Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MEMBACA JURNAL INTERNASIONAL

Dosen Pengampu:
Dr. IDK Kerta Widana, S.K.M., M.KKK., CIQnR., CIQaR.

Disusun Oleh:
Bondan Prakoso (NIM 120200301005)

untuk Memenuhi Sebagian Tugas


pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BENCANA


FAKULTAS KEAMANAN NASIONAL
UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA
JAKARTA
2020
Kuliah pengantar metode penelitian pertemuan keempat dengan topik “Instrumen
Penelitian 1 (Populasi dan Sampel Penelitian)” disampaikan oleh Sekretaris Program
Studi Manajemen Bencana Universitas Pertahanan, Dr. IDK Kerta Widana, S.K.M.,
M.KKK., CIQnR., CIQaR., menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan
penugasan. Penugasan pertama berkaitan dengan pembuatan ikhtisar perkuliahan
sedangkan penugasan kedua berkaitan dengan pelaporan hasil membaca jurnal
bereputasi internasional yang berkaitan dengan manajemen bencana. Hasil
pelaporan membaca ditulis dalam matriks berikut.

Ketiga artikel jurnal yang dipilih diunduh dari:


Nama Jurnal : Journal of Disaster Research
ISSN : 1881-2473 (Print) / 1883-8030 (Online)
DOI : 10.20965/jdr.issn.1883-8030
Editors-in- : Suminao Murakami (Laboratory of Urban Safety Planning) dan
Chief Haruo Hayashi (National Research Institute for Earth Science
and Disaster Resilience)
Terindeks di : ESCI, Scopus, Compendex (Ei)

Jurnal 1
Judul Jurnal Drought Index for Peatland Wildfire Management in Central
Kalimantan, Indonesia During El Niño Phenomenon
Identitas Vol.14 (2019) No.7(Oct)
Jurnal doi: 10.20965/jdr.2019.p0939
pp. 939-948
Novitasari Novitasari, Joko Sujono, Sri Harto, Azwar Maas, dan
Rachmad Jayadi
Masalah Kebakaran hutan gambut khususnya pada ekosistem tropis
Penelitian seringkali disebabkan oleh kekeringan. Kebakaran hutan
menimbulkan asap dan permasalahan terkait lainnya di seluruh
aspek kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya di
Kalimantan Tengah. Kekeringan diperparah dengan panjangnya
masa kemarau di musim kemarau yang dikenal dengan fenomena
El Niño. Selain itu, sistem drainase lahan gambut juga kurang
bagus. Kekeringan menurunkan muka air tanah dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan di kawasan lahan
gambut.

Masalah:
Kebakaran hutan gambut menimbulkan multiefek negatif yang
mengganggu kehidupan manusia. Kebakaran akan semakin parah
pada musim kemarau, apalagi saat Indonesia dilanda El Niño. Oleh
karena itu, diperlukan acuan berupa indeks kekeringan
berdasarkan keadaan yang terjadi di lapangan. Permasalahan ini
dapat dirumuskan dalam pertanyaan, “Seberapa besar indeks
kekeringan di Indonesia saat dilanda El Niño?”
Variabel yang Variabel independen: iklim El Niño
Dianalisis Variabel dependen: indeks kekeringan di Kalimantan
Hipotesis H0: iklim El Niño tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks
kekeringan di Kalimantan
Ha: iklim El Niño berpengaruh signifikan terhadap indeks
kekeringan di Kalimantan
Instrumen Data penelitian berupa data curah hujan dan pencitraan satelit
Penelitian diambil dengan metode observasi. Data curah hujan tercatat di
sekitar wilayah penelitian, seperti di Stasiun Hujan Tjilik Riwut,
Beringin, dan Sanggu. Data curah hujan dianalisa dari 1 Januari
2015 sampai dengan 31 Desember 2015, terdapat total 263 hari
kemarau, yaitu lebih dari 70% dari total tahun 2015. NFA berupa
hotspot (titik api) diperoleh dengan menggunakan Active Fire Data
NASA untuk menentukan kemungkinan lokasi kebakaran. Sistem
ini menggunakan satelit MODIS NASA, yang mensurvei seluruh
bumi setiap 1-2 hari. Sensor pada satelit ini mendeteksi tanda
panas dalam gelombang spektral inframerah. Selama pemrosesan
citra satelit, algoritme mencari tanda panas dan mendeteksinya
sebagai tanda api. Sistem dapat menunjukkan di mana kebakaran
terjadi dan dapat memberikan peringatan tentang area berisiko
tinggi.
Teknik Teknik sampling yang digunakan, yakni cluster/area sampling.
Sampling Penelitian ini dilakukan di Blok A Ex-Mega Rice Project (EMRP)
yang yang terletak di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas,
Digunakan Provinsi Kalimantan Tengah.

