Anda di halaman 1dari 9

Jurnal

Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS KEARIFAN


LOKAL
Joko Hariadi

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, UniversitasSamudra


jokohariadi@unsam.ac.id

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal
yang berperan dalam membentuk pendidikan karakter. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran yang didalamnya memuat materi yang mengandung aspek-aspek kehidupan manusia sehari-
hari. Aspek tersebut mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga negara yang cinta damai. Menggali
dan melestarikan berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk norma dan adat
istiadat yang bermanfaat, dapat berfungsi secara efektif dalam pendidikan karakter, sambil melakukan
kajian dan pengayaan dengan kearifan-kearifan baru. Pembelajaran berbasis kearifan lokal dipadu dengan
pembelajaran Bahasa Indoensia sangatlah cocok. Hal ini sesuai dengan tujuan Bahasa Indoensia yaitu
agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan untuk menyelesaikan
masalah sosial yang terjadi dikehidupan siswa, sesuai dengan kemampuan belajarnya.

Kata Kunci : Pembelajaran, Berbasis Kearifan Lokal

A. PENDAHULUAN aspek kehidupan manusia sehari- hari.


Aspek tersebut mengkaji seperangkat
1. Latar Belakang peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui
untuk mewujudkan suasana belajar dan mata pelajaran Bahasa Indonesia,
proses pembelajaran agar siswa secara aktif siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga
mengembangkan potensi dirinya untuk negara Indonesia yang demokratis,
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, bertanggung jawab, serta warga negara yang
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, cinta damai. Untuk mewujudkan hal tersebut
akhlak mulia, serta keterampilan yang perlu adanya penanaman dan penguasaan
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan materi Bahasa Indonesia dengan baik sejak
negara (Sagala, 2010: 3). dini, yaitu dari Sekolah Dasar (SD) sampai
dengan tingkat perguruan tinggi. Hal ini
Bahasa Indonesia merupakan merupakan bertujuan agar siswa mampu
salah satu mata pelajaran yang didalamnya mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
memuat materi yang menyangkut aspek- dan keterampilan untuk menyelesaikan

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 1


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

masalah sosial yang terjadi dikehidupan dikonsepsikan sebagai local wisdom/local


siswa, sesuai dengan kemampuan knowledge /local genious yang artinya
belajarnya. kebijakan setempat/pengetahuan
setempat/kecerdasan setempat. Sistem
Pembelajaran merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan mereka meliputi
interaksi yang bersifat edukatif antara guru seluruh unsur kehidupan agama, ilmu
dengan siswa. Demikian halnya pada saat pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi
pembelajaran Bahasa Indonesia. Mata sosial, bahasa dan komunikasi, serta
pelajaran Bahasa Indonesia membutuhkan kesenian.
suatu interaksi yang teratur antara guru
dengan siswa, sebab mata pelajaran Bahasa Kearifan lingkungan atau kearifan lokal
Indonesia merupakan suatu ilmu yang masyarakat sudah ada di dalam kehidupan
bertujuan untuk menanamkan pada siswa masyarakat semenjak zaman dahulu mulai
untuk mengenal dan memamahami konsep- dari zaman prasejarah hingga saat ini,
konsep yang berkaitan dengan kehidupan kearifan lingkungan merupakan perilaku
masyarakat dan lingkungannya. Melalui positif manusia dalam berhubungan dengan
mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat
diarahkan untuk menyadari akan pentingnya bersumber dari nilai-nilai agama, adat
hidup bermasyarakat. Sehingga perlu adanya istiadat, petuah nenek moyang atau budaya
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang
mengembangkan keterampilan-keterampilan terbangun secara alamiah dalam suatu
tersebut agar siswa mampu berkomunikasi, komunitas masyarakat untuk beradaptasi
berfikir kritis, dan bekerja sama dalam dengan lingkungan di sekitarnya, perilaku
kehidupan sosial. ini berkembang menjadi suatu kebudayaan
di suatu daerah dan akan berkembang secara
Selama ini pembelajaran Bahasa Indonesia turun-temurun. Secara umum, budaya lokal
dianggap sebagai pelajaran yang sulit, atau budaya daerah dimaknai sebagai
kurang penting, dan membosankan. Hal ini budaya yang berkembang di suatu daerah,
disebabkan karena mata pelajaran Bahasa yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-
Indonesia sebagian besar materi hanya suku bangsa yang tinggal di daerah itu.
menekankan pada aspek kognitif dan Dalam
kurangnya penekanan pada aspek afektif dan pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan
psikomotor. Untuk menyeimbangkan aspek- oleh adanya kemajuan teknologi membuat
aspek tersebut guru menerapkan beberapa orang lupa akan pentingnya tradisi atau
cara yang sekiranya mampu untuk mengatasi kebudayaan masyarakat dalam mengelola
kesulitan penyampaian pembelajaran pada lingkungan, seringkali budaya lokal
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di
cara yaitu penerapan pembelajaran berbasis abad sekarang ini, sehingga perencanaan
kearifan lokal. pembangunan seringkali tidak melibatkan
masyarakat.
Puguh dalam
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/ Pembelajaran akan lebih
menyatakan bahwa kearifan lokal adalah bermakna adalah pembelajaran yang
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan menempatkan siswa sebagai pusat
serta berbagai strategi kehidupan yang pembelajaran student
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh centered daripada teacher centered. Hal ini
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai sejalan dengan pernyataan Suparno (dalam
masalah dalam pemenuhan kebutuhan Darlia 2010: 2) bahwa belajar bukan sekedar
mereka. Istilah ini dalam bahasa Inggris kegiatan pasif menerima materi dari guru,

