Anda di halaman 1dari 135

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Jl.Letkol. H. Endro Suratmin, Sukarame I, Bandar Lampung 35131 Telp.(0721)783260 Fax. 780422

SURAT TUGAS
Nomor : B-12.141/Un.16/WD.I/PP.009/12/2020

Dasar : 1. Surat Keputusan Rektor UIN Raden Intan Lampung Nomor 643 tahun 2017 tanggal 11-10-2019
tentang Pedoman Akademik dan Kurikulum UIN Raden Intan Lampung
2. Pembuatan Skripsi Mahasiswa
Nama/NPM/Jurusan : WINDARI/1611010363/Pendidikan Agama Islam
Dengan Judul : Implementasi Metode Wafa Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-qur'an Kelas IV Di SDIT Fitrah Insani Langkapura
Bandar Lampung

Menugaskan Kepada :

NO NAMA TUGAS
1 DR. H. SUBANDI, MM Ketua Sidang
2 Ida Faridatul Hasanah, M.Pd Sekretaris
3 HERU JUABDIN SADA,M.PD.I. Penguji Utama
4 DR. H. A. FATONI, S. PD. I., M.PD.I Penguji Pendamping I
5 AGUS FAISAL ASYHA, M.PD.I Penguji Pendamping II

Untuk melaksanakan tugas Tim Munaqosah bagi mahasiswa tersebut di atas, yang akan
dilaksanakan pada :

1. Hari / tanggal : Kamis, 17 Desember 2020


2. Waktu : 10:00 - 12:00 WIB
3. Tempat : Google Meet/Zoom Meeting

Surat tugas ini disampaikan kepada masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

Dikeluarkan di : Bandar Lampung Pada


tanggal : 15 Desember 2020
Dekan Tarbiyah,

Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd.


NIP: 19640828 198803 2 002
IMPLEMENTASI METODE WAFA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN KELAS IV
DI SDIT FITRAH INSANI LANGKAPURA
BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi nsyarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Oleh:

WINDARI

NPM : 1611010363
Jurusan: Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442/2020 M
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena di dunia pendidikan dimana


masih banyak anak usia SD yang belum bisa membaca dan menghafal al-Qur’an
dengan baik dan benar, serta anak-anak bosan dengan metode pembelajaran al-
Qur’an yang digunakan. Untuk itu sekolah harus menggunakan metode yang tepat
dan menyenangkan untuk mengajar al-Qur’an disekolah. Salah satu dirasa cukup
menyenangkan dan menunjang pembelajaran al-Qur’an disekolah adalah Metode
Wafa.
Metode Wafa merupakan pembelajaran al-Qur’an yang komperehensif dan
menyenangkan. Model pembelajaran menggunakan sistem Quantum Teaching
melalui TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sehingga mempelajari Al-Qur’an menjadi
mudah dan menyenangkan termasuk menghafalkannya. Fokus penelitian dalam
penelitian ini adalah Bagaimana implementasi metode wafa dalam meningkatkan
hafalan Al-Qur’an DI SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung. Adapun
tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan cara guru mengimplmentasikan
metode Wafa dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an di SDIT Fitrah Insani
Langkapura Bandar Lampung.
Jenis Penelitian ini yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field
Risearch). Adapun subjek penelitian ini adalah Guru al-Qur’an SDIT Fitrah Insani
Langkapura Bandar Lampung. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dengan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dilapangan
yaitu observasi, wawancara dan dokumnetasi. Metode analisis data menggunakan
teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode Wafa dapat meningkatkan
hafalan al-Qur’an di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung dilakukan
secara fleksibel. Penerapan metode Wafa pada pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
SDIT Fitrah Insani dapat dinyatakan berhasil karena lebih dari setengah jumlah
keseluruhan siswa sudah dapat menyelesaikan hafalan pada target juz 30.

Kata Kunci: Implementasi, Metode Wafa, Hafalan Qur’an, SDIT Fitrah


Insani Langkapura

ii
MOTTO

َ ‫ظ‬
‫ون‬ ُ ‫ٱلذك َْر َوإِنَّا لَ ۥهُ لَ َٰ َح ِف‬
ِ ‫إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا‬

Artinnya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan


Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.1 (Al-Hijr 9)

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Penerbit Deponegoro, 2005), h. 209.

iii
PERSEMBAHAN

Tiada kata dalam sanubariku, kecuali rasa syukur atas kehadirat-Mu Ya

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Mu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Ku persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Kadari dan Ibu Nurjannah tempatku

berteduh melabuhkan segala suka dan duka serta selalu menguatkanku disetiap

letihku, dan yang telah memberiku segalanya untukku kasih sayang serta do’a

yang selalu menyertai dalam setiap langkahku. Karya ini serta do’a yang tulus

kupersembahkan untuk kalian atas jasa, pengorbanan, keikhlasan membesarkan

aku dengan tulus dan penuh kasih sayang. Yang selalu memberikan semangat

ketika menghadapi kerasnya kehidupan untuk dapat menggapai semua yang

aku cita-citakan.

2. Kakakku Nursidi dan adik-adikku A. Sobari dan M. Rendi yang menanti

contoh terbaik dariku dan seluruh keluarga besarku yang selalu mendukungku

untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Terimakasih untuk do’a dan

dukungan yang telah diberikan.

3. Almamaterku tercinta UIN Rdaen Intan Lampung yang telah memberikan

pengalaman yang sangat berharga untuk membuka pintu kehidupan.

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Windari lahir di desa Sinar Jaya Kecamatan


Melinting Kabupaten Lampung Timur, yaitu pada tanggal 10 Desember 1996,
anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kadari dan ibu
Nurjannah.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah Sekolah Dasar di SDN 2 Tebing


Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur lulus pada tahun 2008, penulis
kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Melinting
Lampung Timur lulus pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan
kejenjang berikutnya yakni MA Al-Madinah Karyatani Kecamatan Labuhan
Maringgai lulus pada tahun 2014, penulis kemudian melanjutkan pendidikan
ketahap yang lebih tingi di UIN Raden Intan Lampung dan diterima di Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan ni’mat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik walaupun didalamnya masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita


Nabi Agung Muhammad SAW. Beliaulah Rasul utusan Allah yang membimbing
umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Yang
kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) pada jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
UIN Raden Intan Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak. Sehingga dengan penuh rasapenghormatan penulis mengucapkan
terimaksih yang tiada terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
2. Drs. Sa’idy, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
3. Drs. H. Ahmad, M.A. selaku pembimbing I dan Agus Faisal Asyha,
M.Pd.I. selaku pembimbing II atas keikhlasannya dalam memberikan
bimbingan dan arahannya.
4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah membekali

vi
ilmu pengetahuan dan menyediakan fasilitas dalam rangka
mengumpulkan data penelitian ini kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu guru SD, SMP dan SMA yang tak bisa kusebutkan satu
persatu atas keikhlasannya yang telah membekali ilmu pengetahuan,
membuka wawasan, dan memberikan pengalaman yang sangat
berharga untuk membuka pintukehidupan.
6. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam
angkatan 2016, terkhusus pada kelas H.
7. Teman-teman seperjuangan KKN dan PPL yang selalu membantu dan
memberikan motivasi
8. Semua pihak dari dalam maupun dari luar yang telah memberikan
dukungannya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umunya. Semoga usaha dan jasa
baik dari Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian menjadi amal ibadah dan
diridhoi Allah SWT, dan mudah-mudahan Allah SWT akan membalasnya,
Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin...

Bandar Lampung, Desember 2020

Penulis

Windari
NPM: 1611010363

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

ABSTRAK..................................................................................................... ii

MOTTO ....................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN .........................................................................................iv

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...................................................................................vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .........................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Penegasan Judul ................................................................................. 1


B. Alasan Memilih Judul ........................................................................ 3
C. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 4
D. Fokus Penelitian ............................................................................... 10
E. Rumusan Masalah ............................................................................ 10
F. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
G. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
H. Metode penelitian ............................................................................. 12
1. Jenis Penelitian ............................................................................ 13
2. Tempat Penelitian ........................................................................ 14
3. Sumber Data ................................................................................ 15
4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 16
5. Teknik Analisis Data ................................................................... 19
6. Keabsahan Data ........................................................................... 22

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 24

A. Menghafal Al-Qur’an ....................................................................... 24


1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ................................................ 24
2. Dasar Menghafal Al-Qur’an......................................................... 25
3. Manfaat Menghafal Al-Qur’an ..................................................... 28
4. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an............................................. 30
5. Keutamaan Menghaafal Al-Qur’an .............................................. 32
6. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan Menghafal Al-Qur’an ........... 35

viii
B. Kemampuan Menghafal Al-Qur’an .................................................. 38
C. Metode Wafa .................................................................................... 40
1. Pengertian Metode ....................................................................... 40
2. Pengertian Metode Wafa .............................................................. 41
3. Pembelajaran Metode Wafa ......................................................... 43
4. Pokok Bahasan Jilid Wafa ........................................................... 48
5. Langkah-langkah Metode Wafa ................................................... 51
6. Keunggulan dan Kelemahan Metode Wafa .................................. 54
D. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 56
E. Kerangka Berpikir ............................................................................ 58

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ............................................ 60

A. Gambaran Umum Lokasi SDIT Fitrah Insani .................................. 60


1. Sejarah Berdirinya SDIT Fitrah Insani ........................................ 60
2. Visi dan Misi SDIT Fitrah Insani ................................................ 64
3. Program tahfidz SDIT Fitrah Insani ............................................ 65
4. Sarana dan Prasarana SDIT Fitrah Insani .................................... 66
5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SDIT Fitrah Insani ............ 67
B. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 70
1. Penerapan Metode Wafa Kelas IV Di SDIT Fitrah Insani
Langkapura Bandar Lampung ..................................................... 71

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................... 87

A. Penerapan Metode Wafa Kelas IV Di SDIT Fitrah Insani


Langkapura Bandar Lampung............................................................. 87
1. Perenecanan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa .......... 90
2. Pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa ........... 90
3. Evaluasi pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa ................ 95
4. Peningkatan hafalan al-Qur’an melalui pembelajaran al-Qur’an
dengan metode Wafa .................................................................... 97
5. Dampak metode Wafa terhadap kemampuan menghafal
Al-Qur’an ..................................................................................... 98

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 101

A. Kesimpulan .................................................................................... 101


B. Saran .............................................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

1.1 Data sarana dan prasarana SDIT Fitrah Insani Langkapura .................... 66

1.2 Data guru dan karyawan SDIT Fitrah Insani Langkapura ...................... 68

1.3 Data siswa SDIT Fitrah Insani Langkapura ........................................... 70

1.4 Proses penerapan pembelajaran al-Qur’an dengan tahapan (TANDUR). 77

1.5 Proses pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa ........ 79

1.6 Target hafalan al-Qur’an peserta didik di SDIT Fitrah Insani ................ 83

1.7 Hasil tes lisan hafalan al-Qur’an ............................................................ 83

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Skripsi ini berjudul tentang “Implementasi Metode Wafa Dalam

Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung”. Judul yang sederhana ini perlu penegasan

judul untuk menghindari adanya kesalah pahaman dalam mengartikan dan

agar lebih mudah dipahami maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah

dalam judul ini, sebagai berikut:

1. Implementasi

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan atau inovasi dalam tindakan praktis sehingga memberikan

dampak baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan

sikap. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Dalam hal ini,

implementasi yang dimaksud oleh peneliti adalah proses dalam

penerapan suatu kebijakan melaksanakan program pendidikan.

2. Metode Wafa

Metode atau metoda berasal dari bahasa yunani, yaitu metha

dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan

atau acara. Metode Wafa adalah metode belajar al-Qur’an holistik

yang komperehensif dengan otak kanan yang merujuk pada konsep

quantum teaching dengan pola pembelajaran Tandur yaitu

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, Rayakan.

1
2

3. Meningkatkan

Dalam bahas indonesia, kata peningkatan dari kata “tingkat”

yang mendapat awalan me- dan mendapat akhiran –an, maknanya

adalah proses, perbuatan, cara meningkatkan (usaha, kegiatan,dsb).

Peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk

mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik. 1

4. Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau

dapat, kemudian mendapat awalan ke- dan akhirann –an yang

selanjutnya menjadikan kemampuan mempunyai arti menguasai.

Kemampuan juga dapat dikaitkan dengan kompetensi, kompetensi

yaitu kemampuan berprilaku rasional untuk mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

5. Menghafal al-Qur’an

Tahfidz berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal

yang dari bahasa arab hafidza-yahfadzu-hifdzan. Definisi dari

menghafal adalah proses mengulang sesuatu baik dengan membaca

atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi

hafal.

Al-Qur’an menurut bahasa, kata al-Qur’an berasal dari bahasa

arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata qara’a-

yaqra’u-qur’anan, yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca

1
Dapartemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 1281
3

berulang-ulang yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yakni maqrun,

yang dibaca sedangkan menurut istilah, al-Qur’an adalah kalam Allah

SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 2

Menghafal al-Qur’an adalah kegiatan yang dilakukan seseorang

dengan tujuan menghafalkan ayat-ayat suci al-Qur’an sehingga bisa

membacanya diluar kepala.

6. SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung

SDIT dalah singkatan dari Sekolah Dasar Islam Terpadu yang

berada dibawah naungan Kementrian Agama yang bernama SDIT

Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung. SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung ini adalah tempat penelitian kualitatif

yang dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan pada uraian penegasan judul diatas maka judul

skripsi ini yang berjudul Implementasi Metode Wafa Dalam

Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Di SDIT Fitrah

Insani Langkapura Bandar Lampung. Berarti suatu penelitian kualitatif

yang berusaha untuk mengkaji tentang peningkatan kemampuan

menghafal al-Qur’an pada peserta didik dengan menggunakan metode

wafa.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul skripsi ini

adalah sebagai berikut:

2
Ahmad Suganda, Studi Qur’an Hadis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018,), h. 2
4

1. Pengajaran menghafal al-Qur’an dengan menggunakan metode wafa

memberikan salah satu solusi agar setiap muslim bisa menghafal al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai ajarannya, dan menjadikan al-

Qur’an sebagai pedoman yang diharapkan memberikan perubahan baik

dalam dirinya serta dengan metode wafa ini sebagai penunjang agar

dirinya lebih mencintai al-Qur’an dalamkehidupannya karena setiap

aktivitas seorang muslim yang dipenuhi dengan nilai-nilai al-Qur’an

maka akan memberikan keberkahan serta kebahagiaan untuk dunia dan

akhiratnya,

2. Metode menghafal al-Qur’an dengan metode wafa dapat mengantarkan

murid atau anak didik SDIT Fitrah Insani untuk cepat dalam

menghafal al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai tajwid.

3. SDIT Fitrah Insani bertujuan untuk membentuk dan membina siswa

yang memiliki keunggulan dalam bidang religius akademik dan

membentuk generasi qur’ani di tengah arus globalisasi serta

menciptakan siswa yang memiliki kemampuan menghafal al-Qur’an.

C. Latar Belakang Masalah

Secara filosofis hakikat pendidikan adalah penyerapan informasi

pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan pengkajian yang mendalam

serta uji coba dan penerapannya dalam kehidupan manusia sehari-hari. 3

3
Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jilid II), (Bandung: CV
Pustaka Setia, Cet-2, 2016), h. 29
5

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat dan Negara.

Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam

pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan potensi

pendidikan menjadi ujung tombak dalam upaya menanamkan nilai-

nilai luhur suatu bangsa melalui proses pembelajaran dalam kelas dan

lingkungan.4 Akan tetapi pendidikan disini tidak hanya pendidikan umum

saja tetapi juga pendidikan Al-Qur’an. Salah satu bidang pendidikan

disekolah dalam keagamaan adalah pembelajaran Al-Qur’an sebagai

pedoman kita yang utama, berkewajiban untuk senantiasa mempelajari dan

mengajarkan. Karena pendidikan Al-Qur’an merupakan pendidikan yang

sangat penting diberikan orang tua kepada anak mulai sejak masa dini atau

masa anak-anak karena masa anak-anak adalah masa awal perkembangan

kepribadian manusia.

Tujuan pendidikan Al-Qur’an menurut Quraish Sihab adalah

untuk “membina manusia serta pribadi dan kelompok”. Sehingga mampu

4
Subandi, menderadikalisasi faham radikal melalui pendidikan multikultur dan karakter
lokal di lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,Vol. 2, No. 2, Desember. 2017.
6

menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya guna

membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah. 5

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang bernilai suatu mu’jizat

yang diturunkan melalui perantara malaikat jibril. Keontetikannya telah

dijamin oleh Allah SWT dan Al-Qur’an kitab yang selalu dipelihara. 6

Sebagaimana firman-Nya pada surah Al-Hijr ayat 9

ِ ‫ِإنَّا ن َْحنُ ن ََّز ْلنَا‬


َ‫ٱلذ ْك َر َو ِإنَّا لَهُۥ لَ َٰ َح ِفظُون‬

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan


Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya

Ayat ini berisi tentang jaminan langsung dari Allah SWT kan

keontetikan Al-Qur’an, oleh karenanya umat muslim percaya bahwa Al-

Qur’an yang diturunkan pada zaman Rasulallah tidak lah berbeda dengan

Al-Qur’an pada masa sekarang. 7

Dalam tafsir al-Mawardi disebutkan bahwa ada beberapa perkataan

tentang maksud dari “pemeliharaan” atau al-Hifzh, salah satunya ialah

dijaganya al-Qur’an dalam hati orang yang menginginkan kebaikan dan

menghilangkannya dari orang yang menginginkan kejelekan. Dalam tafsir

al-Ajibah disebutkan juga bahwa makna “pemeliharaan” atau Hifzh yaitu

5
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’a: Fungsi dan Wahyu Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), h. 179.
6
Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Amzah,
2008), h. 1.
7
Quraish Sihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h. 67.
7

bahawa Allah akan menjaga Al-Qur’an melalui para qurra’ dan yang

dimaksud dengan para qurra’ ini adalah para penghafal Al-Qur’an.8

Berdasarkan beberapa penafsiran di atas dapat disimpulkan bahwa

Al-Qur’an perlu dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya. Dengan

adannya para penghafal. Al-qur’an akan selalu terjaga dari penyimpangan

dan terpeliharannya dari usaha manusia yang ingin menodai keasliannya,

karena sesungguhnya para penghafal Al-Qur’an adalah orang-orang yang

dipilih Allah sepanjang sejarah kehidupan manusia untuk menjaga

kemurnian Al-Qur’an dari usaha pemalsuan. Al-Qur’an merupakan kitab

suci yang dimudahkan untuk dihafal dan diulang-ulang, dan juga mudah

untuk diingat dan difahami.

‫َولَقَدْ َيس َّْرنَا ْالقُ ْرآنَ ِل ِلذ ْك ِر فَ َه ْل ِم ْن ُمدَّ ِكر‬

Artinya : “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an sebagai


pelajaran maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(QS. Al-Qamar : 17)9

Berdasarkan ayat di atas bahwasannya Allah memudahkan Al-

Qur’an yakni untuk dibaca, dihafal, dipahami, dipelajari dan direnungi.

Allah SWT telah memudahkan lafadznya untuk dibaca dan dihafal,

maknanya untuk dipahami dan diketahui. Hal ini karena Al-Qur’an adalah

sebaik-baik perkataan, paling benar maknanya dan paling jelas

keterangannya. Atas dasar itu, maka solusi yang tepat adalah dengan

8
Adi Hidayat, Metode Attaisir 30 Hari Hafal Al-Qur’an, (Bekasi: Institut Quantum
Akhyar, 2018), h. 12-13
9
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Penerbit Deponegoro, 2005), h. 423.
8

memberikan pengajaran Al-Qur’an mulai sejak masa usia dini atau masa

anak-anak untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran tersebut

diperlukan metode yang tepat dan efektif. Karena keberhasilan suatu

program, terutama pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak terlepas

dari pemilihan metode. Di Negara Indonesia terdapat banyak metode

mengafal Al-Qur’an yang digunakan.

