“Bagaimana dok keadaan suami saya?” tanya Sayem dengan suara hampir tidak terdengar.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin bu. Tapi Tuhan mungkin lebih sayang pada Pak Darno,”
jawab Dokter itu dengan berwibawa.
“Pak Darno tak terselamatkan, luka bakar di tubuhnya 70 %. Tuhan berkehendak lain,” terang Dokter.
Pecah tangis terhambur di ruang tunggu pasien. Semua mata tertuju pada Sayem yang menangis
meraung-raung sampai pingsan.
Mobil jenazah disambut dengan isak tangis dan air mata seluruh warga Desa Kemusuk. Setelah di
sholatkan, jenazah Darno langsung dikebumikan hari itu juga. Setelah raga itu berada di tempat yang
kini sepi. Desa Kemusuk kehilangan orang yang berjasa baginya. Ia kehilangan seorang yang telah
membuatnya terkenal akan hasil buminya, tepatnya buah kelapa. Hari-hari berlangsung seperti biasa.
Sayem menjadi buruh cuci panggilan. Andri kini menjadi anak yang pemurung. Selalu merasa bersalah
dan kini mulai menuju ke jalan yang benar. Ia menjadi rajin belajar, dengan harapan kelak bisa
membahagiakan orang tuanya. Menjadi seorang insinyur elektronika.