Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN MASTITIS

(Stase Maternitas )

OLEH :

LIZA HARTATI

NIM.19.31.1440

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN MASTITIS

(Stase Maternitas )

S T I K E S

OLEH :

LIZA HARTATI

NIM : 19.31.1440

Banjarmasin,

Mengetahui,

PreseptorAkademik Preseptor Klinik

Fadhil Al Mahdi, S.Kep.,Ns.,M.MKes ( )

2
LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN MASTITIS

Konsep Dasar Penyakit Mastitis


A. Pengertian Mastitis
Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania
yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun
kadang-kadang kita temukan dengan mastitis. (Prawiroharjo,1999)
Bilamana pembesaran payudara hampir terjadi pada semua wanita pada
dua sampai tiga hari pertama setelah kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan
biasanya tidak disertai dengan peningkatan temperature yang lebih
tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan pembesaran vena
superficial. (Friedman,1998)
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang
baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis hamper selalu unilateral dan
berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak,2005). Mastitis adalah radang
pada payudara. (Soetjiningsih,1997). Mastitis adalah abses atau nanah pada
payudara atau radang payudara.

Gb. 1. Mastitis
B. Etiologi
1. Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus.
2. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat,akhirnya terjadi
mastitis.
3. Pakaian dalam (BH) yang terlalu ketat mengakibatkan segmental
engorgement.kalau tidak disusukan bisa terjadi mastitis.

3
4. Putting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar ke
duktus-duktus dan sinus.menyebabkan terjadinya mastitis.
5. Ibu yang diit jelek kurang isirahat,anemia,akan mudah terjadinya infeksi.
(Soetjiningsih,1997).
6. Putting susu yang pecah-pecah atau terluka.
7. Adanya sumbatan pada saluran ASI.
8. Daya tahan tubuh yang lemah.
9. Kurang menjaga kebersihan putting payudara.
C. Tingkatan Mastitis.
1. Tingkat awal peradangan
Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa
nyeri setempat,taraf ini cukup memberi support mamma itu dengan kain
tiga segi,supaya tidak menggantung yang memberikan rasa nyeri dan
disamping iu memberi antibiotika.
Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di Edinburgh
mengemukakan bahwa Stafilococcus aureus yang dibiakkan 93 %
resisten terhadap penisilin dan 55 % terhadap streptomisin,akan
tetapi,hamper tidak resisten terhadap linksin dan oksasilin.Dianjurkan
pemakaian linkosin secukupnya selama 7 sampai 10 hari dan kalau
ternyata alergi terhadap obat-obatan ini,diberi tetrasiklin.
2. Tingkat Abses
Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses.Dari
tingkat radang ke abses berlansung sangat cepat karena oleh radang
duktulus-duktulus menjadi edematous,air susu terbendung,dan air susu
yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah.
D. Gejala
1. Bengkak,nyeri seluruh payudara / nyeri local.
2. Kemerahan pada seluruh payuara / hanya local.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol (Soetjiningsih,1997).
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah-pecah.
5. Badan demam seperti terserang flu.

4
6. Menggigil,deman malaise. (Bobak,2005)
7. Nyeri tekan pada payudara. (Bobak,2005)
8. Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:
a. Nyeri bertambah hebat di payudara.
b. Kulit diatas abses mengkilap.
c. Suhu tubuh (39 – 40 C ).
d. Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara.sakit,seolah bayi tahu
bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
(Prawiroharjo,1999)
E. Pencegahan
Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak
istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi
bengkak.Gunakan BH yang sesuai ukuran payudara.serta usahakan untuk selalu
menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air
hangat sebelum dan sesudah menyusui.
Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya
menyusui dengan benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang
berkontak dengan bayi baru lahir dan ibu baru, juga mengurangi insiden
mastitis. Tindakan pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk menghindari
kontaminasi tersebut dengan menyingkirkan individual yang diketahui atau
dicuigai sebagai karir dari tempat perawatan. Mencuci tangan dengan baik
adalah penting untuk mencegh terjadinya infeksi.(Fnedman,1998)

F. Penatalaksanaan
1. Menyusui diteruskan,pertama bayi disusukan pada yang terkena selama dan
sesering mungkin agar payudara kosong.kemudian ada payudara yang
normal.
2. Menyokong payudara dan kompres local.
3. Berilah kompres panas bila menggunaka sower hangat / lap basah pada
payudara yang terkena.
4. Ubah posisi menyusui dari waktu kewaktu yaitu dengan posisi tiduran,duduk
/ posisi memegang bola (Foot ball position ).

5
5. Pakailah baju dan Bh yang longgar.
6. Istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi.
7. Banyak minum + 2 liter / hari.
Dengan cara-cara tersebut diatas biasanya peradangan akan menghiang
setelah 48 jam.Jarang sekali menjadi abses tetapi bila dengan cara-cara
tersebut diatas tidak ada perbaika setelah 12 jam maka diberikan antibiotika
selama 5 – 10 hari dan analgesic. (Soejianingsih,1997)
8. Berikan Kloksasin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari,bila diberikan
sebelum terbentuknya abses biasanya keluhannya akan berkurang.
9. Ibu harus didorong menyusui bayinya walaupun ada pus.
10. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan(Saiffudin,2002)
11. Bila sudah terjadi abses.
Satu-satunya pengobatan adalah melakkan drainase bedah melalui insisi
radial diatas daerah yang berfluktuasi.Perawatan khusus harus diberikan
selama pembedahan untuk menjamin drainase yang adekuat dari semua
lokuasi pus pada payudara.Pemulihan yang cepat dapat diharapkan jia
drainase dilakukan dengan baik. (Fnedman,1998)

Gb.2. Mastitis
12. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri,berikan antibiotika
dan obat penurun panans.istirahat yang cukup,minum banyak air
putih,makan makanan yang bergizi.
G. Cara mengatasi radang payudara
1. Istirahat.istirahat akan menghilangkan rasa stress dan meningkatkan
kekebalan tubuh kembali.

6
2. Kompres payudara secara bergantan, dengan kompres hangat dan
dingin. Kompres dingin dapat menghilangkan rasa nyeri pada
payudara dan kompres hangat dapat mengurangi peradangan.
3. Pijat daerah yang sakit.pemijatan dapat meningkatkan sirkulasi,
mengurangi penyumbatan payudara serta membantu factor imunitas
dipayudara. Pijat payudara sambil mandi air hangat atau berendam
dalam air hangat.
4. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Sebab
menghentikan menyusui dapat menyebabkan infeksi kuman pada
payudara yang dapat berlanjut menjadi abses.
5. Susuilah lebih sering pada payudara yang meradang
6. Susuilah payudara yang meradang sampai kosong karena apabila ada
yang tersisa akan lebih rentan terhadap infeki, sebaiknya harus segera
menyusui bayi bila bayi menolak menyusu maka keluarkan dengan
atangan atau dipompa. Mulailah menyusui dengan payudara yang
sehat setelah itu baru ganti pada payudara yang sakit. Cara ini akan
mengurangi nyeri saat menyusui
7. Apabila bayi menolak menyusu pada payudara yang meradang hal ini
dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan
kadar sodium (garam) pada asi sehingga rasanya jadi asin kebanyakan
bayi tidak menyadari rasa ASI ini tetapi ada bayi yang menolak untuk
meminumnya. Apabila bayi menolak mulailah menyusui dari
payudara yang sehat baru selanjutnya ke payudara yang meradang
apabila peradangan terus berlanjut maka segeralah periksa kedokter.

B. Pengkajian
1. Pengkajian Kebutuhan sehari-hari

1. Aktivitas dan istirahat


Gejala :

Kelelahan, malaise, terkadang tidak tidur semalaman karena nyeri pada


payudara, merasa gelisah dan ansietas. aktifitas mengalami keterbatasan
berhubungan dengan efek proses penyakit.

7
2. Sirkulasi
Tanda :

 Tachicardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan


nyeri)
 Adanya hipotensi,suhu tubuh meningkat ((39 – 40 C ).

3. Eliminasi
Gejala :

Konsistensi faeces bervariasi dari bentuk berampas,keras dan lunak

4. Makanan / cairan
Gejala :

Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap


diet, misalnya buah segar / sayur, produk susu, makanan berlunak, minuman
dingin.

Tanda :

Penurunan lemak sebentar, kelemasan tonus otot , membrane mukosa pucat.

5. Hygeine
Tanda :

Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan,ulkus


semakin meluas.

6. Nyeri / kenyamanan
Tanda :
a. Nyeri tekan pada payudara. (Bobak,2005)
b. Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:
o Nyeri bertambah hebat di payudara.
o Kulit diatas abses mengkilap.
o Suhu tubuh (39 – 40 C ).

8
7. Interaksi Sosial
Gejala :
Masalah hubungan / peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan
aktif dalam sosial.

8. Penyuluhan
Gejala :

Riwayat keluarga berpenyakit Mastitis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi : mastitis
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan


perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.

a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi : mastitis


Tujuan :
1) Nyeri berkurang/hilang
2) Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman
3) Ibu dapat beraktifitas dengan normal
Intervensi :
1) Ajarkan teknik relasksasi
2) Kompres hangat pada area nyeri
3) Kolaborasi pemberian obat analgetik

Rasional :

1) Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri.


2) Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri.
3) Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

9
Tujuan :

1) Intake nutrisi adekuat


2) Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui

Intervensi :

1) Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering


2) Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui
3) Jika perlu berikan tambahan multi vitamin

Rasional :

1) Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
2) Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk
lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
3) Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan

DAFTAR PUSTAKA
Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya
Medika : Jakarta
Doenges M. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis. Terdapat di :
eko.jatiarso.blogspot.com/makalah-asuhan-keperawatan-mastitis.html diakses pada
Minggu, 23 Maret 2014 pk. 15.00 wita.
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.  Jakarta.

10
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC :  Jakarta
Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement.  Elex Media
Komputindo : Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai