Anda di halaman 1dari 7

BAB

STUDI LITERATUR

1.1 Durabilitas Aspal


Daya tahan atau durabilitas adalah daya tahan suatu lapis perkerasan
terhadap keausan akibat beban lalu lintas dan pengaruh perubahan cuaca dengan
tanpa mengalami pelepasan film aspal dari butiran agregat (Hardiyatmo, 2015).
Menurut Sukirman (2003), durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti
udara, air, atau perubahan temperatur.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas adalah :
a. Film aspal atau selimut aspal, selimut aspal yang tebal akan membungkus
agregat secara baik, beton aspal akan lebih kedap air, sehingga
kemampuannya menahan keausan semakin baik, tetapi semakin tebal
selimut aspal, maka semakin mudah terjadi bleeding yang mengakibatkan
jalan semakin licin.
b. Voids In Mix (VIM) kecil, sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk
ke dalam campuran. Besarnya pori yang tersisa dalam campuran setelah
pemadatan, mengakibatkan durabilitas beton aspal menurun. Semakin
besar pori yang tersisa semakin tidak kedap air dan semakin banyak udara
di dalam beton aspal, yang mengakibatkan semakin mudahnya selimut
aspal beroksidasi dengan udara dan menjadi getas, dan durabilitasnya
menurun.
Rongga udara dalam campuran (VIM) 3 – 5% sesuai dengan spesifikasi
Bina Marga 2010. VIM terdiri dari ruang udara di antara partikel agregat yang
terlapisi aspal. Nilai VIM dalam campuran aspal dapat ditentukan menggunakan
rumus sebagai berikut:
𝐺𝑚𝑚 − 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 = 𝑥 100
𝐺𝑚𝑚

1
2

dengan VIM adalah rongga udara dalam campuran (%); Gmm adalah berat jenis
campuran maksimum setelah pemadatan (gr/cc); Gmb adalah berat jenis bulk
campuran setelah pemadatan (gr/cc)
c. Voids Mineral Aggregate (VMA) besar, sehingga film aspal dapat dibuat
tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan
terjadinya bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini
dipergunakan agregat bergradasi senjang.
Nilai VMA dalam campuran aspal dapat ditentukan menggunakan rumus
sebagai berikut:
100(𝐺𝑠𝑏 − 𝐺𝑚𝑏 ) + 𝐺𝑚𝑏 . 𝑃𝑏
𝑉𝑀𝐴 =
𝐺𝑠𝑏

Dengan VMA adalah rongga udara pada mineral agregat (%) ; Gmb adalah
berat jenis bulk campuran setelah pemadatan (gr/cc); Gsb adalah berat jenis bulk
dari total agregat (gr/cc); dan Pb adalah presentase kadar aspal terhadap berat total
campuran (%)

1.2 Rheologi Aspal


Rheologi digunakan untuk mendeskripsikan dan menilai deformasi dan
perilaku material. Reologi aspal merupakan hubungan antara beberapa sifat fisik,
dan mekanik dari aspal yang mengalami perubahan akibat adanya perlakuan
tambahan.
a. Sifat Fisik
Aspal mempunyai sifat fisik yaitu hubungan antara nilai penetrasi,
titik lembek, dan viskositas.
Penambahan adiktif ke dalam aspal dapat mengakibatkan perubahan
nilai penetrasi, perubahan nilai titik lembek aspal, dan juga mengakibatkan
perubahan nilai viskositas yang berdampak dalam pengerjaan aspal
dilapangan (workability).
b. Sifat Mekanik
Aspal mempunyai sifat mekanis yaitu hubungan antara tegangan
(stress) dan regangan (strain) dipengaruhi oleh waktu. Apabila mengalami
pembebanan dengan jangka waktu pembebanan yang sangat cepat, maka
3

aspal akan bersifat elastis, tetapi jika pembebanannya terjadi dalam jangka
waktu yang lambat maka sifat aspal menjadi plastis (viscous).
c. Penerapan
Menurut Natalia dkk (2002), Pentingnya karakteristik reologi
mengacu pada viskositas sebagai fungsi suhu. Komposisi kimiawi, reologi
dan sifat fisik-kimia aspal dipengaruhi oleh peningkatan suhu. Oleh karena
itu, salah satu karakteristik kurva reologi dasar untuk aspal adalah
viskositas sebagai fungsi suhu. Hubungan antara viskositas dan suhu
adalah sifat penting dari pengikat aspal, karena ini menetapkan suhu yang
diperlukan saat menangani pengikat selama produksi dan aplikasi
campuran aspal.
Studi reologi juga menyiratkan studi dan evaluasi pengaruh durasi
beban atau gaya geser. Diperlukan untuk menerapkan gaya tinggi pada
rentang tertentu untuk memperoleh pengukuran viskositas dan regangan.
Karakterisasi reologi dari pengikat aspal meliputi studi regangan dan
aliran bahan padat atau cair, dan dengan analogi maka kategori elastis dan
kental ditetapkan. Karakterisasi ini, seperti disebutkan sebelumnya,
dilakukan dengan menggunakan alat dynamic shear rheometer (DSR)
yang menerapkan regangan osilasi pada sampel dan pengukuran akibatnya
regangan yang dihasilkan. Alat ini mirip dengan geometri jarum kerucut.
Controlled Stress Rheometer (CSR) digunakan untuk menentukan
sifat reologi suhu rendah dari aspal yang diperoleh dari campuran yang
dipadatkan di laboratorium dan di lapangan. Viskositas aspal berhubungan
dengan modulus resilien, viskositas campuran, modulus statik, kekakuan,
regangan rekahan, energi rekahan, dan tegangan runtuh pada campuran
yang dibuat menggunakan prosedur pengujian tegangan tidak langsung,
tegangan dinamis, statik, dan tegangan konstan.
4

(a) (b)
Gambar. (a) Alat CSR dan (b) Alat DSR

1.3 Safety Terkait Penggunaan Aspal


Dalam analisa safety penggunaan aspal dalam tahap pengujian maupun
tahap pelaksanaannya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.3.1 Tahap Pengujian
1.3.1.1 Pada Uji Penetrasi Aspal
a. Tertusuk Jarum
Risiko ini kemungkinan terjadi pada saat menurunkan jarum
penetrasi ke permukaan aspal. Hal ini dikarenakan tidak adanya
pengaman yang mencegah kontak langsung dengan jarum dengan
tangan dan beresiko infeksi, maka dari itu perlu hati – hati
pelaksanaan penelitian dan bisa menggunakan sarung tangan.
b. Terpajan Toluene
Toluene adalah cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau
khas yang digunakan sebagai pelarut untuk membersihkan kotoran di
jarum pada uji penetrasi, maka dari itu perlunya memakai masker
digunakan tidak menghirup bau.
c. Terpajan Aspal Keras
Menghirup uap atau asap dari aspal panas dapat menyebabkan
sakit kepala, pusing dan iritasi paru – paru. Aspal yang dipanasakan
dapat melepaskan hydrogen sulfide. Hydrogen sulfide menyebabkan
iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Tingkat sedang dapat
5

menyebabkan sakit kepala, pusing, mual dan muntah, serta batuk dan
kesulitan bernapas. Tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan
syok, kejang, koma dan kematian, maka dari perlunya pemakaian
peralatan K3 seperti masker maupun sarung tangan untuk menghindari
suatu resiko yang membahayakan.

1.3.1.2 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar


a. Terpajan Aspal Panas
Menghirup uap atau asap dari aspal panas dapat menyebabkan
sakit kepala, pusing dan iritasi paru – paru. Aspal yang dipanasakan
dapat melepaskan hydrogen sulfide. Hydrogen sulfide menyebabkan
iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Tingkat sedang dapat
menyebabkan sakit kepala, pusing, mual dan muntah, serta batuk dan
kesulitan bernapas. Tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan
syok, kejang, koma dan kematian, maka dari perlunya pemakaian
peralatan K3 seperti masker maupun sarung tangan untuk menghindari
suatu resiko yang membahayakan.
b. Terpajan Panas Kompor
Resiko ini terdapat pada kegiatan uji titik nyala dan titik bakar
dan pada uji campuran aspal dengan alat marshall. Terpajan panas ini
berisiko luka pada pekerja dan kemungkinan dikarenakan
housekeeping yang belum baik. Penempatan barang – barang mudah
terbakar seperti kertas, kayu dan plastic masih terletak dekat dengan
sumber api, maka dari itu persiapan sebelum pelaksanaan harus
diperhatikan, peralatan pemadan kebakaran maupun K3 harus selalu
disiapkan.

1.3.1.3 Pengujian Kelarutan Aspal


a. Terpajan Karbon Tefra Klorida
Kemungkinan terjadi pada proses uji kelaruan aspal. Karbon tetra
klorida adalah cairan bening dengan bau manis yang dideteksi pada
tingkat rendah, maka dari sebelum pelaksanaan pengujian wajib
6

menggunakan masker dan kaus tangan agar terhindar dari resiko


bahaya.
b. Terpajan Aspal Keras
Ini terjadi ketika pekerja melakukan pengujian kontak langsung
dengan aspal keras. Kontrak langsung dengan aspal keras dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, pusing, gangguan system saraf,
gangguan pencernaan kerusakan pada hati dan ginjal, maka dari itu
penguji harus memakai K3 yang sesuai sehingga resiko bahaya dapat
dihindari dengan baik.

1.3.1.4 Pengujian Daktilitas Aspal


Bahaya yang terjadi dalam uji daktilitas aspal adalah berisiko tersengat
listrik berasal dari instalasi listrik yang dalam mesin, pemakaian sepatu, kaos
tangan dan mempersiapkan analisa resiko sebelum melakukan pengujian adalah
cara untuk menghindari resiko tersebut.

1.3.2 Tahap Pelaksanaan


Faktor keselamatan kerja yang perlu diketahui dalam pelaksaan pemakaian aspal.
1.3.2.1 Tingkat Racun Aspal
a. Hubungan Tingkat Racun dalam Aspal
Hubungan tingkat racun dalam aspal dengan unt – unit prosesnya
yang menggunakan bahan beraspal dapat dijelaskan sebagai berikut:
Aspal terdiri dari HC yang kompleks mengandung komponen –
komponen dari struktur kimia yang umumnya mempunyai berat
molekul tinggi, misalnya polycyclic aromatic hydrocarbon (PCA).
Tingkat racun komponen ini bisa dinyatakan sebagai carcinogenicity
(bahan yang menyebabkan kanker). Polycyclic aromatic hydrocarbon
(PCA) dengan 3 – 7 cincin (umumnya 4 – 6 cincin) dan dengan berat
molekul 200 – 450 telah menunjukkan pengaruh terhadap kehidupan
karena carcinogen (bahaya kanker).
7

b. Pekerja Yang Kurang Memperhatikan Kebersihan


Walaupun dari hasil penelitian kecil kemungkinan adanya bahaya
kanker terhadap penggunaan aspal. Namun harus hati-hati untuk
menjaga agar aspal tidak konak ke kulit dalam waktu yang lama sepeti
halnya aspal emulsi dan aspal cair.
Aspal emulsi dapat menyebabkan iritasi ke kulit maupun mata
dan alergi bagi pemakai. Maka dari itu pekerja sebelum dan sesudah
melaksanakan dengan menggunakan aspal harus sering membersihkan
secara rutin, tidak hanya itu peralatan k3 dan perlengkapan wajib
dipenuhi.
c. Bahaya Terhadap Uap Aspal
Pekerja yang menghirup uap aspal harus segera dibawa ke tempat
yang mempunyai udara segar secepat mungkin, apabila ada gejala
keracunan segera dibawa ke dokter untuk segera mendapatkan
pertolongan tanpa menunda waktu, jangan menunggu hari esok.
Dikarenakan aspal sebagai bahan jalan, umumnya dipanaskan dan
dicampur dengan agregat panas, sehingga terjadi asap yang
mengandung uap hodrokarbon dan sejumlah hydrogen sulfide (H2S).
The Asphalt Institute telah mengukur konsentrasi uap yang
disebarkan dari aspal panas langsung setelah dikeluarkan dari Pug
Mill. Konsentrasi aspal yang mengandung PCA (penyebab kanker)
berkisar 0,2 – 5,4 mg/m3 dan rata – rata 1,6 mg/m3 hal ini sangat
kecil.

Anda mungkin juga menyukai