Anda di halaman 1dari 17

BAB V

PEMBAHASAN

A. Asuhan kebidanan kehamilan


1. Kunjungan Anternatal Care (ANC)
Selama kehamilan Ny. N telah melakukan ANC sebanyak 12 kali
yaitu pada Trimester I sebanyak 3 kali di bidan (usia kehamilan 6 minggu
dan 7 minggu, dan 9 minggu) dan 1 kali di dokter (usia kehamilan 7
minggu), dengan pemberian tablet tambah darah oleh bidan di puskesmas.
Trimester II sebanyak 3 kali di bidan (usia kehamilan 15 minggu, 21
minggu, 25 minggu dan 27 minggu) dan 2 kali di dokter (usia kehamilan
14 minggu dan 25 minggu). Trimester III sebanyak 5 kali (usia kehamilan
31 minggu, 34 minggu, 36 minggu, 37 minggu dan 38 minggu) dan 1 kali
di dokter (usia kehamilan 36 minggu). Pada saat usia kehamilan 13
minggu, 21 minggu dan 33 minggu ibu tidak melakukan kunjungan karena
ibu berada diluar kota. Hal ini tidak sesuai dengan teori kunjungan ideal
yang dikemukakan Kemenkes RI (2020a, hal.16) bahwa kunjungan
kehamilan secara ideal adalah saat usia kehamilan < 28 mg setiap 4
minggu sekali, 28 mg-36 mg setiap 2 minggu sekali, dan > 36 minggu
setiap minggu sekali.
2. Standar Pemeriksaan Kehamilan
Selama kehamilan Ny. N memeriksa kehamilannya ke bidan dan
mendapatkan pelayanan kehamilan 10 T. Menurut Kemenkes (2020a),
menyatakan bahwa dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga
kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualiktas sesuai standar
terdiri dari 10T yaitu ukur tinggi badan dan berat badan, ukur tekanan
darah, nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas / LILA, ukur TFU,
tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ), Imunisasi TT,
Tablet Fe, Pemeriksaan Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus),
Tatalaksana / penanganan Kasus, Temu Wicara (Konseling). Pelayanan
kesehatan kehamilan yang Ny. N dapatkan sesuai dengan standar
pelayanan kehamilan menurut teori. Adapun pelayanan yang didapatkan
Ny. N yaitu:
a. Ukur tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan Ny. N diukur saat pertama kali melakukan
pemeriksaan antenatal yaitu saat usia kehamilan 6 minggu dengan hasil
165 cm. Menurut Kemenkes RI (2020a, hal 16), jika tinggi <145 cm
maka resiko panggul sempit sehingga sulit melahirkan secara normal.
Hal ini menyatakan tinggi badan Ny. N merupakan tinggi badan sesuai
pada seseorang ibu hamil yaitu >145 cm.
Berat badan Ny. N selalu ditimbang saat melakukan kunjungan
antenatal. Berat badan Ny. N sebelum hamil 48 Kg dan saat hamil
trimester III menjadi 64 Kg, terjadi peningkatan berat badan sebanyak
16 Kg. Hal ini sesuai dengan teori yag dikemukakan menurut Tyastuti
dan Wahyuningsih (2016, hal 47-48) bahwa penambahan berat badan
dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan yang sesuai
dengan IMT dari Ny. N yaitu 17,6 kg/m2 adalah 12,5-18 kg
b. Ukur tekanan darah
Tekanan darah Ny. N selalu diukur disetiap kunjungan dan
hasil tekanan darah Ny. N selama kehamilan selalu dalam batas
normal dan tidak pernah melebihi 140/90 mmHg, sehingga tidak
menunjukkan adanya hipertensi dan preeklamsi pada kehamilannya.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Kemenkes (2020a), Pengukuran
tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah; dan atau proteinuria).
c. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas / LILA
Pada tanggal 7 Juli 2020 Ny. N dilakukan pengukuran LILA
pada saat kunjungan antenatal pertama pada usia kehamilan 6 minggu
dengan hasi LILA 24 cm. Menurut Kemenkes (2020), Pengukuran
LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang ENERGI Kronik
(KEK). Kurang energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan atau tahun) dimana ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
Pada tanggal 09 Januari 2021 Hasil LiLA Ny. N yaitu 27 cm
pada usia 34 minggu sehingga Ny. N tidak masuk kategori ibu hamil
yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK)
d. Ukur TFU
Pengukuran tinggi fundus Ny. N dilakukan sejak pertama kali
saat usia kehamilan 6 minggu yaitu belum teraba. Pada tanggal 09
Januari 2021 kunjungan pertama penulis Ny. N usia kehamilan 34
minggu didapatkan TFU 25 cm, saat usia kehamilan 36 minggu TFU
29 cm, usia kehamilan 37 minggu TFU 29 cm, dan usia kehamilan 38
minggu TFU Ny. N adalah 29 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang dikemukanan menurut Yulizawati (2017) menentukan umur
kehamilan dilihat dari tinggi fundus uteri menurut Spiegelberg: 32 mg
(29,5-30 cm), 34 mg (31 cm), 36 mg (32 cm), 38 mg (33 cm), dan 40
mg (37,7 cm)
e. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penilaian Denyut Jantung Janin (DJJ) dan penentuan presentasi
janin pada Ny. N selalu dilakukan saat kunjungan antenatal.
Kunjungan antenatal pertama usia kehamilan 6 minggu dan kunjungan
kedua 7 minggu dengan hasil DJJ belum terdengar dan presentasi
janin belum dapat teraba. Pada pemeriksaan Leopold selama
kunjungan kehamilan dengan hasil normal yaitu presentasi janin
berada dibawah. DJJ Ny. N selama kehamilan dan setiap kali
kunjungan normal yaitu 130-150 x/m. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukankan menurut Kemenkes (2020a) bahwa menentukan
presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 x/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160 x/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Imunisasi TT
Ny. N telah mendapatkan imunisasi TT pada saat periksa
kebidan. Menurut Kemenkes (2020a), Untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada
saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisai T-nya.
Pemberian imunsasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status
imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi. Jadwal pemberian imunisasi TT ialah : TT1 pada
kunjungan pertama ANC, masa perlindungan tidak ada, TT2 diberikan
4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun, TT3 diberikan 6
bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun, TT4 diberikan 1 tahun
setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun, dan TT5 diberikan 1 tahun
setelah TT4, lama perlindunngan seumur hidup.
Ny. N telah mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal interval
minimal pemberian 4 minggu, pada tanggal 21 November 2020 Ny. N
telah mendapatkan imunisasi TT1, pada tanggal 23 Desember 2020
Ny. N mendapatkan imunisasi TT2. Ny. N masih harus mendapatkan
imunisasi TT3, TT4, dan TT5 untuk mendapatkan perlindungan
tetanus toxoid seumur hidup, imunisasi TT dapat dilakukan kapan saja
tidak perlu menunggu saat hamil.
g. Tablet Fe
Ny. N telah mendapatkan tablet tambah selama kehamilan,
diberikan pertama kali tablet tambah darah saat usia kehamilan 9
minggu, meskipun Ny. N saat itu sedang mengeluh mual tetapi tetap
diberikan obat tambah darah karena untuk mencegah terjadinya
anemia pada Ny. N dan diminum pada saat mual sudah berkurang, Ny.
N selalu rutin mengkonsumsi tablet zat besi 1x1 setiap harinya.
Menurut Kemenkes (2020a), Untuk mencegah anemia gizi besi,
setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi
dan asam folat) minimal 90 selama kehamilan yang diberikan sejak
kontak pertama. Pemberian tablet tambah darah yang diberikan pada
Ny. N sudah sesuai dengan teori hal ini dikarenakan ibu
memeriksakan kehamilannya hingga pemberian tablet tambah darah
terpenuhi.
h. Pemeriksaan Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pada tanggal 7 Juli 2021 Ny. N melakukan pemeriksaan
pada kehamilan trimester I (7 minggu) dengan hasil Hb : 9,4 gr% di
Puskesmas. Dan pada tanggal 9 Januari 2021 pada trimester III (34
minggu) dengan hasil Hb : 10,8 gr%, pemeriksaan dilakukan dirumah
oleh peneliti, protein urine dan reduksi urine negatif. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium Hb juga pemeriksaan urinalisis yang
didapatkan Ny. N reduksi urine negatif menunjukan kadar glukosa
normal dan protein urine negatif menunjukan tidak adanya tanda-tanda
pre-eklamsi. Akan tetapi Hb ibu <11gr% yaitu 9,4 gr% pada trimester
1 dan 10,8gr% pada trimester III. Hal ini menunjukan bahwa ibu sudah
melakukan pemeriksaan Hb sebanyak 2 kali selama kehamilan, hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan Rukiyah (2013 hal. 164) bahwa
pemeriksaan Hb sebaiknya dilakukan dua kali selama kehamilan yaitu
pada trimester awal (0-12 minggu) dan trimester III (28-40 minggu)
kehamilan.
i. Tatalaksana / penanganan Kasus
Ny. N ketika ada keluhan selalu datang ketenaga kesehatan
terdekat. Menurut Kemenkes (2020a), Setiap kelainan yang ditemukan
pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Dari hasil pemeriksaan tidak ada kelainan pada Ny.
N.
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara pada Ny. N dilakukan dalam setiap melakukan
kunjungan. Biasanya bisa berupa anamnesa, konsultasi mengenai
kesehatan ibu, peran suami dan keluarga, tanda bahaya pada
kehamilan, asupan gizi pada kehamilan, dll. Saat hamil 34 minggu ibu
memiliki ketidaknyamanan yaitu sering kencing dan sulit tidur. Ny. N
mendapatkan penjelasan cara mengatasi ketidaknyamanan setiap kali
kunjungan yang dilakukan oleh peneliti, hal ini diberikan untuk
mengatasi keluhan-keluhan selama kehamilan ibu serta
mempersiapkan ibu menghadapi persalinan yang akan datang.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukanan oleh Oktarina dan
Sari (2018, hal 65) bahwa konseling adalah pertolongan dalam bentuk
wawancara (tatap muka) yang nebubtut adanya kominikasi, interaksi
yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan konseli
untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan
masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan perilaku.
3. Ketidaknyamanan
a. Sulit tidur pada Trimester III
Ny. N G1P0A0 usia kehamilan 34 minggu dengan keluhan sulit
tidur pada malam hari. Berdasarakan hasil anamnesa pada Ny. N yang
dilakukan pada tanggal 09 Januari 2021 didapatkan hasil bahwa Ny.N
mengalami ketidaknyamanan yaitu sulit tidur pada malam hari yang
disebabkan salahnya pola tidur Ny. N yang lebih banyak pada pagi dan
siang hari.
Menurut Tyastuti dan Wahyuningsih (2016, Hal 125), sulit
tidur/ Insomnia ini biasanya dapat terjadi mulai pada pertengahan masa
kehamilan. Insomnia dapat disebabkan oleh perubahan pola tidur ibu
yang salah, sebaiknya ibu tidur minimal 1-2 jam pada siang hari dan 7-
8 jam pada malam hari, perubahan fisik yaitu pembesaran uterus, dapat
juga disebabkan oleh karena perubahan psikologis misalnya perasaan
takut, gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran. Adakalanya
ditambahin oleh sering BAK dimalam hari. Cara meringankan atau
mencegah mandi air hangat sebelum tidur, minum minuman hangat
(susu hangat, teh hangat) sebelum tidur, sebelum tidur jangan
melakukan aktifitas yang dapat membuat susah tidur, tidur dengan
posisi relaks, lakukan relaksasi
Ketidanyamanan yang dirasakan Ny. N merupakan keluhan
yang bersifat fisiologis dikarenakan perubahan pola tidur yang salah.
