Anda di halaman 1dari 3

3

“Dangding Anak Miskin”


Ddiujung desa dekat dengan hutan, dimana terdapat sebuah rumah yang hamper
roboh, yang dihuni oleh ibu dan anak. Ibu dan anak lelaki yang bernama Dangding. Yang
Ibunya sudah berumur 50 tahun, Dangding berumur 11 tahun. Yang ayahnya sudah tiada,
sudah 7 tahun lalu wafat. Yang namanya orang desa ujung banua, usaha ibunya hanya sekedar
berkebun dibelakang rumah. Dengan menanam pisang, ubi kayu, ubi jalar, terong dan kacang
panjang.
Kadang-kadang pagi hari memancing ikan gabus atau ikan betook yang ada disungai
kecil dekat dedngan kebun milik ibunya yang sempit dan hanya cukup untuk berkebun
secukupnya. Keluarga ibu dan anak itu untuk makan pun susah, dengan pakaian lusuh dan
hanya satu Ibadan. Mereka sering kehabisan beras, sehingga tidak bisa memasak. Dan hanya
bisa makan ubi kayu dan ubi jalar yang direbus. Sekalipun demikian ibunya Dangding selalu
sabar, ibunya sering berdo’a memohon kepada Tuhan untuk memperoleh rezeki yang banyak.
Keluarga Dangding dan ibunya itu adalah orang yang baik hatinya, suka menolong
orang, tidak pernah bertengkar dedngan orang dan penyanyang dengan binatang. Dahulu
pernah ada orang yang tersesat dipinggir hutan. Kemudian ditolong oleh ibunya Dangding
dengan menunjukkan jalan sampai ke jalan utama. Orang yang di tolong itu sangat senang
lalu memberikan uang dengan Dangding.
Dihalaman rumah Dangding itu ada pohon bengkoang yang daunnya lebat. Disela-
sela ranting pohon bengkoang itu ada terdapat sarang burung karuang yang sedang bertelur,
tidak berapa lama telur burung karuang itu menetas dan keluarlah dua anak burung karuang.
Saat dua ekor anak burung karuang itu mulai besar dan tumbuh bulu, keduanya tumbuh sehat,
gara-gara angina ribut itu kedua anak burung karuang terjatuh di halaman rumah Dangding.
Yang satu jatuh dan mati, yang satunya jatuh di atas rumput, dan selamat, Cuma
tubuhnya saja yang basah kuyup. Dangding yang bangun di pagi hari, melihat burung itu,
bergegas mengambil dan membawanya ke dalam rumahnya. Burung itu dipeliharanya dengan
baik, dia sangat saying kepadaburung itu. Setiap hari Dangding mencarikan ulat daun untuk
burung itu.
Tak terasa anak burung karuang itu semakin besar, dan sudah bisa terbang. Anehnya
anak burung karuang itu tidak terbang jauh0jauh, burung itu hanya bolak-balik terbang ke
halaman, dan kejendela rumah. Setiap hari Dangding bermain dengan burung karuang itu.
Seperti orang yang saying-sayang saja. Burung yang lucu itu terbeng sebentar dan hinggap di
kepala Dangding, sebentar lagi hinggap di bahu. Kalau Dangding mengangkat tangannya,
burung itu bergegas hinggap di tangan Dangding. Sambil tertawa terbahak-bahak, Dangding
berlari berputar-putar, burung itu terbang mengikuti Dangding.
3

Saat pagi hari Dangding memandikan burungnya, setelah itu memberi makan ulat
daun, dan air untuk minum. Seperti itulah pekerjaan Dangding setiap hari dengan burung
karuang yang disayang-nya itu. Sekitar kira-kira tiga bulan setelah itu Dangding terkejut
setengah mati, mendengar burung karuang itu berbicara seperti manusia, menyebut namanya.
“Dangding ! Potong aku! “
Dangding heran sekali, seakan tidak percaya dengan pendengarannya.
Digosok-gosoknya lobang telinganya, seraya berpikir apakah bermasalah dengan
pendengarannya. Tidak lama setelah itu burung karuang kesayangannya kembali berbicara :
“ Dangding ! potong aku ! “
Dengan bergegeas Dangding memanggil ibunya seraya ingin mengatakan bahwa
burung karuangnya itu dapat berbicara. Setelah itu ibunya tiba, burung itu kembali berbicara :
“ Dangding ! potong aku ! “
Ibunya Dangding juga sangat heran, mereka berdua saling beratatapan keheranan
mendengar suara burung itu minta di potong.
“Apakah, ibu mendengar ?”. kata Dangding kepada ibunya
“ya, ibu mendengar !” sahut ibunya
“Terus, bagaimana bu ?” Tanya Dangding
“Kalau itu permintaannya, ya lakukan saja !”
“Tapi Dangding saying, bu”, kata Dangding
“Semoga nanti ada gantinya dengan burung lain”, kata ibu pada Dangding, setelah
berpikir sejenak.
Akhirnya ibu dan anak itu sepakat untuk memotong burung karuang. Dangding dan
ibunya heran ketika mendengar burung yang mau dipotong itu kembali berbicara:
“Dangding ! Bersihkan tubuhnku!”
Bergegas Dangding membersihkan semua bulu yang ada pada tubuh burung itu
sampai bersih.
“Dangding ! masaklah tubuhku semuanya !”, ucap burung itu kembali.
Kemudian ibunya Dangding menggoreng semua tubuh burung karuang tadi ke dalam
wajan. Dan burung itu berucap kembali :
“Dangding ! makan hati dan dagingku semuanya!”
Dangdingpun memakan hati dan daging burung yang sudah matang. Tulanggnya
diletakkan di atas lantai. Ternyata tulang burung karuang itu berucap juga :
“Dangding! Kubur tulangku di tanah dimana aku jatuh dulu!”
Dangdingpun mengambil pisau besar dan menggali tanah dimana burung itu jatuh
dari atas pohon bengkoang. Sembilan belas hari setelah itu, di tanah tempat tulang burung itu
tumbuh pohon yang kecil sepanjang dua jari. Hari esoknya, pohon kecil itu tinggi sampai
sejengkal, lalu kemudian berdaun tiga lembar. Pagi harinya pohon itu makin tinggi berdaun
lagi jadi tujuh lembar. Anehnya pagi harinya daun yang tujuh lembar tadi berubah jadi daun
emas. Bunganya berintan tiga biji, bercahaya berkelap-kelip.
Saat Dangding melihat pohon yang ber-emas dan ber-intan itu Dangding langsung
berteriak keras memanggil ibunya :
3

“Bu … ! cepat kesini bu … ! Lihat pohon itu berdaun emas danber-intan kelap-
kelip !”
Setelah mendengar Dangding berteriak ibunya lalu bergegas menghampiri Dangding
yang berada dihalaman rumah.
“Aduh, aduh, aduh ! Sungguh ajaib ! Sungguh ajaib !” kata ibu Dangding setelah
melihat pohon itu.
Matanya terbelalak terheran-heran, pohon itu cepat dicabut oleh ibunya Dangding,
lalu dibawa masuk ke dalam rumah. Dari kejadian itu Dangding dan ibunya menjadi orang
kaya. Punya rumah bagus, makan berkecukupan. Sewaktu itu ibunya Dangding mengadakan
syukuran dirumah, mengundang semua tetangga yang dekat dengan rumah Dangding. Acara
syukuran ini tanda bersyulkur kepada Tuhan yang Maha Esa karena sudah memberikan rezeki
yang berlimpah.
Dangding dan ibunya semakin baik, perilaku yang baik dengan orang bertambah baik,
suka menolong, terlebih lagi kalau menolong anak yatim. Dangding dengan ibunya disayang
oleh orang Desa di sudut banua itu.

Pesan moral :
Walaupun cerita ini hanya sebuah dongeng, tetapi cerita ini berisi nasehat bagus. Suka
menolong orang, penyayang dengan hewan termasuk perilaku yang bagus.
Tidak dilupakan juga untuk berdo’a dengan Tuhan Yang Maha Kuasa agar
mendapatkan rezeki yang berlimpah, dan bersyukur kalau dapat rezeki dan kenyamanan.
Semua rezeki itu tidak lain dari pada tuhan yang memberi.

Anda mungkin juga menyukai