Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pengantar Pendidikan

“Batasan, Keharusan, Dan Kemungkinan Pendidikan”

DISUSUN OLEH :
MUH.SYAHRUL RAMADAN R _A31120017

SAPRIN _A31118001

ABDUL WAHID _A31120035


NURFADILA _A31120006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat,kesehatan dan kesempatan yang di berikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini di buat dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah pengantar pendidikan. Makalah ini berjudul
“Batasan, Keharusan, Dan Kemungkinan Pendidikan”

Saya sadar akan kekurangan dari Makalah ini,baik dalam pemaparan materinya maupun
kosa kata yang di gunakan. Semoga Makalah ini dapat menambah wawasan kita, akhir kata saya
ucapkan banyak terimah kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................
1.3 TUJUAN .......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

2.1 BATASAN, KEHARUSAN, DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN...................

2.1.1 BATASAN PENDIDIKAN..................................................................................

2.1.2 KEHARUSAN PENDIDKAN..............................................................................

2.1.3 KEMUNGKINAN PENDIDIKAN.......................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................
..............................................................................................................................................
3.2 SARAN..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan,


perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan.
Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat
di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga
pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu
menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang
lebih inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas
pendidikan Indonesia lebih baik. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka
peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan
di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal,
nasional, maupun global

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Batasan, keharusan, dan kemungkinan pendidikan

1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan batasan, keharusan, dan kemungkinan pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BATASAN, KEHARUSAN, DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

2.1.1 Batasan pendidikan

Pendidikan sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan tentu tidak
akan berjalan tanpa adanya batas-batas dalam pendidikan itu sendiri. Adanya batasan
ini tentunya sangat penting dalam suatu pendidikan karena tanpa adanya batasan
pendidikan kita tidak akan tahu sejauh mana kita bisa mendidik anak didik kita, batasan
ini juga akan semakin memperkecil kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan
pendidikan. Setelah adanya batasan, sebelum melakukan proses pendidikan seorang
pendidik harus mengetahui potensi yang dimiliki oleh anak didiknya.

Dibawah ini terdapat lima pandangan mengenai batas-batas pendidikan.

1. Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing seorang
anak untuk mencapai kedewasaanya. Pendidik disini adalah orang tua dan guru,
keduanya memiliki peran yang sama penting untuk membantu tercapainya
kedewasaan anak, namun peran orang tua tentunya paling utama karena orang tua
merupakan tempat sosialisasi utama dan pertama untuk anak dan pendidikan pun
didapatkan pertama kali oleh anak dari orang tua, akan tetapi orang tua juga
memiliki batas dalam mendidik anak misalnya saat disekolah anak tidak lagi
mendapat didikan dari orang tuanya akan tetapi gurulah yang menggantikan peran
orang tua disekolah. Namun tetap saja sedekat apapun seorang guru dengan anak
didiknya disekolah itu tidak akan mampu menggantikan sepenuhnya tugas dan
peran orang tuanya dirumah.
2. Aspek pribadi anak didik
Persoalan selanjutnya yang berhubungan dengan batas pendidikan adalah anak
didik itu sendiri. Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tergantung dari seberapa
jauh anak didik tersebut mampu menerima pendidikan yang kita berikan, jangan
sampai kita terlalu memaksakan pendidikan pada anak didik kita untuk diterima
sepenuhnya. Anak didik merupakan sosok manusia/individu. “invidu ialah orang
yang tidak tergantung orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempuyai sifat-sifat dan
keinginan sendiri” Abu Ahmadi (Saduloh, 2010;86). Oleh karena itu anak didik
harus diakui keberadaannya, dia tidak bisa diperintah untuk mengikuti keinginan
kita akan tetapi kita harus masuk kedalam dunianya untuk mengetahui apa yang
dia inginkan dan dia sukai.
3. Alat pendidikan
Alat pendidikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ada. Alat pendidikan ini digunakan untuk mendidik anak secara
pedagogis (katif). Misalnya saja seorang ibu yang menyuruh anaknya untuk
membereskan tempat tidurnya, itu bertujuan agar anak tersebut memiliki tanggung
jawab yang dimulai dfari dirinya sendiri. Ini adalah cara orang tua mendidik anak
secar pedagogis agar anak itu terbiasa untuk hidup rapih dan disiplin. Kemudian
dibawah ini Lavangeld mengelompoka lima jenis alat pendidikan, yaitu :
a) Perlindungan
Perlindungan merupakan aspek pertama dalam melakukan pendidikan.
Sebagai pendidik tentu saja kita harusa mampu memberikan perlindungan
pada anak didik kita, karna tanpa semua itu anak tidak akan mau diajak dalam
proses pendidikan. Perlindungan tersebut tidak hanya bersaifat fisik akan
tetapi secara fsikisnya juga. Namun karena anak itu paling tidak bisa dilarang
oleh karena itu sebagai pendidik kita harus memberikan perlindungan dalam
bentuk pengawasan yang baik.
b) Kesepahaman
Kesepahaman ini terjadi saat guru menjadi contoh untuk anak didiknya
dengan memperhatikan secara tidak langsung, anak akan meniru apa yang
gurunya lakukan. Tapi tetap saja kesepahaman ini bisa terjadi jika anak sudah
merasa aman jika sedang bersama gurunya. Dari sinilah kita bisa melihat
bahwa alat pendidikan ini berhasil membawa anak untuk mengikuti apa yang
gurunya lakukan, tentu saja peniruan untuk melakukan kesepahaman ini
haruslah bersifat positif.
c) Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan
Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan ini ialah berupa tanggung
jawab. Misalnya saat sedang bermain seorang guru hendaknya memberikan
kepercayaan pada anak didiknya agar anak didiknya mempunyai tanggung
jawab dalam menyelesaikan semua tugasnya.
d) Perasaan bersatu
Perasaan bersatu ini akan timbul karena interaksi yang berlangsung antara
pendidik dan anak didik yang terus menerus. Misalnya karena kebiasaan
pendidik dan anak didik yang selalu bersama-sama setiap hari disekolah
dalam melewati pelajaran itu akan membentuk kenyamanan pada diri anak
yang membuat perasaan bersatu itu muncul pada diri keduanya.
e) Pendidikan karena kepentingan diri sendiri
Pedidikan karena kepentingan diri sendiri, berarti pad saat itu si anak
sudah menyadari bahwa dirinya mempunyai kesadaran bahwa dirinya sudah
mampu membentuk karakternya sendiri. Tugas seorang pendidik disini ialah
memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada anak didik untuk
melaksanakan tugas sesuai keinginan hatinya.
4. Waktu pelaksanaan
Pada saat anak usia dini, hubungan anak dengan pendidik belum disebut sebagai
kegiatan pendidikan melainkan baru dalam proses atau taraf pembiasaan. Karena
anak usia dini masih bersifat serba menerima, mereka belum memahami apa itu
perintah, aturan, norma dan lain sebagainya. Kegiatan pembiasaan tersebut
merupakan langkah awal yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai
kedewasaan seorang anak tersebut atau disebut juga dengan pendidikan
pendahuluan.
Perbedaan pendidikan pendahuluan dengan pendidikan sebenarnya adalah ketika
terjadi hubungn wibawa antara pendidik dan anak didik. Jadi pendidikan yang
sebenarnya bukn merupakan kebiasaan melainkan terjadi ketika hubungn wibawa
itu ada, ketika anak telah mampu menerima petunjuk dan perintah bukan hanya
atas dasar ikut-ikutan atau meniru orang lain.

5. Aspek tujuan
Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak untuk mencapai kedewasaannya.
Tujuan pendidikan pun dibagi kedalam 2 tujuan, secara mikro dan makro. Tujuan
pendidikan secara mikro adalah untuk menjadikan anak didik menjadi dewasa.
Sedangkan secara makro yaitu menyiapkan manusia supaya lebih bermanfaat bagi
kehidupan pribadi dan bangsanya.
Anak dikatakan mencapai kedewasaannya apabila dia sudah bisa dan mampu
berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik secara biologis, psikologis, ekonomi
dan sosial. Juga anak harus sudah bisa bertanggung jawab dalam setiap
perbuatannya. Selama ank belum bertanggung jawab maka mereka belum disebut
dewasa dan biasanya pendidik yang menjadi penanggung jawab dari anak didik.
Apabila tujuan pendidikan itu telah tercapai maka pendidkanpun telah berakhir.