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 2


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

melainkan proses aktif menggali 2.2 Untuk mengetahui landasan dari


pengalaman lama, mencari dan menemukan pembelajaran berbasis kearifan
pengalaman baru serta mengasimilasi dan lokal?
menghubungkan antara keduanya sehingga 2.3 Untuk mengetahui penerapan
membentuk makna. Makna tercipta dari apa pendidikan Bahasa Indoensia
yang siswa lihat, dengar, rasakan, dan alami.
melalui pembelajaran berbasis
Untuk guru, mengajar adalah kegiatan
memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi kearifan lokal?
sendiri pengetahuannya lewat
keterlibatannya dalam kegiatan B. BAHASAN UTAMA
pembelajaran. Dengan kata lain, sebagian
besar waktu proses pembelajaran 1. Pembelajaran Berbasis Kearifan
berlangsung dengan berbasis pada aktivitas Lokal.
siswa.
Kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu
Guru selalu berusaha agar kegiatan yang kearifan (wisdom), dan lokal (local). Secara
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah umum maka local wisdom (kearifan
ditetapkan dapat dilakukan dengan cara yang setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-
efektif dan efisien. Guru juga berperan gagasan setempat (local) yang bersifat
penting dalam perancang strategi bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
pembelajaran. Guru yang professional yang tertanam dan diikuti oleh anggota
hendaknya merancang pembelajaran yang masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk
aktif, kreatif, afektif, dan menarik. Indikator sebagai keunggulan budaya masyarakat
guru yang professional sebagai perancang setempat maupun kondisi geografis dalam
pembelajaran, yaitu: (1) menguasai arti luas. Kearifan lokal merupakan produk
kurikulum dan perangkat pembelajaran, budaya masa lalu yang patut secara terus-
maksudnya guru harus tanggap dalam menerus dijadikan pegangan hidup.
penguasaan kurikulum dan perangat
pembelajarannya, (2) menguasai materi, (3) Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
menguasai berbagai macam metode, dan (4) terkandung di dalamnya dianggap
mampu mengelola pembelajaran. sangatuniversal.(http://filsafat.ugm.ac.id).Ke
arifan lingkungan atau kearifan lokal
Kemampuan tersebut kurang dipahami oleh masyarakat sudah ada di dalam kehidupan
guru, sehingga mata pelajaran IPS yang masyarakat semenjak zaman dahulu mulai
kelihatannya mudah tetapi nilai hasil dari zaman prasejarah hingga saat ini,
belajarnya kurang memuaskan. Hal ini kearifan lingkungan merupakan perilaku
menuntut guru untuk kreatif dalam positif manusia dalam berhubungan dengan
menentukan strategi pengelolaan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat
pembelajaran dengan menetapkan model bersumber dari nilai-nilai agama, adat
pembelajaran yang efektif dalam mencapai istiadat, petuah nenek moyang atau budaya
tujuan pembelajaran. setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang
terbangun secara alamiah dalam suatu
komunitas masyarakat untuk beradaptasi
2. Tujuan dengan lingkungan di sekitarnya,
2.1 Untuk mengetahui pengertian
pembelajaran berbasis kearifan Secara umum, budaya lokal atau budaya
lokal? daerah dimaknai sebagai budaya yang
berkembang di suatu daerah, yang unsur-
unsurnya adalah budaya suku bangsa yang

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 3


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

tinggal di daerah itu. Dalam pendidikan Bahasa Indoensia bukan sekedar


pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan mengajarkan sesuatu yang benar dan yang
oleh adanya kemajuan teknologi membuat salah tentang penggunaan Bahasa Indoensia
orang lupa akan pentingnya tradisi atau tetapi pendidikan Bahasa Indoensia juga
kebudayaan masyarakat dalam mengelola menanamkan kebiasaan (habituation)
lingkungan, seringkali budaya lokal tentang hal yang baik sehingga peserta didik
dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di menjadi paham (kognitif) tentang mana yang
abad sekarang ini, sehingga perencanaan benar dan salah, mampu merasakan (afektif)
pembangunan seringkali tidak melibatkan nilai yang baik dan biasa melakukannya
masyarakat. (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan
Bahasa Indoensia yang baik harus
Pemaknaan terhadap kearifan lokal dalam melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan
dunia pendidikan masih sangat kurang. Ada yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
istilah muatan lokal dalam struktur “merasakan dengan baik atau loving
kurikulum pendidikan, tetapi pemaknaannya good (moral feeling), dan perilaku yang baik
sangat formal karena muatan lokal kurang (moral action). Pendidikan Bahasa
mengeksporasi kearifan lokal. Muatan lokal Indoensia menekankan pada habit atau
hanya sebatas bahasa daerah dan tari daerah kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan
yang diajarkan kepada siswa. Tantangan dan dilakukan. Pendidikan Bahasa Indoensia
dunia pendidikan sangatlah kompleks. pada intinya bertujuan membentuk bangsa
Apalagi jika dikaitkan dengan kemajuan yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
global di bidang sains dan teknologi, nilai- bermoral, bertoleran, bergotong royong,
nilai lokal mulai memudar dan ditinggalkan. berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
Karena itu eksplorasi terhadap kekayaan berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi
luhur budaya bangsa sangat perlu untuk yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
dilakukan. Kearifan lokal kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
sesungguhnya mengandung banyak sekali Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi (1)
keteladanan dan kebijaksanaan hidup. mengembangkan potensi dasar agar berhati
Pentingnya kearifan lokal baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik;
dalam pendidikan kita secara luas adalah (2) memperkuat dan membangun perilaku
bagian dari upaya meningkatkan ketahanan bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan
nasional kita sebagai sebuah bangsa. Budaya peradaban bangsa yang kompetitif dalam
nusantara yang plural dan dinamis pergaulan dunia. Pendidikan karakter
merupakan sumber kearifan lokal yang tidak dilakukan melalui berbagai media yang
akan mati, karena semuanya merupakan mencakup keluarga, satuan pendidikan,
kenyataan hidup (living reality) yang tidak masyarakat sipil, masyarakat politik,
dapat dihindari. pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
2. Pendidikan Bahasa Indonesia. Satuan pendidikan sebenarnya selama ini
sudah mengembangkan dan melaksanakan
Pendidikan Bahasa Indoensia merupakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui
sebagai dasar dari pendidikan nilai, program operasional satuan pendidikan
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, masing-masing. Hal ini merupakan
pendidikan watak yang bertujuan prakondisi pendidikan karakter pada satuan
mengembangkan kemampuan peserta didik pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat
untuk memberikan keputusan baik-buruk, ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian
memelihara apa yang baik dan mewujudkan empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari (the existing values) yang dimaksud antara
dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, lain takwa, bersih, rapi, nyaman, dan santun.

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 4


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

Dalam rangka lebih memperkuat sosialkultural dalam konteks interaksi


pelaksanaan pendidikan karakter telah (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari masyrakat) dan berlangsung sepanjang
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek
pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) totalitas proses psikologis dan sosialkultural
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja dapat dikelompokkan dalam: (1) olah ati/hati
keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) (spiritual & emotional development); (2)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) olah pikir (intellectual development); (3)
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah olah raga dan kinestetik (physical &
Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) kinesthetic development); dan (4) olah rasa
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, dan karsa (affective and creativity
(15) Gemar Membaca, (16) Peduli development). Proses itu secara holistik dan
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) koheren memiliki saling keterkaitan dan
Tanggung Jawab. Kemendiknas (2011:3). saling melengkapi.

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk 3. Landasan Pembelajaran Berbasis


karakter bangsa, namun satuan pendidikan Kearifan Lokal.
dapat menentukan prioritas
pengembangannya dengan cara melanjutkan Landasan Historis
nilai prakondisi yang diperkuat dengan
beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 Kearifan lokal dapat bersumber dari
nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah kebudayaan masyarakat dalam suatu
dan jenis karakter yang dipilih tentu akan lokalitas tertentu. Dalam perspektif historis,
dapat berbeda antara satu daerah atau kearifan lokal dapat membentuk suatu
sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu sejarah lokal. Sebab kajian sejarah lokal
tergantung pada kepentingan dan kondisi yaitu studi tentang kehidupan masyarakat
satuan pendidikan masing-masing. Di antara atau khususnya komunitas dari suatu
berbagai nilai yang dikembangkan, dalam lingkungan sekitar tertentu dalam dinamika
pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai perkembangannya dalam berbagai aspek
yang esensial, sederhana, dan mudah kehidupan. Wijda dalam
dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing- (Koentjaraningrat,1986). Awal pembentukan
masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapi, kearifan lokal dalam suatu masyarakat
nyaman, disiplin, sopan dan santun. umumnya tidak diketahui secara pasti kapan
kearifan lokal tersebut muncul. Pada
Proses pendidikan Bahasa Indoensia umumnya terbentuk mulai sejak masyarakat
didasarkan pada totalitas psikologis yang belum mengenal tulisan (praaksara). Tradisi
mencakup seluruh potensi individu manusia praaksara ini yang kemudian melahirkan
(kognitif, afektif dan psikomotorik) dan tradisi lisan.
fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks
interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, Secara historis tradisi lisan banyak
dan masyarakat. menjelaskan tentang masa lalu suatu
masyarakat atau asal-usul suatu komunitas.
Pengkategorian nilai didasarkan pada Perkembangan tradisi lisan ini dapat menjadi
pertimbangan bahwa pada hakekatnya kepercayaan atau keyakinan masyarakat.
perilaku seseorang yang berkarakter Dalam masyarakat yang belum mengenal
merupakan perwujudan fungsi totalitas tulisan terdapat upaya untuk mengabadikan
psikologis yang mencakup seluruh potensi pengalaman masa lalunya melalui cerita
individu manusia (kognitif, afektif dan yang disampaikan secara lisan dan terus
psikomotorik) dan fungsi totalitas menerus diwariskan dari generasi ke

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 5


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

genarasi. Pewarisan ini dilakukan dengan Landasan Yuridis


tujuan masyarakat yang menjadi generasi
berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau Secara yuridis pembelajaran berbasis
mencintai cerita masa lalunya. Tradisi lisan kearifan lokal mengarahkan peserta didik
merupakan cara mewariskan sejarah pada untuk lebih menghargai warisan budaya
masyarakat yang belum mengenal tulisan, Indonesia. Sekolah Dasar tidak hanya
dalam bentuk pesan verbal yang berupa memiliki peran membentuk peserta didik
pernyataan yang pernah dibuat di masa menjadi generasi yang berkualitas dari sisi
lampau oleh generasi yang hidup sebelum kognitif, tetapi juga harus membentuk sikap
generasi yang sekarang ini. dan perilaku peserta didik sesuai dengan
tuntutan yang berlaku. Apa jadinya jika di
Landasan Psikologis sekolah peserta didik hanya dikembangkan
ranah kognitifnya, tetapi diabaikan
Secara psikologis pembelajaran berbasis afektifnya. Tentunya akan banyak generasi
kearifan lokal memberikan sebuah penerus bangsa yang pandai secara
pengalaman psikologis kepada siswa selaku akademik, tapi lemah pada tataran sikap dan
pengamat dan pelaksana kegiatan. Dampak perilaku. Hal demikian tidak boleh terjadi,
psikologis bisa terlihat dari keberanian siswa karena akan membahayakan peran generasi
dalam bertanya tentang ketidaktahuannya, muda dalam menjaaga keutuhan bangsa dan
mengajukan pendapat, persentasi di depan Negara Indonesia. Nilai-nilai kearifan lokal
kelas, dan berkomunikasi dengan yang ada di sekitar sekolah dapat
masyarakat. Dengan pemanfaatan dimanfaatkan untuk pembelajaran di
lingkungan maka kebutuhan siswa tentang Sekolah Dasar. Tak terkecuali dalam
perkembangan psikologisnya akan pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai
diperoleh. Karena lingkungan merupakan nasionalisme. Dengan diintegrasikannya
salah satu faktor yang mempengaruhi nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran
pembentukan dan perkembangan perilaku di Sekolah Dasar diharapkan siswa akan
individu, baik lingkungan fisik maupun memiliki pemahaman tentang kerifan
lingkungan sosio-psikologis, termasuk lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan
didalamnya adalah belajar. Terhadap faktor kecintaan terhadap budayanya sendiri.
lingkungan ini ada pula yang menyebutnya
sebagai empirik yang berarti pengalaman. 4. Penerapan Pendidikan Bahasa
Indoensia Melalui Pembelajaran
Landasan Politik dan Ekonomi
Berbasis Kearifan Lokal.
Secara politik dan ekonomi pembelajaran
berbasis kearifan lokal ini memberikan Pembelajaran berbasis kearifan lokal dipadu
sumbangan kompetensi untuk mengenal dengan pembelajaran Bahasa Indoensia
persaingan dunia kerja. Dari segi ekonomi sangatlah cocok. Hal ini sesuai dengan
pembelajaran ini memberikan contoh nyata tujuan Bahasa Indoensia yaitu agar siswa
kehidupan sebenarnya kepada siswa untuk mampu mengembangkan pengetahuan,
mengetahui kegiatan untuk memenuhi pemahaman, dan keterampilan untuk
kebutuhan hidup. Karena pada akhirnya menyelesaikan masalah sosial yang terjadi
siswa dididik dan disiapkan untuk dikehidupan siswa, sesuai dengan
menghadapi persaingan global yang kemampuan belajarnya. Pembelajaran
menuntut memiliki ketrampilan dan berbasis kearifan lokal untuk menanamkan
kompetensi yang tinggi di lingkungan sosial. pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
3 (tiga) cara mengintegrasi ke mata
pelajaran, melalui mata pelajaran muatan
lokal dan melalui pengembangan diri.

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 6


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

1. Mengintegrasikan ke Mata Pelajaran lingkungan, peduli sosial, dan tanggung


Bahasa Indoensia jawab.

Mengintegrasikan ke mata pelajaran Bahasa 2. Mengintegrasikan ke dalam Mata


Indoensia bertujuan untuk memperkenalkan Pelajaran Muatan Lokal
nilai-nilai pendidikan karakter di mata
pelajaran sehingga menyadari akan Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler
pentingnya nilai-nilai tersebut dan untuk mengembangkan kompetensi yang
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
tingkah laku peserta didik sehari-hari daerah, termasuk keunggulan daerah atau
melalui proses pembelajaran, baik yang disebut dengan kearifan lokal. Materi dipilih
berlangsung di dalam maupun di luar kelas. ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi dan
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan,
untuk menjadikan peserta didik menguasai sarana prasarana, dan tenaga pendidik.
kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga Sasaran pembelajaran kearifan lokal adalah
dirancang untuk menjadikan peserta didik pengembangan jiwa kewirausahaan dan
mengenal, menyadari/peduli, dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan
menginternalisasi nilai-nilai dan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang
menjadikannya perilaku. Pada setiap mata dikembangkan antara lain inovasi, kreatif,
pelajaran di SD sebenarnya telah memuat berpikir kritis, eksplorasi, komunikasi,
materi-materi yang berkaitan dengan kemandirian, dan memiliki etos kerja. Nilai-
pendidikan karakter. Pengembangan nilai- nilai budaya yang dimaksud antara lain
nilai pendidikan karakter di setiap mata kejujuran, tanggung jawab, disiplin,
pelajaran dapat dilakukan dengan kepekaan terhadap lingkungan, dan kerja
mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan sama.
karakter ke dalam kompetensi dasar (KD)
yang sesuai yang terdapat dalam Standar Isi Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan
(Permendiknas No. 22 tahun 2006). Jumlah budaya tersebut diintegrasikan di dalam
KD di setiap mata pelajaran yang dapat proses pembelajaran yang dikondisikan
diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter supaya nilai-nilai tersebut dapat menjadi
tentu berbeda, ada yang banyak dan ada sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-
yang sedikit. Selanjutnya kompetensi dasar hari. Selain itu pembelajaran berbasis
yang dapat diintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dapat dilakukan dengan cara
pendidikan karakter tersebut dikembangkan guru memberikan tugas secara berkelompok
pada silabus dan rencana pelaksanaan mengobservasi dan mengidentifikasi budaya
pembelajaran (RPP). atau sumber daya yang ada di lingkungan
tempat tinggal. Melalui observasi langsung
Sebagai contoh berdasarkan materi kelas IV ke lingkungan guru memiliki beberapa
standar kompetensi (Mengenal sumber daya tujuan untuk dimiliki siswa setelah kegiatan
alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan berlangsung. Nilai karakter dan kemampuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan yang diharapkan yaitujujur, disiplin, kerja
provinsi) dan kompetensi dasar (Mengenal keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan ingin tahu, cinta tanah air, menghargai
sumber daya alam dan potensi lain di prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli
daerahnya). Nilai karakter yang dapat lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
dimunculkan yaitu jujur, disiplin, kerja jawab.
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, cinta tanah air, menghargai 3. Melalui Kegiatan Pengembangan Diri
prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 7


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

Kegiatan pengembangan diri meliputi Budaya dipelajari dalam program studi


beragam kegiatan ekstrakurikuler sesuai khusus, tentang budaya dan untuk budaya.
dengan minat dan bakat siswa, seperti Dalam hal ini, budaya tidak terintegrasi
Kegiatan ekstra kurikuler (kewiraan melalui dengan bidang ilmu.
pramuka dan Paskibraka, olahraga, seni,
kegiatan ilmiah melalui olimpiade dan 2. Belajar dengan budaya, terjadi pada saat
lomba mata pelajaran. Kegiatan pembiasaan budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai
(kegiatan rutin melalui upacara bendera dan cara atau metode untuk mempelajari pokok
ibadah bersama). Kegiatan terprogram bahasan tertentu. Belajar dengan budaya
melalui pesantren Ramadhan, buka puasa meliputi pemanfaatan beragam untuk
bersama, pelaksanaan Idul Qurban, perwujudan budaya. Dalam belajar dengan
keteladanan melalui pembinaan ketertiban budaya, budaya dan perwujudannya menjadi
pakaian seragam anak sekolah (PAS), media pembelajaran dalam proses belajar,
pembinaan kedisiplinan, penanaman nilai menjadi konteks dari contoh-contoh tentang
akhlak mulia, penanaman budaya minat konsep atau prinsip dalam suatu mata
baca, penanaman budaya bersih di kelas dan pelajaran, serta menjadi konteks penerapan
lingkungan sekolah, penanaman budaya prinsip atau prosedur dalam suatu mata
hijau. Kegiatan nasionalisme melalui pelajaran.
perayaan hari kemerdekaan RI, peringatan
hari pahlawan, peringatan hari pendidikan 3. Belajar melalui budaya, merupakan
nasional. strategi yang memberikan kesempatan siswa
Kegiatan outdoorlearningdan training melalu untuk menunjukkan pencapaian pemahaman
i kunjungan belajar dan studi atau makna yang diciptakannya dalam suatu
banding.Pembelajaran berbasis kearifan mata pelajaran melalui ragam perwujudan
lokal merupakan pembelajaran yang budaya.
menempatkan siswa sebagai pusat 4. Belajar berbudaya, merupakan bentuk
pembelajaran studentcentered daripada teach mengejawantahkan budaya itu dalam
er centered. Hal ini sejalan dengan perilaku nyata sehari-hari siswa.
pernyataan Suparno (dalam Darlia 2010: 2)
bahwa belajar bukan sekedar kegiatan pasif
menerima materi dari guru, melainkan C. KESIMPULAN
proses aktif menggali pengalaman lama, Kearifan lokal sesungguhnya mengandung
mencari dan menemukan pengalaman baru banyak sekali keteladanan dan
serta mengasimilasi dan menghubungkan kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan
antara keduanya sehingga membentuk lokal dalam pendidikan kita secara luas
makna. Makna tercipta dari apa yang siswa adalah bagian dari upaya meningkatkan
lihat, dengar, rasakan, dan alami. Untuk ketahanan nasional kita sebagai sebuah
guru, mengajar adalah kegiatan bangsa. Pendidikan karakter bukan sekedar
memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi mengajarkan sesuatu yang benar dan yang
sendiri pengetahuannya lewat salah tetapi pendidikan karakter juga
keterlibatannya dalam menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal yang baik sehingga peserta didik
Terkait dengan pembelajaran nilai-nilai
menjadi paham (kognitif) tentang mana yang
kearifan lokal di Sekolah Dasar Menurut
benar dan salah, mampu merasakan (afektif)
Sutarno (2008: 7-6) ada empat macam
nilai yang baik dan biasa melakukannya
pembelajaran berbasis budaya, yaitu:
(psikomotor). Pendidikan Bahasa Indoensia
1.Belajar tentang budaya, yaitu r telah teridentifikasi 18 nilai yang
menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. bersumber dari agama, Pancasila, budaya,

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 8


Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018

http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB

dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Koentjaraningrat, 1986. Pengantar Ilmu
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Antropologi. Cetakan ke-6. Jakarta: Aksara
Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Baru.
Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin
Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna
Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, Pembelajaran. Bandung: CV alfabeta
(13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta
Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran:
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Berorientasi Standar Proses
Tanggung Jawab. pendidikan.Jakarta: Kencana.

Pembelajaran berbasis kearifan lokal dipadu Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural.


dengan pembelajaran Bahasa Indoensia Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan.
sangatlah cocok. Hal ini sesuai dengan
tujuan Bahasa Indoensia yaitu agar siswa
mampu mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan untuk
menyelesaikan masalah sosial yang terjadi
dikehidupan siswa, sesuai dengan
kemampuan belajarnya. Pembelajaran
berbasis kearifan lokal untuk menanamkan
pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
3 (tiga) cara mengintegrasi ke mata
pelajaran, melalui mata pelajaran muatan
lokal dan melalui pengembangan diri.

DAFATAR RUJUKAN.

Akbar, Sa’dun. 2006. Pengembangan


Kurikulum IPS. Malang: Pascasarjana
Universitas Kanjuruhan

Http://Staff.Undip.Ac.Id/Sastra/Dhanang/
(Diakses 03 Desember 2011)

Http://filsafat.ugm.ac.id (Diakses tanggal 30


April 2010)

Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan


Pendidikan Karakter. Jakarta.

Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan


Mentalitas dan Pembangunan. Cetakan ke-
11. Jakarta: Gramedia.

© 2018 Program Studi Bahasa Indonesia 9

Anda mungkin juga menyukai