Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan
MANAJEMEN KEUANGAN
MKK61207
BAB I
PENDAHULUAN
Dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikuasai manusia, menjadikan
manusia semakin memiliki kemampuan, antara lain menciptakan proyek-proyek
konstruksi. Dari proses konstruksi tersebut akhirnya banyak muncul ilmu-ilmu
terapan yang baru, salah satu contohnya adalah “Cost engineering”, yang bahkan
akhirnya menjadikan cabang profesi baru yaitu profesi cost Engineer, yang semula
tidak ada.
Tahapan – tahap proyek besar dapat digambarkan sebagai berikut ( gambar 1.1 )
Dalam tahapan-tahapan proyek tersebut, ada tiga macam cost estimate proyek yang
diperlukan pada saat yang bersangkutan yaitu :
Cara pembayaran
Pada tahap ini, awalnya ada 2 (dua) jenis estimasi untuk fisik bangunan, yaitu :
1 Versi owner yang sering disebut dengan owner estimate (OE), dan
2 Versi kontraktor yang disebut sebagai Bid Price (harga penawaran).
Dua macam cost estimate ini, pada umumnya berbeda, walaupun mengunakan
data yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan
yang berlawanan, yaitu pihak owner menginginkan biaya serendah mungkin, karena
biaya tersebut sebagai pengeluaran investasi. Sedangkan dari pihak kontaktor
menginginkan harga proyek setinggi mungkin agar dapat memperoleh keuntungan
yang cukup.
Tetapi dengan melalui suatu proses klarifikasi dan negosiasi akhirnya ketemu angka
yang disetujui bersama, yaitu nilai kontrak yang ditandatangani bersama antara antara
owner dan kontraktor.
Hal tersebut dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut (gambar 1.2):
Kepentingan Owner
Owner Estimate
Definitive Nilai
Data proyek
estimate Kontrak
Kepentingan
Bid Price
Kontraktor
Bagi owner, walaupun cost estimate proyek sudah ditetapkan berdasarkan nilai
kontrak, tetapi masih harus tetap dikendalikan agar tidak terjadi biaya-biaya
tambahan selama proses pelaksanaan yang harus dikeluarkan lagi.
2. Kemudian semi detaild estimate atau disebut sebagai budget estimate, disebut
pada tahap conceptual engineering atau basic design (dengan penyimpanan
10-15%), untuk keperluan menetapkan budget dana yang harus disediakan,
memiliki tingkat kecermatan lebih baik dibanding yang pertama.
3. Jenis cost estimate terakhir, disebut definitive estimate (dengan penyimpangan
5%), dibuat pada tahap detailed engineering sebagai perkiraan akhir (final
prediction), untuk pelaksanaan memiliki tingkat kecermatan yang paling tinggi.
Tingkat kecermatan tersebut dapat digambarkan dengan sebuah grafik, dengan
ordinatnya (sebelah kiri) adalah kecermatan yang diukur dari kemungkinan
menyimpang, dan absisnya adalah tahapan proyek.
Grafik kecermatan perhitungan cost estimate proyek bergerak secara lengkung,
dimana pada tahap awal suatu proyek cenderung kecermatannya rendah, kemudian
bergerak mengikuti tahap proyek menjadi semakin tinggi tingkat kecermatannya. Hal
ini masuk akal karena pada tahapan proyek semakin tinggi, tentunya data semakin
lengkap, dan asumsi semakin berkurang, sehingga hasil perhitungannya menjadi
semakin akurat.
Grafik biaya estimasi juga bergerak secara garis lengkung, dan berbalik dengan
grafik kecermatan. Garis ordinat grafik ini adalah biaya estimasi dalam rupiah. Dari
awal tahapan proyek biaya estimasi rendah kemudian bergerak naik mengikuti
tahapan proyek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada perhitungan biaya proyek pada
tahap awal, hanya dilakukan dengan perkiraan kasar saja, yang dapat dilakukan
mungkin oleh satu orang cost engineer saja. Sedangkan pada tahapan berikutnya,
karena data semakin lengkap perlu mengerahkan beberapa tenaga cost engineer, dan
pada tahapan akhir memerlukan lebih banyak lagi tenaga cost engineer dan juga
sudah diperlukan kegiatan-kegiatan lain seperti survey dan lain sebagainya.
sebagai investor dan versi kontraktor sebagai pelaksana atau pemberi jasa (untuk
kontrak tradisional), sebagai berikut:
1. Owner estimate, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak
owner, untuk dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai
penawaran yang diajukan oleh para kontraktor.
2. Bid Price, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak kontraktor,
yang akan diajukan oleh kontraktor sebagai harga penawaran dari proyek sesuai
dokumen yang diberikan.
Biasanya kedua jenis estimate ini berbeda, walau datanya sama (gambar dan
persyaratan lainnya). Hal ini disebabkan oleh perbedaan asumsi cost engineer di
kedua belah pihak, yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing.
Kepentingan pihak owner adalah biaya proyek sekecil mungkin untuk menekan biaya
investasinya agar semakin layak, sementara itu kepentingan kontraktor adalah biaya
proyek setinggi mungkin, agar dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagus. Bila
kedua estimate ini berbeda, biasanya dilakukan suatu negosiasi menuju nilai kontrak
yang disepakati bersama antara owner sebagai pengguna jasa dan kontraktor sebagai
pemberi jasa. Perbedaan tersebut di atas adalah wajar, karena konsep yang berbeda
mengenai nilai kontrak proyek. Bagi owner nilai kontrak proyek adalah merupakan
biaya yang harus dibayar, sedang bagi kontraktor, nilai kontrak proyek adalah
merupakan pendapatan yang akan diterimanya. Dengan demikian setiap kita bicara
mengenai biaya proyek, harus jelas terlebih dahulu posisinya, yaitu dipandang dari
sisi pengguna jasa atau dari sisi pemberi jasa.