Berbagai metode dalam menghafal Al-Qur’an lahir dan digunakan

oleh lembaga pendidikan sebagai bagian inovasi dan kreativitas dari

pembuatnya untuk membantu peserta didik mendapatkan pengalaman

belajar yang mudah dan menyenangkan sehingga para peserta didik akan

senang dan mencintai Al-Qur’an dengan mudah. Atas dasar tersebutlah

yang melahirkan metode baru dalam mengajarkan Al-Qur’an yaitu metode

Wafa

Metode Wafa adalah metode belajar Al-Qur’an holistik dan

komperehensif dengan otak kanan yang berunjuk pada konsep Quantum

Teaching dengan pola pembelajaran TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami,

Namai, Demonstrasi, Ulangi, Rayakan. Quantum Teaching dapat diartikan

sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta didik agar mau

belajar dan juga untuk memotivasi, menginspirasi, dan membimbing guru


9

agar lebih efektif dan sukses dalam merancang pembelajaran sehingga

lebih menarik dan menyenangkan. 10

Penulis mengambil lokasi di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Bandar Lampung yang mengusung pendidikan islami dengan visi

membentuk insan mandiri, cerdas dan berakhlak mulia. SDIT Fitrah Insani

merupakan salah satu sekolah yang menggunakan metode Wafa dengan

tujuan memberikan kemudahan bagi siswa untuk dapat menghafal Al-

Qur’an dengan baik dan menyenangkan. Munculnya metode tersebut

didasari oleh perbedaan latar belakang dan tuntutan masyarakat yang

mengharapkan anak-anaknya mampu menghafal Al-Qur’an sesuai dengan

ilmu tajwid, fasohah, kelancaran. Kelantangan suara dalam kurun waktu

yang tidak terlalu lama.

Berdasarkan pra survei dengan melalui wawancara yang penulis

lakukan di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung. Menurut Ibu

Ida Fitriana selaku koordinator Al-Qur’an, SDIT Firah Insani sendiri

melakukan program pengafalan Al-Qur’an dari kelas satu sampai enam

dengan bimbingan guru kelas, akan tetapi untuk kelas empat dan enam

lebih ditekankan untuk menghafal Al-Qur’an dengan bimbingan guru.

Penelitian ini dilakukan di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung karena terdapat program tahfidzul Qur’an yang berorientasi

pencetak lulusan penghafal Al-Qur’an 2 Juz sekaligus mencetak kader-

10
Abudin Nata, Perspektif Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2009), h. 231
10

kader generasi yang Qur’ani dan generasi penerus yang berjiwa

pendidikan, rasa tanggung jawab dan jiwa pemimpin

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti sangat tertarik

untuk melakukan penelitian berkaitan dengan Implementasi Metode

Wafa Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Kelas

IV Di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

D. Fokus Penelitian

Mengingat keterbatasan waktu dengan cakupan pembahasan yang

luas maka, penulis fokuskan pembahasan mengenai “Implementasi

Metode Wafa Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

Kelas IV Di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung”.

E. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Bagaimana Implementasi metode Wafa dalam meningkatkan

hafalan Al-Qur’an kelas IV di SDIT Fitrah Insnai Langkapura Bandar

Lampung ?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,maka

tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana Implementasi metode Wafa dalam

meningkatkan hafalan kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung
11

G. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini penyusun harapkan dapat memberi

masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan keilmuan

pendidikan Agama Islam di UIN Raden Intan Lampung dalam

kompetensi guru khususnya yang mengajar di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung

2. Secara Praktis

a. Bagi SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung

Bagi SDIT Fitrah Insani Bandar Lampung dapat

memberikan masukan dan mengoreksi diri agar SDIT Fitrah Insani

ini dapat lebih maju dan juga dapat mengembangkan sistem

pendidikan yang lebih bermutu yang salah satunya dengan

meningkatkan kompetensi para guru khususnya guru pendidikan

Al-Qu’an pada peserta didik SDIT Fitrah Insani Langkapura

Bandar Lampung

b. Bagi Siswa SDIT Fitrah Insani

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan menghafal Al-Qur’an sehingga menjadi lebih baik

c. Bagi Peneliti
12

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan dan tambahan ilmu pengetahuan baru dalam

pengembangan metode pembelajaran Al-Qur’an yang variatif dan

merupakan wujud aktualisasi dari peneliti selaku mahasiswa

sebagai bentuk pengabdiannya terhadap lembaga pendidikan .\

H. Metode Penelitian

Metode Penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya cara

yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “Logos” yang artinya ilmu atau

pengetahuan. Jadi Metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,

merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan penelitian. 11

Sedangkan Menurut Hasan Langgulung metodologi merupakan

cara atau metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai

pengetahuan tentang kebenaran dalam aspek persial ataupun

menyeluruh.12

Metode penelitian kulaitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel

11
Usman Rianse, dll, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2012). h. 1
12
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), h. 50
13

sumber data dilakukan secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan

dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dapida

generalisasi. 13

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan

(field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung merupakan kajian

utama penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti yang

berada langsung dengan obyek, terutama dalam memperoleh data dan

berbagai informasi. Peneliti langsung berada di lingkungan yang

hendak ditelitinya. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tylor

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

dapat diamati.14

Menurut cooper, H.M Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai vareabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan atau mengubungkan

dengan vareabel yang lain. Tujuan penelitian deskriptif

menggambarkan secara sisitematis fakta, objek, atau subjek apa

13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 15
14
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 36
14

adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis dan

karakteristik objek yang diteliti secara tepat.

2. Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan skripsi

ini adalah SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung yang

beralamat di Jl Batu Kalam/Abudul Muis Langkapura Baru, Kota

Bandar Lampung, Prov. Lampung.

Adapun pertimbangan pemilihan tempat tersebut didasarkan

atas beberapa hal, yaitu:

a. Sekolah yang dalam penghafalan Al-Qur’annya menggunakan

metode wafa.

b. Peneliti menemukan keunikan yang tersendiri di SDIT Fitrah

Insani ini, meskipun sekolah ini adalah sekolah swasta namun

mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang lebih maju.

Dimana komitmen lembaga ini sangat besar sehingga mampu

mengimbangi dunia pendidikan yang ada di era sekarang ini dari

segi fasilitas mmaupun pendidikanya yang mempunyai keuletan

yang luar biasa sehingga terciptanya siswa-siswi yang berprestasi

baik pada pembelajaran umum dan khususnya pada penghafalan

Al-Qur’annya.

c. Mengingat penelitian ini adalah tugas yang memiliki batas waktu

maka penting bagi peneliti untuk mempertibangkan waktu, tenaga

dan sumber daya peneliti. Tempat penelitian yang cukup strategis


15

dan mudah dijangkau oleh peneliti dan sangat memudahkan dan

mendukung dalam proses pelaksanaan penelitian dari segi waktu,

tenaga dan sumber daya peneliti

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka

peneliti meilih SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung

sebagai tempat penelitian. Karena menurut peneliti SDIT Fitrah

Insani Langkapura Bandar Lampung ini sangat sesuai dengan

topik penelitian yang peneliti ambil.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data-

data dapat diperoleh. 15 Sumber data yang dimaksudkan yaitu semua

informasi baik berupa benda nyata, sesuatu yang abstrak, dan peristiwa

gejala yang terjadi. Sumber data yang bersifat kualitatif didalam

penelitian diusahan tidak bersifat subjektif atau hanya menduga-duga

sesuai dengankeinginan peneliti

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil

wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang

dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan

dan sebenarnya dilapangan.

15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 172
16

Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Guru al-Qur’an SDIT Fitrah Insani

2) Staf guru SDIT Fitrah Insani

3) Siswa kelas IV SDIT Fitrah Insani

b. Data sekunder

Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer

dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari SDIT

Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung dengan permasalahan

di lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan

bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian. Sumber

sekunder diantaranya buku-buku atau kitab-kitab mengenai

pendidikan islam yang membahas tentang pendidikan non formal

dan teori-teori mengenai metode pendidikan, yang mempunyai

relevansi dengan permasalahan yang akan dikaji.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam menghimpun data

yaitu:
17

a. Metode Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan penginderaan. Sedangkan menurut Poerwandari yang dikutip

Imam Gunawan berpendapat “observasi merupakan metode yang

paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita

selalu terlibat dalam proses mengamati”. 16 Teknik pengumpulan

data dengan observasi digunakan jika penelitiannya berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gerak-gerak alam dan

biasanya responden yang diamati tidak terlalu besar

Adapun yang peneliti lakukan dalam kegiatan observasi di

SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung ini adalah

peneliti akan terlibat langsung dalam proses mengamati tentang

kondisi fisik, letak geografis, sarana dan prasarana, proses

belajarmengajar, kegiatan siswa/siswi, dan kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh para guru dengan mnggunakan

strategi wafa sebagai metode belajar Al-Qur’an siswa.

Dengan hasil yang diproleh daro observasi tersebut,

diharapkan dapat mendeskripsikan tentang penggunaan metode

wafa dalam pembelajaran Al-Qur’an siswa, dan juga kinerja yang

ditujukan oleh para guru. Serta dapat menggambarkan aktifitas

16
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 143
18

yang dilakukan oleh siswa dan guru di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung.

b. Metode Interview/wawancara

Metode wawancara termasuk salah satu teknik

pengumpulan data dalam penelitian, teknik ini praktis digunakan

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan aspek-aspek permasalahan yang akan diteliti

Adapun yang peneliti lakukan pada kegiatan wawancara

adalah peneliti akan terlibat langsung dengan kegiatan wawancara

dengan melakukan wawancara kepada kepala SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung, para guru SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung tentang pengajaran yang dilakukan,

dan kepada siswa SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung. Dengan harapan, peneliti akan mendapatkan informasi

tentang penggunaan strategi wafa terutama mengenai cara

membaca, menulis dan menghafal Al-Qur’an yang diterapkan di

SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara


19

dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya

peneliti harus meneliti benda-benda tertulis. Adapun kegiatan

peneliti dalam metode dokumentasi ini adalah mencatat nama-

nama guru, mencatat jumlah siswa, dan mencatat hasil penggunaan

metode pengajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode Wafa.

Dengan penggunan metode dokumentasi dalam penelitian

ini, diharapkan dapat membantu peneliti untuk mengumpulkan

informasi yang benar-benar akurat, sehingga akan menambah

kevalidan hasil penelitian yang dilakukan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

Dalam melakukan analisis peneliti menggunakan teknik

analisis deskriptif kualitatif. Adapun maksud dari deskriptif kualitatif

yaitu data yang dikumpulkan peneliti berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka. Yang nantinya hasil laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data yang berasal dari observasi, naskah wawancara,


20

catatan lapangan, foto, dan dokumen penting lainnya untuk memberi

gambaran penyajian laporan.

Menurut Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data diantaranya melalui

tiga tahap yaitu:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melaukakn pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Pada tahap ini, peneliti melakukan penyajian nformasi

melalui bentuk teks naratif terlebih dahulu. Selanjutnya hasil teks

naratif tersebut diringkas kedalam bentuk bagan yang

menggambarkan alur proses perubahan. 17Penyajian data ini

bertujuan untuk membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan

17
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Akutualisasi Metodologis kearah
Raganvarian Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h, 229
21

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Jadi data yang sudah direduksi dan diklasifikasikan

berdasarkan kelompok masalah yang diteliti, sehingga

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau vertivikasi. Data

yang sudah disusun secara sistematis pada tahapan reduksi data,

kemudian peneliti mengelompokkan berdasarkan pokok

permasalahannya hingga peneliti dapat mengambil kesimpulan.

c. Conclusion Drawing/Verification

Verfikasi adalah suatu tinjawan ulang pada catatan-catatan

lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara

temansejawat untuk mengembangkan “kesepakatan inter

subyektif”, atau juga upaya-upaya luas untuk menempatkan salinan

suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.

Oleh sebab itu makna-makna yang muncul dari data harus

diuji kebenarannya, kekokohannya yakni yang merupakan

validitasnya. Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan

berdasarkan tema yakni menggunakan metode wafa dalam

meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an di SDIT Fitrah

Insani Langkapura Bandar Lampung. Kesimpulan ini terus di

verifikasi selama penelitian berlangsung hingga mencapai

kesimpulan yang lebih mendalam. Selanjutnya ketiga komponen


22

analisa tersebut yang berupa reduksi, penyajian data, dan

verifikasi/kesimpulan terlibat dalam proses salingberkaitan,

sehingga dapat menemukan hasil akhir dari penelitian data yang

disajikan secara sistematis yang berdasarkan pada tema

penggunaan metode wafa dalam meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Qur’an di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung. Sehingga dengan adanya proses Nliaia data tersebut

peneliti akan bisa menjawab rumusan masalah yang membutuhkan

jawaban dengan jalan mengadakan penelitian di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung.

6. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini dugunakan untuk

menjaga keobjektifan, keakuratan, dan kepastian. Sehubungan dengan

pemeriksaaan keabsahan untuk mendapatkan data yang valid perlu

dilakukan pengecekan data dengan berbagai sumber, teknik, dan waktu

(trungulasi data).

Uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, dan tringulasi.

Dari berbagai uji keabsahan data dalam penelitian ini.

Tringulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data

digunakan untuk meningkatkan tingkat derajat kepercayaan, dan akurat


23

data. “tringulasi dalam penguji an dalam pengujian kreadibilitas ini

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi

sumber, tringulasi teknik pengumpulan data dan waktu

a. Tringulasi sumber

Tringulasi sumber digunakan untuk menguji kreadabilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui berbagai sumber.

b. Tringulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data-data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat

narasumber masih segar. Belum banyak masalah akan memebrikan

data yang lebih valid sehingga lebih kreadibel.

Teknik pengecekkan keabsahan data yang peneliti gunakan

adalah menggunakan teknik keabsahan data dan tringulasi sumber

terkait kepada guru dan siswa SDIT Fitrah Insani Langkapura

Bandar Lampung.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti telah masuk kedalam ingatan (tentang

pelajaran) dan dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku

atau catatan lain). Kata menghafal kata kerja menghafal (kata kerja)

adalah usaha dalam meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat, dan

kata hafalan berarti sesuatu yang dihafalkan atau hasil dari kegiatan

menghafalkan. 1

Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada

manusia untuk dijadikan petunjuk sekaligus menjadi pedoman yang

menghantarkan jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat 2

Hifzhul Qur’an adalah kegiatan yang dilakukanyang dilakukan

seseorang dengan tujuan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an sehingga

bisa membacanya diluar kepala. Seseorang “al-Hafizh” adalah orang

yang sudah hafal keseluruhan ayat Al-Qur’an di luar kepala. Banyak

1
Qonita Alya, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: PT Indahjaya Adipratama,
2014), h. 259
2
Rizal Taufik S. Komparasi Materi Bacaan Al-Qur’an Antara Riwayat Hafs Ibn
Sulaiman Al-Kufiy Dengan Riwayat Warsy Usman Ibn Sa’id Al-Misri Dan Implikasinya Pada
Pembelajaran Baca Al-Qur’an, Al-Tadzkiyyah: Pendidikan Islam, Vol 9, No 2, 2018

24
25

orang yang hafal Al-Qur’an menunjukkan bahwa kegiatan menghafal

Al-Qur’an itu relatif mudah.

Fathur Qadir memaparkan bahwa kemudahan dalam

menghafalkan, membaca, dan menafsirkannya. Dalam bidang tahfizhul

Qur’an kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an terlihat dengan

banyaknya anak-anak indonesia yang sanggup menghafal Al-Qur’an.3

Menghafal Al-Qur’an merupakan proses untuk mengingat

materi ayat (rincian bagian-bagiannya, seperti lagu, tajwid, waqaf)

harus dihafal dan diingat secara sempurna. Sehingga seluruh proses

pengingat terhadap ayat dan bagian-bagiannya diulai dari proses awal,

sehingga pengingat kembali harus tepat. Apabila salah dalam

pemasukkan materi, maka akan salah pula dalam mengingat materi

tersebut. Bahkan materi tersebut sulit untuk ditemukan kembali dalam

memori atau ingatan manusia.4

2. Dasar Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diwahyukan

kepada Nabi Mauhammad Saw. Melalui malaikat jibril dengan cara

hafalan. Begitu pula ketika Nabi Muhammad Saw. Mengajarkan Al-

Qur’an kepada para sahabat, bukan dengan tulisan, melainkan dengan

hafalan.

3
Ahsin Sakho Muhammad, Menghafal Al-Qur’an Manfaat, Keutamaan, Keberkahan,
dan Metode Praktisnya, (Jakarta: PT Qaf Media Kreativia, 2017), h. 16-17
4
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Diva Press,
2013), h. 15
26

Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang ke

murniannya dijamin oleh Allah hingga akhir zaman dan tidak akan

mengalami perubahan, penambahan maupun pengurangan. Tidak ada

satu huruf pun yang bergeser atau berubah dari tempatnya, serta tidak

ada satu huruf atau kata yang mungkin dapat disisipkan di dalamnya.

Mengenai hal ini, Allah berfirman:

‫عد ًًْل ۚ ًَّل ُم َب ِد َل ِل َك ِل َٰ َم ِت ِهۦ ۚ َوه َُو ٱلس َِّمي ُع ْٱل َع ِليم‬
َ ‫ص ْدقًا َو‬
ِ َ‫ت َك ِل َمتُ َر ِبك‬
ْ ‫َوتَ َّم‬

Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai


kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat
mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Ana’am: 115)

Dalam hal penjagaan dan pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an


Allah telah berfirman:

ِ ‫إِنَّا ن َْحنُ ن ََّز ْلنَا‬


َ‫ٱلذ ْك َر َوإِنَّا لَهُۥ لَ َٰ َح ِفظُون‬
Artinya:“Sesungguhnya kami lah yang menurunkan Al-Qur’an,dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharannya.” (QS. Al-
Hijr:9)

Dengan demikian, sebagai konsekuensi logis, Allah

memberikan kemudahan kepada orang-orang yang ingin menghafal

Al-Qur’an. Hingga akhir zaman, Al-Qur’an akan tetap eksis dan para

penghafal Al-Qur’an pun akan semakin bertambah dari waktu ke

waktu. Semua itu tidak lepas dari kehendak Allah dan para penghafal
27

Al-Qur’an pada hakikatnya merupakan pilihan Allah yang memegang

peranan sebagai penjaga dan pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an.5

Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur/ mutawatir yang

berarti bahwa malaikat jibril menyampaikan kepada Rasulallah Saw

secara berangsur-angsur dengan metode hafalan. Hikmah diturunkan

Al-Qur’an secara berangsur-angsur ialah isyarat dan dorongan kearah

timbul nya himmah (semangat) untuk menghafal dan Rasulallah

dipersiapkan untuk menguasai wahyu secara hafalan, agar beliau

menjadi teladan bagi umatnya dan mendorong para sahabatnya untuk

menghafalkannya.

Adapun hukum menghafal Al-Qur’an, yakni Fardhu Kifayah.

Pendapat ini mengandung pengertian bahwa orang yang menghafal Al-

Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir. Maksudnya adalah

agar selalu terjaga kemutawatirannya baik dari segi bacaan atau

tulisannya, dari penyimpangan-penyimpangan dan perubahan yang

senantiasa datang dari kalangan orang-orang yang tidak suka kejayaan

islam, kejayaan islam itu sendiri terletak pada terjaganya Al-Qur’an

sebagai pedoman hidup umat islam. Artinya apabila dalam suatu

masyarakat tidak ada seorang pun yang hafal Al-Qur’an, maka berdosa

semuanya. Namun, jika sudah ada, maka gugurlah kewajiban dalam

suatu masyarakat tersebut.