Jurnal 2
Judul Jurnal Identifying Criteria for Designing Risk Communication System in
Palu, Sulawesi, Indonesia
Mengidentifikasi Kriteria Perancangan Sistem Komunikasi Risiko di
Palu, Sulawesi, Indonesia
Identitas Vol.14 (2019) No.9 (Dec)
Jurnal doi: 10.20965/jdr.2019.p1346
pp. 1346-1352
Juhri Selamet
Masalah Gempa dan tsunami Sulawesi 2018 di Indonesia menandakan
Penelitian gagalnya sistem komunikasi risiko sehingga menyebabkan
Indonesia dituding salah menangani bencana alam tersebut.
Banyak kritik terpusat pada tuduhan bahwa badan meteorologi dan
geofisika negara tersebut membatalkan peringatan tsunami terlalu
dini dan memberikan informasi yang salah kepada publik, bahwa
sirene tidak dapat digunakan untuk memperingatkan masyarakat
setempat, pelampung pasang surut tidak berfungsi untuk
mengirimkan sinyal tsunami, sehingga menimbulkan korban jiwa.

Masalah:
Perbaikan sistem komunikasi risiko menimbulkan pertanyaan
berikut, “Apa saja kriteria perancangan sistem komunikasi risiko
untuk wilayah di zona rawan bencana?”
Variabel yang Variabel independen: sistem komunikasi risiko
Dianalisis Variabel dependen: penanganan bencana alam di Palu
Hipotesis H0: sistem komunikasi risiko tidak berpengaruh signifikan terhadap
penanganan bencana alam di Palu
Ha: sistem komunikasi risiko berpengaruh signifikan terhadap
penanganan bencana alam di Palu
Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
Penelitian analisis tekstual kualitatif (tinjauan pustaka dokumen) dan MCDA
(kuantitatif). Analisis tekstual dilakukan untuk mengumpulkan dan
menilai dokumen terkait program dan sistem komunikasi risiko dari
institusi yang telah bekerja sama dengan BNPB, yaitu WHO,
NOAA-NTHMP, IFRC, UN, Sekretariat Badan Strategi Internasional
untuk Pengurangan Bencana (UN-ISDR) dan BNPB sendiri.
Dari penilaian analisis tekstual, penelti memilih analisis keputusan
multikriteria (MCDA) sebagai kerangka kerja untuk mengidentifikasi
dan mengenali kriteria dan indikator yang relevan untuk intervensi
komunikasi risiko peringatan dini tsunami. Sebagai kerangka kerja,
MCDA membantu pengambil keputusan untuk
mengidentifikasi/mengenali kriteria yang relevan dalam konteks
tertentu. Selain itu, MCDA membuka kesempatan untuk membuat
peringkat "dengan mengukur, menilai dan membobotkan berbagai
kriteria kuantitatif dan kualitatif". Sebagai kerangka umum, MCDA
memberikan dukungan dalam situasi pengambilan keputusan yang
kompleks dengan berbagai tujuan dan seringkali bertentangan dari
kelompok pemangku kepentingan dan/atau pembuat keputusan,
yang mereka hargai dengan beragam. Aplikasi MCDA menekankan
proses multipihak untuk menyusun masalah dan untuk
memfasilitasi dialog tentang manfaat relatif dari tindakan alternatif.
Tahapan proses MCDA partisipatif antara lain: (1) mengidentifikasi
masalah (konteks keputusan masalah dan tujuan serta perhatian
pemangku kepentingan atau mitra utama), (2) penataan masalah
(mengembangkan dan menentukan kriteria untuk mengevaluasi
alternatif), (3) memperkirakan kinerja alternatif (atau peringkat)
mengenai setiap kriteria menggunakan bentuk matriks dampak, (4)
memunculkan nilai-nilai pemangku kepentingan dan/atau
pengambil keputusan (misalnya, peringkat kriteria berdasarkan
pada prioritas atau menetapkan bobot numerik untuk menunjukkan
kepentingan relatif dari setiap kriteria); (5) menggunakan model
matematika untuk mensintesis hasil untuk mengevaluasi trade-off
dan kinerja keseluruhan alternatif baik untuk menjelaskan
perspektif yang berbeda dan/atau untuk menemukan solusi baru
atau untuk mengusulkan solusi untuk masalah pengambilan
keputusan; dan terakhir; (6) melakukan analisis sensitivitas model
terhadap bobot yang dimasukkan pengguna.
Teknik Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Sampling cluster/area sampling. Area/wilayah yang dijadikan subjek
yang penelitian adalah Sulawesi dan Badan Nasional Penanggulangan
Digunakan Bencana Indonesia.

Jurnal 3
Judul Jurnal The Disaster-Management Capabilities of Local Governments: A
Case Study in Indonesia
Identitas Vol.15 (2020) No.4 (Jun)
Jurnal doi: 10.20965/jdr.2020.p0471
pp. 471-480
Danang Insita Putra dan Mihoko Matsuyuki
Masalah Peran pemerintah kota dalam penanggulangan bencana
Penelitian merupakan topik yang telah diteliti dengan baik, tetapi terdapat
perdebatan mengenai kemampuan kota dalam menangani
bencana. Banyak peneliti berpendapat bahwa kemampuan
pemerintah merupakan faktor penting dalam memastikan
manajemen bencana yang efektif. Dengan demikian, beberapa
studi telah mengukur atau menganalisis kemampuan manajemen
bencana di tingkat lokal. Namun, hubungan antara indikator terkait
belum dapat dipastikan.

Masalah:
Indikator apa sajakah yang dapat digunakan untuk memastikan
sejauh mana peran pemerintah dalam penanggulangan bencana?
Variabel yang Variabel independen: kemampuan pemerintah daerah
Dianalisis Variabel dependen: manajemen bencana
Hipotesis H0: pemerintah daerah di Indonesia tidak memiliki kemampuan
dalam manajemen bencana
Ha: pemerintah daerah di Indonesia memiliki kemampuan dalam
manajemen bencana
Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Peneliti
Penelitian melakukan survei kuesioner di beberapa kota di Indonesia untuk
memperoleh asumsi tentang kemampuan pemerintah daerah
dalam penanggulangan bencana.
Teknik Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling (acak).
Sampling Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner web dan
yang pengambilan sampel acak sederhana. Prosedur ini memberikan
Digunakan kesempatan yang luas bagi semua BPBD kota untuk berpartisipasi.
Republik Indonesia terbagi menjadi 542 kotamadya yang terbagi
dalam 34 provinsi. Kuesioner didistribusikan ke 34 provinsi untuk
meningkatkan tingkat generalisasi hasil penelitian. Pemilihan
dipertimbangkan berdasarkan pada ketersediaan alamat email
resmi di setiap BPBD. Fokus ditempatkan pada perwakilan lokal
yang memiliki pemahaman yang kuat tentang prosedur
penanggulangan bencana pada fase prabencana, darurat, dan
pascabencana. Kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Yang
pertama terdiri dari topik deskriptif, misalnya nama responden,
posisi, lembaga, rincian tugas, dan daftar pemangku kepentingan,
sedangkan yang kedua berisi pertanyaan yang meminta responden
untuk menilai masing-masing dari 15 indikator yang terkait dengan
organisasi mereka. Peneliti berusaha untuk mengukur kapabilitas
lokal melalui penilaian diri responden (SA), yang merupakan
metode yang dikembangkan untuk memeriksa rencana, kebijakan,
struktur, dan kemampuan organisasi. Responden diminta untuk
membobotkan kuesioner ini pada skala Likert 5 poin. Likert 5 poin
tingkat “5” yang menunjukkan bahwa organisasi sangat dapat
diandalkan di wilayah yang dinilai.
Sebanyak 220 email yang meminta partisipasi dalam kuesioner
web telah peneliti kirim antara Desember 2017 dan Januari 2018;
111 BPBD kota menanggapi. Lima tanggapan dianggap tidak
lengkap dan ditolak. Sampel akhir mencakup 106 kotamadya
(sekitar 23% dari total di Indonesia). Untuk mendukung hasil
analisis statistik, peneliti juga melakukan wawancara dengan
pengurus BPBD daerah di tiga kota di Indonesia: Sleman, Sidoarjo,
dan Bogor. Ketiga kota tersebut dipilih berdasarkan karakteristik
bencana alam yang mereka hadapi. Sidoarjo yang terletak di Jawa
Timur rawan banjir; Bogor, yang terletak di Jawa Barat, rentan
terhadap longsor; dan Sleman, yang terletak di daerah istimewa
Yogyakarta, dilanda letusan gunung berapi. Wawancara yang
dilakukan dengan metode snowballing dilakukan pada bulan
Januari 2018. Dengan adanya bahaya alam yang beragam tersebut
diharapkan hasil wawancara dapat memberikan kontribusi temuan
yang lebih luas untuk membentuk hasil yang diperoleh dari analisis
statistik.

Daftar Pustaka

Novitasari, Sujono, J., Harto, S., Maas, A., & Jayadi, R. (2019). Drought index for
peatland wildfire management in Central Kalimantan, Indonesia during el niño
phenomenon. Journal of Disaster Research, (14) 7, 939-948. Doi:
10.20965/jdr.2019.p0939.

Putra, D.I., Matsuyuki, M. (2020). The disaster-management capabilities of local


governments: a case study in Indonesia. Journal of Disaster Research, (15) 4,
471-480. Doi: 10.20965/jdr.2020.p0471.

Selamet, J. (2019). Identifying criteria for designing risk communication system in


Palu, Sulawesi, Indonesia. Journal of Disaster Research, (14) 9, 1346-1352.
Doi: 10.20965/jdr.2019.p1346.

Anda mungkin juga menyukai