللا‬ ِ ‫فَيَا أَيُّهَا ْال َحا‬.
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َّ ‫ يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬،‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬: ‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Yang Mulia
Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri beserta Anda semua, mari kita bersama-
sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu berusaha menjalankan
perintah-perintahnya dan menjahui larangan-larangannya.
Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia

َ ‫ أَيُّ ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ اَ ْف‬،ِ‫ت يَا َرسُوْ َل هللا‬


‫ض ُل ؟‬ ُ ‫ قُ ْل‬،‫ض َى هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن اَبِ ْى ُموْ َسى َر‬
Suatu ketika, sahabat Abu Musa RA matur kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
“Ya Rasulullah, orang muslim seperti apa yang paling utama?”

"‫"قال " َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه‬

Nabi bersabda “Muslim yang paling utama adalah seorang muslim dimana orang-
orang muslim (lainnya) selamat dari keburukan mulut dan tangannya”.
Maksudnya, setiap muslim yang paling utama adalah seorang muslim yang tidak
merugikan orang lain, baik melalui lisan atau tidakannya.
Dengan adanya hadis ini, maka, mari kita bermawas diri, introspeksi diri, bagaimana
kita bertetangga, bermasyarakat, sudah benar apa belum, sudah menciptakan manfaat apa
justru hanya membuat masalah yang merugikan orang lain.
Mari kita perbaiki hidup kita dengan cara membenahi cara kita berkumpul, sukur-
syukur bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Nabi Muhammad SAW bersabda

ِ َّ‫اس اَ ْنفَ ُعهُ ْم لِلن‬


‫اس‬ ِ َّ‫خَ ْي ُر الن‬

Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.


Lebih baik lagi jika kita mampu menciptakan kebahagiaan orang lain, menjadi orang
yang melegakan semua pihak.

ِ ِ‫ال اِلَى هللاِ بَ ْع َد ْالفَ َرائ‬


‫ض‬ ِ ‫ال إِ َّن اَ َحبَّ ااْل َ ْع َم‬ َ َ‫ض َى هللاُ تَ َعالَى َع ْنهُ َما ق‬
َ َ‫ إِ َّن َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ق‬: ‫ال‬ ِ ‫س َر‬ ٍ ‫ع َْن اِ ْب ِن َعبَّا‬
ْ َ
‫إِ ْدخَا ُل ال ُّسرُوْ ِر َعلى ال ُم ْسلِ ِم‬.
Hadis riwayat Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda
“sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal
yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.

Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia


Adapun cara membuat gembira bisa dengan tindakan yang bermacam-macam. Yang
terpenting adalah selama tidak melanggar aturan syara’. Bisa dengan perkataan yang
menyenangkan, bisa dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri,
menghormati hak-hak orang lain dan sebagainya.

‫ يَ ْستَ ْغفِرُوْ نَ لَهُ اِلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬،‫ك‬


ٍ َ‫ك ال ُسرُوْ ِر َسب ِْع ْينَ اَ ْلفَ َمل‬
َ ِ‫ق هللاُ ِم ْن َذل‬
َ َ‫ َخل‬،‫ َم ْن اَ ْد َخ َل َعلَى ُم ْؤ ِم ٍن ُسرُوْ رًا‬،‫ي‬
َ ‫ر ُِو‬.

Dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah dijelaskan “Barang siapa yang


membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang
ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan
orang lain.
Bahkan dalam kitab Qomi’uth Thughyan diceritakan, Ada orang yang berlumur
dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi bertanya kepada malaikat
Jibril “sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?” malaikat Jibril
menjawab

"‫ارةً لِ ُذنُوْ بِ ِه‬


َ َّ‫صبِ ُّي يَ ُكوْ نُ َكف‬ ِ َ‫ فَيَ ْدفَ ُع اِلَ ْي ِه َش ْيئًا ِمنَ ْال َمأْ ُكوْ ال‬،ُ‫ فَا ِ َذا َد َخ َل بَ ْيتَهُ يَ ْستَ ْقبِلُه‬،ٌ‫ص ِغ ْير‬
َّ ‫ فَا ِ َذا فَ ِر َح ال‬،‫ت اَوْ َما يَ ْف َر ُح بِ ِه‬ َ ُ‫لَه‬.
َ ‫صبِ ٌّي‬

Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke
rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang
membuat sang buah hati bahagia.
Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh “Kaffarotudz dzunub”
dosa yang diampuni.

Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia

Walhasil, kesimpulannya :

Jangan sampai merugikan orang lain


Sebisa mungkin kita berusaha menjadi orang yang dapat memberi manfaat kepada
orang lain, membahagiakan orang lain, melegakan hati orang lain, menghormati hak-hak
sesama.
Jika hidup kita demikian, artinya, menghormati hak-hak orang lain, berusaha
membahagiakan sesama, insya Allah kita akan selamat, tentram dan dijauhkan dari hal-hal
yang tak disukai.

Semoga Allah SWT membrikan ridlo kepada kita semua, hidup kita selalu dibina,
dibimbing menuju ridlo-Nya, amin ya Robbal alamin.
‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪ ،‬اِنَّهُ هُ َو ْالبَرُّ ال َّر ُؤوْ فُ ال َّر ِح ْي ُم‪ .‬اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ‬ ‫بَا َركَ هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم فِى ْاآليَا ِ‬
‫صوْ ا بِ ْال َح ِّ‬
‫ق‬ ‫ت َوت ََوا َ‬ ‫ْر اِالَّ الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َو َع ِملُوْ الصَّالِ َحا ِ‬ ‫ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم‪ ،‬بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‪َ ،‬و ْال َعصْ ِر اِ َّن ااْل ِ ْن َسانَ لَفِ ْى ُخس ٍ‬
‫صب ِْر‪َ .‬وقُلْ َربِّ ا ْغفِرْ َوارْ َح ْم َواَ ْنتَ َخ ْي ُر الرَّا ِح ِم ْينَ‬ ‫صوْ ا بِال َّ‬ ‫‪.‬وتَ َوا َ‬
‫َ‬

‫‪Khotbah II‬‬

‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى اِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬واَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬ ‫َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى اِل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬
‫َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى‬
‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ‬ ‫ال تَعاَلَى اِ َّن هللاَ َو َمآل ئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫َوا ْعلَ ُموْ ا اَ َّن هللاّ اَ َم َر ُك ْم بِا َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِكَ َو ُر ُسلِكَ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫آ َمنُوْ ا َ‬
‫َّ‬
‫َّحابَ ِة َوالتابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ض اللهُ َّم َع ِن ال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ اَبِى بَك ٍر َو ُع َمر َوعُث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة الص َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ‬
‫َّاح ِم ْينَ‬‫ك يَا اَرْ َح َم الر ِ‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلَىيَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ‬
‫ت اللهُ َّم اَ ِع َّز ْا ِال ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ كَ‬
‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ اَ ْعدَا َءال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِكَ اِلَى‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫يَوْ َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِي ِْسيَّا‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬ ‫خآ َّ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫بى‬‫ان َوإِيْتآ ِء ِذى القرْ َ‬ ‫ظَلَ ْمنَا انف َسنَا َواِن ل ْم تَغفِرْ لنَا َوتَرْ َح ْمنَا لنَكوْ نَن ِمنَ ال َخا ِس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! اِن هللاَ يَأ ُم ُرنَا بِال َعد ِل َوا ِالحْ َس ِ‬
‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ‬
‫اَ ْكبَرْ‬

Anda mungkin juga menyukai