Anda di halaman 1dari 15

Obs Dyspnea ec Edema Pulmonal + Hipertensi Emergency

Seorang pasien laki-laki berusia 79 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari SMRS,
timbul mendadak, semakin bertambah berat sejak 4,5 jam SMRS. Keluhan sesak napas
bertambah bila berbaring maupun berjalan. Sesak napas disertai dengan bunyi ngik-ngik.
Keluhan juga disertai dengan nyeri dada yang menembus punggung sejak 1 jam SMRS, di rasa
hilang timbul, disertai mual dan muntah sebanyak satu kali saat perjalanan dari rumah menuju ke
rumah sakit.
R. Penyakit Dahulu : Hipertensi tidak terkontol, DM disangkal, asma disangkal, riwayat sakit
jantung disangkal.
R. Kebiasaan : merokok sejak usia muda, sehari satu bungkus

Keadaan umum : gelisah ; tampak sesak


Kesadaran : compos mentis E4M6V5
Tanda vital :
Tekanan darah : 220/110 mmHg
Heart rate : 140x/menit
Respirasi rate : 30x/menit
Temperature : 36,5
SpO2 : 85% ; 96% dengan NRM 10 lpm

Status Generalis:
Kepala : mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : distensi vena leher (+), KGB tidak teraba membesar
Thorax:
- Pulmo : VBS +/+, rhonki basah kasar +/+, wheezing +/+
- Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, BU(+)normal, nyeri tekan epigastrium (+), hepar teraba 3 jari di bawah
arcus costa dextra
Ekstremitas: akral dingin anyep, CRT < 2 detik, edema inferior +/+
Obs Dyspnea e.c. Susp Edema Pulmonal dd/ Acute Decompensated Heart Failure + Atrial
Fibrilasi Rapid + Hipertensi Emergency

Terapi yang diberikan di IGD :


- Posisi 1/2 duduk
- O2 NRM 10 liter per menit
- EKG : HR : 140x/menit, Atrial Fibrilasi Rapid
- Infus RL 8 tpm
- Inj Furosemide 2 ampul IV
- ISDN tablet 5 mg sublingual
- Captopril tablet 50 mg per oral
- Cek GDS : 207
- Cek darah lengkap, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT
- Foto Thorax PA
- Konsul dokter spesialis jantung pembuluh darah

Advis dari dokter spesialis jantung pembuluh darah :


- Posisi 1/2 duduk
- Infus RL 8 tpm
- Inj Lasix 2 amp IV lanjut 2-1-1-0 IV
- ISDN 5 mg SL 3x lanjut 3x10 mg
- Bisoprolol 5 mg 1-0-1-0
- Captopril 3x50 mg
- Amlodipin 5 mg 0-1-0-1
- Clopidogrel 1x1
- Heparin bolus 5000 IU lanjut drip 750 IU/jam atau 1,8 cc dalam RL 500cc 8-10 tpm dalam 24
jam
- Atorvastatin 40 mg 0-0-1
- Foto thorax, GDS, SGOT, SGPT, BUN, Kreatinin
Edema paru dapat didefinisikan secara luas sebagai akumulasi cairan yang berlebihan di
dalam sel, ruang antar sel, dan rongga alveoli pada paru. Penyebabnya beragam, tetapi memiliki
hasil akhir yang sama, yaitu jumlah air yang berlebihan di dalam paru. Edema paru secara
klasik dikategorikan berdasarkan patofisiologinya, yaitu edema paru hidrostatik dan edema
paru permeabilitas. Pada keadaan normal, cairan pada kapiler paru berada dalam keadaan
seimbang dengan cairan yang berada di ruang interstisial. Sejumlah kecil plasma kapiler (air dan
sedikit zat terlarut) terus-menerus memasuki ruang interstisial, yang kemudian dialirkan
melalui saluran limfe menuju sirkulasi vena sistemik. Faktor yang menentukan keseimbangan
cairan di kapiler dan ruang interstisial adalah tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik.
Edema paru terjadi bila volume plasma berlebihan memasuki ruang interstisial dan
alveoli. Edema paru merupakan suatu keadaan klinis akut yang ditandai dengan gejala distres
pernafasan dan takipnea yang sebanding dengan penurunan PaO2 dan P(A-a)O2. Gangguan
fisiologis yang menyebabkan terjadinya hipoksemia adalah adanya ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi (ventilation-perfusion missmatch).