Setelah diberikan KIE, ibu dapat mengatasi ketidaknyamannya dalam
rentan waktu 3 hari sehingga ibu dapat beristirahat pada malam hari
b. Sering kencing pada Trimester III
Ny. N G1P0A0 usia kehamilan 34 minggu dengan keluhan sering
kencing. Berdasarkan hasil anamnesa pada Ny. N yang dilakukan pada
tanggal 23 september 2017 di dapatkan hasil bahwa Ny. N mengalami
ketidaknyamanan yaitu sering kencing pada malam hari sebanyak 7-
8x pada usia kehamilan 34 minggu dan berkurang pada usia kehamilan
36 minggu. Ketidanyamanan yang dirasakan Ny. N merupakan
keluhan yang disebabkan tekanan pada kandung kemih oleh janin yang
semakin membesar, akan tetapi dikarenakan menganggu waktu
istirahat pada malam hari maka harus segera diatasi. Setelah diberikan
KIE mengenai cara mengatasi keluhan sering kencing, keluhan yang di
alami pun berkurang
Hal ini sesuai dengan teori menurut Tyastuti (2016, hal 136)
ketidaknyamanan ibu hamil trimester III salah satunya yaitu sering
kencing yang disebabkan oleh tekanan uterus pada kandung kemih dan
kadar natrium meningkat di dalam tubuh, air dan natrium tertahan di
kaki selama siang hari, pada malam hari terdapat aliran darah balik
vena sehingga meningkatkan jumlah urine. Cara meringankan atau
mencegah sering kencing di malam hari yaitu segera berkemih jika
sudah terasa ingin kencing, perbanyak minum air putih di siang hari,
kurangi minum kopi, teh dan kola dengan kafein karena dapat
merangsang keinginan untuk berkemih.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir


1. Asuhan Kebidanan Persalinan
Ny. N memasuki masa persalinan pada usia kehamilan 38 minggu
Menurut JNPK-KR (2017, hal. 37). Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Hal ini normal karena usia
kehamilan ibu sudah aterm sesuai dengan teori.
a. Kala I
Pada tanggal 13 Februari 2021 pukul 10.40 WITA didapatkan
anamnesis Ny. N mengatakan mulai mules dan sakit perut sejak jam
05.30 WITA. Pukul 10.40 WITA Ny. N Ibu mengatakan mules dari
perut sampai kepinggang serta ada keluar lendir bercampur darah dan
dilakukan pemeriksaan oleh bidan, didapatkan hasil bahwa porsio tipis,
pembukaan 3 cm ketuban masih utuh, kepala di Hodge II, His
4x/10’/45’’. Menurut Sari dan Rimandini (2014 hal. 11-13) bahwa kala
I pada primigravida berlangsung 13-14 jam, sedangkan multi gravida
berlangsung 6-7 jam sedangkan untuk his mempunyai sifat adanya
intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur
dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 40-60 detik. Proses
persalinan kala I Ny. N saat persalinan pada fase laten yaitu saat
pembukaan 3 cm pada pukul 10.40 WITA berlangsung selama 2 jam 40
menit hingga pembukaan 10 cm atau lengkap. Berdasarkan hitungan
Friendman, pembukaan pada primigravida 1 cm/jam, sehingga dari
pembukaan 3 hingga pembukaan 10 belangsung sekitar 7 jam, akan
tetapi pada proses persalinan kala I Ny. N hanya berlangsung 2 jam 40
menit. Persalinan kala I pada Ny. N berlangsung tidak sesuai teori
menurut Sari dan Rimandini karena berlangsung lebih cepat hal ini
dikarenakan his persalinan ibu semakin kuat.