6. Aspek lingkungan
Lingkungan tempat dimana kita bertempat tinggal dan mendapatkan pendidikan
merupakan lingkungan pendidikan. Lingkungan disekitar anak dapat dibedakan
menjadi 4 macam:
1) Lingkungan alam fisik
Lingkungan ini merupakan lingkungan berupa alam disekitar kita seperti
tumbuhan, hewan, udara, rumah dan lain-lain.
2) Lingkungan budaya
Berupa kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, adat istiadat, bahasa,
seni dan lain-lain.
3) Lingkungan social
Berupa hubungan interaksi antar individu yang hidup bermasyarakat dan
saling membutuhkan satu sama lain, tyermasuk didalamnya tentang sikap,
perilaku, norma antar setiap individu.
4) Lingkungan spiritual
Berupa lingkungan agama, keyakinan yang dianut masyarakat yang ada
disekitar kehidupan dia.

2.1.2 KEHARUSAN PENDIDIKAN

Didalam kehidupan manusia selalu mengalami kenaikan dan penurunan hidup, melakukan
tindakan yang salah dan tindakan yang benar, dan melakukan kehidupan bermasyarakat
dengan baik. Dalam hal itu, agar manusia bisa mendidik dirinya sendiri, manusia perlu
diarahkan agar menjadi manusia yang ideal atau manusia yang seutuhnya. Yang bisa
membedakan mana yang salah dan yang benar, agar bisa menempatkan sikap yag baik dalam
hidup bermasyarakat, mematuhi nilai dan norma juga kebudayaan dimasyarakat,dan agar bisa
mendidik dirinya untuk mencapai tujuan kehidupannya maka manusia harus mengalami
pendidikan agar hidupnya lebih terarah.

Menurut Dewey (Abdurahman, 2009:13) salah seorang tokoh aliran filsafat Pragmatisme
atau instrumentalisme dalam bukunya mengemukakan bahwa

‘penekanan pada pentingnya pendidikan karena berdasarkan tiga pokok pemikiran, yaitu (1)
pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, (2) pendidikan sebagai pertumbuhan, dan (3)
pendidikan sebagai fungsi sosial.’
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan untuk hidup merupakan hal penting yang
melandasi keharusan dalam pendidikan. Dilihat dari fungsinya pendidikan akan sangat
berguna untuk menjadi bekal dan tolak ukur dalam menjalani kehidupan, baik secara
individu maupun dalam bersosialisasi dimasyarakat.selain itu pendidikan juga berfungsi
sebagai salah satu perjalanan dalam mencapai tujuan hidup kita yaitu kedewasaan. Dalam
proses pertumbuhan hidup kita pun dipengaruhi oleh pendidikan. Dalam proses kita tumbuh
beranjak menuju tingkat kedewasaan lebih tinggi manusia pun tak lepas dari pendidikan
sebagai sarana dalam proses tumbuh dan kembangnya seorang manusia. Karena itu
pendidikan penting sebagai pertumbuhan. Sedangkan dalam fungsi sosial pendidikan
mempunyai perannya tersendiri. Pendidikan selalu mengajarkan kita bagaimana
bertingkahlaku dengan masyarakat, bagaimana kita mematuhi nilai, norma dan kebudayaan
masyarakat, dan bagaimana kita selalu menyeimbangkan antara kehidupan individu sebagai
manusia dan kehidupan bersosialisasi dengan masyarakat. Oleh karena itu manusia harus
dididik sebagai salah satu hal penting dalam fungsi sosial.

Ada beberapa faktor yang menjadi acuan mengapa anak diharuskan untuk
mendapatkan pendidikan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Anak diahirkan dalam keadaan tidak berdaya


Dari sudut pandang ank, pendidikan adalah keharusan dan kebutuhan bagi anak.
Karena anak lahir dengan keadaan belum bisa melakukan apapun sehingga butuh
bimbingan dan didikan agar anak bisa mencapai kedewasaannya dan tidak
menggantungkan diri pada orang lain sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dengan
demikian pendidikan sangat dibutuhkan oleh anak baik dari orang tua, lingkungan, dan
guru disekolahnya, agar anak bisa memiliki bekal kepribadian, moral, pengetahuan dan
keterampilan untuk menunjang hidupnya kelak.
Dari sudut pandang orang tua juga pendidikan merupakan hal yang sangat penting
karena ada rasa tanggung jawab dan kasih sayng kepada anaknya agar bisa bertahan
dimasa yang akan datang tanpa menggantungkan diri pada orang lain. Secara naluriah
orang tua telah mendidik anak dari anak itu lahir hingga dia bisa mendidik dirinya
sendiri. Karena rasa tanggung jawab dan kasih sayang tersebut.
2. Anak lahir tidak langsung dewasa
Dalam proses pendewasaan atau untuk menjadi dewasa memerlukan waktu yang
lama. Dimasa modern ini kedewasaan sangat lebih kompleks, beda dengan zaman
terdahulu. Ketika zaman terdahulu mungkin anak usia 12 tahun keatas sudah bisa
berkeluarga karena dianggap telah dewasa, sedangkan dizaman modern seperti sekarang
ini kedewasaan lebih diperluas lagi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini.
Untuk melanjutkan atau melewati masa dewasa anak harus dipersiapkan dengan
sebaik mungkin, bekal ilmu-ilmu penunjang kedewasaan itu diperoleh dari pendidikan.
3. Manusia sebagai makhluk social
Hakikat seorang manusia adalah sebagai makhluk sosial. Mereka hidup saling
mengunt8ngkan satu sam lain. Manusia senang hidup bersama orang lain karena
manusia adalah makhluk sosial, mereka bisa saling mempengaruhi, membentuk pola
prilaku, dan karakternya, menanamkan nilai dan norma, dan aturan-aturan dimasyarakat,
sehingga manusia memerlukan pendidikan untuk mengarahkan kepada tujuan manusia
itu sendiri yaitu mencapai kedewasaan.
4. Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial tapi tetap saja manusia
merupakan makhluk individu yang memiliki kepribadian dan karakter masing-masing.
Mereka hidup bersama namun tetap antar individu.
Karena sikap, kepribadian, dan karakter setiap individu yang berbeda-beda, maka
mereka perlu dididik untuk dapat belajar hidup dengan individu lain.
5. Manusia sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab
Manusia merupakan makhluk yang bertanggung jawab, karena pada dasarnya
setiap tindakan yang dilakukan harus dipertanggung jawabkan dengan menerima
konsekuensinya. Sebagaimana dalam tujuan pendidikan adalah kedewasaan, maka
manusia pun harus dididik untuk mencapai kedewasaan itu.
Salah satu bentuk kedewasaan adalah dilihat dari sikap manusia. Apabila
tanggung jawab ini tidak dimiliki oleh manusia, maka kehidupan tidak akan tenang
karena semua manusia akan melakukan tindakan sesuai dengan keinginannya sendiri
tanpa memikirkan kepentingan orang lain.
6. Sifat manusia dan kemungkinan terjadinya pendidikan
Seperti yang dijelaskan dalam aspek yang akan dipelajari seumur hidup kita
adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam psikomotorik saat anak masih dalam
usia dini yaitu antara 2 tahun sampai 6 tahun, mereka belum memiliki kesadaran akan
kekurangannya, pada saat itu anak cenderung akan menirukan dan berbuat sesuatu.
Contohnya ketika seorang kaka sedang mengerjakan tugas kemudian adiknya tiba-tiba
memperhatikan kakaknya yang sedang mengerjakan tugas. Sang adik mengambil alat
tulisnya dan kemudian mengikuti apa yang kakaknya kerjakan. Lalu kakaknya
mengajarkan adiknya memegang pensil yang benar dan mengajarkan menulis, walaupun
yang diajarkan hanya garis atau coretan-cooretan sederhana.
Dari contoh diatas, seorang kakak yang mengajarkan adiknya menulis itu belum
merupakan pendidikan yang sebenarnya. Karena anak belum paham apa yang
diperintahkan atau apa yang dilakukannya. Maka dari itu yang dilakukan oleh kakak
tadi bukan merupakan suatu pendidikan, melainkan suatu pelatihan.
Dengan sifat anak yang suka meniru perilaku atau sikap orang lain, suka bermain
dan menerima perintah dari orang lain, maka orang tua harus membimbing dan
mendidik anaknya. Pendidik harus senantiasa memberikan contoh bagi anak didiknya
dan memberikan pengaruh-pengaruh perilaku yang positif untuk kedewasaannya.
2.1.3 KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

Pada manusia ada hal-hal yang didapat secara alami dan ada pula ynag didapat secara
proses pendidikan. Hal-hal yang didapatkan secara alami contohnya adalah jenis kelamin,
bakat dan watak dari setiap individu. Sedangakan hal-hal yang didapat dari proses
pendidikan contohnya pembentukan kepribadian, sikap, norma dan lain-lain. Setiap manusia
itu bersifat unik, kemungkinan dididik itu tercapai apabila tidak dapat dikembangkan lagi
kehidupan rohaninya khususnya kehidupan moralnya.

Menurut suyitno (http://fatamorghana.wordpress.com/2009/04/11/esensi-pendidikan)


menyatakan bahwa “ada enam prinsip yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat
dididik, yaitu prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip individualitas, prinsip sosialitas,
prinsip moralitas, dan prinsip Keberagamaan atau religiusitas.”

1) Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan. Salah satunya adalah untuk
mencapai manusia yang ideal yaitu manusia yang dapat mengambangkan seluruh
potensi yang ada dalam dirinya, manusi yang bertakwa, berakhlak, cerdas, dan lain-lain.
Manusia juga memilikpotensi yang beraneka ragam potensi berbuat baik, mematuhi
norma, potensi ilmu, karya dan lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia akan dapat
dididik karena manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
2) Prinsip Dinamika
Pendidik diharapkan membantu peserta didik agar mampu mencapi
kedewasaannya dan menjadi manusia ideal. Sedangkan manusia itu sendiri memiliki
dinamika untuk mencapai manusia yang ideal. Manusia selalu tidak pernah puas, ia
selalu mengejar apa yang menjadi keinginannya. Ia selalu berusaha untuk menjadi
manusia yang ideal baik secara keimanan pada Tuhannya maupun antar sesama
manusia. Karena itu dinamika manusia menjadikan bahwa manusia dapat dididik.
3) Prinsip Individualitas
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik agar mampu menjadi
dirinya sendiri. Disamping itu peserta didik adalahseorang individu yang memiliki
karakter yang bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu,
individualitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
4) Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antar pendidik dan peserta didik. Melalui
interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta
dididik. Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, mereka hidup bersama dalam
bermasyarakat. Dalam kehidupan bersama ini akan terjadi huhungan timbal balik di
mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu,
sosialitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
5) Prinsip Moralitas
Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem norma-norma dan nilai yang berlaku
dimasyarakat. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai akhlak
yang mulia dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku
dimasyarakat.Manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu,
dimensi moralitas menjadikan bahwa manusia akan dapat dididik.
6) Prinsip Keberagamaan/religiusitas
Umat beragama selalu meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini
adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang diyakini seseorang, akan
menjadi suatu acuan berfikir dan berbuat yang sesuai dengan hukum-hukum agama, dan
ini menuntun, mengembangkan seluruh proses kehidupan manusia dan aspek sosial
serta moral dalam kehidupan di masyarakatnya. Atas dasar tersebut, jelas kiranya bahwa
manusia akan dapatdididik.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Karena
dibelahan bumi manapun yang terdapat adanya kehidupan pasti akan terjadi proses
pendidikan, sehingga pendidikan itu sendiri tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan kita.

Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dengan
keadaan tidak berdaya karena ia membutuhkan bantuan orang lain belum bisa melakukan
segala sesuatunya sendiri.

Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan : Tujuan Umum,Tujuan Khusus,Tujuan Insidental,

Tujuan Sementara,Tujuan Taklengkap,dan Tujuan Intermedier.

Terdapat lima pandangan mengenai batas-batas pendidikan.

1. Pendidik

2. Aspek pribadi anak didik

3. Alat pendidikan

4. Waktu pelaksanaan

5. Aspek tujuan

6. Aspek lingkungan

3.2 SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang saya paparkan bisa
menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal dunia
kewirausahaaan .Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih
belum sesuai apa yang di harapkan,untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak lagi
dari guru pembimbing dan teman – teman semua.
DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: alfabeta


Sadulloh, Uyoh dan Oong Komar. 1985. Dasar-dasar pendidikan, Bandung: Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Bandung
Pribadi, Sikun, (ed). 1980. Landasan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung
: http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu

Anda mungkin juga menyukai