Edema paru

Anemia Berat e.c. Acute Lymphoblastic Leukemia

Pasien datang dengan keluhan lemas sejak 2 bulan SMRS, keluhan memberat sejak 2 hari
SMRS, disertai badan terasa nyeri, pusing, mual dan muntah sebanyak 1 x. Pasien menyangkal
adanya demam, mimisan, gusi berdarah, batuk, pilek, sesak napas, BAB hitam. BAK tidak ada
keluhan. Pasien merupakan penderita ALL L2 yang tegak dengan pemeriksaan BMP tanggal 5
Juni 2020. 7 hari SMRS dirawat di RS S selama 4 hari dengan keluhan utama mimisan (pulang
paksa).
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa atau kelainan darah.

Keadaan umum : tampak lemas


Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
Status gizi : BB:45 kg; TB:155cm; IMT: 18,75 (normal)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 117x/menit
Pernapasan: 20x/menit
Suhu : 36,5˚C
Saturasi O2: 98%
Kepala :
Mata : mata cekung -/-, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil
bulat, isokor, 3mm/3mm
Hidung : sisa perdarahan -/-, sekret -/-
Mulut : bibir sianosis (-), gusi berdarah (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Pulmo :
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : kanan dan kiri sonor
Auskultasi : suara dasar versikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba, kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar teraba 2 jari di bawah arcus costa dextra, lien
tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Anemia Berat e.c. Acute Lymphoblastic Leukemia


- Non Medikamentosa
Rawat inap di ruang biasa
Cek darah lengkap, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT CITO
Cek Gula Darah Sewaktu : 152
Konsul dr. SpPD
- Medikamentosa
IVFD Assering 20 tpm
Injeksi Ondansetron 4 mg IV
Injeksi Omeprazole 40 mg IV

Hasil laboratorium :
Hb : 4,2 g/dl
Leukosit : 11.600/uL
Trombosit : 6.000 uL
Ureum : 52 mg/dl
Kreatinin : 1,2 mg/dl
SGOT : 83 U/L
SGPT : 104 U/ L

Advis DPJP (SpPD) :


IVFD Assering : Futrolit 2 : 1 20 tpm
Inj Lanzoprazol 1 x 1
Inj Ceftriaxon 2 x 1
Inj Ondancetron 2 x 1
Sucralfat 3 x 10
Transfusi PRC 2 kolf
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, terdapat
gangguan dalam pengaturan dan proliferasi sel leukosit secara tidak teratur serta tidak terkendali
sehingga fungsinya menjadi tidak normal. Lukemia akut dibagi menjadi leukemia limfoblastik
akut (LLA) dan leukemia mieloblastik akut (LMA). Berdasarkan klasifikasi morfologik menurut
FAB (France, American, British) LLA dibagi menjadi :
- L1 : sel limfoblas kecil, kromatin homogen, anak inti tidak tampak, sitoplasma sempit
- L2 : sel limfoblas lebih besar, ukuran bervariasi, kromatin lebih kasar, anak inti satu atau lebih
- L3 : sel limfoblas besar, homogen, kromatin berbercak, anak inti banyak, sitoplasma basofilik
dan bervakuolisasi.
Gejala klinik pada pasien leukemia adalah : demam berkepanjangan, perdarahan dan pucat, nyeri
sendi dan tulang, berat badan turun, pembengkakan perut. Pemeriksaan fisik menunjukkan
adanya pucat, demam, tanda perdarahan (petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, melena) dan
organomegali (hati dan limpa), pembesaran kelenjar leher, inguinal, dan lain-lain. Diagnosis
pasti leukemia dengan BMA, ditemukan adanya pendesakan eritropoesis, trombopoesis dan
granulopoesis.
Pengobatan utama pada leukemia akut adalah kemoterapi yang diberikan secara kombinasi
dengan lama pengobatan sekitar 2 tahun, dimulai dengan fase induksi, konsolidasi, reinduksi dan
pemeliharaan. Prognosis LLA tipe L1 dubia ad bonam, tipe L2 dan L3 memiliki prognosis yang
buruk.