Selama kala I ibu mendapat asuhan sayang ibu seperti menjaga
privasi ibu, memberikan semangat kepada ibu, menjaga kenyamanan
tubuh ibu, mendengarkan keluhan ibu, menghadirkan suami atau
keluarga ibu untuk menemani dan memberikan dukungan kepada ibu,
melakukan pemijatan pada punggung ibu agar ibu merasa nyaman. Hal
ini sesuai dengan teori menurut JNPK-KR (2017, hal 5-37) Asuhan
sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan seperti
memanggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya,menjelaskan semua asuhan dan perawatan yang akan
diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan, menjelaskan proses
persalinan pada ibu dan keluarganya, menganjurkan ibu untuk bertanya
dan membicarakan rasa takut dan khawatir, mendengarkan dan tanggapi
pertanyaan dan kekhawatiran ibu, memberikan dukungan,
menganjurkan ibu untuk ditemani suami/keuarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya, menghargai privasi ibu,
menganjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang
ia menginginkannya, menghargai praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu,dan mempersiapkan persalinan dan kelahiran
bayi dengan baik dan bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang
diperlukan.
b. Kala II
Pukul 13.20 WITA tanggal 13 Februari 2021 Ny. N sudah ingin
meneran dan ada tanda gejala kala II. Bayi lahir spontan belakang
kepala pada pukul 13.35 WITA. Menurut Sari dan Rimandini (2014,
hal. 13-17) Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung
paling lama 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Kala
II persalinan Ny. N berlangsung normal selama 15 menit dikarenakan
Power, Passage, Passanger, Psikis dan Penolong. Persalinan yang
normal dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu menurut Rukiyah (2019,
hal 19-20) adalah Faktor Tenaga/Kekuatan (Power) yaitu kekuatan
yang mendorong janin dalam persalinan adalah his atau kontrasksi
uterus dan tenaga meneran ibu. Menurut Johariyah dan Ningrum (2012,
hal. 12) Faktor Jalan lahir (Passage), Passanger meliputi janin,
plasenta, dan air ketuban. Psikis (psiklogi ibu) dan Penolong (Bidan).
Selama kala II peneliti memberikan asuhan antara lain
memastikan kelengkapan alat dan bahan. Pada saat melakukan
pertolongan persalinan penolong tidak memakai APD lengkap,
penolong hanya memakai sarung tangan, dan sepatu. Menurut JNPKR
(2017, hal 5-37). Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang
paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih
dan aman diantaranya yaitu aspek pencegahan infeksi. Upaya
pencegahan infeksi antara lain cuci tangan, mamakai sarung tangan dan
perlengkapan pelindung lainnya menggunakan teknik asepsis atau
aseptic, memproses alat bekas pakai. menjaga kebersihan dan sanitasi
lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar). Menurut
Astari (2020, hal. 94-95). Standar pelayanan asuhan persalinan pada
kala II yaitu Standar 10 (Persalinan kala II yang aman), bidan
melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
Penulis telah memberikan asuhan yang sesuai standar.
c. Kala III
Kala III pada Ny. N berlangsung 5 menit yaitu dari pukul 13.35
WITA sampai 13.40 WITA. Menurut Sari dan Rimandini (2014, hal
14) kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Hal ini dikatakan dalam
batas normal karena penolong melakukan Manajemen Aktif Kala III
(menyuntikkan Oksitosin, melakukan peregangan tali pusat terkendali,
dan massase fundus uteri) untuk mempercepat proses pelepasan
plasenta, serta kontraksi uterus ibu dalam keadaan baik sehingga kala
III berlangsung cepat. Menurut Astari (2011, hal. 64) standar
pelayanan asuhan persalinan yaitu standar 11 (penatalkasanaan aktif
persalinan kala III) bidan melakukan penegangan tali pusat dengan
benar dan membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuba secara
lengkap. Asuhan yang diberikan pada Ny. N sesuai dengan teori
d. Kala IV
Proses persalinan kala IV dimulai pukul 13.40 WITA pada kala
IV dilakukan observasi pada Ny. N selama 2 jam. Kala IV yang
dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Yaitu 15 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
Observasi yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu
tekanan darah normal, nadi normal, dan pernapasan normal, tinggi
fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus teraba keras,
kandung kemih kosong, perdarahan ± 150 cc. Menurut Sari dan
Rimandini (2014, hal 14-17) Kala IV dimaksudkan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang dilakukan berupa tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan),
kontraksi uterus serta perdarahan pervaginam.
Asuhan kala IV yang diberikan pada Ny. N sudah dilakukan
dengan teori, yaitu melakukan pemantauan kala IV dengan
pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung
kemih, tinggi fundus dan perdarahan setiap 15 menit pada satu jam
pertama. Melakukan pemeriksaan tekanan darah nadi, suhu, kontraksi
uterus, kandung kemih, tinggi fundus dan perdarahan setiap 30 menit
pada satu jam kedua.
2. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. N lahir pada usia kehamilan 38 minggu, spontan belakang
kepala, menangis lemah, kulit kemerahan, bergerak aktif, jenis kelamin
perempuan, dan APGAR skor 8,9,10, hasil pemeriksaan fisik normal.
Asuhan yang diberikan pada bayi Ny. N sudah sesuai dengan teori, dan
mengacu pada manajemen bayi baru lahir.
Hal ini sesuai dengan teori menurut JNPK-KR (2017, hal. 117)
manajemen bayi baru lahir meliputi menjaga kehangatan bayi,
membersihkan jalan napas, mengeringkan tubuh bayi, pemantauan tanda
bahaya, melakukan pemotongan tali pusat tanpa membubuhi apapun,
melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1 intramuskular,
memberikan salep mata tetrasiklin 1% pada kedua mata, melakukan
pemeriksaan fisik, dan memberikan imunisasi Hb 0 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K.

C. Asuhan Neonatus
1. Kunjungan I (6-48 jam setelah bayi lahir)
Pada kunjungan ke 1(umur 6 jam) Keadaan Umum baik, berat badan
2800 gram, panjang badan 48 cm, N:128x/menit, pernafasam 45x/menit S:
36,4 oC, menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan, tidak ada
perdarahan tali pusat, refleks rooting (+), refleks sucking (+), refleks
morro(+), refleks grasping(+) BAB 1 kali (mekoneum) dan BAK 2 kali,
bayi dapat menghisap dengan kuat, tidak ada infeksi pada tali pusat.
Asuhan bayi baru lahir kunjungan pertama di dapatkan hasil bayi
dalam keadaan normal, bayi sudah dimandikan dan tidak di temukanya
tanda bahaya pada bayi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Meilani (2013 hal 62) bahwa bidan melakukan pengamatan terhadap
pernafasan, warna, tingkat aktivitas, suhu tubuh, dan perawatan untuk
setiap penyulit yang muncul, pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, rujuk
ke dokter apabila tampak bahaya dan penyulit, jika bayi sudah cukup
hangat (minimal 36,5C) bidan dapat memandikan bayi dan melakkan
perawatan tali pusat, menganjurkan ibu cara menyusui dan perawatan bayi.
2. Kunjungan II (3-7 setelah persalinan)
Kunjungan ke-2 (umur 7 hari setelah persalinan) pada bayi Ny. N
dilakukan pemeriksaan fisik: BB 2900 gram, S 36, 7 oC, N 127 x/menit, R
47 x/menit, tali pusat sudah lepas pada hari ke 5, gerak aktif, menyusu
kuat, BAB(+), BAK (+), dilakukan perawatan pada bayi dengan
memandikan dan mengganti popok segera bayi BAB atau BAK dan tidak
terjadi tanda-tanda bahaya pada bayi.
Asuhan bayi baru lahir kunjungan kedua di dapatkan hasil bayi dalam
keadaan normal, bayi menyusu dengan kuat sehingga nutrisi bayi
terpenuhi, ibu dibantu suami dan keluarga untuk membantu menjaga bayi
dan kebersihan rumah sehingga suasana hati ibu merasa lebih senang, ibu
berinteraksi dengan bayinya setiap menyusui. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Meilani (2013 hal 62) bahwa bidan menanyakan
seluruh keadaan bayi, masalah-masalah yag dialami terutama dalam proses
menyusui, dan apakah ada orang lain dirumahnya atau sekitarnya yang
dapat membantu ibu, mengamati keadaan dan kebersihan rumah ibu,
persediaan makanana dan air, mengamati suasana hati ibu dan bagaimana
cara ibu berinteraksi dengan bayinya, melakukan pemeriksaan fisik bayi
3. Kunjungan III (8-28 hari)
Kunjungan ke-3 pada (umur 14 hari setelah persalinan) asuhan yang
diberikan memeriksa pertumbuhan dengan berat berat badan 3000 gram,
panjang badan 50 cm suhu 36,5 oC, Nadi 128 x/ menit, pernafasan 45
x/menit, gerakan aktif, kulit kemerahan, sclera tidak ikterik, refeleks
sucking baik,BAB (+), BAK (+) nutrisi bayi menyusu dengan kuat.
Penulis memberikan penyuluhan kepada Ny. N dan suami saat melakukan
kunjungan antara lain tetang cara menjaga kehangatan bayi dengan cara
membedong tetapi jangan terlalu kuat agar bayi bisa bergerak, pemberian
ASI secara on demand, perawatan bayi sehari-hari seperti cara
memandikan bayi, memasang popok dan memberitahu ibu untuk
mengontrol tumbuh kembang bayinya dengan membawa ke posyandu atau
puskesmas dan pemberian imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal.
Asuhan bayi baru lahir kunjungan ketiga di dapatkan bahwa ibu tidak
mengalami masalah selama perawatan bayinya. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Meilani (2013 hal 62) bahwa bidan menanyakan kembali
masalah-masalah yang terjadi pada ibu maupun bayi.

D. Asuhan Kebidanan Nifas


1. Kunjungan I (6 jam setelah persalinan)
Kunjungan ke-1 pada Ny. N yaitu mencegah perdarahan karena
atonia uteri dengan ibu melakukan massase fundus uterus, kontraksi uterus
baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, lokia rubra, TTV
dalam batas normal, menganjurkan ibu untuk mobilisasi berjalan,
menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya sedini
mungkin, serta meberikan vitamin A 200.000 UI vitamin A dosis pertama
diberikan pada 13 Februari 2021, dan menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi vitamin A dosis kedua setelah 24 jam pemberian vitamin A
pada tanggal 14 Februari 2021.
Asuhan masa nifas pada kunjungan pertama tidak ditemukan
penyulit yang menyertai ibu karena kontraksi uterus ibu baik, kandung
kemih kosong, tanda-tanda vital normal, darah berwarna merah dan ibu
bisa mobilisasi secara dini dan menjalin hubungan antar ibu dan bayinya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nugroho (2014,
hal.217-218) bahwa Kunjungan pertama waktu (6-8 jam setelah
persalinan) tujuanya mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan
atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk
bila perdarahan lanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena
atonia uteri, pemberian ASI awal, memberi supervisi kepada ibu
bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,
menjaga bayi agar tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan ke-2 pada Ny. N adalah memastikan involusi uteri
berjalan normal ditandai dengan uterus berkontraksi, fundus teraba
dipertengahan pusat simfisis, lokia sanguinolenta, tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada demam, tidak ada perdarhan abnormal, dan TTV normal,
payudara tidak bengka, ASI lancar, luka jahit masih basah dan nyeri. Ibu
dianjurkan untuk cukup mengkonsumsi makanan tanpa berpantang dan
menjaga personal hygiene, memberikan KIE kepada ibu tentang menjaga
kehangatan bayi.
Asuhan masa nifas pada kunjungan kedua di dapatkan hasil tidak
ditemukan masalah yang menyertai ibu karena kontraksi uterus baik, tidak
terjadi perdarahan sehingga involusi uterus berjalan normal, ibu tidak
berpantang dalam makanan dan minum yang cukup serta kebutuhan
istirahat terpenuhi sehingga keadaanya baik dan sehat, ibu dapat menyusui
dengan baik dan selalu menjaga kehangatan dan personal hygiene bayinya
sehingga bayi dalam keadaan sehat. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Nugroho (2014, Hal 217-218) bahwa kunjungan kedua
(6 hari setelah persalinan) tujuanya memastikan involusi uterus berjalan
dengan normal, evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya
penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan
dengan asuhan pada bayi.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke-3 pada Ny. N adalah pemeriksaan TFU tak teraba
diatas sympisis, lokia serosa, payudara tidak bengkak, putting susu
menonjol dan tidak lecet, ASI lancar, luka jahitan sudah kering, TTV
normal, dan memberikan konseling KB, penjelasan mengenai berbagai
jenis KB pasca salin, penjelasan keuntungan, kerugian dan efek samping
masing-masing alat kontrasepsi pasca salin.
Asuhan masa nifas pada Ny. N sudah sesuai dengan teori dan
tidak ditemukan penyulit yang menyertai ibu karena kontraksi uterus ibu
baik, sehingga tidak terjadi perdarahan dan involusi uterus berjalan
normal. Konseling KB diberikan pada Ny. N dapat mendiskusikan jenis
KB apa yang ingin digunakan bersama suami sehingga pada saat 6 minggu
masa nifas Ny. N dapat memustuskan bersama suami untuk memilih jenis
KB yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Nugroho (2014, Hal 217-218) bahwa kunjungan ketiga
(2 minggu setelah persalinan) Tujuanya sama dengan kunjungan kedua.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Pada kunjungan ke-4 Ny. N tidak terdapat tanda bahaya nifas dan
penggunakan kontasepsi Depo progestin saat 7 minggu setelah persalinan.
Tujuan kunjungan nifas ke -4 adalah memastikan tidak ada tanda-tanda
bahaya nifas yang terjadi tidak ada tanda bahaya nifas yang terjadi pada
ibu selama masa nifas, serta memastikan ibu tentang alat kontrasepsi yang
akan digunakan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nugroho (2014, Hal.
217-218) bahwa kunjungan keempat waktu (6 minggu setelah persalinan)
tujuanya menanyakan penyulit-penyulit yang ada, memberikan konseling
KB secara dini.

E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana


Pada kunjungan nifas 2 minggu penulis telah memberikan konseling
KB rasional kepada Ny. N. setelah dijelaskan penulis menganjurkan alat
kontrasepsi yang cocok bagi ibu usia 21 tahun dengan jumlah anak 1 orang
yaitu AKDR, suntik depo progestim, mini pil, atau metode sederhana. Ibu
memilih AKDR sebagai kontasepsinya. Pada kunjungan nifas 6 minggu
ternyata ibu mengalami keputihan yang berwarna kuning pucat yang
merupakan kontraindikasi bagi pengguna AKDR karena dapat memperbanyak
keputihan yang dialami. Menurut Yulizawati (2019b, hal 68) kontraindikasi
pengguna AKDR yaitu wanita yang hamil atau dicurigai hamil, mengalami
perdarahan per vagina yang belum jelas penyebabnya, sedang menderita
infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis) dan wanita dengan kanker organ
genetalia. Infeksi alat genetalia ini biasanya di tandai dengan keputihan
abnormal.
Melihat dari usia dan jumlah anak Ny. N, seharusnya ibu memakai
kontrasepsi AKDR terlebih dahulu akan tetapi dikarenakan terdapat
kontraindikasi akhirnya ibu memutuskan untuk memilih KB rasional ke 2
yaitu kontrasepsi suntik Depo Progestin dan telah dilakukan penyuntikan
pada tanggal 4 April 2021 pada pukul 17.10 WITA karena ibu setelh
melahirkan 7 minggu, menyusui, sedang haid hari ke 4 sehingga dapat
dipastikan ibu tidak hamil sesuai dengan teori menurut Menurut Handayani
(2010, hal.111) KB suntik tribulan/progestin adalah kontrasepsi yang berisi
hormone progesterone yang diberikan secara intramuscular setiap tiga bulan
pada perempuan yang memiliki indikasi usia reproduksi, tidak hamil,
nullipara, menyusui dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran ,
telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.

Anda mungkin juga menyukai