Anda di halaman 1dari 8

POST TEST PJJ THT (4-7) 15 JUNI – 21 JUNI 2020

Minggu, 21 Juni 2020

NAMA:
NIM:

PETUNJUK:

I. Tulis “B” jika BENAR dan “S” jika SALAH untuk seluruh opsi
pernyataan pada soal no. 1 - 10!
II. Tulis jawaban menggunakan huruf BESAR untuk menjawab soal no.
11!

CLINTON
1. Kolesteatoma:
A. Terbentuk dari epitel mukosa yang terdapat pada telinga tengah.
B. Menyebabkan erosi tulang pada OMK.
C. Teori migrasi merupakan teori yang paling sering dikemukakan.
D. Berperan dalam proses menghantarkan bunyi pada OMK.
E. Bisa merupakan kongenital.
2. Otomikosis:
A. Dapat terjadi akibat pemakaian topikal antibiotik.
B. Bisa merupakan superinfeksi dari OMK.
C. LT yang kering dan lembab bisa menjadi faktor predisposisi.
D. Aspergilus nigra dapat diidentifikasi dengan hifa berwarna hijau pada
LT.
E. Gejala klinis termasuk nyeri pada telinga.
3. Mastoiditis:
A. Pada bentuk kronik terjadi akibat kolesteatoma.
B. Tanda klinis pada bentuk akut termasuk perubahan arah daun telinga
disertai pembengkakan di belakang telinga.
C. Tatalaksana bedah harus segera dilakukan untuk menyelamatkan
fungsi pendengaran pada bentuk akut.
D. Pada infeksi kronis hanya dapat ditentukan dari pemeriksaan radiologi.
E. Terapi pada bentuk akut dapat dengan antibiotika intravena.
4. Otitis Media Kronik:
A. OMK mukosa dapat dipicu dari infeksi saluran nafas atas.
B. Erosi tulang pada OMK terjadi karena adanya kolesteatoma.
C. Perforasi marginal dapat ditemukan pada OMK skuamosa.
D. Vertigo pada OMK skuamosa dapat terjadi karena adanya sumbatan
pada tuba Eustachius.
E. Tatalaksana OMK mukosa termasuk simple mastoidektomi disertai
timpanoplasti tipe I.
5. BPPV:
A. Serangan vertigo akibat perubahan posisi kepala terhadap gravitasi.
B. Terbanyak pada KSS posterior karena posisi anatomisnya terhadap
gravitasi.
C. Vertigo yang terjadi singkat dengan masa recovery singkat.

1
D. Gejala klinis dapat berulang seiring dengan perubahan posisi kepala.
E. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan nistagmus pada manuver Dix-
Hallpike.
6. Rinitis vasomotor:
A. Pada rinoskopi anterior konka hipertropi, mukosa merah muda, sekret
encer.
B. Topikal steroid merupakan pilihan terapi medikamentosa utama.
C. Antihistamin diberikan untuk mengurangi bersin-bersin dan rinore.
D. Pemberian beta bloker membantu mengurangi obstruksi hidung.
E. Prinsip terapi termasuk mengindentifikasi faktor pemicu dan
menghindarkannya sedapat mungkin.
7. Rinosinusitis kronik:
A. Terdapat dominansi eosinofil pada sekret hidung jika terdapat
komponen alergi.
B. Pada foto polos Water’s position merupakan gold standard diagnosis.
C. Topikal steroid merupakan pilihan terapi medikamentosa.
D. Untuk sinus frontal, irigasi sinus dapat dilakukan bila KOM terbuka dan
tidak terdapat keterlibatan infeksi pada sinus lain.
E. Terapi bedah sinus radikal lebih diutamakan untuk memberikan
tingkat rekurensi yang rendah.
8. Faringitis kronik:
A. Pada yang nonspesifik disebabkan alergi terhadap makanan tertentu.
B. Gejala klinis termasuk nyeri leher.
C. Post nasal drips dapat menjadi etiologi pada bentuk non spesifik.
D. Tanda klinis termasuk penonjolan lateral band pada dinding posterior
faring tanpa tanda-tanda akut.
E. Tonsilektomi merupakan terapi pilihan.
9. Laringitis akut:
A. Etiologi tersering virus.
B. Keluhan utama nyeri menelan.
C. Laringoskopi indirek tampak gerakan plika vestibularis asimetris.
D. Terapi utama adalah vocal arrest.
E. Pada dewasa dapat juga disertai refluks asam lambung.
10. Angiofibroma nasofaring juvenile:
A. Tumor berbatas tegas, berlobus dan ditutupi oleh mukosa nasofaring.
B. Pembuluh darah tumor miskin otot polos dan serabut elastis.
C. Gejala klinis paling sering adalah epistaksis rekuren.
D. Proptosis dapat terlihat bila tumor menginvasi orbita.
E. Penatalaksanaan utama adalah operasi.

11. Jelaskan secara detil cara melakukan laringoskopi indirek!

2
HARIO

1. Serumen:
A. Merupakan hasil sekresi kelenjar sebasea pada LT.
B. Dijumpai pada 1/3 lateral LT.
C. Pada manusia diturunkan sesuai hukum Mendel (Mendelian Trait).
D. Serumen tipe kering dominan daripada tipe basah.
E. Serumen tipe basah berwarna lebih kecoklatan karena mengandung
lebih banyak kelenjar serumen.
2. Otitis Eksterna:
A. Keluhan utama telinga gatal.
B. Telinga gatal menandakan stadium pra-inflammatory.
C. Dipicu karena kebiasaan membersihkan liang telinga.
D. Pada otoskopi tampak edema pada 1/3 luar liang telinga.
E. Dapat di-DD dengan OMK aktif.
3. Otitis Media Efusi:
A. Merupakan infeksi supuratif telinga tengah karena gangguan ventilasi
di telinga tengah.
B. Dapat dipicu oleh alergi atau adenoid hipertropi.
C. Menyebabkan timbulnya tekanan negatif pada nasofaring.
D. Gejala klinis awal adalah otalgia.
E. Pada otoskopi MT intak, refleks cahaya memendek.
4. Trauma tulang temporal:
A. Mayoritas tipe longitudinal.
B. Pada tipe longitudinal garis fraktur berjalan pada atap liang telinga dan
mencapai telinga tengah.
C. Tuli konduktif sering dijumpai pada fraktur tipe longitudinal.
D. Otore berupa darah ditemukan pada tipe longitudinal.
E. MT yang robek pada fraktur longitudinal dapat menyembuh kembali.
5. Otosklerosis:
A. Sering pada wanita.
B. Carhart’s notch pada hantaran udara frekuensi 500-1000Hz.
C. Gangguan pendengaran terjadi pada tempat bising.
D. Vertigo yang terjadi sebagai akibat dari hidrops labirin.
E. Diagnosis pasti dengan timpanotomi eksploratif.
6. Rinitis vasomotor:
A. Hiperreaktifitas parasimpatis dan selaput lendir hidung.
B. Mekanisme kejadian melibatkan proses sensitisasi.
C. Gejala klinis termasuk bersin-bersin mendadak.
D. Antihistamin diberikan untuk mengurangi gejala obstruksi hidung.
E. Neurektomi n. vidianus dilakukan untuk mengeradikasi penyakit.
7. Rinitis alergi:
A. Diperantarai antibodi tertentu terhadap alergen spesifik.
B. Sel mast harus sudah berikatan dengan antibodi spesifik untuk
menimbulkan gejala terhadap paparan alergen yang sama.
C. Keluhan utama rinore dan anosmia.
D. Rinoskopi anterior edema pada konka inferior dan selaput lendir
merah muda.
E. Terapi utama adalah menghindarkan alergen penyebab.

3
8. Abses leher dalam:
A. Jika nanah terkumpul pada ruangan antara kelenjar parotis dan m.
konstriktor superior akan terbentuk abses parafaring.
B. Penyebab tersering abses retrofaring adalah penyebaran TB tulang
servikal.
C. Pembengkakan leher atas dapat ditemukan pada abses retrofaring.
D. Abses parafaring bisa merupakan komplikasi abses peritonsil.
E. Potensial menimbulkan obstruksi jalan nafas.
9. Difteri:
A. Disebabkan oleh bakteri gram negatif Corynebacterium diphteriae.
B. Gejala klinis meliputi demam tinggi dan nyeri menelan.
C. Pemeriksaan orofaring tampak membran tebal, keabuan dan kotor dan
mudah berdarah jika dilepaskan.
D. Membran dapat dengan mudah dilepaskan dengan cara mengusapnya.
E. Jika membran menutup faring potensial menimbulkan obstruksi jalan
nafas.
10. Aliran KGB leher:
A. Inflamasi di bawah lidah memberikan pembesaran KGB regio II.
B. Inflamasi di telinga menyebabkan bengkak pada regio III.
C. Massa di dasar mulut menyebabkan pembesaran KGB regio I.
D. Tumor di nasofaring menyebabkan pembesaran KGB regio III – V.
E. Tumor glotis memberikan pembesaran KGB regio VI.