5
Nurul Qomariah, M. Irsyad, Agar Anak Zaman Now Bisa Hafal Al-Qur’an,
(Yogyakarta: Semesta Hikmah, Cet-1, 2019), h. 11-13
28

Syekh Nashiruddin Al-Albani sependapat dengan mayoritas

ulama yang menyatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah

Fardhu Kifayah. Begitu pula mengenai hukum mengajarkan Al-

Qur’an. Jika didalam suatu masyarakat tidak ada seorang pun yang

mau mengajarkan Al-Qur’an maka berdosalah satu masyarakat

tersebut. Perlu diketahui mengajarkan Al-Qur’an merupakan ibadah

seorang hamba yang paling utama.6 Rasulallah. Bersabda:

ُ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُ ْراَنَ َو َعلَّ َمه‬

Artunya: “Orang yang paling baik diantarakalian adalah seorang


yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR.
Bukhari).

Dan atas kemudahan yang diberikan oleh Allah kepada mereka

muncullah para huffazh. Namun, bagi para pengh afal Al-Qur’an baik

yang menghafal secara keseluruhan ataupun sebagian saja, maka wajib

baginya untuk terus menjaga agar tidak lupa. Dan mengenai hal ini

para ulama menafsirkan dari surat Al-Muzammil ayat 20. Maksudnya

membaca Al-Qur’an bukan hanya dalam shalat saja, akan tetapi

mempelajari Al-Qur’an semata-mata agar terjaga dari lupa serta serta

menjalankan firman Allah

3. Manfaat menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an bukan sekedar ibadah, namun juga

memiliki banyak manfaat, baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini

6
Rofiul Wahyudi, Ridhoul Wahidi, Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an Saat Sibuk
Kuliah (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2017), h. 14
29

yang dibuktikan oleh sebuah penelitian di riyadh yang hasilnya

menyimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an dapat menambah daya

imunitas tubuh. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan ada korelasi

positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan

psikologis.

Ada beberapa manfaat menghafal Al-Qur’an:

a. Al-Qur’an memuat sekitar 77.439 kalimat. Jika penghafal Al-

Qur’an memahami seluruh isi kalimat tersebut, berarti ia sudah

menghafal banyak sekali kosakata bahasa arab.

b. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat kata-kata hikmah

yang sangat berharga bagi kehidupan. Dengan demikian,

sengan menghafal Al-Qur’an ia banyak mengetahui kata-kata

hikmah.

c. Dalam Al-Qur’an banyak dijumpai uslub (idiom) atau ta’bir

(ungkapan) yang sangat indah. Bagi seseorang yang ingin

memperoleh “dzauq arabi” (citra sastra) yang fasih untuk

kemudian menjadi sastrawan arab, perlu menghafal banyak

kata-kata atau uslub arab yang indah, dan itu sudah tentu

terdapat di dalam Al-Qur’an.

d. Namyak sekali contoh ilmu Nahwu dan Balaghah dalam Al-

Qur’an. Seeorang ahli qiraa’ah akan mengetahui beberapa

dialek bangsa Arab pada waktu Al-Qur’an diturunkan.


30

e. Hafalan Al-Qur’an membuat orang dapat berbicara dengan

fasih dan benar, dan dapat membantunya dalam mengeluarkan

dalil-dalil ayat Al-Qur’an dengan cepat ketika menjelaskan

atau membahas suatu masalah.

f. Menguatkan daya nalar dan ingatan. Orang yang terbiasa

menghafal Al-Qur’an akan mudah menghafal hal-hal lain

selain Al-Qur’an. Banyak anak menghafal Al-Qur’an memiliki

tingkat kemajuan dalam pelajaran dibandingkan teman-teman

lain yang tidak menghafal Al-Qur’an. 7

4. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang penghafal Al-

Qur’an adalah syarat-syaratyang berhubungan dengan naluri insyaniah

semata diantaranya:

a. Niat yang ikhlas

Niat yang muncul atas dasar keikhlasan semata-mata

mengharap ridha-Nya akan memacu tumbuhnya rasa semangat

dalam menghafal Al-Qur’an. Sebab, orang yang memiliki niat

ikhlas karena Allah, maka aktivitas menghafal Al-Qur’an tidak

dianggap sebagai beban, tetapi justru akan menjadi kesenangan dan

kebutuhan. Dan niat ikhlas yang tertanam kuat dalam sanubari

penghafal Al-Qur’an akan mengantarkannya ketempat tujuan yang

diinginkan dan akan menjadi benteng atau tameng terhadap

7
Ibid. h.10- 12.
31

kendala-kendala yang mungkin akan dilaluinya. Sebagaimana

firman Allah SWT:

‫صا لَّهُ ٱلدِين‬ َ َّ ‫قُ ْل ِإنِ ٓى أ ُ ِم ْرتُ أَ ْن أَ ْعبُ َد‬


ً ‫ٱَّلل ُم ْخ ِل‬
Artinya: “Katakanlah ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Az-Zumar:11)

b. Mendapatkan izin orang tua dan guru

Saat kita berusaha semaksimal mungkin untuk selalu

menghafal dan mengulang hafalan, orang tua yang menafkahi kita

dan guru yang istiqomah untuk mengajarkan Al-Qur’an.

c. Memiliki keteguhan hati dan kesabaran

Seorang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus selalu

memupuk kemauan keras agar semua target yang dirancang

berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

d. Menjauhi sifat madzmumah (Tercela)

Sifat madzmumah (tercela) adalah sifat yang harus dijauhi bukan

saja oleh orang yang menghafal Al-Qur’an, tetapi juga oleh kaum

muslimin. Karena sifat tercela mempunyai pengaruh besar dalam

perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang

sedang menghafal Al-Qur’an, sehingga menghancurkan istiqomah

dan konsentrasi yang telah dibina dan terlatih.


32

e. Mampu membaca dengan baik

Sebelum seorang penghafal melangkah pada periode

menghafal, seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan

memperlancar bacaanya.

5. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an merupakan perbuatan mulia, baik

dihadapan manusia, maupun di hadapan Allah Swt. Banyak keutamaan

yang diperoleh para penghafal Al-Qur’an, baik keutamaan di dunia

maupun keutamaan di akhirat nanti.hal ini diperjelas dalam hadist Nabi

yang menungkapkan keutamaan dan keagungan orang yang belajar

membaca, dan menghafal Al-Qur’an. Orang-orang yang mempelajari.

Membaca atau menghafal Al-Qur’anmerupakan orang-orangpilihan

yang memang ditunjuk oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci

Al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surat Fatir

ayat 32:

َ ‫طفَ ْينَا ِم ْن ِعبَا ِدنَا ۖ فَ ِم ْن ُه ْم‬


‫ظا ِل ٌم ِلنَ ْف ِس ِهۦ َو ِم ْن ُهم‬ َ ‫ص‬ ْ ‫ب ٱلَّذِينَ ٱ‬ َ َ‫ث ُ َّم أَ ْو َرثْنَا ْٱل ِك َٰت‬
ُ ِ‫ض ُل ْٱل َكب‬
‫ير‬ ْ َ‫ٱَّلل ۚ َٰذَلِكَ ه َُو ْٱلف‬ ِ ‫سابِ ٌۢ ٌق بِ ْٱل َخي َٰ َْر‬
ِ َّ ‫ت بِإِ ْذ ِن‬ َ ‫صدٌ َو ِم ْن ُه ْم‬ ِ َ‫ُّم ْقت‬
Artinya: “Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang
yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri,
dan diantara mereka ada yang pertengahan dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang
amat besar.” (QS. Fathir: 32)
33

Adapun di antara keutamaan-keutamaan para penghafal Al-

Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Mendapat kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah. Seorang

penghafal Al-Qur’an sudah pasti cinta kepada kalamallah. Allah

mencintai mereka yang cinta kepada kalam-Nya

b. Penghafal Al-Qur’an akan mendapat pahala yang berlipat ganda.

Orang yang membaca Al-Qur’an ketika shalat akan mendapat

seratus pahala kebaikan dalam setiap hurufnya, dan dua puluh lima

pahala kebaikan bagi yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan

suci tapi di luar shalat. Sepuluh pahala kebaikan bagi yang

membaca Al-Qur’an sedang dirinya dalam keadaan berhadas kecil

c. Menjadi keluarga Allah

Berbahagialah bagi mereka yang hafal Al-Qur’an. Karena, mereka

menjadi bagian dari keluarga Allah Swt. Yang berada di bumi,

yakni para penjaga Al-Qur’an

d. Dibolehkan iri kepada penghafal Al-Qur’an

Hasud (iri atau dengki) yang dimaksud adalah ghibtah, yakni

seseorang yang ingin mendapatkan kebaikan seperti apa yang

didapat orang lain, tanpa berkeinginan agar nikmat yang diterima

orang lain itu hilang. Iri seperti inilah yang diperbolehkan dalam

agama islam.

e. Penghafal Al-Qur’an digolongkan sebagai orang-orang pilihan

yang mulia bersama para nabi dan syuhada


34

f. Orang tua penghafal Al-Qur’an akan diberi mahkota pada hari

kiamat.

g. Diberi ketenangan jiwa

Rasa tenang akan selalu menemani orang yang membaca Al-

Qur’an. Ini tergambar dalam firman Allah diterangkan tentang

ketenangan bagi orang yang selalu mengingat Allah, dengan

membaca Al-Qur’an:

ُ ُ‫ط َم ِئ ُّن ْٱلقُل‬


‫وب‬ ْ َ‫ٱَّلل ت‬
ِ َّ ‫ٱَّللِ ۗ أَ ًَل ِب ِذ ْك ِر‬ ۟ ُ‫ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
ْ َ‫وا َوت‬
َّ ‫ط َم ِئ ُّن قُلُوبُ ُهم ِب ِذ ْك ِر‬
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)8

h. Penghafal Al-Qur’an telah mengaktifkan sel-sel otaknya yang

berjumlah miliaran melalui kegiatan menghafal. Kegiatan ini

potensi untuk menjadikan otaknya menjadi semakin kuat dan

cerdas. Sama seperti anggota tubuh lainnya.

i. Penghafal Al-Qur’an termasuk oarang-orang terdepan dalam

menjaga keaslian, kemurnian, kelestarian kitab suci Al-Qur’an.

Kegiatan mereka sehari-hari adalah membaca teks Al-Qur’an

sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad para

sahabatnnya. Mereka adalah satu gerbong estafet pembaca Al-

Qur’an yang berunjung kepada bacaan Nabi Muhammad .

8
Ibid, h. 16
35

j. Seorang penghafal Al-Qur’an yang selalu membaca ayat-ayat suci

Al-Qur’an akan menciptakan dirinya menjadi manusia saleh.

Getaran bacaan Al-Qur’an akan memengaruhi sel-sel tubuhnya,

sehingga akan menciptakan DNA (Deoxyribonucleic) atau asam

deoksiribonukleat yaitu sel-sel pembawa genetika seseorang. DNA

yang dibawa oleh hafizh Al-Qur’an besar kemungkinan positif.

k. Seorang penghafal Al-Qur’an yang selalu muroja’ah (mengulang

hafalannya) ia sebenernya tengah melakukan olahraga otak dan

lidah. Pada saat penghafal Al-Qur’an muroja’ah, otaknya akan

berjalan bagai kumparan yang terus menerus bergerak. Hal ini

sangat bermanfaat bagi kesehatan otak dan urat saraf lainnya. 9

6. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan Menghafal Al-Qur’an

Proses menghafal Al-Qur’an tidak mudah memerlukan

perjuangan. Untuk mencapainya, perlu maksimal dengan disertai

usaha-usaha pendukung, seperti berpuasa, berdoa, dan lainnya.

Beberapa pernyataan solusi dalam mengatasi hambatan saat menghafal

Al-Qur’an diantaranya:

9
Ahsin Sakho Muhammad, Menghafal Al-Qur’an Manfaat, Keutamaan, Keberkahan,
dan Metode Praktisnya, (Jakarta: Qaf Media Kreativia, 2017), h. 30
36

a. Menghafal itu sulit

Terkait pernyataan bahwa “ menghafal itu sulit” akan tetapi

sesungguhnya menghafal itu mudah, namun menjaganya yang

lebih sulit. Seorang Syaikh dari Makkah Al-Mukarramah berpesan:

“Jangan sekali-kali ngomong tidak mampu menghafal Al-


Qur’an kalau setiap hari yang dikerjakan hanya tidur,
ngobrol, dan malas tanpa berusaha sedikitpun. Usaha
seseorang bukan dilihat dari hasilnya, namun dari prosesnya.
Apa-apa yang diusahakan, segitu pula yang akan didapat.”

b. Ayat yang dihafal sering lupa

Agar ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal tidak cepat lupa

maka solusinya adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai wirid sehari-

hari. Karena, Al-Qur’an adalah sebaik-baik wirid dan jangan

percaya adanya wirid-wirid tertentu untuk mempertahankan

hafalan, kecuali doa-doa pendek yang tidak menyita waktu untuk

melakukan mudarosah (pengulangan hafalan)

c. Banyak ayat-ayat yang serupa

Terkait pernyatan dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang

sama, untuk memudahkan dalam mengingatnya adalah

memberikan tanda di setiap ayat yang sama tersebut atau bisa juga

membuat catatan kecil yang berisi ayat-ayat yang sama tersebut


37

d. Gangguan internal dan eksternal

Terkait pernyataan gangguan internal dan eksternal, seperti

mals, pacaran, dan kesibukan lain, untuk mengatasi malas,

hendaknya mengingat kembali niat untuk menghafal, lalu berikan

semangat pada diri sendiri secara persuasif agar semngat muncul

kembali, mengenai banyaknya kesibukan, pandai-pandailah

mengatur waktu, kuasai keadaan, dan jangan larut dalam kesibukan

sendiri. Untuk maslah pacaran, sedapat mungkin dihindari, namun

jika tidak, jangan sampai menganggu proses menghafal Al-Qur’an.

Ingatlah pesan imam Waqi’ kepada Imam Asy-Syafi’i:

“Saya pernah mengeluhkan lemahnya daya ingat saya kepada


Syaikh Waki’. Beliau menasehati agar saya menghindari
karunia Allah, dan karunia Allah itu tidak akan diberikan
kepada pelaku maksiat.”10

e. Banyak kesibukan

Kesibukan waktu merupakan penghambat dari metode ini,

oleh karena itu harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang

ada. Artinya penghafal harus mampu mengantisipasi memilih

waktu yang dianggap sesuai dan tepat.

f. Melemahnya semangat

Hal ini biasanya terjadi pada waktu menghafal berada pada

juz-juz pertengahan, ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan

10
Ibid, h. 54
38

yang harus digarap masih panjang. Maka solusinya adalah dengan

kesabaran yang maksimal.

B. Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti “sanggup melakukan

sesuatu”.11 Istilah kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan

individu dalammelakukan suatu aktifitas, yang menitik beratkan pada

latihan dan performance. Kemampuan merupakan sesuaru yang benar-

benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada tatanan realistis hal itu

dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar. Jadi

yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan seseorang

melakukan suatu aktifitas yang dikerjakan.

Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa kemampuan

menghafal al-Qur’an adalah suatu kesanggupan yang ada pada diri untuk

melafadzkan atau aktifitas yang disertai dengan proses mengingat dengan

maksud memahami yang dihafal diluar kepala ayat-ayat al-Qur’an tanpa

melihat mushaf.

Kemampuan menghafal al-Qur’an memiliki beberapa aspek yang

perlu diperhatikan oleh penghafal al-Qur’an karena menghafal al-Qur’an

sebuah keistimewaan yang tidak hanya mendapatkan kebahagiaan dunia

11
Suharso Dan Ana Reno Ningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Cv,
Widya Karya, 2009), h. 308
39

akan tetapi kebahagiaan akhirat, aspek yang harus diperhatikan oleh

penghafal al-Qur’an seperti:

1. Aspek ilmiah

Seorang penghafal al-Qur’an tidak hanya sekedar menghafal

ayat-ayat al-Qur’an akan tetapi, mempelajari al-Qur’an, menghayati

ayat-ayat dalam al-Qur’an, memahami isi kandungan dalam al-Qur’an,

dan serta mengamalkan al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa

seorang penghafal tidak hanya kuat dalam hafalannya tetapi daya

nalarnya pun harus kuat.

2. Aspek amaliah

Seorang penghafal al-Qur’an harus menyadari bahwa

didadanya terdapat rekaman ayat-ayat al-Qur’an yang diamankan oleh

Allah SWT untuk dijaga. Dengan begitu, penampilan seorang

penghafal al-Qur’an harus serba Qur’ani dalam tutur kata, tingkah

laku, dan daya pikirannya.

3. Aspek bacaan

Membaca atau menghafal al-Qur’an harus dengan tartil dan

sesuai kaidah-kaidah tahwid, fashohah, kelancaran.12Dari aspek yang

telah dipaparkan dapat dijadikan indikator dalam kemampuan

menghafal al-Qur’an.

12
Shobikhul Qisom, Buku Pintar Guru Al-Qur’an, (Surabaya: PT Kualita Media Tama,
2019), h. 25
40

a. Tajwid

Penilaian tajwid meliputi hukum Mad, hukum Nun Sukun, dan

hukum mim sukun.

b. Fashohah

Penilaian fashohah meliputi kesalahan huruf, kesalahan harokat,

dan kurang sempurnanya makhorijul huruf.

c. Kelancaran

Penilaian kelancaran mencakup tanaffus dan waqaf ibtida’

C. Metode Wafa

1. Pengertian metode

Metode atau metoda berasal dari bahasa yunani, yaitu metha

dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan

atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut

thariqah.13

Metode merupakan salah satu hal yang penting dalam mendidik

anak menghafal Al-Qur’an, apalagi anak usia dini. Ada banyak metode

yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif

untuk mendidik anak menghafal Al-Qur’an sejak usia dini.

13
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Amzah, 2018), h. 180
41

Pada zamannya, Rasulallah mengajarkan Al-Qur’an kepada

sahabatnya dengan sitem musyafahah dan taqlidi, yaitu metode dengan

cara membaca antara dua hingga sepuluh ayat berdasarkan ayat-ayat

yang diturunkan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Sahabat Umar

bin Khattab, menjelaskan bahwa “ Pelajari Al-Qur’an lima ayat demi

lima ayat, karena sesungguhnya malaikat Jibril menurunkan Al-Qur’an

kepada Nabi Muhammad SAW, lima ayat demi lima ayat” (HR.

Baihaqi).

2. Pengertian Metode Wafa

Metode Wafa adalah salah satu metode yang muncul diantara

metode yang lain dalam rangka memberikan konstribusi keilmuan

kepada khalayak. Metode wafa ini diciptatakan oleh KH. Muhammad

Shaleh Drehem, Lc. Pada tahun 2012. Beliau adalah pendiri Yayasan

Syafaatul Qur’an Indonesia (YAQIN) dan juga IKADI ( Ikatan Dai

Indonesia) Jawa Timur.

Metode Wafa merupakan pembelajaran Al-Qur’an berbasis

otak kanan. Metode ini mengajarkan anak agar mampu membaca dan

menghafal Al-Qur’an dengan memaksimalkan otak bagian kanan.

Metode ini tergolong baru, namun cukup praktis dan menyenangkan

dalam proses pembelajarannya.

Penumbuhan rasa cinta pada Al-Qur’an hanya dapat dilakukan

dengan menghadirkan pembelajaran yang menggairakan, tidak


42

membosankan, bahkan membuat peserta didik ketagihan untuk terus

belajar dan terus belajar.oleh karena itu, yayasan Syafa’atul Qur’an

Indonesia (YAQIN) menghadirkan Wafa Belajar

Al-Qur’an metode otak kanan sebagai sistem dan metode

pembelajaran Al-Qur’an yang komperehensif, mudah dan

menyenangkan. Konsep pembelajaran yang komperehensif memenuhi

kebutuhan seorang muslim dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an

sebagaimana sahabat Rasulallah yang mampu membaca, memahami,

memperaktekkan, dan menghafal Al-Qur’an. Empat interaksi tersebut

dihadirkan kedalam kurikulum pendidikan Al-Qur’an dengan konsep

5T yakni: Tilawah, Tahfidz, Tarjamah, Tafhim Dan Tafsir.14

Metode Wafa ini adalah metode belajar Al-Qur’an holistik dan

komperehensif dengan otak kanan yang berada dibawah yayasan

Syafa’atul Qur’an Indonesia. Komprehensivitas pembelajaran ini

terlihat dari produk 5T Wafa yang meliputi tilawah, tahfidz, tarjamah,

tafhim dan tafsir. Metode Wafa juga sering disebut dengan metode

otak kanan yang mana dalam pembelajarannya menggunakan aspek

multisensorik atau perpaduan dari berbagai indera, seperti visual,

auditorial dan kinestik

14
Musa’adatul Fitriyah, Pengaruh Metode Wafa Terhadap Kemampuan Anak Membaca
Al-Qur’an Di MI Al-Hidayah Mangkujajar Kembangbahu Lamongan, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar Islam, Vol. 1. No. 1 (1 Mei 2019), h. 45
43

Tiga bagian otak dibagi menjadi dua belahan otak kanan dan

kiri. Dua belahan ini lebih dikenal dengan istilah otak kanan dan otak

kiri, masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara

berfikir, dan masing-masing mempunya spesialisasi dalam

kemampuan-kemampuan tertentu. Cara berfikir otak kanan bersifat

acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berfikirnya sesuai dengan

cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal seperti perasaan,

emosi, kesadaran yang berkaitan dengan perasaan, pengenalan bentuk,

pola, musik, seni, kepekaan warna kretivitas dan visualisasi. 15 Disisi

lain salah satu kelebihan otak kanan yaitu lebih bisa menyimpan

memori dalam rangka panjang. Dengan metode Wafa atau otak kanan

ini diharapkan akan tercipta pembelajaran yang kondusif dan

menyennagkan

3. Pembelajaran Metode Wafa

Metode wafa memiliki beberapa karakteristik metode yang

diterapkan di d alam pembelajaran khususnya untuk aspek tilawah dan

tahfidz. Beberapa karakteristik dalam hal ini adalah:

a. Penggunaan strategi TANDUR dalam proses pembelajaran

Dalam setiap proses pembelajaran, sesuai dengan standar

wafa, materi harus disajikan dan dikemas dengan strategi

TANDUR. Strategi ini merupakan bagian dari Quantum Teaching


15
Shobikhuln Qasim, Buku Pintar Guru Al-Qur’an Wafa Belajar Al-Qur’an Metode Otak
Kanan, (Surabaya: Kualita Media Tama, Cet-1, 2019), h. 7
44

yang merupsksn salah satu metode yang dapat menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dengan menggunakan unsur yang

ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang

terjadi di dalam kelas. Metode ini bersandar pada “Bawalah dunia

kita ke dunia mereka, antarkan dunia mereka ke dunia kita.”

TANDUR” merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi Dan Rayakan. 16

1) Tumbuhkan

Pada tahap ini, anak-anak dilibatkan untuk mengalami

apa yang akan dipelajari. Tahap ini bisa dilakukan dengan role

play, simulasi, praktek, dan lain-lain. Sebagai gambaran dalam

pembelajaran, guru menyanyikan lagu “ mata saya kaya roda”

dengan gerakan lalu meminta anak untuk melakukan hal yang

sama

2) Alami

Pada tahap ini, anak-anak dilibatkan untuk mengalami

apa yang akan dipelajari, tahap ini isa dilakukan dengan role

play, simulasi, praktek, dan lain-lain. Sebagai gambaran dalam

pembelajaran, guru menyanyikan lagu “ mata saya kaya roda”

16
Rini Nurul Hikmi, Agus Halimi, Helmi Aziz, Efektivitas Metode Wafa Dalam
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Di MI Miftahul Huda Bandung, Proseding Pendidikan
Islam, Vol. 4, No 2 (Tahun 2018), h. 264
45

dengan gerakan lalu meminta anak untuk melakukan hal yang

sama.

3) Namai

Untuk tahap ini, anak-anak diarahkan untuk bisa

menamai apa yang telah dipraktekkan oleh mereka. Untuk

pemeblajaran Al-Qur’an dengan metode wafa, tahap ini bisa

dilakukan dengan penamaian kartu (flashcard) huruf hijaiyah

ma-ta, sa-ya, ka-ya, ra-da. Anak-anak diminta untuk

mengidentifikasikan huruf-huruf hijaiyah antara ma-ta, sa-ya,

ka-ya, ra-da. Setelah sebelumnya guru sudah menerangkan

konsep tersebut. Proses ini perlu untuk dilakukan berulang-

ulang di setiap kata hingga anak-anak hafal dan paham.

4) Demonstrasikan

Pada tahap ini, anak-anak dikondisikan untuk

mendemonstrasikan konsep dengan penggabungan antara

membaca dan melakukan sehingga seluruh siswa dapat terlibat

secara aktif. Sebagai contoh, anak secara bersama-sama atau

bergantian memperagakan ma-ta, sa-ya, ka-ya, ra-da. Dengan

kartu. Hal ini bisa juga dilakukan dengan bermain tebak-

tebakkan huruf hijaiyah, baca tiru dengan alat peraga, dan lain-

lain
46

5) Ulangi

Siswa diminta untuk mengulang materi konsep yang

telah dipelajari untuk memastikan apakah mereka benar-benar

telah mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan

teknikbaca Simak Klsikal (BSK) untuk tilawah dan teknik baca

simak privat (BSP) untuk tilawah yang dibarengi dengan

latihan menulis anak-anak.

6) Rayakan

Setelah anak-anak berusaha keras untuk belajar dan

menguasai materi, maka pada tahap ini perlu diadakan perayan

atas keberhasilan mereka mencapai tujuan pembelajaran. Hal

ini bisa dilakukan dengan pemberian reward, bintang, yel-yel,

bernyanyi bersama, dongeng, dan lain sebagainya.

Dengan metode ini dan strategi pembelajaran yang

demikian, tentu suasana pembelajaran menjadi lebih hidup,

interaktif, attraktif, dan menyenangkan. Dengan begitu anak-

anak akan lebih mudah menangkap materi yang dipelajari. Hal

ini sesuai dengan hasilpenelitian yang menunjukkan bahwa

anak-anak yang masih kecil akanbelajar dengan baik bila

mereka berinteraksi secara aktif dengan orang lain dan

lingkungannya daripada menjadi penerima pasif.


47

b. Penggunaan Lagu

Penggunaan lagu dalam aspek tilawah dan tahfidz juga

merupakan ciri khas dari metode ini. Penerimaan komunikasi

anak usia dini yang paling maksimal adalah dengan intonasi atau

nada. Dengan melagukan setiap apa yang dibaca, anak-anak akan

lebih mudah untuk menyerap dan menguasai materi. Berlagu

merupakan tindakan otak kanan, yang sebisa mungkin

memberikan memori jangka panjang kepada anak-anak.

Selain itu, Islam juga menganjurkan umatnya untuk

membaca Al-Qur’an dengan merdu dan dengan lagu yang indah

“wa rattil al-qur’an tartila. Pilihan lagu yang digunakan wafa

adalah lagu hijaz.

c. Hafalan dengan Gerakan

Karakteristik lain dari metode wafa adalah penggunaan

gerakan dalam proses pembelajaran. Selain digunakan dalam

proses penanaman konsep, gerakan tubuh juga digunakan secara

maksimal dalam kegiatan hafalan (tahfidz). Penggunaan gerakan

dalam aspek tahfidz ini bertujuan untuk mewakilkan makna yang

terkandung di dalam ayat yang mereka hafalkan.

Terbukti bahwa gerkan tubuh ini ternyata sangat

membantu anak untuk bisa menghafal ayat demi ayat Al-

Qur’an dengan cepat dan melekat. Karena secara tidak


48

langsung, melalui gerkan, makna juga memahami makna yang

terkandung di dalam ayat keayat. Dalam hal ini, bisa

disimpulkan bahwa Wafa tidak hanya memfasilitasi anak

dengan dominasi gaya belajar visual atau auditorial saja, akan

tetapi juga anak yang memiliki dominasi gaya belajar

kinestetik.

4. Pokok Bahasan Jilid Wafa

Berikut materi yang terdapat pada Wafa 1 sampai 5 tajwid dan

gharib.

a. Wafa jilid 1 mempelajari hal-hal berikut:

1) Pengenalan huruf hijaiyah dengan syakal fathah.

2) Penyajian materi disajikan perhuruf dalam bentuk huruf

tunggal dan beberapa huruf sambung.

3) Huruf yang disajikan tidak dimulai dari alif, tetapi huruf yang

biasa dikenal anak dalam ejaan bahasa indonesia yang

kemudian dirangkai dalam bentuk kalimat seperti mata saya

roda sambil menggunakan gerakan tertentu, anak mengenal

huruf ‫م ت س ى ك ي ر د‬ yang kemudian di ulang-ulang

membacanya dalam bentuk huruf tunggal ‫ م م م ت ت ت‬.

4) Setiap bab mempelajari dua huruf baru ada di kepala bab.

5) Huruf baru yang dikenalkan menggunakan warna merah, pada

lembar latihan tidak digunakan warna.


49

6) Setiap bab mempelajari dua huruf dan mereview huruf yang

sudah dipelajari

b. Wafa jilid 2 mempelajari hal-hal berikut:

1) Pengenalan bunyi harakat kasrah, dhammah dan tanwin.

2) Pengaplikasian bunyi harakat ke dalam kata yang dipelajari

baik awal, tengah maupun akhir.

3) Pengenalan bacaan mad thabi’i, bentuk marbuthah, panjang

satu alif pada fathah berdiri, kasrah berdiri dan dhammah

terbailk.

4) Mad dikenalkan dengan dilagukan, yang terdapat disetiap bab,

seperti “setiap fathah diikuti alif bacaan panjang dua harakat.”

5) Pengenalan alif yang tidak dibaca seperti pada kata “ ‫“ ا منؤا‬

6) Huruf maupun tanda baca baru yang dikenalkan menggunakan

warna merah, pada lembar latihan tidak digunakan warna.

7) Review melalui latihan.

c. Wafa jilid 3 mempelajari hal-hal berikut:

1) Mim dan lam sukun (am-im-um), (al-il-ul).

2) Pengenalan mim dan lam sukun melalui yang terdapat mim

dan lam sukun.

3) Kelompok huruf jahr disukun, huruf hams disukun.

4) Fathah diikuti wawu sukun dibaca AU (pendek), fathah diikuti

ya sukun dibaca AI (pendek).

5) Huruf tsydid dan lam yang tidak dibaca.


50

6) Review melalui latihan.

d. Wafa jilid 4 mempelajari hal-hal berikut:

1) Bacaan dengung pada nun dan mim bertasydid.

2) Bacaan ikhfa, idgham bighunah, iqlab, idgham mimi, dan ikhfa

syafawi.

3) Tanda panjang yang disebutkan dalam buku wafa adalah tanda

layar yang dibaca 5 (lima) harakat serta huruf wawu yang tidak

dibaca.

4) Memperkenalkan fatwatihus shuwur.

5) Review kembali pembahasan sebelumnya yang diiukuti

dengan layihan.

e. Wafa jilid 5 mempelajari hal-hal berikut:

1) Cara mewaqafkan bacaan.

2) Lafadz Allah dibaca tebal dan tipis.

3) Mad bertemu tasydid dalam kalimat dibaca panjang dalam

kalimat dibaca panjang 6 harakat dan nun bertasydid yang

diwaqaf dibaca dengung 3 harakat.

4) Idgham bilaghunah izhar dan izhar syafawi.

5) Pengenalan qalqalah dan tanda baca.

6) Review kembali pembahasan sebelumnya lewat latihan.

f. Wafa tajwid mempelajari hal-hal berikut:

1) Hukum ghunnah, nun sukun dan tanwin, serta hukum mim

sukun.
51

2) Hukum lam ta’rif, lafadz Allah dan ra.

3) Qalqalah dan mad.

4) Pembahasan diawali dengan kaidah kemudian diikuti dengan

contoh.

5) Wafa gharib yang terdiri dari pembahasan-pembahasan

berikut:

6) Isymam, imalah, tashil, naql, nun waqiyah, mad dan qashr.

7) Saktah, badal, baraah.

8) Pada akhir materi dilakukan latihan serta diperkenalkan tulisan

dalam al-Qur’an rasm Usmani.

9) Pembahasan diawali dengan kaidah kemudian diikuti dengan

contoh. Tajwid dipelajari dengan dilagukan, jadi setiap kaidah

sampai pada contoh itu dipelajari dengan menggunakan lagu

5. Langkah-Langkah penerapan Metode Wafa

Dalam proses penerapan metode Wafa, langkah-langkah yang

digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an yaitu:

a. Berdo’a

Sebelum memulai berdo’a, guru harus meyakinkan peserta

didik dalam keadaan siap menerima pelajaran. Apabila sudah siap

maka guru memberi salam kemudian memimpin do’a. Dengan

do’a setiap perbuatan tersebut akan dinilai ibadah serta perbuatan


52

tersebut akan senantiasa dinaungi oleh cahaya ilahi. Hal ini sesuai

dengan hadis Rasulallah SAW “berilah kabar gembira dengan

adanya dua cahaya yang kedua-duanya diberikan kepadamu

(Muhammad) dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi

pun sebelum kamu yakni pembuka Kita (Surat Al-Fatihah) dan

akhir surat Al-Baqarah. Tidaklah Engkau membacanya kecuali

diberikan kepadamu”.17

b. Memberi Hafalan Baru

Ustadzah Ida mengatakan,

“dari usia dini, anak-anak memang penting untuk


dibiasakan dalam menghafal Al-Qur’an agar pada kehidupan hari
selanjutnya mereka dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu
yang tidak asing lagi, bahkan ketika orang tersebut sibuk
menghafal Al-Qur’an sehingga tidak memiliki waktu untuk
berdo’a maka Allah akan memeberikan sesuatu yang lebih utama
yang diberikan kepada orang yang meminta-minta (berdo’a)”.

Pada setiap dua jam pertemuan para murid ditargetkan

menghafal Al-Qur’an setiap satu hari satu baris. Waktu yang

digunakan dalam penerapannya hanya sekitar 15 menit.

c. Sistim Halaqah (studi lingkaran)

Kurang lebih setelah 15 menit selesai proses pemberian

hafalan, maka murid dalam satu kelas dibagi menjadi dua

kelompok sesiao dengan hafalannya.

17
Maulana Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Munthakab Ahadis (Bandung: Pustaka
Ramdhan. 2007), H. 353
53

Ustadzah Ida menjelaskan,

“pembentukan sistim halaqah ini sangat penting


dilakukan dalam pembelajaran disamping untuk menjadikan
pembelajaran semakin bervariasi terlebih dari itu sistim
halaqah merupakan sunnah Baginda Rasulallah SAW.
Terlihat ketika awal permulaan Islam di Madinah, beliau
memulai pembelajaran dengan sistim halaqah yang dimana
saat itu Rasul Muhammad SAW sendirilah yang menjadi
pengelolanya”.

d. Klasikal Simak

Pada klasikal simak ini dilakukan untuk melatih lebih teliti

dalam mempelajari Al-Qur’an. Siswa satu persatu dipersilahkan

melafalkan hafalannya sedangkan teman-teman yang lain

menyimak dengan melihat Al-Qur’an. Kemudian dalam proses

pengoreksian atau membenarkan bacaan hafalan ketika simak juga

dimodifikasi sebaik mungkin dan jauh dari unsur cacian maupun

celaan, sehingga apabila siswa yang satu dikoreksi hafalannya oleh

teman-temannya hal tersebut tidak akan membuat yang dikoreksi

merasa tersinggung bahkan mereka sangat dimotivasi dalam

membenarkan hafalannya. Hal tersebut dijelaskan oleh Suyono,

“dapat membuat pelajaran berkembang secara positif (keakraban,

saling mengerti, sesama anatara guru dan murid sehingga tidak

adanya hukuman, bentakan dan ancaman), aman, mendukung,

santai tapi serius, serta menyenangkan”. 18

18
Suyono, Implementasi Belajar Dan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015). H. 39
54

e. Klasikal Individual

Setelah diberikan waktu beberapa menit untuk saling

menyimak satu sama lain secara menyeluruh, maka muris-murid

diperkenankan mendekat kepada guru untuk diberikan kesempatan

hafalan secara individu dengan gaya khas wafa sesuai dengan batas

hafalannya sebelumnya.

Proses individual sangant penting dilakukan selain untuk

mengetahui kelemahan murid secara langsung terlebih sebagai

syarat yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika

beliau mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril as antara malaikat

Jibril dan Muhammad SAW sering terjadi saling simak dimana hal

ini dilakukan agar kontak antara guru dan muridnya tidak

terganggu oleh suara-suara lain. “Inilah Filosof Yunani dalam

pembelajaran antara murid dan guru semisal scorates kepada

Plato, Plato kepada Aristoteles, dalam arti terjadi interaksi antara

guru dan satu murid (one by one)”.19

6. Keunggulan Dan Kekurangan Metode Wafa

Sama dengan metode lainnya, metode wafa pun memiliki

keunggulan dan kelemahan, diantaranyan

19
Inu Kencana, Al-Qur’an dan Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.30.
55

a. Keunggulan metode wafa

1) Menggunakan bahasa ibu, metode wafa dengan penyusunan

buku jilidnya menyusun huruf per huruf membentuk kata yang

mirip dengan bahasa ibu, dengan kata lain bahasa kita yaitu

bahasa indonesia. Penyusunan pengenalan huruf awal dibagi

menjadi beberapa konsep, salah satunya: (ma, ta, sa, ya, ka, ya,

ra, da)

2) Menggunakan gerakan, sebelum mengenalkan huruf kepada

anak-anak guru bertanya dengan menggunakan gerakan,

misalkan: ‘anak-anak ini apa?” (sambil menunjuk mata) mata,

guru meminta anak-anak menirukan ucapan dan gerakan guru.

Setelah itu guru menunjukkan kartu huruf ma dan ta.

3) Melagukan, penerimaan komunikasi anak usia dini yang paling

maksimal adalah dengan intonasi atau nada. Dengan

melagukan setiap apa yang dibaca, anak-anakakan lebih mudah

menyerap.selain itu, islam menganjurkan membaca Al-Qur’an

dengan merdu dan dengan lagu yang indah. Pilihan lagu yang

digunakkan Wafa adalah lagu Hijaz.

b. Kelemahan metode wafa

1) Dari segi makhorijul huruf sengaja mengambil sanad yang

mudah, sehingga hasil bacaan makhrojnya kurang sempurna


56

2) metode wafa merupakan pembelajaran Al-Qur’an yang

tergolong baru sehingga untuk sertifikasi guru wafa pun

tergolong mudah

D. Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang

dilakukan seseorang dalam bentuk karya ilmiah yang membahas persoalan

yang sama, maka sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang

memiliki spesifikasi pembahasan yang berbeda perlu menampilkan

beberapa hasil penelitian dibawah ini.

1. Gifri Nafi’ah, NPM 2811133100, tahun 2017, dengan judul

“Implementasi Metode Wafa dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa di SDIT Nurul Fikri TulangAgung”.

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan metode wafa dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di SDIT Nurul Fikri.

Penulis menjadikan skripsi ini sebagai referensi dengan alasan adanya

unsur kesamaan dan perbedaan dengan skripsi penulis yang berjudul

“Implementasi Metode Wafa dalam meningkatkan kemampuan

menghafal Al-Qur’an kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Bandar Lampung”. Persamaannya yaitu sama-sama mengguanakan

Metode Wafa. Perbedaannya yaitu penulis lebih spesifik


57

pembahasannya untuk mengetahui Implementasi metode wafa dalam

meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an. 20

2. Angga Saputra, NPM 151101006, tahun 2009, dengan judul

“Efektivitas Implementasi media Audio Mp3 Qur’an dalam

meningkatkan hafalan Al-Qur’an Santri di TPA Falahuddin Bandar

Lampung”. Skripsi ini telah membahas bahwa media Audio Mp3

Qur’an sangat efektif dalam keberhasilan menghafal Al-Qur’an.

Adapun penulis menjadikan skripsi ini sebagai referensi dengan alasan

adanya unsur kesamaan dan perbedaan dengan skripsi penulis yang

berjudul “Implementasi Metode Wafa dalam meningkatkan

kemampuan menghafal Al-Qur’an kelas IV di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung”. Persamaannya pada skripsi ini yaitu

sama-sama meningkatkan hafalan Al-Qur’an. Perbedaannya pada

skripsi ini dengan skripsi penulis terletak pada penggunaan metode.21

3. Skripsi yang ditulis oleh Lestari Friska Budi, yang berjudul

“Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an

Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga”.

Skripsi ini membahas pelaksanaan metode wafa dalam tahfidz Al-

Qur’an. Adapun penulis menjadikan skripsi ini sebagai referensi

dengan alasan adanya unsur kesamaan dan perbedaan dengan skripsi

20
Gifri Nafi’ah, “Implementasi Metode Wafa dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an siswa di SDIT Nurul Fikri TulangAgung”, (Jawa Timur: Skripsi Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan FTIK, 2017)
21
Angga Saputra, “Efektivitas Implementasi media Audio Mp3 Qur’an dalam
meningkatkan hafalan Al-Qur’an Santri di TPA Falahuddin Bandar Lampung” Tahun Pelajaran
2019, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
58

penulis yang berjudul “Implementasi Metode Wafa dalam

meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an kelas IV di SDIT

Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung”. Persamaan pada skripsi

ini sama-sama mengkaji keberhasilan menghafal Al-Qur’an.

Perbedaannya pada skripsi ini dengan skripsi penulis terletak pada

metode yang digunakan22

E. Kerangka Berpikir

Al-Qur’an memerankan fungsi utama dalam mendidik dan

mentarbiyah jiwa manusia agar menjadi sangat penting dalam peningkatan

potensi spritual dan pembentukan peserta didik menjadi manusia yang

beriman kepada Allah SWT dan yang berakhlak mulia sesuai Al-Qur’an

Uraian diatas menjadi sebab bahwa pendidikan melalui

penghafalan Al-Qur’an yang dimulai dari mengenal dan membaca huruf

hijaiyah, membaca sesuai tajwid (tartil) hingga menghafalnya sesuai

kaidah sangat diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas yang penulis peroleh dari latar belakang

SK dan KD SDIT Fitrah Insani pada mata pelajaran Al-Qur’an dapat

menjadi acuan terpilihnya metode wafa yang digunakan dalam

penghafalan Al-Qur’an. Metode Wafa adalah suatu metode pengajaran

menghafal Al-Qur’an dengan memahami artinya dan mengaktifkan otak

kanan dengan gerakan sesuai dengan terjamah ayat yang dibaca, sehingga

hafalan semakin melekat kuat. Untuk mencapai target yang diinginkan


22
Tutik Khoirunisa, “Penerapan Metode Wahsah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur’an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga”, Tahun Pelajaran
2016, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
59

dalam penghafalan Al-Qur’an dengan menggunakan metode wafa

tentunya memerlukan pembelajaran yang baik, sehingga diharapkan

penghafalan dapat berjalan secara efektif dan efesien.

Dengan demikian akan terlihat hasil yang dicapai dan adanya

pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode Wafa.

Adapun kerangka berpikir dalam studi ini dapat dilihat pada bagan sebagai

berikut:

Instrumental Input:

1. Guru
2. Tujuan pembelajaran
3. Materi
4. Metode
5. Media pembelajaran
6. Evaluasi

Proses:
Output:
Input: 1. Perencanaan pembelajaran
Menghasilkan
Menghafal Al-Qur’an dengan
siswa yang
metode Wafa dapat
2. Pelaksanaan pembelajaran melafalkan dan
Siswa
Menghafal Al-Qur’an dengan menghafal ayat-
metode Wafa ayat Al-Qur’an
3. Penilaian pembelajaran menghafal 2 juz dengan
Al-Qur’an dengan metode wafa benar

Environmental Input:

Lingkungan kelas
BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum SDIT Fitrah Insani

1. Sejarah Berdirinya SDIT Fitrah Insani

Pendirian SDIT Fitrah Insani digagas oleh beberapa orang yaitu

(Didik Agus Triwiyono, Maman Sulaeman, Saepudin, Rachmat

Tarman Dan Aries Fariady) Jl Batu Kalam/ Abdul Muis Langkapura

Baru, Kota Bandar Lampug, Prov. Lampung yang pada awal tahun

2002 merasa gundah terhadap anak-anak mereka yang akan memasuki

usia Sekolah Dasar. Kegundahan tersebut berawal pada kesulitan

untuk menemukan sekolah yang terjangkau dan berkualitas, baik dari

sisi pembinaan wawasan keilmuan maupun pembinaan mental, moral

dan agamanya. Ada beberapa Sekolah Islam Terpadu yang berkualitas

tetapi relatif kurang terjangkau dari sisi pertimbangan jarak dan

pertimbangan ekonomi.

Berangkat dari kondisi tersebut bersepakat untuk

mengembangkan sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu, yang akhirnya

diberi nama Fitrah Insani. Belajar dari beberapa sekolah yang

menggunakan konsep sekolah yang menggunakan konsep Sekolah

Islam Terpadu yang telah lebih dahulu tumbuh di Bandung dan

sekitarnya, lengkap dengan kurang lebihnya, beberapa orang tersebut

kemudian memulai langkahnya dengan tahap berikut:

60
61

a. Mensosialisasikan gagasan pendirian SDIT, terutama kepada

lingkungan terdekat di wilayah langkapura

b. Bersama beberapa tambahan orang lainnya membuat perencanan

pendirian sekolah

c. Membentuk Yayasan Fitrah Insani (YFI) yang akan menaungi

lembaga SDIT Fitrah Insani, (dewan pendirinya adalah Askari

Chalil, Didik Agus Triwiyono, M. Mahdi Idris, Saepudin, Maman

Sulaeman Dan Yatno) melalui akte notaris no 01 tanggal 20 maret

2002 di hadapan notaris Iriawan, SH.

d. Membentuk sebuah badan otonom pengelola sekolah yaitu Badan

Perguruan Fitrah Insani (BP-FI) melalui Surat Keputusan Ketua

Yayasan Fitah Insani No. KEP-001/YFI/04/2002 tanggal 11 April

2002.

e. Membuat nota kesepahaman kerjasama dengan Dewan Keluarga

Masjid Al-Mujahidin di Batu Kalam, Langkapura, yang isisnya

adalah kesepakatan penggunaan lokal kelas yang ada di lingkungan

Masjid Al-Mujahidin tersebut untuk penyelenggaraan SDIT FI

f. Bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan Terpadu

(LP2T) Insani untuk membantu pengembangan perangkat lunak

sekolah.

g. Melaksanakan persiapan teknis penyelenggaraan sekolah,

diantaranya adalah: menginventarisasi calon siswa dan membuka


62

pendaftaran calon siswa, menyeleksi calon guru (bersama LP2T),

mengadakan seminar pendidikan, open house dll.

h. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk pertama

kalinya pada bulan juli 2002 dengan 24 orang sisiwa dan dua orang

guru, yaitu Dra. Chairini (merangkap kepala seolah) dan Dra.

Hartati (merangkap wali kelas), dan pada bulan januari 2003

ditambah dengan Dra. Dwi Handayanti.

Pada awal tahun 2003 BP-FI berhasil mengumpulkan dana

untuk membebaskan lahan seluas 560 m2 dan dana (sebagian

diantaranya adalah hutang dan personal dan dari Bank Syariah

Mandiri Bandar Lamapung) untuk membangun di atas tanah

tersebut gedung berlantai dua dengan enam ruang kelas dengan

luas bangunan 255 m2. Bangunan baru pada tahun pelajaran 2003-

2004 yaitu mulai bulan juni 2003.

Pada kesempatan selanjutnya pengembangan dilakukan

terus baik dari sisi kemampuan manajmen, menyediakan saran-

prasarana, peningkatam kualitas penyelenggaran KBM, pembinaan

SDM dan siswa.

Pada tahun 2004 berhasil dibebaskan tanah tambahan seluas

350 m2 yang bersambung dengan lahan sebelumnya, dan pada

tahun 2005 dilakukan pembangunan tahap kedua sebanyak 4 lokal,

dimana dua lokal dipergunakan untuk kantor dan laboratorium

komputer serta perpustakan. Pada tahun ini jumlah siswa telah


63

mencapai 225 siswa yang terbagi dalam 9 rombel (rombongan

belajar)

Kemudian pada tahun 2006 dilakukan pembangunan tahap

ketiga dan keempat yang membangun tambahan 4 ruang kelas pada

lantai-2.hal ini mengikuti kebutuhan ruang kelas sehubungan

dengan bertambahnya rombrl yang menjadi 12 pada tahun

pelajaran 2006-2007.

Selanjutnya pada tahun 2007 kembali dibangun 4 ruang

kelas baru sehingga total telah tersedia 16 ruang kelas. Dan pada

tahun pelajaran 2007-2008 SDIT Fitrah Insani telah menampung

siswa baru sebanyak 141 siswa dalam 5 kelas paralel.

Merespon permintaan saudara-saudara kami di wilayah

Langkapura dan sekitarnya, pada tahun 2006 Yayasan Fitrah Insani

Langkapura mendirikan SDIT Fitrah Insani-2 dengan mengontrak

bangunan yang bertempat di Jl Batu Kalam/Abdul Muis

Langkapura Baru, Kota Bandar Lampung, Prov. Lampung. Pada

angkatan pertama ini terekrut sebanyak 29 siswa.

Guna pengembangan sekolah, YFI pada Februari 2007

alhamdulillah telah berhasil membebaskan tanah seluas 2100 m2 di

Jl Batu Kalan/Abdul Muis Langkapura Baru yang kemudian

dibangun lima lokal ruang kelas dan kantor. Hal itu seiring dengan

perkembangan siswa, dimana pada tahun pelajaran 2007-2008


64

SDIT FI-2 menerima 40 orang siswa baru yang terbagi dalam 2

rombel.
1
2. Visi dan Misi SDIT Fitrah Insani

a. Visi Sekolah

Indikator Visi Sekolah :

1) Terdepan dalam integrasi pendidikan agama dan umum.

2) Terdepan dalam pembinaan pribadi muslim.

3) Terdepan dalam kualitas pembelajaran tahsin dan tahfizh

4) Terdepan dalam mengembangkan potensi peserta didik

b. Misi Sekolah

1) Menyelenggarakan pendidikan terpadun dengan

mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan secara

umum.

2) Mewujudkan kultur sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai

islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Menumbuhkan semangat membaca dan menghafal Al-Qur’an.

4) Membina dan mengembangkan kecerdasan integrasi peserta

didik.

5) Membangun tradisidan lingkungan belajar yang kondusif,

kompetitif, dan berakhlak mulia.

1
Ahmadi, Budaya Sekolah SDIT Fitrah Insani Langkapura, (Bandar Lampung: Jsit
Indonesia, 2017), h. 2
65

3. Program Tahfidz SDIT Fitrah Insani

SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung dalam

melakukan pembinaan dan pendampingan menghafal Al-Qur’an tentu

sepenuhnya tugas guru, pelaksanaan program tahfidz dimulai setelah

sholat dhuha dan juga apel pagi yaitu pukul 07.00 s.d 08.00 WIB dan

setelah setelah shalat Dzuhur. 2

SDIT Fitrah Insani juga memiliki program unggulan untuk

target pencapaian yang diharapkan kepada siswa bisa terwujud. Untuk

menambah kecintaan dan semangat menghafal siswa terhadap Al-

Qur’an SDIT Fitrah Insani mengadakan Qur’an Camp kegiatan ini

adalah program takhosus tahfidz Qur’an. Qur’an Camp adalah

kegiatan yang dilakukan untuk menunjang pencapaian hafalan Qur’an

siswa. Dalam program ini selain program menghafal dengan waktu

yang lebih banyak, siswa juga mendapatkan materi seputar ilmu Al-

Qur’an, motivasi menghafal Qur’an dan lain sebagainya.

Dalam pembinaan yang dilakukan secara internal dengan

menggunakan SDM sekolah sendiri, program Camp yang dilakukan

dengan kerja sama dengan Cam 91 yang diikuti oleh kelas 4 dan 5

selama satu minggu, siswa bebas tidak mengikuti pelajaran disekolah.

Program tahfidz Al-Qur’an ini bertujuan untuk mencetak kader

ulama muda dan juga generasi qur’an dengan mengajarkan ilmu syar’i

2
Hasil Wawancara Dengan Koordinator Al-Qur’an, Ida Fitriyana, Pada Tanggal, 31
Januari 2020, Pukul 09:09 WIB
66

yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan pemahaman

yang benar, setelah dilakukan Qur’an Camp, baik yang dilakukan

secara internal maupun melalui kerja sama telah menunjukkan hasil,

karena SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung Bandar

Lampung mewajibkan siswa lulus hafal Qur’an 2 juz.

4. Sarana dan Prasarana SDIT Fitrah Insani

SDIT Fitah Insani Langkapura Bandar Lampung memiliki

berbagai sarana pendidikan yang memadai untuk menunjang proses

pembelajaran dengan rincian sebagai berikut

Tabel 1.1
Data Sarana Dan Prasarana Sdit Fitah Insani Langkapura
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2020
No Nama Sarana Dan Prasarana Jumlah
1 Ruang Kelas 16 Ruang
2 Ruang Perpustakaan 1 Ruang
3 Laboratium Ipa 1 Ruang
4 Ruang Sintasi 8 Ruang
5 Ruang Aula 1 Ruang
6 Ruang Guru 1 Ruang
7 Ruang Kepsek 1 Ruang
8 Ruang TU 1 Ruang
9 Ruang Ibadah 1 Ruang
10 Ruang Olah Raga 1 Ruang
11 Ruang UKS 1 Ruang
12 Ruang Gudang 1 Ruang
(Sumber: Dokumentasi, disalin pada tanggal 31 januari 2020)
67

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SDIT Fitrah Insani


a. Keadaan Guru dan Karyawan SDIT Fitrah Insani

SDIT Fitrah Insani dipimpin oleh seorang kepala sekolah

yang mempunyai tugas memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan

pendidikan di sekolah. Selain kepala sekolah yang juga sangat

menentukan maju dan tidaknya mutu pendidikan siswa adalah

guru. Guru adalah ujung tombak sebuah lembaga pendidikan,

karena di tangan guru keberhasilan proses belajar mengajar, baik

yang berkaitan dengan kualitas guru maupun kuantitas guru,

kualitas meliputi kemampuan guru, kompetensi guru, sehingga

dengan demikian guru merupakan unsur yang sangat penting dalam

dunia pendidikan. SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung tahun pelajaran 2019/2020 memiliki tenaga edukatif 50

Orang, termasuk kepala sekolah.

Untuk membantu kelancaran urusan administrasi, baik yang

berhubungan dengan guru maupun dengan siswa, kepala Sekolah

SDIT Fitrah Insani menanganinya langsung dan dibantu beberapa

guru yang di tunjuk. Selain itu, untuk menjaga inventaris dan

kebersihan lingkungan SDIT Fitrah Insani mempunyai seorang

tenaga. Untuk lengkapnya tenaga edukatif dan tenaga administrasi

SDIT Fitrah Insani, dapat dilihat dalam tabeli berikut:


68

Tabel 1.2

Datar Guru Dan Karyawan Sdit Fitrah Insani Langkapura


Bandar LampungTahun Pelajaran 2019/2020

NO Nama Jabatan
1. Ahmadi, S.Pd Kepala Sekolah
2. Sulistiyani, A.Md Guru Ketua komite
3. Ida Fitriyana ABM, S.Pd.I Guru Koor. Qur’an
4 Susi Septiana, S.Pd Guru
5 Sulistiyani, S.Pd.I Guru
6 Sepriyanti, S.Pd Guru
7 Dwi Wulandari, S.Pd Guru
8 Fatimah Azzahroh, S.Tr.P Guru
9 Misna Amandasari, S.Pd Guru
10 Intan Sari, S.Pd Guru
11 Rofiqoh Al-Khoiriah, S.P Guru
12 Izdiharolina Sofaa, S.Si Guru
13 Annisa Sholihah, S.Pd Guru
14 Eva Yunisma, S.Pd Guru
15 Dony Alfaruqy, S.Pd Guru
16 Dede Abdurrahma, S.Pd Guru
17 Indriani Sari Pertiwi, S.Sos Guru
18 Diana Sri Pertiwi, S.Pd Guru
19 Sri Wahyuni, S.Pd Guru
20 Rika Rachman, S.Pt Guru
21 Widati, S.s Guru
22 Yusi Yensa, S.Pd Guru
23 Muzannur, S.Pd Guru
24 Irfan Nurfatin, S.Pd Guru
25 Masdiana, S.Kom Guru
26 Yeni Rahmawati, S.Pd Guru
69

27 Euis Karlina, S.Pd Guru


28 Eliyana Putri, S.Pd.I Guru
29 Trio Widiyanto, S.Pd.I Guru
30 Desis Kurniyati, S.Pd Guru
31 Erni Astuti, S.Pd Guru
32 Yuliyanti, S.Pd Guru
33 Dewi Ayu A.W, S.Pd Guru
34 Ria Fauziah, S.Pd Guru
35 Lita Agustina, S.Pd.I Guru
36 Sugianti, S.Pd Guru
37 Malahayati, S.Pd Guru
38 Hilda Oktaria, S.Pd Guru
39 Eva Dian Sari, S.Kom Guru Mata Pelajaran
40 Ahmad Fuadi Asy’ari, S.Pd Guru Mata Pelajaran
41 Yulistian Arismunandar, M.Pd Guru Mata Pelajaran
42 Munawir, S.Pd.I., M.Pd Guru Mata Pelajaran
43 Sari Firda Tika, S.Kom Guru TU dan Karyawan
44 Gusman Arfani, S.T.P Guru TU dan Karyawan
45 M. Asharudin, S.Kom Guru TU dan Karyawan
46 M. Hijaz CS Guru TU dan Karyawan
47 A. Say Pudin CS Guru TU dan Karyawan
48 Jaya Saputra CS Guru TU dan Karyawan
59 Hendriansyah CS Guru TU dan Karyawan
50 Sahroni SC Guru TU dan Karyawan
(Sumber: Dokumentasi, disalin pada tanggal 31 januari 2020)

b. Keadaan Siswa SDIT Fitrah Insani

Siswa merupakan subjek dalam pendidikan yang selalu

membutuhkan arahan, bimbingan dan didikan dari guru, SDIT


70

Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2019/2020, mempunyai siswa sebanyak 418 siswa terbagi dalam

12 kelas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1.3
Jumlah Siswa Sdit Fitah Insani Langkapura Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2019-2020
Rekapitulasi Siswa
Tingkat Jumlah
1 79
2 77
3 82
4 75
5 55
6 50
TOTAL 418
(Sumber: Dokumentasi. Disalin pada tanggal 31 januari 2020)

B. Deskripsi Data Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, peniliti memperoleh

data tentang “Implementasi metode Wafa dalam meningkatkan

kemampuan mengahafal Al-Qur’an kelas IV di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung.” Dengan menggunakan metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi, Pada sub-sub ini mendeskripsikan data yang

sesuai dengan fokus dan pertanyaan penelitian. Deskripsi data penelitian

yang dimaksudkan untuk memaparkan data yang diperoleh dari SDIT

Fitrah Insan yang hasilnya dapat diklarifikasi menjadi beberapa jenis

yaitu:
71

1. Penerapan Metode Wafa Kelas IV di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung.

a. Perencanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa di SDIT

Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung

Perencanaan ialah salah satu hal pokok yang harus dibuat

guru sebelum melaksanakan pembelajaran karena dengan

perencanaan tersebutlah guru diharapkan memiliki arah dan

pedoman dlam kegiatan belajar mengajar. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan silabus merupakan komponen penting

dalam perencanaan pembelajaran. Perencanaan yang baik dan

sistematis akan memaksimalkan pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Pertama, mengenai recana pembelajaran terkait RPP dan

silabus. Hasil wawancara penulis dengan guru al-Qur’an, beliau

mengatakan3

“mengenai RPP dan silabus, langsung dibuat untuk


beberapa kali pertemuan, guru diminta mengumpulkan RPP pada
saat supervisi yang diadakan satu bulan sekali”.

Selaras dengan hasil wawancara kepada guru al-Qur’an mereka

mengatakan bahwa setiap guru al-Qur’an membuat RPP untuk

pertemuan selama satu bulan. Kemudian yang kedua mengenai

tujuan secara keseluruhan dalam penghafalan al-Qur’an dengan

menggunakan metode Wafa ialah membaca al-Qur’an dengan

3
Eva Dian Sari (Guru Al-Qur’an), Wawancara Dengan Penulis, Sekolah SDIT Fitrah
Insani, Bandar Lampung, 13 Oktober 2020.
72

benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, menulis huruf hijaiyah

dengan baik dan benar serta menghafalkan juz 29 dan 30.

Berdasarkan wawancara dengan koordinator Al-Qur’an

dikatakan bahwa tujuan pembelajaran dirumuskan oleh guru pada

setiap materi ajar dalam satu kali pertemuan4.

“program pembelajaran al-Qur’an yang dilakukan di SDIT Fitrah


Insani Langkapura Bandar Lampung ialah tilawah (Wafa 1 sampai
5 serta gharib dan tajwid, tadarus al-Qur’an dan tahqiqul qiraah)
menulis serta tahfidz. Awalnya tahfidz dikelola oleh guru al-
Qur’an namun dinilai kurang efektif maka sekarang tahfidz
dikelola oleh semua guru kelas masing-masing peserta didik.
namun untuk tahfidz nantinya akan lebih ditekankan ketika
tahqiqul qiraah yang mana hal tersebut diajarkan oleh guru al-
Qur’an. Jumlah jam pelajaran di bagi menjadi tiga yaitu kelas 1
dan 2 ada 10 jam pelajaran dalam seminggu, kelas 3 dan 4
sebanyak 8 jam pelajaran sedangkan kelas 5 dan 6 sebanyak 6 jam
pelajaran. Untuk wafa gharib dan tajwid, pada kelas rendah
didahulukan tajwid kemudian gharib sedangkan kelas tinggi
didahulukan gharib kemudian tajwid”.

Guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran ada

beberapa hal yang dilakukan seperti

“setiap paginya dikumandangkan pembacaan al-Qur’an dengan


nada hijaz yang merupakan ciri khas dari metode Wafa, setiap
bacaan, dan doa-doa semuanya menggunakan nada hijaz.
Kelompok guru al-Qur’an baik ustdz/ah mengadakan program
tahsin dan tahfidz yang dilakukan secara berkala dan konsisten”.

Ketiga, materi pembelajaran direncanakan oleh masing-

masing guru pada setiap kelompok dengan jilid yang sama dengan

teknik pengajaran yang berbeda. Setiap guru al-Qur’an memiliki

trik tersendiri dalam menyusun teknik tersebut, berdasarkan hasil

4
Ida Fitriana (Koordinator Guru Al-Qur’an), Wawancara Dengan Penulis, Sekolah SDIT
Fitrah Insani, Bandar Lampung, 13 0ktober 2020.
73

wawancara dengan guru al-Qur’an mengungkapkan bahwa

biasanya ketika mereka mendapatkan nama-nama anak yang akan

diajar mereka langsung bertanya kepada wali kelas masing-msing

dan guru al-Qur’an sebelumnya mengenai karakteristik anak

tersebut.

Keempat, perencanaan strategi, berdasarkan hasil

wawancara dengan guru al-Qur’an mengatakan5:

“pemilihan strategi penghafalan mengikuti konsep


TANDUR dengan konsep pengayaan, baca tiru yang menjadi
strategi wajib dalam pengenalan konsep, kemudian dilakukan baca
simak murni dengan kelompok belajar dengan jumlah 10-15
orang”.

Strategi dasar yang dugunakan baca tiru dan baca simak

murni, bagi pembelajaran tilawah sedangkan untuk tahfidz dalam

tahqiqul qiraah strategi dasarnya ialah sabaq (penambahan) sabqi

(pengulangan hafalan kemarin) dan manzil (pengulangan hafalan

secara keseluruhan). Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan yang berorientasi kepada peserta didik, peserta didik

banyak melakukan strategi drill. Berdasarkan keterangan dari

koordinatior al-Qur’an

“Drill bertujuan untuk mengetahui kesulitan dan kesalahan yang


sering terjadi pada siswa dalam membaca al-Qur’an. Bahkan
biasanya mereka harus melakukan tiga kali dirll dengan guru al-
Qur’an mereka sebelum mengikuti tes kenaikan jilid. Kemudian
baru melakukan tes dengan saya ataupun dengan ustdz/ahsenior
lainnya”.

Munawir (Guru Al-Qur’an), Wawancara Dengan Penulis, Sekolah SDIT Fitrah Insani,
5

Bandar Lampung, 13 Oktober 2020.


74

Kelompok baru terbentuk jika jumlah peserta didik yang

mencapai target pencapaian materi yang sama, misalkan beberapa

orang anak dari kelompok yang berbeda melaksanakan ujian naik

jilid, jika jumlahnya cukup untuk dibuat kelompok, maka

kelompok baru dibentuk, jika jumlahnya sedikit maka anak didik

dimasukkan pada kelompok Wafa berikutnya. Hasil observasi guru

kebanyakan kelas atas memiliki kelompok Wafa dengan jilid yang

berbeda-beda.

Kelima, berkenaan dengan media dan sumber belajar, guru

mempersiapkan alat peraga buku besar yang berisi materi ajar

perjilid, bisa juga kartu permainan untuk memudahkan peserta

didik mengingat poin-poin penting yang perlu diingat dalam baca

al-Qur’an seperti bentuk huruf yang serupa, tanda baca dan lain-

lain. Sebelum pembelajaranpun biasanya dimulai dengan cerita dan

ice breaking untuk mendapatkan perhatian dari peserta didik bisa

juga dengan menggunakan nada hijaz untuk pelajaran yang mana

ketika guru menjelaskan dan murid yang bertanya juga

menggunakan nada hijaz tersebut, seperti materi dengung.

Keenam, berhubungan dengan perencanaan evaluasi,

berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator al-Qur’an, setiap

guru al-Qur’an mengikuti ketentuan dari pihak pengembang Wafa

yang telah mengatur ketentuan penilaian. Penilaian dilakukan tiap


75

akhir pembelajaran oleh masing-masing guru tiap kelompok

dengan menggunakan buku prestasi dan jurnal harian.

b. Pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan metode Wafa

kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terhadap

pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa di SDIT

Fitrah Insani didapatkan lah data sebagai berikut.

Pertama, media pembelajaran, yaitu jenis pengantar konten

pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Guru al-Qur’an

menggunakan alat peraga buku besar yang berisi materi ajar jilid,

kartu-kartu permainan yang digunakan untuk memudahkan peserta

didik mengingat poin-poin penting seperti bentuk huruf yang

serupa, tanda baca dan lain lain.

Kedua, materi disampaikan dengan menggunakan konsep

dan contoh melalui lagu, gambar, gerakan, menggunakan atau

mengubah strategi mengajar, pembelajaran dibantu dengan media,

alat bantu, untuk menghindari kejenuhan. Hal tersebutlah yang

membedakan metode Wafa dengan metode lainnya.

Ketiga, guru menggunakan gerakan gerakan tertentu dalam

mengajarkan al-Qur’an untuk mengatasi problem yang serik

dihadapi anak seperti panjang pendek, dengung dan pelafalan huruf

yang serupa. Hal tersebut juga dilakukan untuk memusatkan

perhatian dan fokus peserta didik terhadap pembelajaran.


76

Keempat, kontrol pembelajaran, dalam hal ini peran guru

sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar

mengajar yang menyenangkan aktif dan memungkinkan

anakberprestasi secara maksimal. Guru melaksanakan berbagai

strategi mengajar dan pengelolaan kelompok mengajar sehingga

peserta didik dapat dipastikan aktif dalam proses pengajaran. Pada

saat pembelajaran pun guru Al-Qur’an memperbaiki secara

langsung bacaa-bacaan al-Qur’an para peserta didik.

Kelima, guru al-Qur’an merupakan pendidik yang telah

bersertifikasi karena telah mengikuti latihan serta workshop guna

untuk pengembangan kompetensi yang harus dikuasi dan diberikan

secara berkala.

Guru al-Qur’an mengungkapkan beberapa workshop yang

harus mereka ikuti diantaranya ialah pelatihan manajemen, bedah

buku wafa 1 sampai 5 tajwid dan gharib, problem solving

permasalahan dalam kelompok dan lain-lain.

Langkah TANDUR yang merupakan bagian dari Wafa

terlihat pada proses pembelajaran dari awal sampai akhir yaitu

sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan anak didik untuk memulai pelajaran dengan

berkreasi membat tanya jawab kabar yang menarik, dengan

bernyanyi.
77

2. Guru mengarahkan peserta didik untuk melafalkan pokok

bahasan yang dipelajari.

3. Menanamkan konsep kepada anak dengan strategi yang

variatif, dengan kartu, gerakan dan lagu.

4. Baca tiru dengan alat peraga,yakni guru membaca peserta didik

menirukan.

5. Baca simak dengan peserta didik, peserta didik membaca

secara bergantian potongan-potongan ayat.

6. Pemberian bintang pada peserta didik dengan predikat

shalih/ah.

Penjelasan singkatnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1.4
Penerapan TANDUR pada pembelajaran AL-Qur’an dengan metode Wafa
di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

Tahapan Kegiatan Waktu

Tumbuhkan Menanyakan kabar doa, cerita, menonton 5 Menit


film, menyanyi dan lain-lain.

Mengulang materi sebelumnya secara 7 Menit


singkat melanjutkan materi penguatan, bisa
dalam bentuk permainan yang
memaksimalkan keterlibatan peserta didik
Demonstrasi (permainan kartu baca, tebak-tebakan dan
lain sebagainya). Baca Tiru (BT) dengan
alat peraga (guru membaca, kelompok
yang ditunjuk menirukan; peserta didik
membaca, peserta didik yang lain
menirukan)

Baca simak klasikal (BSK) dengan buku


Wafa (peserta didik membaca 1 halaman
yang lainnya menyimak, guru menilai;
78

Ulangi peserta didik membaca 1-2 baris, yang lain 30 Menit


menyimak, guru menilai).

Murajaah dan penambahan hafalan


Murajaah hafalan (secara bersama-
sama,menambah hafalan baru dilakukan
dengan cara guru membaca 1 ayat dengan
diulang sebanyak 3 kali kemudian peserta
didik menirukan ayat yang dibaca
sebanyak 10 kali yang dilakukan dengan 15 Menit
variasi gerakan, guru menunjuk salah satu
peserta didik secara bergantian untuk
membacakan ayat tersebut, guru menilai
setelah anak hafal satu surah)

Rayakan Pemberian reward (stempel), menyanyi, 3 Menit


yel-yel, bintang, hadiah, penanaman
refleksi materi

Berdasarkan tabel diatas langakah TANDUR yang merupakan

bagian dari Wafa telihat pada proses pembelajaran dari awal sampai akhir

dengan alokasi waktu tersebut diatas, namun dalam penerapan hafalan

pihak SDIT Fitrah Insani menambahkan durasi waktu 30 menit sebelum

memulai pembelajaran untuk melaksanakan murojaah yang di bimbing

oleh guru kelas masing-masing

Pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa di SDIT

Fitrah Insani terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Adapun

singkatnya dapat dilihat pada tabel berikut.


79

Tabel 1.5

Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Wafa di SDIT


Fitrah Insani

No Isi KBM Uraian Alokasi


Waktu
Muqaddimah a. Ustadz/ah menyiapkan peserta
didik untuk berdoa kemudian
1 salam 10 Menit
b. Absensi peserta
c. Evaluasi kajian materi terdahulu
(appersepsi) atau yang disebut
murojaah

Penyajian a. Ustadz/ah mengenalkan materi


Materi baru satu persatu dalam bentuk
a. Baca Tiru permainan, tebak-tebakan dan
sejenisnya
b. Ustadz/ah mencontohkan, 15 Menit
peserta didik mengikuti secara
bersama-sama maupun
bergantian
2 c. Ustadz/ah menjelaskan ada atau
tidak hubungan materi tersebut
dengan materi sebelumnya.

b. Baca simak Masing-masing peserta didik 30 Menit


murni membaca secara bergantian
potongan-potongan ayat. Masing-
masing guru
Memiliki teknik yang berbeda
dalam melaksankannya, bisa
dibagi dalam beberapa kelompok
atau perorangan sehingga
pelaksanaanya tidak monoton

a. Ustadz/ah mengadakan evaluasi


terhadap peserta didik
3 Evaluasi secarabergilir melalui bacaan 15 Menit
peserta didik untuk Wafa 1
sampai Wafa 5
b. Untuk Gharib dan tajwid
melalui tanya jawab materi yang
telah dibahas. Tentunya dengan
menggunakan nada hijaz.
80

c. Evaluasi pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa di SDIT Fitrah

Insani Langkapura Bandar Lampung

Evaluasi pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa ada beberapa

penilaian meliputi tilawah, menulis, dan tahfidz. Penilaian tersebut terdiri

dari penilaian harian, penilaian kenaikan jilid dan penilaian akhir

(Munaqosyah).

1) Aspek yang dinilai

a) Tilawah

(1) Kelancaran (tilawah tanpa pikir)

(2) Fashohah (ketepatan huruf dan vokal A-I-U)

(3) Tajwid (panjang, tekan, dengung, gunnah dan tanda baca)

b) Menulis

(1) Kesesuaian dengan kaidah huruf hijaiyah

(2) Kerapian

c) Tahfidz/menghafal

(1) Kelancaran (tilawah tanpa pikir)

(2) Fashohah (ketepatan huruf dan vokal A-I-U)

(3) Tajwid (panjang, tekan, dengung, gunnah dan tanda baca)

(4) Wakaf dan ibtida

2) Penilaian Harian

Berikut ketentuan penilaian harian (kenaikan halaman):


81

a) Penialaian harian dilakukan oleh guru kelas/kelompok masing-

masing peserta didik

b) Hasil penilaian ditulis dibuku prestasi menurut kriteria sebagai

berikut

c) Pemberian nilai pada kartu prestasi menurut kriteria sebagai

berikut:

(1) Nilai A (lancar, dengan terjadi keselahan dalam 1 tempat dan

dapat membetulkan sendiri maksimal 3 kali pengulangan (guru

tanpa menunjukan kesalahannya)

(2) Nilia B (lancar dengan terjadi kesalahan maksimal 3 tempat

dan dapat membetulkan sendiri maksimal 3 kali pengulangan

(guru tanpa menunjukan okesalahannya).

(3) Nilai C (melakukan kesalahan lebih dari 3 tempat atau terdapat

satu kesalhan yang tidak dapat membetulkan sendiri)

Berikut konverensi nilai dari hasil penilaian tersebut

Nilai Konversi Kesalahan Keterangan

86-100 A 0 s/d 1 Lulus

76-85 B -2 s/d -3 Lulus

56-75 C >-3 Tahsin


(mengulang)

3) Penilaian Kenaikan Jilid

Penilaian kenaikan buku dilakukan oleh koordinator guru atau guru

ahli yang ditunjuk oleh koordinator guru, materi uji memakai buku
82

tilawah dengan kriteria penilaian. Adapun untuk kriteria penilaian

sama dengan penilaian harian.

4) Penilaian akhir (Munaqosyah)

Penilaian akhir (munaqosyah) dilakukan oleh tim Wafa pusat dari

surabaya. Anak yang lulus dari hasil evaluasi akhir yang dilakukan

oleh tim Wafa pusat berhak mengikuti munaqosyah, namun jika

mereka tidak lulus dalam penilaian akhir berdasarkan keputusan pihak

SDIT Fitrah Insani Langkapura mereka tetap dapat melaksanakan

munaqosyah tetapi tidak mendapatkan ijazah/sertifikat Wafa.

d. Peningkatan hafalan Al-Qur’an melalui pembelajaran al-Qur’an dengan

metode Wafa kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan mengenai

pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa di SDIT Fitrah Insani

Langkapura. Materi Wafa yang diajarakan dari Wafa1 sampai 5, tajwid

dan gharib serta tadarus al-Qur’an (tilawah) tentunya berguna untuk

meningkatkan kemampuan hafalan Al-Qur’an siswa SDIT Fitrah Insani.

Umumnya peserta didik menyelesaikan Wafa tilawah (wafa 1 sampai 5

tajwid dan gharib) pada kelas 4 tapi ada beberapa anak yang mampu

menyelesaikan ketika mereka berada dikelas 3. Pembelajaran berikutnya

yang mereka lakukan ialah tadarus al-Qur’an dan Tahqiqul Qiraah

(memperbaiki bacaan) pada tahap inilah peserta didik dapat menambah

hafalan, ketinggalan target hafalan dan memeperbaiki bacaan al-Qur’an

mereka.peserta didik di SDIT Fitrah Insani selalu menjaga wudhu mereka


83

karena senantiasa harus membaca al-Qur’an, sudah menjadi keunggulan

tersendiri bagi sekolah tersebut yaitu mengedepankan pendidikan al-

Qur’an diatas segalanya. Sekolah melalui metode Wafa telah mentargetkan

hafalan yang harus dicapai oleh peserta didik kelas IV SDIT Fitrah Insani.

Berikut target surah (juz 30) semester 1 dan 2 yang harus dihafal

oleh peserta didik Kelas IV di SDIT Fitrah Insani.

Tabel 1. 6
Target hafalan Al-Qur’an peserta didik kelas IV di SDIT Fitrah
Insani Langkapura Bandar Lampung
KLS SEM TILAWAH TAHFIDZ
MATERI SURAH
114. An nas sampai
93. Ad Dhuhaa
1 92. Al-Lail
91. Asy Syams
90. Al Balad
89. Al Fajr
4 88. Al Ghasiyah
Wafa Buku 4, 5 87. Al A’la
86. At thariq
85. Al Buruuj
84. Al Insyiqaq
2 83. Al Muthaffifin
82. Al Infithaar
81. At takwir
80. Abbasa
79. An naziat
78. An naba

Guna membuktikan peningkatan al-Qur’an tersebut guru al-

Qur’an melaksanakan evaluasi kepada siswa kelas IV di SDIT Fitrah

Insani Langkapura Bandar Lampung


84

Tabel 1. 7

Nilai Hafalan Al-Qur’an Semester Ganjil Siswa Kelas IV SDIT Fitrah


Insani Langkapura Bandar Lampung.