Leukemia

Sindrom Nefrotik

Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan bengkak seluruh tubuh sejak 2 hari SMRS. Bengkak
dirasakan terus menerus. Bengkak muncul pertama kali secara tiba2. Pasien juga mengeluh
seluruh tubuh terasa nyeri, bagian perut terasa sebah dan nyeri, sesak (+), mual (-), muntah (-),
makan dan minum baik, BAK terakhir 1 hari SMRS, BAB dbn. Pasien merupakan pasien tetap di
Poli Anak dengan keluhan yang sama, tetapi pasien tidak patuh mengkonsumsi obat. Riwayat
rawat inap di RS dengan Sindrom Nefrotik bulan Agustus 2019. RPD : disangkal.

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi badan : 132 cm
Tekanan darah: 100/60
Suhu : 38,1°C
Nadi : 121 x/mnt
Pernafasan: 20 x/mnt

Kepala : Mesocephal
Rambut : Hitam
Mata : Palpebra oedem (-/-), Conjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
Telinga : nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-), tidak nyeri
Hidung : Simetris, Nafas Cuping (-), sekret (-), epistaksis (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorok : faring hiperemis (-) tonsil T0/T0
Leher : Simetris, pembesaran KGB (-), buffalo hump (-)
Kulit : petekie ( - ), sianosis ( - )
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga IV, linea medioclavikula sinistra, tidak kuat
angkat, tidak melebar
Perkusi : Redup
Batas atas: ICS II linea parasternal kiri
Pinggang : ICS III linea parasternal kiri
Batas kiri bawah: ICS IV linea midclavicularis kiri
Batas kanan : ICS IV linea sternalis kanan
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, Suara tambahan (-)
Paru-paru
Inspeksi : Hemithorax sinistra dan dextra simetris dalam statis dan dinamis, tidak ada
retraksi
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Redup seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler menurun. Suara tambahan wh-/-,ronkhi +/+
Abdomen
Inspeksi : acites, striae seluruh perut (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) seluruh lapang abdomen, turgor baik
Hepar : tidak bisa dinilai
Lien : tidak bisa dinilai
Perkusi : pekak di seluruh kuadran, pekak sisi (+), pekak alih (+), tes undulasi (+).
Auskultasi : Bising usus tidak bisa dinilai
Genital : dalam batas normal
Anorectal : dalam batas normal
Extremitas : pitting edema +/+/+/+

Sindrom Nefrotik

Non Medikamentosa :
- batasi minuman
- makan makanan tinggi protein

Medikamentosa :
- infus RL 5 tpm mikro
- inj lasix 2 amp IV
- cek darah lengkap dan urine lengkap
- konsul dokter spesialis anak

Advis dari dr. Spesialis Anak :


Inj. Ampicilin 4x1gr
Inj. Furosemid 4x40mg
Inj. Lesinopril 1x10mg
Inj. Ranitidine 2x50mg
Prednison tab 8-5-3
Transfusi Albumin 25% 100cc
Balance Cairan,diuresis, monitor TTV/6 jam
Cek Ur/Cr,DR, Albumin, Cholestrol, Urin lengkap
Ukur BB, TB, LP

Sindrom Nefrotik

Heavy Prolonged Menstrual Bleeding

Seorang perempuan berusia 49 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan utama haid lama dan
banyak. Pasien mengeluh haid banyak dan lama sejak 6 bulan SMRS. Jika haid pasien mengaku
lemas. Sangat mengganggu aktivitas. Darah yang keluar berwarna merah segar hingga
kehitaman, banyak dan kadang bergumpal. Ganti pembalut 6 kali sehari. Perdarahan haid tidak
didahului dengan siklus yang memanjang. Pasien juga mengaku nyeri perut bagian bawah.
Keluhan lain seperti demam, pusing, mual, muntah, penurunan berat badan dan riwayat trauma
yang mendahului sebelum terjadinya perdarahan disangkal oleh pasien. Terkait keluhan tersebut,
pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter dan tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk
mengatasi keluhan.