11. Jelaskan secara detil cara menghentikan perdarahan dari hidung kanan
pada laki-laki berusia 15 tahun!

4
YENI
1. Labirinitis:
A. Sering merupakan sekuele dari barotrauma.
B. Dapat menyertai rinitis akut.
C. Gejala klinis termasuk tinnitus.
D. Bisa menyebabkan spongiosis stapes.
E. Terapi pilihan adalah tindakan bedah.
2. Furunkulosis:
A. Keluhan utama otore.
B. Infeksi pada folikel rambut liang telinga.
C. Mikroorganisme terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa.
D. Dijumpai nyeri tarik dan nyeri tekan tragus pada palpasi daun telinga.
E. Pada otoskopi tampak edema pada 1/3 luar liang liang telinga.
3. Perforasi membran timpani:
A. Pasca trauma akan mengenai pars flaksida.
B. KU jika trauma adalah keluar darah dari telinga.
C. Gejala klinis vertigo dan tinnitus pasca trauma bersifat permanen.
D. Jika darah masih keluar dari telinga akibat trauma dapat di-suction
untuk membersihkannya.
E. Tepi perforasi karena infeksi tampak rata dan licin pada otoskopi.
4. Trauma tulang temporal:
A. Mayoritas tipe transversal.
B. Tuli konduktif sering ditemukan pada fraktur transversal.
C. Membran timpani intak pada tipe transversal.
D. Pada tipe transversal fraktur terdapat pada anterior dari labirin tulang.
E. Fasialis parese yang terjadi pada tipe longitudinal terjadi segera setelah
trauma.
5. Otosklerosis:
A. Umumnya bilateral.
B. Disebabkan karena lamelar tulang yang mature digantikan oleh tulang
osteoid yang spongiosa.
C. Mendengar lebih baik pada tempat bising.
D. Lesi tersering dijumpai pada fissula ante-fenestram.
E. Dijumpai penurunan hantaran tulang pada frekuensi 2000Hz.
6. Rinitis atropi:
A. Gejala klinis hidung buntu dan kakosmia.
B. Sering terjadi pada wanita muda.
C. Terjadi atropi progresif pada konka nasi.
D. Pada rinoskopi anterior tampak kavum nasi lapang dan konka nasi
atropi.
E. Sekret berwarna kehijauan menandakan infeksi sekunder.
7. Rinitis alergi:
A. Termasuk cellular mediated hypersensitivity.
B. Rentetan reaksi didominasi oleh sel polimorfonuklear
C. Degranulasi sel mast akan melepaskan histamin sehingga timbul reaksi
alergi fase awal
D. Keluhan utama dapat bersin panjang, rinore atau hidung buntu
E. Pemberian aspirin dapat mengurangi gejala klinis
8. Abses leher dalam:

5
A. Pada abses retrofaring akan tampak pembesaran tonsila faringeal.
B. Gejala klinis abses parafaring dapat menyerupai abses peritonsil.
C. Abses retrofaring dan parafaring dapat menimbulkan mediastinitis.
D. Jika nanah terkumpul di belakang dinding posterior faring antara
prevertebra dan lapisan fasia bukofaringeal maka terbentuk abses
retrofaring.
E. Penumpukan nanah pada ruang potensial leher yang terletak mulai
dari belakang dinding posterior faring hingga os hyoid.
9. Difteri:
A. Miokarditis disebabkan oleh eksotoksin bakteri penyebab.
B. Membran tipis keabuan bisa dijumpai pada hidung hingga ke orofaring.
C. Mula pemberian terapi pada kasus yang dicurigai bergantung pada
hasil swab.
D. Pemberian imunisasi efektif untuk mencegah timbul kasus.
E. Disebabkan oleh Mycobacterium diphteriae merupakan komensal
normal pada saluran nafas atas.
10. Karsinoma nasofaring:
A. Insidensi tertinggi di dunia terdapat di Cina selatan.
B. Etiologi gabungan faktor genetik, infeksi laten EBV dan lingkungan.
C. EBV dapat dorman pada limfosit darah tepi.
D. IgA anti EA terhadap EBV merupakan imunoserologi spesifik.
E. Penjalaran melalui foramen laserum menimbulkan diplopia.

11. Jelaskan secara detil cara melakukan rinoskopi posterior!

ANGELICA

6
1. Nervus fasialis di tulang temporal:
A. Menyebabkan parese fasialis pada OMK mukosa.
B. Keluar dari tulang temporal melalui foramen ovale.
C. Segmen terpendek pada tulang temporal adalah segmen labirin.
D. Fasialis parese pada OMA akan persisten jika tidak dilakukan
miringotomi.
E. Fasialis parese setelah mastoidektomi pada OMA akan membaik jika
perban tekan mastoid dilonggarkan.
2. Otitis media efusi:
A. Disebabkan edema pada tuba Eustachius.
B. Gejala klinis awal adalah rasa penuh pada telinga.
C. Pada otoskopi MT intak warna putih seperti mutiara.
D. Gangguan pendengaran yang terjadi berupa tuli konduktif.
E. Menyebabkan timbulnya tekanan negatif pada nasofaring dan telinga
tengah.
3. Mastoiditis:
A. Pada keadaan kronis terjadi karena kolesteatoma.
B. Bentuk akut sering terjadi pada anak sebagai komplikasi OMA.
C. Pada bentuk akut akan memberikan tanda klinis MT bulging.
D. Pada foto polos mastoid akan tampak opasifikasi mastoid disertai
hilangnya septa tulang.
E. Simple mastoidektomi dilakukan jika terbentuk abses subperiosteal
pada keadaan akut.
4. Abses Bezold:
A. Tampak menyerupai benjolan di leher dengan riwayat infeksi telinga
dalam yang menahun.
B. Terjadi karena pus merusak korteks mastoid media dan sampai di
muskulus sternokleidomastoid.
C. Sensorium menurun.
D. Pada otoskopi terlihat MT perforasi marginal.
E. Drainase abses dilakukan untuk mengeradikasi pus.
5. Vertigo perifer:
A. Etiologi pada labirin.
B. Durasi vertigo singkat.
C. Masa recovery lama.
D. Fiksasi mata memperingan vertigo.
E. Tanpa disertai mual dan muntah.
6. Epistaksis:
A. Sumber perdarahan tersering Little’s area.
B. Pleksus Kiesselbach terletak di ujung anterior konka inferior.
C. Etiologi tersering pada anak adalah trauma.
D. Perdarahan dari kedua lubang hidung umumnya disebabkan karena
massa pada nasofaring.
E. Pasien ditempatkan dengan posisi telentang, kepala yang lebih rendah
dan bantal di bawah bahu untuk menghentikan perdarahan.

7. Rinosinusitis kronik:

7
A. Sakit gigi merupakan gejala awal jika etiologi dentogen.
B. Sinus maksila dan etmoid paling sering terlibat.
C. PMN banyak dijumpai pada sekret hidung dengan dasar infeksi.
D. Jika disertai polip hidung, maka tujuan terapi bedah adalah untuk
mengangkat polip hidung.
E. Prinsip FESS adalah membuka KOM.
8. Epiglotitis akut:
A. Etiologi Hemofilus influenza tipe B.
B. Inflamasi terutama pada submukosa epiglottis.
C. Gejala laring lebih sering dijumpai pada anak.
D. Penegakkan diagnosis adalah pemeriksaan radiologi.
E. Terapi utama adalah antibiotika intravena.
9. Laringitis kronik:
A. Laringitis tuberkulosis selalu dijumpai pada pasien TB paru.
B. Pada laringoskopi indirek dapat dijumpai string sign sebagai tanda
klinis permulaan.
C. Pembesaran KGB leher juga dapat ditemukan pada laringitis TB.
D. Bakteri tahan asam adalah penyebab tersering pada bentuk spesifik.
E. Di-DD dengan myasthenia gravis.
10. Angiofibroma nasofaring juvenile:
A. Tumor yang miskin pembuluh darah dan kaya serabut otot polos.
B. Merupakan tumor ganas pembuluh darah yang berasal dari foramen
pterigopalatina.
C. Diduga berhubungan dengan hormon seks.
D. Obstruksi hidung bilateral.
E. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi massa di nasofaring.

11. Jelaskan secara detil cara melakukan test rinne dan weber beserta
interpretasinya!

Anda mungkin juga menyukai