No Nama Hafalan Nilai


Fashohah Kelancaran Tajwid Predik
at
1 Asihwarya fatima paudane Juz 30 90 90 90 Lulus
2 Aisyah khumaira syahrega Juz 30 90 90 85 Lulus
3 Aliyya aqroba ruhma Juz 30 90 90 85 Lulus
4 Annisa zhafira intania Juz 30 85 90 90 Lulus
5 Aqeela yuki annisa Juz 30 85 90 85 Lulus
6 Aqilah kamilah Juz 30 75 90 80 Mengu
lang
7 Asya khamila Juz 30 90 90 85 Lulus
8 Atikah naura ariani Juz 30 85 90 80 Lulus
9 Dara alicia pratama Juz 30 90 90 90 Lulus
10 Delia zhavira putri Juz 30 90 85 85 Lulus
11 Dzakiya fitri syafiqoh Juz 30 90 95 85 Lulus
12 Faezza almira afeefa Juz 30 85 90 85 Lulus
13 Fazya akbar azmina Juz 30 85 85 80 Lulus
14 Husnul fathonah Juz 30 90 90 80 Lulus
15 Jihan kharisma Juz 30 75 85 75 Mengu
lang
16 Kanara fedya nasya Juz 30 85 90 85 Lulus
17 Khannisa aggraini Juz 30 90 85 85 Lulus
18 Khansa lathifa khairunnisa Juz 30 85 85 85 Lulus
19 Luthfiah nisa raidah Juz 30 90 85 85 Lulus
20 Najla farras nadhira Juz 30 75 85 85 Mengu
lang
21 Nasya aulia ramadhani Juz 30 85 90 90 Lulus
22 Nur asyfa safitri latif Juz 30 85 95 85 Lulus
23 Qonitah nuria zalfa Juz 30 90 90 80 Lulus
24 Shafa dwi rihadatul aisy Juz 30 90 90 90 Lulus
25 Tsabitah Hanin Juz 30 90 75 85 Mengu
lang
26 Ulima Rizqin Handoko Juz 30 90 85 85 Lulus
27 Zakiyyah Dina Amelia Juz 30 85 85 85 Lulus

Berdasarkan data diatas terlihat hasil nilai hafalan semester

ganjil terhadap siswa kelas IV yang dilakukan guru al-Qur’an SDIT


85

Fitrah Insani siswa rata-rata memperoleh nilai baik sesuai kriteria

kelulusan yaitu 85% atau sama dengan 23 peserta didik dengan

kemampuan menghafal al-Qur’an yang sangat baik dari 27 siswa.

Sedangkan yang belum mencapai target hafalan sekitar 15% atau

berjumlah 4 peserta didik, namun kemampuan menghafal al-Qur’an

mereka sudah cukup baik.

e. Dampak Metode Wafa Terhadap Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Kelas

IV Di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Setiap metode pembelajaran tentunya akan berdampak pada

perolehan kemampuan dan kualitas belajar anak berikut ini akan

dijelaskan tentang dampak metode Wafa terhadap kemampuan menghafal

al-Qur’an anak kelas IV di SDIT Fitrah Insani.

1) Peserta didik lebih mudah untuk mengenal huruf dan cara membaca

dengan cara yang bervariatif dan kontekstual sehingga anak lebih

mudah menghafalnya.

2) Dalam penilaian menghafal al-Qur’an, baik itu meliputi kelancaran

yakni lancar melafadzkan tanpa pikir, kefasihan yakni ketepatan

pengucapan makhraj huruf dan tajwid cukup baik. Hafalan al-Qur’an

anak secara keseluruhan sudah baik, tetapi ada beberapa poin kesulitan

yang dihadapi anak seperti menuturkan bunyi dengung, samar, huruf

jahr, menuturkan huruf yang bunyinya serupa sehingga masih harus

dilakukan latihan yang berkelanjutan.


86

3) Untuk kompetensi menghafal, anak didik diharapkan mampu

menghafal dengan lancar, baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid, dalam hal ini kemampuan menghafal pada buku Wafa bisa

dikatakan baik.

4) Kompetensi yang diharapkan dalam belajar al-Qur’an adalah menulis,

yang juga menjadi bagian kompetensi dasar dalam metode Wafa.

Sekolah ini belum sepenuhnya menjalankan program menulis al-

Qur’an, anak lebih banyak diarahkan belajar mandiri tanpa terikat jam

pelajaran untuk belajar menulis al-Qur’an.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penerapan Metode Wafa Kelas IV di SDIT Fitrah Insani

Langkapura Bandar Lampung.

1. Perencanaan pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa kelas

IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

Pembelajaran al-Qur’an Metode Wafa adalah menghafal

Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid. Tujuan pembelajaran dirumuskan pada setiap materi ajar

dalam satu kali pertemuan. Sekolah Dasar Islam Terpadu Fitrah

Insani Langkapura pada awalnya menggunakan metode iqra dalam

praktik pembelajaran al-Qur’an kemudian pada tahun 2016 untuk

pengembangan pengajaran al-Qur’an, wafa dirasa lebih cepat

dibandingkan metode sebelumnya dan wali murid juga menerima

dengan percepatan Wafa.

Tujuan pembelajaran menjadi point penting dalam

perencanaan pembelajaran, sebagaimana yang disebutkan dalam

buku perencanaan dan desain sistem pembelajaran bahwa rumusan

tujuan akan membantu guru untuk melihat apa yang harus dicapai

peserta didik, sehingga guru akan mampu memperkirakan dan

merumuskan apa saja yang dilakukan pada proses pembelajaran

87
88

termasuk pemilihan strategi, metode, media, dan penilaian. 1 Kaitan

metode dengan tujuan pembelajaran yaitu didasarkan atas kondisi

bahwa metode sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran,

sehingga metode apa yang akan kita gunakan banyak dipengaruhi

oleh kondisi tujuan pembelajaran itu sendiri.

Untuk Materi pelajaran direncanakan oleh masing-masing

guru pada setiap kelompok dengan jilid yang sama tetapi dengan

teknik pengajaran yang bebeda. Materi pelajaran hendaknya

diperkaya dari berbagai sumber yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Perencanaan materi ini, menurut Wina Sanjaya

menjadi penting sebab pada proses penyampaiannya guru akan

menggunakan teknik yang berbeda, yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaanya,

guru pada setiap kelompok pelajaran al-Qur’an memiliki cara yang

berbeda dalam mengajarkan materi kepada anak didik, atau bisa

dikatakan setiap guru memiliki pengemasan yang berbeda dalam

pengajaran al-Qur’an.

Pemilihan strategi penghafalan mengikuti konsep

TANDUR dengan konsep pengayaan, di SDIT Fitrah Insani

Langkapura menggunakan baca tiru yang menjadi strategi wajib

dalam pengenalan konsep, kemudian dilakukan baca simak klasikal

dengan kelompok belajar dengan jumlah 10-15 orang. Sementara

1
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2008), h. 60.
89

untuk. Perencanaan metode yang kondusif guna ketercapaian

tujuan pembelajaran.

Berkenaan dengan media dan sumber belajar, guru

mempersiapkan alat peraga buku besar yang berisi materi ajar

perjilid, bisa juga kartu permainan untuk memudahkan peserta

didik mengingat poin-point penting yang perlu diingat dalam

menghafal Al-Qur’an seperti bentuk huruf yang serupa, tanda baca

dan lain-lain.

Terkait perencanaan evaluasi, setiap guru mengikuti

ketentuan dari pihak pengembang Metode Wafa yang sudah

terlebih dahulu menentukan bagaimana konversi nilai pada setiap

pertemuan.penilaian dilakukan tiap akhir pembelajaran oleh

masing- masing guru tiap kelompok dengan menggunakan buku

prestasi dan jurnal harian. Rusman dalam bukunya Model-Model

Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru

menyebutkan bahwa evaluasi dilakukan oleh guru terhadap hasil

pembelajaran peserta didik untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik serta digunakan sebagai bahan

penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki

proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis dan

terprogram dengan menggunakan tes dalam bentuk lisan. Rumusan

penilaian hafalan Al-Qur’an harus dilakukan secara berkala dalam


90

rangka mengukur tingkat pencapaian kompetensi anak didik, sebab

kompetensi pada setiap materi saling berkaitan.

Perencanaan dan pengambilan keputusan tentang

penggunaan metode tertentu juga harus menyesuaikan dengan

bahan ajar. Dalam hal ini, bahan ajar dalam pembelajaran

tahfidzal-Qur’an pada dasarnya terdiri dari konsep dan istilah yang

cenderug baku, materi yang disajikan harus berangkat dari yang

mudah ke yang sulit dan sifat pengetahuan atau konten dalam

pengajaran al-Qur’an juga terdiri dari pengetahuan prasyarat,

pengetahuan inti dan pengetahuan lanjutan, yang harus disajikan

secara berpola.oleh sebab itu, variasi strategi dan metode sangat

diperlukan dalam pembelajaran al-Qur’an. Format pembelajaran

tahfidz yang kreatif juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi daya tarik anak didik dalam menghafal.

2. Pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan metode Wafa

kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

Pada hakikatnya, pengguanan metode Wafa pada

pembelajaran tahfidzul Qur’an di SDIT Fitrah Insani Langkapura

memiliki tujuan yakni anak didik mampu menghafal al-Qur’an

dengan baik dan benar. Namun, metode Wafa berupaya

menghadirkan format kegiatan belajar mengajar al-Qur’an yang

menarik, imajinatif dan menyenangkan, yang diharapkan dapat

menanamkan rasa cinta anak terhadap al-Qur’an. Untuk dapat


91

menjamin hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus

mempunyai perhatian terhadap bahan ajar yang dipelajari. Peserta

didik pada usia sekolah dasar cenderung mudah mudah bosan

terhadap pelajaran, ia hanya mampu memusatkan perhatian paling

lama 15 menit.oleh sebab itu, pemusatan dapat diusahakan melalui

proses perolehannya yang menyenangkan.

Untuk dapat melaksanakan metode Wafa, beberapa hal

harus diperhatikan salah satunya adalah pemilihan dan penggunaan

media pengajaran. Program Wafa telah menyediakan buku siswa

dan buku peraga besar sebagai media pokok dalam pelaksanaanya.

Namun, guru juga menyediakan media-media sederhana lain untuk

menunjang proses belajar mengajar agar proses perolehan

pengetahuan menjadi menarik bagi anak didik.

Wina sanjaya menyebutkan bahwa pemilihan media harus

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, konsep yang jelas

yakni untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan pembelajaran

hafalan al-Qur’an, karakteristik peserta didik, gaya belajar dan

kemampuan guru. Pemilhan dan penggunaan media pengajaran al-

Qur’an juga didasarkan dengan kesesuaian dengan tujuan, nilai

praktis dan ekonomis, kesesuaian dengan materi dan kemampuan

guru.

Perbedaan mencolok metode Wafa dengan metode lain

sebenarnya terletak pada pengenalan pertama huruf hijaiyah,


92

dimana pembelajaran al-Qur’an dikemas dengan pendekatan kata

yang telah dikenal sehari-hari dan mendahulukan huruf-huruf

dengan fonem yang sama/serupa dengan Bahasa Indonesia,

disajikan dengan lagu hijaz, dan cerita penumbuh

muwashofat/karakter anak shalih sebelum dimulainya

pembelajaran. Pembelajaran Metode Wafa juga diiringi dengan

pembangunan akhlak qur’ani yang dikemas dalam bentuk cerita

yang mudah asyik dipahami.

Bobby De Porter dalam bukunya Quantum Teaching

menjelaskan bahwa kerangka perancangan Quantum Teaching

berupa ikon Maestro yakni TANDUR yang merupakan akronim

dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi Dan

Rayakan. Kerangka ini pula yang dilaksanakan dalam metode

Wafa, dimana pengajaran hafalan Al-Qur’an dilaksanakan secara

dinamis, tidak dalam disain yang cenderung baku dan monoton.

Quantum Teaching menjelaskan bahwa dalam konsep

Tumbuhkan berfungsi menyertakan anak didik dalam rangka

memikat mereka, dengan kata lain, bisa juga ini dalam rangka

menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, namun

dengan strategi yang menyenangkan seperti dalam metode Wafa,

terdapat cerita penumbuh muwashifat/karakter anak shalih sebelum

dimulainya pembelajaran yang bisa dikembangkan oleh guru


93

melalui berbagi sumber. Praktik pengajaran seperti ni cukup

mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik.

Secara teoritis menurut Bobby De Porter, unsur ini

mengemukakan tentang cara apa yang terbaik agar anak didik

memahami informasi, melalui kegiatan yang memanfaatkan atau

dapat mengeksplorasi pengetahuan yang mereka miliki.

Mengalami berarti anak mempraktikkan, dalam pengajaran tahfidz

al-Qur’an metode Wafa, anak melafalkan sendiri buyi bacaan yang

mereka hafal. Menjelaskan kriteria hafalan, dengan mendahulukan

definisinya kemudian penamaanya, bisa menggunakan kartu

permainan.

Namai, dalam Quantum Teaching dapatmemuaskan hasrat

alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan dan

mendefinisikan, berfungsi dalam mengajarkan konsep yang bisa

dilaksanakan dengan menggunakan warna dan alat bantu dengan

cara seperti ini dapat menciptakan makna dan keterikatan dalam

belajar.

Baca tiru, guru mencontohkan bacaan di peraga besar,

peserta didik menirukan sampai selesai satu ayat. Baca simak

klasikal, peserta didik membaca, guru menilai bacaan siswa di

kartu prestasi. Demikian seterusnya sampai selsesai, dilanjutkan

dengan bermain melanjutkan ayat tentang materi pelajaran.

Dijelaskan dalam buku Quantum Teaching bahwa strategi


94

demonstrasi bisa dilakukan berbagai cara misalnya,

vidio,permainan, dan lagu, yang dalam pengajaran al-Qur’an

metode Wafa, guru biasanya membuat permainan kelompok, atau

dengan menyanyikan lagu yang bisa dijadikan contoh bunyi bacaan

seperti bunyi ghunna dan lain-lain. Inti dari demonstrasi adalah

berlatih, dan belajar al-Qur’an memang memerlukan latihan yang

intensif untuk menuturkan bunyi bahasa Arab.

Baca Simak Klasikal (BSK) ataupun baca simak murni

dengan buku Wafa (peserta didik membaca 1 halaman yang lain

menyimak, guru menilai; peserta didik membaca 1-2 baris, yang

lain menyimak, guru menilai) atau dengan drill (secara bersama-

sama, guru menunjuk salahsatu peserta didik secara bergantiian

unruk membacakan ayat tersebut) atau dengan tebak-tebakkan

untuk memperkuat konsep dan menumbuhkan rasa “Aku tahu

bahwa aku tahu tentang ini” bagi anak didik.

Konsep rayakan menurut Bobby De Porter adalah yang

mampu memberi rasa penghargaan bagi anak didik, menghormati

usaha, ketekunan dan kesuksesan sehingga menurutnya jika layak

dipelajari, layak pula untuk dirayakan. Biasanya, guru al-Qur’an

memberikan rewad, bisa pula bernyanyi bersama sehingga

pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

Quantum Teaching merupakan pendekatan pembelajaran

yang berlandaskan teori pembelajaran di antara Multiple


95

Intelegence, yang di cetuskan oleh Gardner dalam psikologi

kognitifnya, Thomas Amstrong dalam bukunya Kecerdasan

Multipel di dalam kelas menyatakan bahwa teori MI

mengupayakan berbagai strategi pengajaran yang dapat

diimplementasikan di dalam kelas dan menawarkan kepada guru

untuk melakukan mengembangkan strategi pengajaran yang

inovatif dan baru ke ranah pendidikan. Perbedaan individual yang

ada pada diri peserta didik, menuntut guru untuk menggunakan

berbagai strategi pembelajaran dalam satu waktu. Oleh sebab itu,

Metode Wafa dalam pelaksanaannya bisa menggunakan strategi

lagu, pengggunaan gambar, verbal, visualisasi, tanda-tanda

berwarna-warni, berpikir berdasarkan gerak tangan dan lain

sebagainya dalam pengenalan hafalan al-Qur’an.

3. Evaluasi pembelajaran al-Qur’an dengan metode Wafa kelas IV di

SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

Setiap pelaksanaan pembelajaran, apapun metodenya, harus

tetap memperhatikan objek-objek kesalahan peserta didik yang

diharapkan dapat mengumpulkan informasi kesalahan konkrit yang

dilakukan oleh seorang peserta didik.

Dalam pengajaran al-Qur’an, Ahmad Sayuti Anshari

Nasution dalam bukunya Fenotik dan Fonologi Al-Qur’an

menyatakan bahwa ada yang disebut dengan metodologi dan teknik

tahsin tilawah yang terdiri dari teknik menentukan kesulitan, teknik


96

pengajaran dengan deskripsi bunyi, dan aplikasi. Analisis

kesalahan atau kesulitan ini sesungguhnya dilakukan untuk

mencari kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik saat

mempelajari materi ajar untuk selanjutnya diupayakan solusinya.

Kekeliruan anak sering terjadi pada harakat panjang pendek,

dengung dan pelapalan huruf yang serupa. Tempat-tempat

terjadinya kesalahan itulah yang seyogyanya menjadi fokus dalam

perencanan pembelajaran al-Qur’an.

Analisis kesalahan ini dapat dilakukan selama proses

pembelajaran terutama pada saat dilakukan penilaian. Zainal Arifin

dalam Evaluasi Pembelajaran mengatakan bahwa dalam sistem

pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting

dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui

keefektifan pembelajatan. Hasil yang diperoleh dapat menjadi

umpan balik (feed back) bagi guru dalam memperbaiki dan

menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.

Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang dilakukan secara

terus menerus, yang dilakukan disetiap akhir pembelajaran, atau

pada saat peserta didik menghafal satu persatu melalui simak

murni, hasilnya ditulis pada buku prestasi peserta didik dan pada

jurnal harian guru. Hasil belajar inilah yang dikomunikasikan pada

forum pertemuan gur al-Qur’an dan forum orang tua peserta didik.
97

Dalam pengajaran al-Qur’an, guru merupakan faktor

penting penentu keberhasilan tujuan pembelajaran al-Qur’an.

Pembelajaran hafalan al-Qur’an sangat mengandalkan penguasaan

pengajar terhadap menghafal al-Qur’an. Lingkungan yang kondusif

juga merupakan faktor yang dapat menciptakan proses

pembelajaran yang baik, terlebih lagi lingkungan fisik maupun

psikis tempat belajar. Lingkungan yang baik dan memenuhi syarat

minimal mendukung meningkatkan intensitas proses belajar dan

mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan

pembelajaran.

4. Peningkatan hafalan al-Qur’an melalui pembelajaran al-Qur’an

dengan metode Wafa kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil data nilai hafalan al-Qur’an semester

ganjil pada juz 30 yang telah guru laksanakan menunjukkan bahwa

implementasi Metode Wafa dalam meningkatkan kemampuan

menghafal al-Qur’an di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung efektif

Hafalan al-Qur’an yang dilakukan adalah dengan cara

siswa menghafal Juz 30 oleh guru. Untuk diambil pedoman tes

menghafal yang dilakukan meliputi kelancaran, tajwid dan

fasohah.
98

Berdasarkan data nilai menghafal al-Qur’an semester ganjil

terhadap kelas IV SDIT Fitrah Insani dapat dilihat dari kemampuan

menghafal al-Qur’an siswa yang lulus 85% sama dengan 23 siswa

sedangkan siswa yang harus mengulang 15% atau 4 siswa dari 27

siswa.

Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan metode Wafa dalam meningkatkan kemampuan

menghafal al-Qur’an kelas IV di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Bandar Lampung sudah baik sehingga masuk dalam katagori

efektif.

Jadi metode Wafa yang diterapkan di SDIT Fitrah Insani

dalam meningkatkan kemampuan menghafal al-Qur’an kelas IV di

SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung efektif dan

efesien.

Demikian implementasi metode Wafa dalam meningkatkan

kemampuan menghafal al-Qur’an kelas IV di SDIT Fitrah Insani

yang dapat penulis kemukakan baik dari hasil observasi,

wawancara, maupun dokumentasi yang penulis lakukan selama

proses penelitian ini berlangsung.

5. Dampak Metode Wafa Terhadap Kemampuan Menghafal Al-

Qur’an kelas IV Di SDIT Fitrah Insani Langkapura

Tim pengembang wafa dalam buku wafa 1 menjelaskan

bahwa metode Wafa berusaha menghadirkan sistem pendidikan al-


99

Qur’an “Wafa” yang bersifat komprehensif dan integratif dengan

metodologi yang dikemas menarik dan menyenangkan. Sistem

pembelajaran dilakukan dengan mencakup 5T yakni Tilawah,

Tahfidz, Tarjamah, Tafhim, Dan Tafsir. Dari kelima program ini.

Program tahfidz metode Wafa merupakan program yang dipakai di

SDIT Fitrah Insani. Metode wafa merujuk kepada konsep Quantum

Teaching dengan pendekatan otak kanan (asosiatif, imajinatif, dan

lain-lain).oleh sebab itu metode Wafa menjadi bagian dari salah

satu metode pembelajaran al-Qur’an yang membantu anak agar

semangat menghafal al-Qur’an dengan format yang menarik,

sekaligus melatih kreativitas guru dalam pelaksanaanya sehingga

materi ajar yang baku diberikan dengan cara belajar mengajar yang

menyenangkan.

Dalam penilaian hafalan al-Qur’an, aspek yang dinilai

meliputi kelancaran yakni membaca tanpa pikir, kefasihan yakni

ketepatan pengucapan makhraj huruf dan tajwid. Hafalan al-Qur’an

anak secara keseluruhan sudah baik, tetapi ada beberapa point

kesulitan yang dihadapi anak seperti menuturkan bunyi dengung,

dan huruf jahr. ada beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan

yang diperoleh anak didik dalam pengajaran hafalan al-Qur’annya,

seperti kemampuan guru dan karakteristik anak didik. karakteristik

anak didik sebenarnya menjadi acuan pemilihan guru yang tepat

dalam menanganinya.
100

Jika melihat pada skuens materi pada buku, metode ini

merupakan metode untuk membantu anak agar gemar menghafal

al-Qur’an dengan konsep belajar yang mengasyikkan, yang juga

menuntut kreativitas guru dalam mengenalkan konsep hafalan al-

Qur’an kepada anak, sehingga dalam pelaksanaanya dapat

memaksimalkan fokus anak terhadap pembelajaran. Tujuan

pembelajaran al-Qur’an adalah anak didik mampu menghafal

dengan lancar, baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Penggunaan metode Wafa di SDIT Fitrah Insani menurut instruktur

atau guru al-Qur’an memang lebih efektif dan efesien dalam proses

hasilnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDIT Fitrah

Insani Langkapura Bandar Lampung adalah:

Penerapan Metode Wafa yang digunakan dalam hafalan di

sekolah SDIT Fitrah Insani didorong dan dilandasi oleh beberapa hal

yaitu kompleksitas tujuan pembelajaran, nilai efektivitas dan efesiensi

dan kesesuaian dengan kondisi serta karakteristik peserta didik. pada

penerapannya guru mengikuti prosedur Wafa pusat dengan sistem

TANDUR. Pelaksanaannya juga disertai dengan strategi pembelajaran

yang interaktif dan memiliki terobosan baru dalam meningkatkan

hafalan Al-Qur’an. Evaluasipun dilakukan secara berkala dan continue

Dampak dari metode Wafa terlihat dari kemampuan menghafal

al-Qur’an anak secara keseluruhan. Hafalan al-Qur’an anak sudah

baik, peserta didik lebih lancar dalam melafadzkan ayat dan mampu

melagukan dengan nada hijaz tetapi ada beberapa poin kesulitan yang

dihadapi anak seperti bunyi degung dan menuturkan huruf yang serupa

bunyinya. Kompetensi yang diharapkan dalam belajar al-Qur’an

adalah menghafal, yang juga menjadi bagian kompetensi dasar dalam

metode Wafa.

101
102

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kenyataan yang ada

dilapangan,maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Kepada SDIT Fitrah Insani

Implementasi metode Wafa dalam kegiatan pembelajaran

tahfidzul Qur’an ini sudah berjalan dengan baik sebagaimana yang

terdapat dalam buku panduan guru. Semoga tetap dipertahankan

dan kedepannya tambah lebih baik lagi.

2. Kepada Orang Tua

Hendaknya para orang tua selalu mendukung putra-putrinya

untuk selalu semangat belajar tidak hanya tentang materi pelajaran

umum tetapi juga tentang pembelajaran al-Qur’an, dan selalu

membimbing putra-putrinya untuk rajin dalam menghafal al-

Qur’an, sehinggs akan tercapai keinginan orang tua untuk

menjadikan anaknya menjadi anak yang sholeh.

3. Kepada siswa-siswi

Siswa selain menambah hafalan al-Qur’an hendaknya juga

rajin dalam mengulang-ulang hafalan al-Qur’an dimaksudkan agar

semakin hafalan itu bertambah, hafalan yang lalu juga tidak akan

hilang.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Budaya Sekolah SDIT Fitrah Insani Langkapura. Bandar Lampung: Jsit
Indonesia. 2017
Al-Hafidz. Ahsin Wijaya. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Amzah.
2008

Alya. Qonita. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Indahjaya Adipratama.


2014

Arikunto. Suharsim. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta. 2010
Bugin. Burhan. Metode Penelitian Kualitatif Akutualisasi Metodologiskearah
Raganvarian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Penerbit Deponegoro, 2005), h. 209.

Fitriyah. Musa’adatul. Pengaruh Metode Wafa Terhadap Kemampuan Anak Membaca


Al-Qur’an Di MI Al-Hidayah Mangkujajar Kembangbahu Lamongan. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar Islam. Vol. 1. No. 1. 2019

Fitriyana Ida. Wawancara dengan penulis. Bandar Lampung, 20 januari 2020.

Gunawan Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
2013

Helmi Aziz. Rini Nurul Hikmi. Agus Halimi. Efektivitas Metode Wafa Dalam
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Di MI Miftahul Huda
Bandung, Proseding Pendidikan Islam. Vol. 4, No 2. 2018
Mansur. Sufa’at. Agama-Agam Besar Masa Kini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2011

Muhammad. Ahsin Sakho. Menghafal Al-Qur’an Manfaat. Keutamaan.


Keberkahan, dan Metode Praktisnya. Jakarta: Qaf Media Kreativia. 2017

M. Irsyad. Nurul Qomariah. Agar Anak Zaman Now Bisa Hafal Al-Qur’an.
Yogyakarta: Semesta Hikmah. Cet-1. 2019
Nafi’ah. Gifri. “Implementasi Metode Wafa dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an siswa di SDIT Nurul Fikri TulangAgung”. Jawa
Timur: Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan FTIK. 2017
Nata. Abudin. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Kencana. 2016

Qasim, Shobikhuln , Buku Pintar Guru Al-Qur’an Wafa Belajar Al-Qur’an Metode Otak
Kanan. Surabaya: Kulaita Media Tama, Cet-1, 2019

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002

Rianse. Usman. Dll. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan
Aplikasi,. Bandung: Alfabeta. 2012

Ridhoul Wahidi. Rofiul Wahyudi. Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an Saat Sibuk
Kuliah. Yogyakarta: Semesta Hikmah. 2017
Saputra. Angga. “Efektivitas Implementasi media Audio Mp3 Qur’an dalam
meningkatkan hafalan Al-Qur’an Santri di TPA Falahuddin Bandar
Lampung”. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.2019

Shihab. Quraish. Membumikan Al-Qur’a: Fungsi dan Wahyu Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka.2004

Subandi, Menderadikalisasi Faham Radikal: Universitas Islam Negeri Raden


Intan Lampung. Vol. 2, No. 2, Desember. 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif. dan


R&D). Bandung: Alfabeta. 2018

Sujarweni. Wiratna. Metode Penelitian. Jogjakarta: Pustaka Batu. 2014

S. Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

Syafri. Ulil Amri. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: Rajawali


Press. 2012

Taufik. Rizal S. Komparasi Materi Bacaan Al-Qur’an Antara Riwayat Hafs Ibn Sulaiman
Al-Kufiy Dengan Riwayat Warsy Usman Ibn Sa’id Al-Misri Dan Implikasinya
Pada Pembelajaran Baca Al-Qur’an, Al-Tadzkiyyah: Pendidikan Islam, Vol 9,
No 2, 2018

Umar. Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Amzah. 2018

Undang-Undang Sisdiknas. Bandung: Fakusindo Mandiri. 2012

Wahid. Wiwi Alawiyah. Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, Jogjakarta: Diva


Press. 2013

Wicaksono. Efektifitas Metode Pembelajaran. Jakarta: Wordpress. 2011


L
A
M
P
I
R
A
N
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah/madrasah : SDIT Fitrah Insani Langkapura

Mata Pelajaran : Pendidikan Al-Qur’an / Buku Wafa 4

Alokasi Waktu : 10 Pertemuan ( 2 x 30 menit )

A. KOMPETENSI DASAR :
1.1 Membaca Bacaan Gunnah
B. Materi : Bacaan gunnah
Karakter siswa yang diharapkan :
 Siswa dapat membiasakan diri membaca al-Qur’an di rumah
bersama keluarga agar rumah dijauhi syaithan
Kegiatan Waktu Sumber
belajar
A. Kegiatan
Pendahuluan

Tumbuhkan
 Guru mengucapkan
salam
 Guru menanyakan kabar
Wafa, guru berkreasi
membuat jawaban tanya 3 Menit
kabar yang unik dan
menarik. Misalnya:
“Bagaimana kabar anak-
anak wafa pagi hari ini?”
“alhamdulillah, luar
biasa, tetap semangat
selamanya...Yes, yes, yes
Allahu Akbar”.
 Guru mengajak siswa
untuk bernyanyi “Tepuk
jari”, setelah itu
diteruskan dengan
berdo’a bersama

3 menit
B. Kegiatan inti

Alami
 Guru meminta semua
siswa untuk menirukan
pokok pembahasan
 Guru meminta siswa
bergiliran menyebutkan
4 Menit
pokok pembahasan

Kertas
Namai bertulisan
 Guru menjelaskan pokok materi
bahasan dengan kartu pembelajaran
 Jika guru memunculkan
kartu, maka semua siswa
melafadzkannya secara
bersama-sama dan
berulang-ulang hingga 15 menit Buku peraga
pokok bahasan tertanam dan petunjuk
pada semua siswa.
Demonstrasi
 Baca Tiru dengan alat
peraga.
 Guru membaca, siswa
menirukan Buku Wafa
tanpa buku
Ulangi peraga
 Baca Simak Klasikal
(BSK) dengan buku
Wafa
1. Siswa membacasatu
halaman dan teman
32 menit
yang lain menyimak
dan guru menilainya
2. Murojaah bersama-
sama
3. Memberikan 1
bintang kepada siswa
yang telah membaca
dan menyimak guru
dan/ atau temannya.
4. Siswa yang telah
mengumpulkan
bintang kelipatan 5
diberikan hadiah
berupa 1 biji vitamin
c
C. Kegiatan Penutup

Rayakan
 Guru memberikan
bintang kepada siswa
yang tersholih
 Guru menutup proses
pembelajaran dengan
mengajak siswa untuk
bernyanyi lagu “Dulu 3 menit

aku masih kecil”


 Guru mengakhiri
pembelajaran dengan
do’a penutup belajar Al-
Qur’an dan salam

Mengetahui Bandar Lampung, 13 Oktober 2020


Kepala SDIT Fitrah Insani Guru Al-Qur’an

Ahmadi Eva Dian Sari


NIP : NIP:
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

1. Bagaimana latar belakang berdirinya sekolah ini?

2. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di lembaga ini?

3. Apakah sarana dan prasarana di sekolah ini sudah mencukupi untuk

menunjang pembelajaran?

4. Terkait dengan pembelajaran al-Qur’an di sekolah ini, untuk

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an peserta didik, usaha yang

bapak/ibu lakukan dalam hal ini?

5. Bentuk dukungan orang tua/wali siswa terhadap pengembangan

pendidikan sekaligus pengembangan pendidikan al-Qur’an di sekolah

ini?

6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan al-

Qur’an di sekolah ini?


PEDOMAN WAWANCARA KOORDINATOR AL-QUR’AN

1. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru al-Qur’an?

2. Dalam bentuk apa pelatihan yang diikuti bapak/ibu

3. Apa yang melatarbelakangi pemilihan metode Wafa sebagai metode

pengajaran al-Qur’an disekolah ini setelah sebelumnya menggunakan

metode iqra?

4. Apakah ada durasi khusus dalam proses menghafal al-Qur’an di SDIT

ini?

5. Apakah ada target dan kompetensi hafalan al-Qur’an yang harus

dicapai olehpeserta didik?

6. Apa problem yang dihadapi anak didik dalam pembelajaran menghafal

Al-Qur’an?

7. Bagaimana tindak lanjut yang bapak/ibu lakukan terhadap peserta

didik yang mengalami kesulitan belajar terutama dalam pembelajaran

menghafal al-Qur’an?

8. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang proses pembelajaran Wafa di

SDIT ini? Terutama untuk hafalan al-Qur’an?

9. Apakah pembelajaran al-Qur’an metode Wafa disini sudah sesuai

dengan prosedur Wafa dari pusat?

10. Bagaimana peran aktif guru terhadap pembelajaran al-Qur’andi SDIT

ini dalam usaha untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an?


11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi metode

Wafa untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an?

12. Bagaimana perencanaan, praktik dan penilaian yang bapak/ibu

usahakan untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an?

13. Bagaimana bentuk dukungan orang tua/wali siswa terhadap

pengembangan pendidikan al-Qur’an di sekolah ini?


PEDOMAN WAWANCARA GURU AL-QUR’AN

1. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan dalam rangka

peningkatan profesinalisme guru al-Qur’an?

2. Dalam bentuk apa pelatihan yang diikuti bapak/ibu?

3. Apa yang melatarbelakangi pemilihan metode Wafa sebagai metode

pengajaran al-Qur’an disekolah ini setelah sebelumnya menggunakan

metode iqra?

4. Apakah ada target dan kompetensi hafalan al-Qur’an yang harus

dicapai oleh peserta didik?

5. Apakah ada durasi khusus dalam proses menghafal al-Qur’an di SDIT

ini?

6. Apa problem yang dihadapi anak didik dalam pembelajaran menghafal

al-Qur’an?

7. Bagaimana tindak lanjut yang bapak/ibu lakukan terhadap peserta

didik yang mengalami kesulitan belajar terutama dalam pembelajaran

menghafal al-Qur’an?

8. Apa saja kendala yang dihadapi bapak/ibu dalam melaksanakan Wafa?

9. Bagaimana minat peserta didik terhadap pembelajaran al-Qur’an

dengan metode Wafa? Terutama hafalan Al-Qur’an?

10. Menurut bapak/ibu, apakah alokasi waktu yang disediakan untuk mata

pelajaran al-Qur’an sudah cukup?

11. Bagaimana kualitas kemampuan menghafal al-Qur’an setelah

diterapkan metode Wafa?


12. Apakah kemampuan menghafal al-Qur’an mempengaruhi nilai peserta

didik dalam mata pelajaran al-Qur’an?

13. Bagaimana perencanaan, praktik dan penilaian yang bapak/ibu

usahakan untuk meningkatkan hafalan Al-Qur’an?

14. Bagaimana bentuk dukungan orang tua/wali siswa terhadap

pengembangan pendidikan al-Qur’an di sekolah ini?


Jawaban

1. SDIT Fitrah Insani Langkapura ini sudah berdiri dari tahun 2002

2. Sekolah setiap setahun sekali selalu menghadirkan tim wafa untuk

pelatihan guru-guru di SDIT Fitrah Insani untuk mengevaluasi

pembelajaran al-qur’an

3. Alasan mengapa memilih metode Wafa dalam pembelajaran al-qur’an

di SDIT Fitrah Insani Langkapura ini, karena didasari oleh perbedaan

latar belakang dan tuntutan masyarakat yang mengharapkan anak-

anaknya mampu menghafal Al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid,

fasohah, kelancaran. Kelantangan suara dalam kurun waktu yang tidak

terlalu lama, dan metode wafa sendiri adalah metode yang sangat

menyenangkan dalam proses pembelajarannya.

4. SDIT Fitrah Insani sendiri menargetkan peserta didik lulus sekolah

dengan hafal 2 juz

5. Waktu belajar di SDIT Fitrah Insani hanya 1 jam sehari

6. Problem dalam tahfidzul Qur’an disini pada karakteristik siswa, bagi

siswa yang jarang masuk, artinya dalam satu minggu hanya masuk dua

atau tiga kali. Dengan kondisi siswa yang jarang masuk ini maka hasil

hafalannya tidak akan mencapai sesuai dengan target hafalan yang

telah ditentukan.

7. Tindakan yang dilakukan guru terhadap siswa yang belum mencapai

target hafalan yang sudah ditentukan yaitu memprivat siswa untuk

penambahan jam tahsin


8. Guru Al-Qur’an sendiri tidak merasakan kesulitan dikarenakan guru

sudah mengikuti pelatihan langsung dari tim Wafa, setiap sebelum

pembelajaran guru sudah mempersiapkan materi yang akan diajarkan.

9. Untuk saat ini pembelajaran wafa di SDIT Fitrah Insani sudah cukup

maksimal sesuai dengan prosedur Wafa

10. Alhamdulillah selama siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif,

hafalan nya bagus sesuai yang diharapkandan kemampuan

menghafalnyapun baik.
LEMBAR OBSERVASI

Memperoleh kelengkapan dan ketelitian data yang diperlukan, maka

dalam penelitian ini disediakan pedoman observasi. Adapun yang akan

diobservasi adalah sebagai berikut:

1. Kondisi fisik bangunan serta sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah

SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar Lampung.

2. Implementasi Metode Wafa Dalam Meningkatkan Kemampuan

Menghafalal-Qur’an Kelas IV Di SDIT Fitrah Insani Langkapura Bandar

Lampung

No Langkah-langkah Ya Tidak

1 Ustadz/Ustadzah mengajar  -
siswa dalam satu ruangan
2 Siswa menyiapkan al-Qur’an  -
dan jilid Wafa masing-
masing
3 Ustadz/ustadzah membaca 1  -
ayat, kemudian di ikuti oleh
seluruh siswa
4 1 ayat di ulang-ulang  -
sebanyak 5-10 kali
5 Siswa bergiliran menghadap  -
ustadz/ustadzah untuk tahap
penyempurnaan.
LAMPIRAN FOTO WAWANCARA

Koordinator Guru Al-Qur’an


Guru Al-Qur’an Kelas IV
Guru Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai