KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN III
REAKSI KATION LOGAM DENGAN OKSIN
PENDAHULUAN
densitas dan titik leleh tinggi, dapat ditempa, dan merupakan konduktor panas yang
baik. Bentuk kelimpahan logam yang terdapat di alam (kerak bumi) sangat
bereaksi dengan air atau terhadap proses oksidasi. Logam-logam yang tidak reaktif
seperti emas, perak, dan platina biasanya terdapat di alam sebagai unsurnya,
sedangkan logam-logam yang agak reaktif biasanya terdapat sebagai sulfida, yang
sedikit lebih reaktif diubah menjadi oksidanya dan yang sangat reaktif membentuk
garamnya.
penggunaannya. Untuk mengetahui kadar suatu logam yang terkandung dalam suatu
logam campuran, perlu diadakan metode analisis tertentu yang melibatkan sifat-sifat
dari logam yang akan dianalisis. Tiap logam memiliki sifat yang spesifik sehingga
dapat dengan mudah diketahui logam apa saja yang terkandung dalam campuran
tersebut.
Salah satu metode analisis logam adalah dengan pengendapan. Pereaksi yang
biasa digunakan adalah 8-hidroksikuinolin atau biasa disebut oksin karena sifatnya
yang dapat mengendapkan logam. Dalam percobaan ini, digunakan larutan logam Cu
dan larutan logam Fe dimana kedua logam tersebut ingin ditentukan kadarnya
masing-masing melalui reaksi yang terjadi antara kation dan Fe dan Cu.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami reaksi-
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan dan menghitung kadar
penyaringan, dimana endapan yang diperoleh dilarutkan kembali dengan HCl panas
lalu dititrasi dengan KBrO3 dan Na2S2O3. Dari jumlah titran yang digunakan,
TINJAUAN PUSTAKA
sebuah pelarut organik, ekstrak yang berwarna itu dapat dipakai langsung untuk
menetapkan konsentrasi logam itu dengan teknik – teknik kalorimetri, atau lebih baik
dengan spekrtofotometri. Faktor- faktor ini dapat diterapakan pada banyak kompleks
dan ion iodobismutit dapat juga diperlukan dengan cara reagensia.–sifat ekstraksi
yang selektif, serta beberapa pelarut organik dengan memberi perhatian khusus pada
terjadinya proses transpor suatu ion. Penelitian tersebut sudah berhasil mendapatkan
kondisi optimum sistem transpor dari beberapa logam transisi dan pengujian
baik satu gugus hidroksi fenolik, maupun satu atom nitrogen basa bersifat amfoter
Oksina terekstasi lengkap dari larutan-air oleh kloroform pH<5 dan pH>9 dan
koefisien distribusi dari senyawaan netral itu antara kloroform dan air adalah 720
pada 18 ᵒC. Kegunaan reagensia yang peka ini telah diperluas dengan memakai zat-
zat penopeng (Sianida, EDTA, tartrat, sitrat, dan sebagainya dengan pengendali pH
OH
Gambar 1. (8-hidroksikuinolina)
Reagensia ini membentuk molekul yang netral tak larut dalam air tetapi larut
dalam kloroform atau karbon tetraklorida dengan ion logam, senyawaan sepit kupri
N
O
Cu
O
Jika oksina kita singkat sebagai HOX, dapatlah kita tulis reaksi penyepitan itu
Suatu zat penyepit yang lain sangat penting untuk ekstraksi pelarut dari ion logam
adalah didefiniltiokarbazon atau ditizon. Ditizon dan sepit logamnya sangat tak dapat
larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut semacam kloroform dan karbon
tetraklorida. Larutan reagensia itu sendiri adalah hijau tua, sementara kompleks
logam adalah lembayung tua, merah jingga, kuning, atau rona lain bergantung pada
ion logamnya. Logam yang terbentuk ditiozonat antara lain Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn,
Pd, Ag, Cd, In, Sn dan Pb. Konsentrasi sepit dalam ekstrak logamnya normal
Urutan stabilitas kompleks dari sejumlah logam divalen telah terbukti, hal
lain dianggap sama, menjadi cukup independen dari sifat dari agen chelating, dengan
Urutan ekstraksi dapat diubah dengan perbedaan kelarutan dari kelat, juga
molekul hambatan sterik dapat menghalangi reaksi dengan ion logam tertentu dapat
dari ekstraksi adalah penambahan pembuatan agen. Ini dapat bersaing agen
pengompleks lebih stabil untuk logam tertentu. EDTA dan ion sianida yang umum
lebih stabil dengan oksin dari VO22+ tidak, vanadium dapat diekstraksi dalam
tembaga dengan menambahkan EDTA, yang membentuk kompleks yang lebih stabil
Pemakaian oksin sebagai zat pembawa melalui teknik membran cair fasa ruah
untuk pemisahan logam transisi telah mulai dikenalkan, oksin dilarutkan dalam
dengan Cr(VI). Dalam karya ini, posibility imobilisasi oksin pada berbagai lapisan
surfaktan alumina dianggap metode cepat dan akurat FI-FAAS untuk prekonsentrasi
oleh masing-masing substansi, karena jumlah total yang diserap oleh campuran
Oksin ditandai dengan kelat ligan organik yang bereaksi dengan beberapa ion
logam dalam kondisi pH dikontrol. Oksin dan turunannya dapat berikatan dengan
berbagai reaksi seperti amberlite –XAD, fraktogel, chitosan, silikat, karbon aktif,
kaca pori. Oksin bereaksi dengan Cr(III) lebih cepat dibandingkan dengan kelat
pembawa lain, surfaktan ionik menyerap pada oksida logam, seperti alumina dan
Oksinat dari logam yang bervalensi lebih tinggi dapat agak berbeda komposisinya
Sejauh mana percobaan yang mengarah untuk meneliti bentuk model kinetika
transpor ion logam tersebut antar fasa belum dipublikasikan. Disini akan dibicarakan
model kinetika dari transpor Cd(II) pada kondisi optimumnya dimana pada kondisi
ini Cd(II) dapat ditranspor ke fasa penerima 93,25 %. Untuk itu dalam meneliti
transpor ion ini apakah terjadi secara kontinu dan irreversibel dari fasa sumber ke
ditentukan dari perubahan konsentrasi Cd(II) yang tersisa dalam fasa sumber dan
yang ditranspor per waktu ke fasa penerima yang dapat dideteksi dengan
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan Cu 100 ppm, larutan
natrium asetat 0,1 M, larutan HCl 4 M, larutan oksin 2 %, serbuk KBr, larutan KBrO3
larutan amilum 1 %, kertas pH universal, kertas saring, tissue roll dan akuades.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 50 mL,
gelas kimia 250 mL, gelas kimia 400 mL, erlenmeyer 200 mL, bulp, penjepit
tabung, pipet tetes, buret 50 mL, statif, corong kaca, pemanas listrik, sikat tabung
reaksi, batang pengaduk, sendok tanduk, labu semprot, termometer 100 oC, penutup
cawan, neraca analitik, labu ukur 100 mL dan pipet volume 10 mL.
60-70 oC, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring dan corong kaca.
Selanjutnya endapan dicuci dengan air panas, dan kemudian endapan dilarutkan
dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N. Amilum ditambahkan setetes demi setetes
sampai titik akhir hampir tercapai yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning
pucat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pucat
4.2 Reaksi
Logam Cu
Logam Cu
- KBrO3
N
M=
valensi
0,1 005
= 6
= 0,0166 M
n = MxV
= 0,0166 M x 0,00035 L
m = n x Mr
= 9,7027 x 10-4 g
= 0,0097 g
Ar Cu
BE Cu =
8
63,5
=
8
= 7,9375 g
- Na2S2O3
N
M=
valensi
0,1
= 2
= 0,05 M
n = MxV
= 0,05 M x 0,003 L
= 1,5x10-4 mol
m = n x Mr
= 0,0237 g
Ar Cu
BE Cu =
8
63,5
=
8
= 7,9375 g
= 0,0139 g x 7,9375 g
= 0,110 g
Cu2+ (mg)
% Cu= ×100 %
20
0,110g
= ×100 %
20
= 0,55 %
4.4 Pembahasan
Penambahan ini dilakukan karena seperti yang kita ketahui bahwa oksin merupakan
60-70 oC. Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan zat pengotornya yang mudah
menguap yang terdapat pada endapan sehingga endapan bersih dari zat pengotor.
Endapan yang telah dipanaskan kemudian disaring dengan kertas saring yang
endapan dicuci dengan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa-sisa cairan
induk dan komponen-komponen pengotor pada endapan. Endapan yang telah dicuci
kompleks oksin-logam terurai akibat penambahan asam kuat dan otomatis pH larutan
akan menurun. Endapan yang telah dilarutkan ditambahkan dengan KBr 0,5 g dan
MO 1 tetes. Penambahan KBr untuk membantu agar reaksi dapat berjalan cepat
warna larutan sehingga ketika dititrasi perubahan warnanya tampak jelas. Larutan
kemudian dititrasi dengan 0,35 mL KBrO3 0,1 N sampai terbentuk warna kuning
muda.
Setelah dititrasi, larutan kembali diencerkan dengan menambahkan 25 mL
HCl 2 M agar larutan kembali ke suasana asam. Penambahan asam ini menguraikan
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar kation logam
5.2 Saran
praktikan lebih banyak mendapat pengetahuan mengenai reaksi katoin logam dengan
oksin.
dan membimbing kami dengan baik dan banyak memberikan pengetahuan selama
praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H, Shabani, H.M.A., Dadfarnia, S., Taei, M., 2006, Preconcentration and
Speciation of Chromium by an 8-Hydroxyquinolina Microcolumn
Immobilized on Surfactant-Coated Alumina and Flow Injection Atomic
Absorption Spectrometry,Turk J Chem (31): 191-199.
Basset, J., Denny, C.R., dan Jeffey, H.G., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, Buku Kedokteran, Jakarta.
Day, A. R., dan Underwood, A.L., 1992, Analisis kimia kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
Helmy, K., Ferreiro, A.E., Bussetti, De.G.S., 1986, Apparent And Partial Specific
Sorption Of Oxine By Montmorilonite And Silica Gel In Binary
Mixturesimia Anorganik, Clays and Clay Mineral, 34(5): 568-590.
Kahar, Z., Mustafa, D., Wiwit., 2007, Kinetika Dan Mekanisme Sistem Transpor
Cd(Ii)Antar Fasa Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah Dengan Oksin
Sebagai Zat Pembawa, J Ris Kim, 1(1): 97-101.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
BAGAN KERJA
filtrat endapan