Dalam pembahasan lebih lanjut, akan diuraikan cost estimate yang merupakan
bilt price dari pemberi jasa, dimana jenis ini cukup kompleks, detail dan banyak
mengandung strategi serta merupakan bagian dari proses manajemen, yang bernuansa
teknologi dan bisnis. Bernuansa teknologi karena dalam prosesnya akan
memanfaatkan kemampuan teknologi semaksimal mungkin agar dapat memenangkan
persaingan, bernuansa bisnis karena akan selalu berupaya agar kegiatannya dapat
seefisien mungkin untuk memperoleh laba dan menghindarkan risiko.
Oleh karena itu, pokok bahasan ini juga dapat diberi judul construction cost
Management, dimana prosesnya meliputi unsur-unsur manajemen yaitu berupa Plan,
usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-
syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut
seefisien mungkin.
Agus Sartono : Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik
yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara
efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau
pembelanjaan secara efisien (2001:6)
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan.
h) Pelaporan keuangan,
Penyediaan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sekaligus sebagai
bahan evaluasi
i) Pemeriksaan Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan.
7. Pemeriksaan keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan.
BAB II
CONSTRUCTION COST ACCOUNTING
2.1 Umum
Seorang cost engineer selain mampu menyelesaikan fisik dari bangunan yang
akan dibangun, juga harus mampu memahami tentang akutansi biaya konstruksi.
Seorang engineer yang bekerja pada perusahaan jasa konstruksi harus mengetahui 3
(tiga) aspek penting yaitu : bisnis, teknologi dan manajemen.
Seorang engineer yang memilih profesi di perusahaan, harus memahami dasar-dasar
mengenai masalah keuangan dan akutansi, karena diperlukan dalam proses cost
control, dimana seorang pengendali biaya harus bisa membaca dan memahami
laporan keuangan sebagai input informasi hasil dari tindakan yang dilakukannya.
Adapun beberapa alasan seorang engineer perlu memahami akuntansi adalah :
1. Untuk membantu memperlancar komunikasi antara engineer dengan akuntan
(bagian keuangan), terutama masalah keuangan dalam kegiatan perusahaan
2. Untuk persiapan engineer yang bersangkutan bila suatu saat menjadi
pimpinan perusahaan yang tanggung jawabnya meliputi masalah keuangan
2. Biaya
Biaya/Expenses adalah kewajiban dari pelaksana proyek, yang harus dibayarkan
kepada pihak-pihak terkait dalam rangka proses pelaksanaan suatu pekerjaan.
a. Biaya bukan berarti uangnya telah dibayarkan seluruhnya, tetapi bisa saja
belum dibayar sebagian atau bahkan seluruhnya namun telah menjadi
kewajiban, untu dibayarkan nanti
b. Biaya ini merupakan beban perusahaan yang mengakibatkan berkurangnya
kapital/modal. Karena itu dicatat sebelah debet.
3. Penerimaan
Penerimaan adalah sejumlah nilai uang tunai (cash) yang telah diterima pelaksana
proyek (perusahaan) dalam kaitannya dengan pekerjaan yang akan atau yang telah
dilaksanakan.
Contoh dari penerimaan : uang muka yang diterima sebesar 20 %.
3 Pengeluaran
Pengeluaran adalah sejumlah nilai uang tunai yang telah dibayarkan oleh
pelaksana proyek kepada pihak-pihak terkait dalam rangka mendukung pekerjaan
yang akan/telah dilaksanakan pelaksana proyek.
Contoh : uang muka kepada pihak lain yang terkait.
5. Piutang
Piutang adalah sebagian/keseluruhan pendapatan yang belum diterima
pembayarannya oleh pelaksana proyek.
6. Hutang
Hutang adalah sebagian/seluruh biaya yang belum dibayarkan oleh pelaksana
proyek.
2.4 Likuiditas
Kemampuan (perusahaan/owner) untuk membayar kewajiban-kewajiban pada
saat jatuh tempo.
Likuiditas baik : perusahaan mampu membayar tepat waktu
Kondisi likuiditas : ukuran kepercayaan dalam dunia bisnis
2.5 Rentabilitas
Kemampuan untuk menghasilkan laba.
Rentabilitas baik : perusahaan mampu menghasilkan laba usaha pada satu
periode.
Likuiditas dan Rentabilitas : dua aspek yang harus dikendalikan secara
bersamaan dalam proses cost control
Dalam membahas pendapatan dan biaya , semua pajak (PPn, PPh) harus
dikeluarkan
Contoh Soal.
Proyek dengan nilai kontrak Rp. 1 Miliar per 31 Desember, prestasi yang diakui 35%
= Rp. 350 juta, tetapi baru dibayar sebesar Rp. 200 juta,
Pada sistem Cash Basic, yang dibukukan sebagai pendapatan hanya Rp. 200 juta
sedang sisanya sebagai piutang dicatat diluar buku.
Pada sistem Accrual Basic yang dibukukan sebagai pendapatan adalah Rp. 350 juta.
Contoh Soal.
Bila uang sejumlah Rp 1.000.000,00 dipinjam pada hari ini, untuk jangka waktu 1
tahun, dengan bunga 20% per tahun, maka setelah berjalan 1 tahun, uang yang harus
dikembalikan adalah Rp 1.000.000,- ditambah dengan bunga sebesar 20% =
Rp 200.000,00. Jadi total yang harus dikembalikan adalah sebesar Rp 1.200.000,00.
Dengan demikian berarti bahwa uang saat ini sebesar Rp 1.000.000,- adalah sama
dengan uang sebesar Rp 1.200.000,- pada waktu satu tahun mendatang (dengan
perhitungan rate 20% per tahun).
Bila saat ini uang berjumlah P (present value) diinvestasikan dengan rate (bunga) i %
per tahun, untuk selama beberapa tahun maka bunganya tidak diambil, uang tersebut
akan memperoleh bunga berbunga, dan uang tersebut pada beberapa tahun mendatang
nilainya (future value) dapat dihitung sebagai berikut :
Contoh Soal.
1. Tabel untuk compounded/discounted factor dengan i = 8%
Tahun ke Compounded factor Discounted factor
n n
(1+i) 1/ (1+i)
1 1,08 0,926
2 1,17 0,857
3 1,26 0,794
4 1,36 0,735
5 1,47 0,681
dst
Tahun 0 1 2 3 4 5
Uraian saat ini
7. Mencari PV terhadap uang pada beberapa tahun ke depan dengan i =8%
Nilai Uang 100,00 100,00 200,00 200,00 400,00 400,00
92,60
171,60
158,80
294,00
272,40
Jadi menurut konsep time value of money, total nilai uang tersebut pada saat
ini (sekarang) adalah 1.089,40 bukan 1.400 (bila tidak menggunakan konsep time
value of money). Beda nilai ini cukup berarti, sehingga dapat menyebabkan gagalnya
suatu keputusan bila tidak menggunakan konsep time value of maney.
Dicoba sebaliknya, yaitu menilai FV terhadap uang yang ada, pada beberapa tahun ke
depan seperti contoh di atas, dengan tetap menggunakan i = 8%
Tahun 0 1 2 3 4 5
Uraian saat ini
Nilai Uang 100,00 100,00 200,00 200,00 400,00 400,00
432,00
233,28
251,94
136,05
146,93
Bila rate untuk tiap tahunnya tidak sama, maka penentuan compounded factor dan
discounted factor tidak dapat menggunakan rumus diatas, tetapi harus dihitung sesuai
Contoh Soal.
Bunga/rate, ditetapkan sebesar i=20%,(pertahun). Misal, suatu proyek memerlukan
waktu penyelesaian selama dua tahun, pembayarannya akan dilakukan pada tahun ke
tiga. Biaya bagian proyek, pada tahun kesatu sebesar 3 Miliar rupiah dan biaya
bagian proyek pada tahun kedua sebesar 2 Miliar rupiah maka bila cara
pembayarannya dilakukan pada tahun ketiga, nilai-nilai tersebut harus dihitung future
valuenya pada tahun ketiga.
Dengan demikian cost estimate yang dihitung menjadi sebesar nilai future valuenya,
yaitu 6,72 Miliar rupiah (bukan 5 Miliar rupiah). Ini berarti, karena pembayaran
dilakukan pada tahun ketiga, maka nilai-nilai pada tahun pertama dan tahun kedua,
harus dinilai future valuenya.
Dimana :
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas
masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Contoh Soal :
1. Usulan proyek investasi sebesar Rp. 450 juta, umurnya diperkirakan 5 tahun
tanpa nilai sisa, arus kas pertahun yang dihasilkan selama umur proyek Rp.
150 juta dan umur proyek yang disyaratkan 4 tahun
Jawab
Periode pengembalian proyek investasi tersebut adalah :
= 3 Tahun
Periode pengembalian 3 tahun lebih kecil dari yang disyaratkan maka usulan
proyek investasi adalah diterima
2. Suatu usulan proyek investasi senilai Rp. 600 juta dengan umur ekonomis 5
tahun, Syarat periode pengembalian 2 tahun dan arus kas pertahun adalah :
Tahun 1 RP. 300 juta
Tahun 2 Rp. 250 juta
Tahun 3 Rp. 200 juta
Tahun 4 Rp. 150 juta
Tahun 5 Rp. 100 juta
Jawab
Arus kas dan arus kas kumulatif
Diskonto i = 12 %
= 2 + 0,9329
= 2,9329 tahun atau 2 tahun 11 bulan 19 hari
Rangkuman kasus
• Periode pengembalian
= 2,25 tahun
• Periode pengembalian di diskontokan
= 2,94 tahun
Perhitungan NPV menggunakan tabel bunga dan arus kas setiap tahun jumlahnya
berbeda
• Keputusan
– NPV positif - diterima
• Jika PV arus kas lebih tinggi dari PV investasi awal
– NPV negatif - ditolak
• Jika PV arus kas lebih kecil dari PV investasi awal
Contoh soal
Sutau perusahaan mempertimbangkan usulan proyek investasi sebesar Rp. 40 juta
tanpa nilai sisa dan arus kas pertahun sebesar Rp. 12 juta selama 5 tahun dengan
tingkat pengembalian yang disyaratkan 20 %.
• Nilai NPV
= ( Arus kas x Faktor diskonto) – OI
= ( Rp. 12 juta x 2,9906 ) – Rp 40 juta
= Rp 35.887.200 – Rp. 40 juta
= Rp. – 4.112.800
• Usulan proyek ini lebih baik ditolak, NPV negatif
Gambar Interpolasi
Rumus IRR dapat diperoleh dari perbandingan dua segitiga sebangun, yaitu :
IRR +
• Proses ekstrapolasi dilakukan, bila dalam dua kali uji coba I, diperoleh dua
nilai NPV yang bertanda sama (positif semua atau negatif semua).
Rumus : IRR = i2 + a
Rumus IRR dapat diperoleh dari perbandingan dua segitiga sebangun, yaitu :
NPV1 (i2 + a - i1) = NPV2 /a
NPV1 (a) = NPV2 (i2 + a - i1)
a ( NPV1 - NPV2 ) = NPV2 (i2 - i1)
IRR +
• Jadi data yang diperoleh dalam analisis ini adalah sebagai berikut : i 1 = 20%,
i2 = 24%, NPV1 = 949, dan NPV2 = 494.
• Dari rumus di atas maka IRR dapat dihitung, yaitu :
3796
IRR 20 % 28,34%
455
Latihan Soal.
1. Seorang cost engineer harus membatu cost estimate pada tahap planning, untuk
pekerjaan Hotel Berbintang Empat dengan jumlah kamar sebanyak 100 (seratus).
Gambar desain belum tersedia, tetapi diperoleh data Hotel Berbintang Empat di
tempat itu pada tiga tahun yang lalu, biaya per kamar sebesar Rp 150.000.000,00.
Inflasi satu tahun yang lalu : 20% per tahun
Inflasi dua tahun yang lalu : 18% per tahun
Inflasi tiga tahun yang lalu : 15% per tahun
Hitung cost estimate yang diminta, bila proyek akan dibangun tahun ini.
2. Seorang cost engineer dari kontraktor harus menetapkan harga penawaran sebuah
proyek, yang pelaksanaannya perlu waktu tiga tahun, untuk suatu tender.
Dari tim cost engineering diperoleh data, biaya bagian proyek per tahun :
Tahun kesatu sebesar Rp 5.000.000.000,00
Tahun kedua sebesar Rp 8.000.000.000,00
Tahun ketiga sebesar Rp 7.000.000.000,00
Proyek tersebut cara pembayarannya akan dilakukan sekaligus (Trun Key), pada
tahun kelima. Beberapa harga penawaran yang akan diajukan bila diperkirakan
interest rate yang akan terjadi sebagai berikut :
Rate tahun kesatu : 18%
Rate tahun kedua : 17%
Rate tahun ketiga : 16%
Rate tahun keempat : 15%
BAB III
LAPORAN KEUANGAN
a. Investor
Mengevaluasi kinerja perusahaan, pertimbangan dalam memberikan
kompensasi, pengembangan karier karyawan
b. Karyawan
Penghasilan yang memadai, kualitas kerja, besarnya kompensasi yang
diterima
c. Pemberi Pinjaman
Mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi utang beserta bunganya
d. Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
e. Pelanggan
f. Pemerintah
Penentuan besarnya pajak oleh pemerintah
g. Masyarakat
2. Laporan R/L
Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas/Modal
Laporan Perubahan Ekuitas/Modal dan Neraca, menginformasikan posisi
keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki,
jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.
4. Laporan Perubahan Arus Kas
Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan
sebagai akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama
periode yang bersangkutan.
5. Laporan tambahan yang diperlukan
• Tanggal neraca
Isi laporan neraca terdiri dari
Aktiva (asset) : jumlah harta/kekayaan yang dimiliki perusahaan
Pasiva (capital) : jumlah kewajiban-kewajiban perusahaan atau sumber yang
digunakan untuk memperoleh aktiva tersebut.
Hutang
Modal
Contoh :
Perusahaan Jasa Konstruksi Untung
Neraca
31 Desember 2007
Contoh soal
Informasi keuangan perusahaan Konsultan “ A” untuk bulan Juni dan Juli 2018
adalah :
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 42
Manajemen Keuangan
4. Laba ( profit )
Adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama
perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode
tertentu kecuali kenaikan modal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik,
seperti pada laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
5. Rugi ( Loss )
Adalah penurunan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama
perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode
tertentu kecuali yang timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada
rugi penjualan surat berharga.
6. Harga Perolehan ( Cost )
Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh
barang atau jasa. Jumlah ini pada saat terjadinya transaksi akan dicatat sebagai
aktiva, seperti pada pembelian mesin, dan pembayaran uang muka sewa. Dalam
akuntansi biaya harga perolehan juga dapat berarti harga pokok atau biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang.
Contoh
KONTRAKTOR CV MERTA SARI
LAPORAN RUGI-LABA
Untuk bulan Oktober 2007
Pendapatan
Pendapatan Kontraktor CV. MERTA SARI Rp 70.000.000
Laba Bulan lalu -
Pinjaman Bank Rp 60.000.000
Biaya Operasional
Biaya Bahan Rp 72.721.651
Biaya Upah Kerja Rp 14.659.173
Biaya Bunga Bank
Contoh.
URAIAN Realisasi Tahun 2006 Anggaran Tahun 2006 Realisasi Tahun 2005
Rp % Rp % Rp %
Pendapatan Bersih 570.652 100,00 525.800 100,00 442.617 100,00
Biaya Langsung 510.041 456.532 384.573
R/L Kotor - - -
Biaya Tidak Langsung 43.869 47.563 43.646
R/L bersih Usaha
Pendapatan lain-lain 8.419 3.464 5.272
Biaya lain-lain 9.125 1.245 5.635
R/L Usaha sebelum Pajak - - -
Pajak (PPh) Badan 3.361 4.200 3.470
Laba usaha sesudah Pajak -
Laporan ini merupakan jembatan antara laporan rugi laba dengan neraca.
Data laba atau rugi yang tercantum dalam Laporan R/L mempengaruhi modal yang
tercantum dalam neraca, pengaruh laba atau rugi terhadap modal diperhitungkan
dalam Laporan perubahan modal
Contoh.
perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Kegiatan
usaha adalah kegiatan penghasil utama pendapatan perusahaan dan kegiatan lain
yang bukan merupakan kegiatan investasi dan pembelanjaan.
Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai
akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang
bersangkutan.
Penjelasan lebih lengkap akan dibahas pada bab berikutnya.
3.5 Jurnal
Jurnal adalah pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang dilaksanakan
setiap hari. Jurnal merupakan proses pencatatan pertama dalam siklus akuntansi
setelah analisis transaksi. Jurnal merupakan dasar untuk mem-posting transaksi ke
buku besar. Bentuk yang umum dari jurnal adalah Jurnal Umum (General Journal)
yang mencatat segala jenis transaksi yang terjadi. Dalam praktiknya, apalagi dengan
semakinberkembangnya perusahaan dan semakin rumitnya transaksi-transaksi yang
terjadi, tidak mungkin seluruh transaksi yang terjadi dituangkan hanya dalam general
journal. Akan hal ini dibentuklah Jurnal Khusus (Special Journal). Special Journal
ini dirancang untuk mencatat jenis-jenis transaksi tertentu yang sering terjadi dan
berulang.
Special Journal yang dimaksudkan disini misalnya :
Jurnal Penjualan
Jurnal Pembelian
Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal Pengeluaran Kas
Catatan : Untuk transaksi-transaksi yang tidak dapat dikelompokkan pada keempat
jurnal khusus tersebut, maka tetap dicatat dalam General Journal (Jurnal Umum).
Tidak semua jenis jurnal di atas digunakan dalam perusahaan, penggunaannya
tergantung pada besar kecilnya perusahaan. Pada perusahaan yang masih sederhana,
umumnya cukup digunakan jurnal umum untuk mencatat transaksi-transaksi yang
terjadi. Sedangkan untuk perusahaan yang transaksi-transaksinya sudah sedemikian
komplek dimungkinkan digunakannya Jurnal Khusus (Special Journal).
Contoh
Tahapan-tahapan suatu perusahaan bernama CV. Jaya Utama dapat diuraikan dengan
contoh-contoh transaksi sebagai berikut :
Transaksi 1 : 1 Maret 2001, Tn. Amir memulai usaha dengan mendirikan
perusahaan bernama CV. Jaya Utama yang bergerak di bidang jasa perbaikan
komputer dengan menyisihkan uang dari simpanan pribadinya untuk digunakan
sebagai modal usaha sebesar Rp 20.000.000
Transaksi 2 : 1 April 2001, untuk menunjang usahanya perusahaan menyewa
gedung untuk dipergunakan sebagai kantor/tempat usaha sebesar Rp 6.000.000
selama 1 tahun dan dibayar kas.
Transaksi 3 : 1 Mei 2001, untuk menambah Kas, perusahaan meminjam uang
dari Bank Mayapada sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 20% per tahun dan
jatuh tempo 1 Mei 2002.
Transaksi 4 : 3 Mei 2001, Perusahaan membeli 3 unit peralatan komputer dari
Toko Metro Komputer sebesar Rp 30.000.000 dan dibayar kas.
Transaksi 5 : 5 Mei 2001, Perusahaan membeli Persediaan Suku Cadang untuk
perbaikan komputer pelanggan dari Toko ABC sebesar Rp yang akan dibayar
pada tanggal 12 Mei 2001.
Transaksi 6 : 12 Mei 2001, Perusahaan membayar hutang pembelian Persediaan
Suku Cadang kepada Toko ABC sebesar Rp dengan kas.
Transaksi 7 : 15 Mei 2001, Perusahaan membeli Persediaan Suku Cadang secara
tunai untuk keperluan perbaikan komputer pelanggan sebesar Rp 2.000.000
Transaksi 8 : 27 Mei 2001, Perusahaan menggunakan persediaan suku cadang
untuk keperluan perbaikan komputer pelanggan sebesar Rp 1.000.000
Transaksi 9 : 1 Juni 2001, Perusahaan menerima Kas dari hasil usaha jasa
perbaikan komputer sebesar Rp 20.000.000
Transaksi 10 : 6 Juni 2001, Tn. Amir memperbaiki kendaraannya dengan biaya
sebesar Rp 1.000.000 dan membayarnya dengan Kas dari dana pribadinya.
Berdasarkan contoh transaksi di atas, jurnalnya adalah sebagai berikut:
Jurnal Umum
Hal : 1
Keterangan :
A. Pilih perkiraan buku besar yang berkaitan dengan jurnalnya.
B. Masukkan tanggal jurnal pada masing-masing perkiraan buku besar yang
berkaitan.
C. Masukkan nilai debet dari jurnal ke kolom debet di buku besar, demikian pula
nilai kredit dari jurnal ke kolom kredit di buku besar kemudian hitung saldo
buku besarnya.
D. Kolom Referensi (Ref) pada jurnal diisi nomor perkiraan yang telah dijurnal,
dan Ref di Buku Besar diisi nomor halaman jurnal.
Berdasarkan contoh-contoh transaksi di atas, hasil posting dari jurnal adalah sebagai
berikut :
BAB IV
LAPORAN ARUS KAS (CASH FLOW)
4.1 Pengertian
Arus Kas Proyek ialah arus kas yang mencakup prakiraan penerimaan dan
pengeluaran dana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek selama jangka waktu
kontrak.
Cash flow atau arus kas adalah penggambaran jumlah kas masuk (penerimaan kas)
dan jumlah kas keluar (pengeluaran kas) dalam suau periode tertentu.
Cash flow adalah arus kas yang masuk dan arus yang keluar perusahaan.
Cash flow merupakan salah satu produk perencanaan, diantara produk perencanaan
yang lain dalam construction planning seperti Time Schedule, Construction method,
Cost Budget (anggaran biaya pelaksanaan).
Cash flow adalah alat kendali arus kas atau pengendali likuiditas
Inti pengendalian likuiditas adalah selalu mengupayakan agar kondisi keuangan
tidak defisit atau diupayakan sekecil mungkin dan dapat segera diatasi untuk berubah
menjadi surplus.
Arus Kas Proyek tersebut disusun oleh Bagian Keuangan bersama dengan manejer
Proyek/Teknik dan Staf teknik.
Data yang diperlukan dalam menyusun Arus Kas Proyek adalah :
1. Kontrak Borongan yang mencatumkan syarat pembayaran uang muka dan
Termin Proyek.
2. Jadwal Kemajuan Pekerjaan (Progres Schedule)
3. Jadwal Pengadaan Bahan (Material Schedule)
4. Jadwal Pengadaan Alat (Equipment Schedule)
5. Jadwal Pengadaan Tenaga (Manpower Schedule)
6. Perkiraan Pembayaran pada subkontraktor
Dalam pelaksanaan penyusunan data 2,3,4 dan 5 yang lebih detail sebaiknya
digunakan program computer seperti Primavera atau MS Project selain menggunakan
MS Excel yang selama ini sudah digunakan
Atas dasar tersebut diatas maka disusun Arus Kas Proyek sebagai berikut :
1. Penerimaan di Proyek
2. Pengeluaran di Proyek
3. Selisih Penerimaan dan Pengeluaran di Proyek
4. Kas Awal (minimum kas yang dicadangkan)
5. Kas sebelum Finansial
4.5 Finansial
Adalah keputusan tentang keuangan untuk mengatasi dan menyesuaikan kondisi
kas sesudah kas awal. Semakin besar defisit semakin besar kebutuhan dana finansial.
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 63
Manajemen Keuangan
Kas akhir adalah kondisi kas pada akhir bulan dimana merupakan penjumlahan
dari kas sesudah kas awal dan total finansial. Biasanya jumlah kas akhir ditetapkan
nilai minimalnya, yang dipakai sebagai pedoman dalam kebijakan finansial.
Contoh.
BULAN
NO URAIAN I II III IV V VI
Perhatikan.
Jadwal penerimaan dan pengeluaran bersih biasanya dibuat tersendiri,
kemudian rekanya dimasukkan dalam cash flow tersebut.
Jadwal penerimaan diperoleh dari rencana prestasi pekerjaan yang biasa
ditunjukkan dalam curva S dalam TS, serta berdasarkan cara pembayarannya
yang disebut dalam kontrak.
Jadwal pengeluaran diperoleh dari rencana program kerja dan berdasarkan
kebijakan pembiayaan yang ditetapkan.
Contoh Soal.
BULAN
NO URAIAN I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII KET
BULAN
NO URAIAN I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII KET
BAB V
CONSTRUCTION COST CONTROL
yaitu :
Cost Estimate :
Diperlukan untuk menetapkan harga jual dari kontraktor
Diperlukan untuk penyajiannkepada pihak-pihak luar perusahaan.
Menggunakan format bermacam-macam sesuai permintaan pemilik proyek
Cost Budget :
Diperlukan untuk menetapkan biaya pelaksanaan
Diperlukan untuk pedoman pembelanjaan dalam pelaksanaan proyek
Diperlukan untuk keperluan sendiri
Menggunakan format satu macam, sesuai yang ditetapkan sendiri secara
internal.
Dokumen ini biasanya merupakan suatu dokumen yang sifatnya rahasia.
Cost Estimate harus dibuat secara cermat (akurat) untuk dapat mangantisipasi
seluruh biaya proyek tetapi cukup kompetitif, dan sebaiknya didasari dengan/oleh
budget yang realistik .
Artinya : Bahwa cost budget dibuat lebih dulu dari cost estimate, atau proses
pembuatan cost estimate melalui pembuatan cost budget dulu.
Cost Estimate yang jelek dapat menghasilkan cost budget yang tidak realistik,
akibatnya dapat menyebabkan kehilangan kontrol, sert dapat menyebabkan persoalan
keuangan bagi pihak yang terkait dengan pelaksanaan proyek tersebut.
Artinya : Bahwa cost budget baru dibuat sesudah cost estimate yang dalam
prosesnya tidak didasarkan atas budget tetapi merupakan suatu perkiraan saja.
Kedua-duanya memang mungkin terjadi, tetapi sebaiknya pada saat menyusun cost
estimate prosesnya melalui cost budget dulu, walaupun bentuknya belum berupa
cost budget , tetapi berupa Direct Cost.
Jadi arti dari direct cost serupa dengan budget cost yaitu suatu perkiraan real cost
yang kemudian ditambah dengan mark up untuk keperluan lain
Cost Budget adalah suatu planning (perencanaan) sehingga banyak pihak yang
jika menghadapi masalah, memilih membuat cost budget yang tidak realistik
daripada menyusun rencana yang rugi.
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 57
Manajemen Keuangan
Semestinya seorang Project Manager , dengan cost budget yang tidak realistik akan
menolak atau keberatan melaksanakannya, karena tanggung jawab kesalahan
perhitungan cost estimate menjadi milik Project Manager .
Tujuan dari cost budget adalah agar semua kegiatan pembelanjaan dapat
dikontrol untuk mencapai sasarannya, yaitu dapat diselesaikan dibawah budgetnya.
cost budget berfungsi sebagi tolak ukur/alat kendali biaya dan dipakai sebagai dasar
dalam pembuatanprogram pengendalian biaya (Cost Control)
Biaya-biaya dalam Cost Budget adalah :
a. Biaya bahan/material
b. Biaya upah tenaga
c. Biaya alat
d. Biaya subkontraktor
e. Biaya administrasi/overhead proyek
f. Biaya overhead kantor pusat
g. Biaya overhead kantor cabang
h. Biaya penyusutan
Contoh.
1. Cost Estimasi
2. Cost Budget
Biaya Upah : Rp. 90.000,-
Biaya Bahan :
a. Batu kali : 0,8 x 75.000 = 60.000,-
b. Pasir : 0,6 x 55.000 = 33.000,-
c. Semen ; 2 Zak x 35.000 = 70.000,-
d. Jumlah = 163.000,-
Total Biaya Bahan = Rp. 253.000,-
Biaya alat =
Overhead =
Biaya Subkontraktor
KONTRAK AWAL KEBIJAKAN PELAKSANAAN
NO. URAIAN PEKERJAAN SENDIRI SUBKON
SAT VOLUME
Biaya bahan
RINCIAN BAHAN
No Pekerjaan Volume Satuan Semen Batu kali Pasir Pasang Kerikil Pasir Beton Besi beton Kawat Beton Ket
(Zak) m3 m3 m3 m3 Kg Kg
1 2 3 4 5 6 7 8
Biaya Alat
Analisis
Performance Tindakan Program
Penyebab
yg diinginkan perbaikan Perbaikan
7 6 5 Penyimpangan
1
8
Pelaksanaan
4
f
3 6
b i
a d g j
1 2 7 8 9
c h
e
4 5
BAB VI
PENGENDALIAN LIKUIDITAS
6.1 Umum
Pengendalian biaya proyek, pada umumnya terfokus pada kondisi rentabilitas,
yaitu mengupayakan agar perimbangan antara pendapatan dan biaya tetap terjaga.
Arti rentabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. Jadi dapat diartikan bila
proyek dengan rentabilitas yang baik berarti proyek tersebut dapat menghasilkan
keuntungan yang baik pula. Sistem cash basic dipergunakan dalam penyusunan cash
flow proyek, dimana kaitannya adalah uang yang masuk dan keluar secara cash
(tunai). Tolak ukur yang digunakan untuk melihat cash tersebut disebut “likuiditas.”
yaitu kemampuan membayar pada saat jatuh tempo. Keadaan likuiditas yang baik
sangat diperlukan, agar proses pengendalian dapat berlangsung dengan baik pula.
Dengan demikian secara konseptual, pengendalian rentabilitas harus dibarengi
dengan pengendalian likuiditas, karena keduanya saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.
Yang dimaksud dengan pengendalian likuiditas proyek adalah suatu upaya
untuk mengatur jadwal penerimaan dan pengeluaran uang secara tunai (cash), selama
proses pelaksanaan sehingga dana pinjaman dapat dikendalikan dengan selayaknya.
Dilihat dari sudut rentabilitas dan likuiditas maka kondisi proyek dapat dibagi dalam
4 (empat) kelompok yaitu :
1. Rentabilitas baik dan likuiditas baik
Proyek seperti ini yang selalu diharapkan, karena labanya cukup besar dan
pembayarannya lancar, sehingga labanya berwujud sebagai cash (tunai).
2. Rentabilitas baik dan likuiditas jelek
Proyek seperti ini memerlukan perbaikan likuiditas yang mendesak. Bila kondisi
ini terus berlangsung dan tidak dapat diperbaiki, dampaknya dapat mengurangi
kondisi rentabilitas.
3. Rentabilitas jelek dan likuiditas bagus
Proyek seperti ini memerlukan pengendalian strategi pengendalian biaya dengan
memanfaatkan likuiditas yang bagus sehingga dapat menolong kondisi
rentabilitas menjadi lebih baik.
4. Rentabilitas jelek dan likuiditas jelek
Proyek sepeti ini sedapat mungkin dihindari/dicegah sejak awal agar tidak
terjadi.
Dari butir 2 dan 3, menunjukka bahwa likuiditas berpengaruh terhadap rentabilitas,
oleh karena itu pengendalian likuiditas perlu menjadi perhatian terutama sekali bagi
para engineer dalam rangka pengendalian proyek.
Bidang modal kerja proyek seperti contoh di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada kedudukan bulan ke-4 telah terjadi biaya sebesar Rp. 68 Juta, tetapi
penerimaan belum ada. Ini berarti proyek tersebut memerlukan modal kerja
dari luar sebesar Rp. 68 Juta.
Pada kedudukan bulan ke-6, telah terjadi biaya sebesar Rp. 80 Juta, sementara
itu penerimaan sudah cair sebesar Rp. 20 Juta. Ini berarti proyek tersebut pada
bulan ke-6 masih memerlukan modal kerja dari luar sebesar Rp. 60 Juta.
Dengan meninjau kondisi proyek dari awal sampai dengan bulan ke-11, maka
diperoleh bidang modal kerja proyek yang diperlukan (bidang antara grafik
biaya dan grafik penerimaan).
Dari grafik di atas, berarti sampai bulan ke-11, kondisi proyek selalu defisit,
setelah bulan ke-11 baru surplus.
Dengan demikian sepanjang proses konstruksi selalu diperlukan modal kerja.
Oleh karena itu bila penggunaan modal kerja tidak efisien, maka akan
menambah biaya konstruksi.
Kesimpulan dari dua grafik tersebut yaitu grafik biaya dan grafik penerimaan selalu
membentuk bidang modal kerja. Setiap proyek bidang modal kerjanya berbeda-beda
tergantung pada kinerja dari pengendalian likuiditas proyek yang bersangkutan.
Upaya-upaya pengendalian likuiditas adalah intinya untuk menghasilkan bidang
modal kerja sekecil mungkin.
Secara grafis tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Mendorong grafik penerimaan ke depan
Menekan grafik biaya, menjadi agak datar tidak terlalu cembung/lengkung.
Dalam usaha pengendalian, maka ada 2 (dua) tahap yang harus dilakukan yaitu :
Dengan upaya penerapan uang muka, MC dan mengganti retensi, maka dapat dilihat
luasan pengurangan bidang modal kerja yaitu dengan bergesernya grafik penerimaan
ke depan.
kelancaran pelaksanaan
Batasi seminimal mungkin pembiayaan yang tidak terkait langsung dengan
kemajuan prestasi pekerjaan.
Batasi seminimal mungkin melaksanakan kegiatan-kegiatan pekerjaan diluar
kontrak/belum ada kontraknya.
Mengutamakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung menambah prestasi
pekerjaan.
Dengan upaya tersebut, grafik biaya akan menjadi lebih lurus, tidak terlalu cembung,
sehingga efeknya dapat mengurangi luasan bidang modal kerja seperti terlihat pada
Gambar 6.5.
Dari kedua gambar tersebut, antara gambar sebelum upaya pengendalian dan
sesudah upaya pengendalian terlihat perbedaan yang jelas yaitu :
Luasan bidang modal kerja proyek menjadi menyempit, ini berarti modal
kerja yang diperlukan proyek banyak berkurang dibandingkan bila tidak ada
upaya pengendalian.
Surplus dana terjadi lebih awal, yang tadinya terjadi di bulan ke-11 menjadi
bergeser pada bulan ke-9, bahkan pada akhir bulan ke-1 pernah surplus.
Dengan kedua kejadian tersebut, maka disimpulkan bahwa dengan melakukan
pengendalian likuiditas proyek, dapat diperoleh manfaat yang baik.
Dengan demikian para engineer patut menaruh perhatian yang besar terhadap
pengendalian likuiditas proyek karena peran engineer di lapangan khususnya
para kepala proyek ternyata cukup besar.
Namun demikian, karena kondisi likuiditas ini adalah suatu laporan keuangan,
maka seorang engineer memang sebaiknya dapat memahami laporan keuangan
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 80
Manajemen Keuangan
Latihan Soal.
Sebuah proyek gedung bertingkat dengan nilai kontrak sebesar Rp. 10 Miliar (tidak
termasuk PPn), akan dilaksanakan selama 10 bulan.
Cara pembayaran di dalam kontrak adalah :
o Termin I sebeesar 25 %, setelah prestasi mencapai 25 %
o Termin II sebeesar 25 %, setelah prestasi mencapai 50 %
o Termin III sebeesar 25 %, setelah prestasi mencapai 75 %
o Termin IV sebeesar 25 %, setelah prestasi mencapai 100 %
o Termin V sebeesar 5 %, setelah selesai pemeliharaan selam 2 bulan
Proses pencairan setiap tagihan memerlukan waktu 1 bulan.
Selama proses pelaksanaan proyek, direncanakan kemajuan pekerjaan dan biaya yang
akan terjadi untuk mencetak prestasi sebagi berikut :
BULAN
NO URAIAN I II III IV V VI VII VIII IX X KET
Total Biaya (Jutaan) 2275 610 815 2065 380 555 1015 340 250 200
BAB VII
KONSEP PENGENDALIAN BIAYA DAN JADUAL
TERINTEGRASI (EARNED VALUE)
7.1 Pendahuluan
Proyek konstruksi berkembang semakin pesat dan rumit baik dari segi fisik
maupun biaya. Pada prakteknya proyek mempunyai keterbatasan akan sumber daya,
baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat. Hal ini membutuhkan suatu
manajemen proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek.
Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya
sumberdaya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan proyek yang baik
dan terintegrasi (Ahuja et al., 1994).
Perencanaan dan Pengendalian Biaya dan Waktu merupakan bagian dari
manajemen proyek secara keseluruhan. Selain penilaian dari segi kualitas, prestasi
suatu proyek dapat pula dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang telah
dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan harus
diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana. Adanya penyimpangan
biaya dan waktu yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk.
Dengan adanya indikator prestasi proyek dari segi biaya dan waktu ini
memungkinkan tindakan pencegahan agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai
rencana.
Salah satu langkah pengendalian proyek, metode Earned Value dilakukan
dengan membandingkan nilai dari prestasi fisik yang telah dikerjakan dengan nilai
pekerjaan yang seharusnya sudah dikerjakan. Metode Earned Value digunakan untuk
meningkatkan efektifitas dalam mengendalikan kegiatan proyek, karena tidak
menganalisa aspek biaya dan jadwal secara terpisah. Metode Earned Value
memadukan unsur biaya, jadwal dan prestasi untuk mengukur kinerja proyek.
Selain itu indikator yang ada dalam metode ini juga dapat dikembangkan untuk
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 82
Manajemen Keuangan
Dari ketiga indikator tersebut, dengan konsep earned value, dapat dihubungkan
antara kinerja biaya dengan waktu yang berasal dari perhitungan varian dari biaya
dan waktu (Flemming dan Koppelman, 1994).
Berdasarkan kinerja biaya dan waktu ini, seorang manajer proyek dapat
mengidentifikasi kinerja keseluruhan proyek maupun paket-paket pekerjaan di
dalamnya dan kemudian memprediksi kinerja biaya dan waktu penyelesaian proyek.
Hasil dari evaluasi kinerja proyek tersebut dapat digunakan sebagai early warning
jika terdapat inefisiensi kinerja dalam penyelesaian proyek sehingga dapat dilakukan
kebijakan-kebijakan manajemen dan perubahan metode pelaksanaan agar
pembengkakan biaya dan keterlambatan penyelesaian proyek dapat dicegah. Sejalan
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 83
Manajemen Keuangan
Gambar 7.1a dan 7.1b Perbandingan Manajemen Biaya Tradisional dengan Konsep
Earned Value.
periode waktu tertentu. BCWP inilah yang disebut earned value. BCWP ini
dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah
diselesaikan.
c. Nilai dalam hal ini diukur dalam rupiah, tetapi dapat juga di konversi menjadi
persen (%)
Beberapa istilah yang terkait penilaian kinerja dengan konsep Earned Value adalah :
1. Cost Variance (Varians Biaya)
2. Schedule Variance (Varian Jadwal)
3. Cost Performance Index (Indeks Kinerja Biaya)
4. Schedule Performance Index,
5. Estimate at Completion, dan Variance at Completion
CV positif artinya pekerjaan yang terlaksana biayanya kurang dari pada anggaran
atau disebut Cost underrun. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa biaya
pekerjaan terlaksana lebih tinggi dari anggaran atau disebut Cost overrun.
Angka nol menunjukkan pekerjaan terlaksana sesuai dengan anggaran.
Dimana:
BAC (Budgeted At Completion) = Anggaran Biaya Proyek Keseluruhan
SPI (Schedule Performance Indeks) = Indek Kinerja Jadwal
CPI (Cost Performance Indeks) = Indek Kinerja Biaya
ETC (Estimate Temporary Cost) = Prakiraan Biaya Untuk Pekerjaan Tersisa
EAC (Estimate Temporary Cost) = Prakiraan Total Biaya Proyek
ETS (Estimate Temporary Schedule) = Prakiraan Waktu Untuk Pekerjaan Yang
Tersisa
EAS (Estimate All Schedule) = Prakiraan Total Waktu Proyek
Contoh Soal
Jawab
Untuk melakukan analisa EVM, kita akan lakukan dalam tiga bagian, yaitu:
melacak kondisi terkini (dalam hal ini pada akhir bulan ke 3), menghitung
performa proyek, dan mengestimasi waktu dan biaya penyelesain proyek.
Untuk bagian pertama dari analisa EVM, kita akan melacak kondisi terkini proyek
dengan menghitung selisih skedul atau waktu / schedule variance (SV) dan selisih
biaya / cost variance (CV) dengan formula dibawah ini.
SV=EV−PV CV=EV−AC
Dengan data EV, AC, dan PV yang telah didapat dari audit proyek, kita lakukan
perhitungan SV dan CV seperti pada bagian bawah ini.
SV=EV−PV SV=25−30=−5juta CV=EV−AC CV=25−27=−2juta
Nilai SV yang negatif (sebesar -5 juta) mengindikasikan telah terjadi
keterlambatan dalam pelaksanaan proyek. Dan nilai CV yang juga negatif (sebesar
-2 juta) mengindikasikan terjadi pembengkakan biaya proyek.
Pada bagian kedua dari analisa EVM, kita akan menghitung performa proyek
berupa indeks performa skedul / schedule performance index (SPI) dan indeks
performa biaya / cost performance index (CPI) dengan formula dibawah ini.
SPI= EV PV .100% CPI= EV AC .100%
Dengan data EV, AC, dan PV yang telah didapat dari audit proyek, kita lakukan
PS D4 Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali 92
Manajemen Keuangan
2. Suatu proyek dengan cost budget 250 juta seperti terlihat pada barchart berikut dan
dievaluasi sampai pada bulan Maret.
Bagaimana penilaian kinerja proyek tersebut dengan konsep earned value
Belum dilaksanakan
Perhitungan BCWP
Langkah 4 Penilaian Kinerja Proyek dengan Konsep Earned Value pada bulan
ketiga (Maret).
BCWS =124 = 49,6%
ACWP =148 = 59,20%
BCWP =132 = 52,80%
Latihan Soal.
Proyek pembangunan gedung dengan anggaran 12 M.
Pada saat pelaporan sebagian pekerjaan telah selesai, sebagian lagi sedang dikerjakan
dan ada yang belum mulai.
Hitung nilai hasil saat pelaporan (BCWP), EAC dan grafiknya.
Berikan komentar atas kinerja proyek tersebut
Bobot Penyelesaian
NO URAIAN BCWS
% Bagian Total