R. Penyakit dahulu : Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada tahun 2014, pasien
didiagnosis memiliki miom dan dilakukan kuret.
R. Obstetri : P2A0
P1: Perempuan, 29 tahun, aterm, sehat, lahir spontan di Rumah Sakit
P2: Perempuan, 26 tahun, aterm, sehat, lahir spontan di bidan
Pasien pertama kali menstruasi saat kelas 1 SMP. Menstruasi tidak teratur dengan siklus 24-31
hari dan berdurasi 10 hari. Riwayat dismenorea (+)

Keadaan Umum:
Tampak lemah
E4V5M6,
kesan gizi cukup
BP 111/78 mmHg
HR 100x/mnt
RR 18 x/mnt
T 360C
SpO2 98%
BB 50 Kg
TB 150 cm
IMT 22,2 kg/m2
Gizi Normal

Status generalis :
Mata : Edema palpebra (-/-) Conjungtiva anemis (+/+), reflek pupil (+/+) Sklera ikterik (-/-)
Leher : trakea teraba di garis tengah, pembesaran limfonodi (-)
Pulmo : vbs +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : s1s2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, BU (+) N, NT suprapubic (+)
Extremitas : akral hangat

USG : mioma uteri intramural

Perdarahan Uterus Abnormal - PUA-L

Terapi yang diberikan di IGD :


- Infus RL 20 tpm
- Inj Ketorolac 1 amp IV
- Inj Ranitidin 1 amp IV
- Inj Asam traneksamat 1 amp IV
- Cek darah lengkap BT CT
- Konsul dokter spesialis obsgyn

Advis dokter spesialis obsgyn : pro laparotomi

Post laporotomi : nyeri post laparotomi (+)


Terapi yang diberikan :
- Infus RL 20 tpm
- Inj dexketoprofen 1 gram/12 jam
- Profenid sup 2
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Becom C 1x1

Perdarahan uterus abnormal yang meliputi gangguan perdarahan berasal dari uterus yang
disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah.
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang
memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid
banyak atau heavy menstrual bleeding(HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang
disebabkan faktor koagulopati, gangguan hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi
merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
Leiomioma adalah neoplasma jinak otot polos yang biasanya berasal dari miometrium.
Leiomioma sering disebut sebagai mioma uteri. Insiden di kalangan perempuan umumnya antara
20 hingga 25 persen, tapi telah terbukti setinggi 70 sampai 80 persen dalam studi menggunakan
histologis atau pemeriksaan sonografi. Selain itu, insiden bervariasi tergantung pada usia dan
ras.Secara kasar, leiomioma berbentuk bulat, putih seperti mutiara, berbatas tegas, seperti karet.
Uterus dengan leiomioma biasanya memiliki 6-7 tumor dengan ukuran yang bervariasi.
Leiomioma memiliki otonomi yang berbeda dari miometrium di sekitarnya karena lapisan
jaringan ikat luarnya tipis. Gejala yang ditimbulkan berupa perdarahanuterus abnormal,
penekanan terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan dinding abdomen. Mioma uteri umumnya
tidak memberikan gejala dan biasanya bukan penyebab tunggal PUA.

Leiomioma
Retensio Urine e.c. BPH

Seorang laki-laki usia 65 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan utama tidak bisa BAK.
Keluhan dirasakan mulai +- 3bulan SMRS dan memberat 1 bulan terakhir ini. Sekitar 1 minggu
SMRS pasien mengaku sempat periksa di RS dekat rumah lalu dipasang kateter untuk mengatasi
keluhan. Keluhan lain seperti nyeri pinggang -/-, anyang-anyangen-, demam-, batuk-, pilek-
Menurut pengakuan pasien saat BAK : jernih +, keluar darah-, keluar pasir -, batu-, pekat-, rata
rata frekuensi berkemih +-5x/hari, Terbangun dimalam hari untuk BAK 2x (nokturia).
Terkadang merasa sangat ingin kencing s.d terasa nyeri (urgency) dan berhenti di pertengahan
miksi kemudian memancar lagi (intermitten). Pasien merasa pancaran miksi lemah dan selalu
merasa tak tuntas saat miksi, riwayat BAK yang menetes saat akhir miksi di alami oleh os
(terminal dribbling)
RPD : DM (+) Hipertensi (+)

Keadaan Umum : tampak sakit sedang


Tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
TD : 150/80 mmHg
Denyut nadi : 75x/menit
Temperatur : 36,5’C
Laju nafas : 20x/menit

Pemeriksaan Kepala dan leher


Mata : Konjungtiva anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Telinga : Normotia +/+
Hidung : Deviasi -/-,perdarahan -/-
Pulmo :
Inspeksi : Pernapasan simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : Vocal fremitus simetris kedua hemithoraks.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5, 1 jari lateral linea midklavikula sx.
Perkusi : batas kanan jantung di ICS 4 linea parasternal dx, batas kiri jantung di ICS 5 1
jari medial linea midklavikula sx, pinggang jantung di ICS 2 linea parasternalis sx.
Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-),Gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : soefl, distensi -,
Palpasi : nyeri tekan -, pembesaran organ-
Perkusi : timpani +
Auskultasi : BU + Normal
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+ , edema -/-/-/- Pucat -, sianosis -, CRT<2”

Status Urologis
Regio flank
Inspeksi : bulging -/-, eritem -/-
Palpasi : nyeri ketok CVA -/- ballotement -/-
Suprapubic
Inspeksi : bulging -
Palpasi :nyeri tekan -, ballotement –
Genitalia
Testis dextra et sinistra + dbn

DRE
Tonus Sphincter ani + normal
polus superior teraba, polus lateral, D/S tak teraba,
sulcus medianus datar, permukaan rata, tak berdungkul, nyeri tekan-
Hasil USG :
Buli : tampak batu + uk 5mm
Prostat : ukuran prostat +-40gr

Retensio Urine e.c. Susp BPH

Terapi yang diberikan di IGD :


- Pemasangan kateter urine --> keluar urine berwarna kuning, volume 250 cc
- Infus RL 20 tpm
- Inj Ketorolac 1 amp IV
- Konsul dr. SpU

Advis dr. SpU


Pro TURP (Trans Urethral Resection Prostate)

Puasa 6 jam pre OP

Laporan Operasi TURP


Pasien posisi litotomi dengan anestesi regional
Antisepsik dan asepsik lapangan operasi, dilakukan droping untuk melokalisir lapangan operasi
Sistoskopi :
Prostat : kissing lobe 1cm
Buli : batu- massa – Muara uretrer dextra et sinistra dbn Trabekulasi jaringan +
Dilakukan TURP dengan Shoat 25fr diperolah jaringan 30gr --> PA
Kontrol bleeding
Test miksi --> BAK lancar
Pasang DC 22fr three way
Instruksi post TURP :
Inj vicillin sx 3x1, inj ketorolac 3x1, inj kalnex 3x1, spoeling Nacl 100tpm

Hari ke 3 post TURP : BLPL


obat pulang : cefixime 2x100mg, kalnex 3x1, paracetamol 3x1
kontrol 7 hari kemudian

Istilah BPH sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu adanya hyperplasia sel stroma
dan sel epitel kelenjar prostat. Banyak factor yang diduga berperan dalam
proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat. Pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang
menginjak usia tua dan memiliki testis yang masih menghasilkan testosterone. Di samping itu,
pengaruh hormone lain (estrogen, prolactin), pola diet, mikrotrauma, inflamasi, obesitas dan
aktifitas fisik diduga berhubungan dengan proliferasi sel kelenjar prostat secara tidak langsung.
Faktor-faktor tersebut mampu memengaruhi sel prostat untuk menyintesis growth factor yang
selanjutnya berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel kelenjar prostat. Sementara itu,
istilah benign prostatic enlargement (BPE) merupakan istilah klinis yang menggambarkan
bertambahnya volume prostat akibat adanya perubahan histopatologis yang jinak pada prostat
(BPH). Pada kondisi yang lebih lanjut, BPE dapat menimbulkan obstruksi pada saluran kemih,
disebut dengan istilah benign prostatic obstruction (BPO). BPO sendiri merupakan bagian dari
suatu entitas penyakit yang mengakibatkan obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra,
dinamakan bladder outlet obstruction (BOO). Adanya obstruksi pada BPO ataupun BOO harus
dipastikan menggunakan pemeriksaan urodinamik. BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas
usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Angka
kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital
prevalence di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 1994-2013 diteukan
3.804 kasus dengan rata-rata umur penderita berusia 66,61 tahun.

BPH

Anda mungkin juga menyukai