Minggu yang cerah, pagi itu Amin baru selesai melaksanakan ibadah sholat subuh di
rumahnya. Dia kemudian dipanggil orang tuanya untuk sarapan.
Ibunya Amin : “Nak kamu habis ini pergi ambil ketela ya di kebun bapakmu, bapakmu hari ini
sedang tidak enak badan hari.”
Bapaknya Amin : Iya nak mumpung hari ini kamu libur, ketelanya bisa kamu jual hasilnya kan
lumayan bisa buat uang saku sekolahmu besok.”
Setelah selesai makan Amin berpamitan kepada kedua orang tuanya dia sudah bersiap
membawa alat untuk mengambil ketela, setelah itu ia berangkat menggunakan motor bebek
kesayangannya.
Sesampainya di kebun Amin mencari ketela yang sudah siap untuk diambil, tentunya ia
memilih ketela yang besar-besar. Setelah banyak ketela yang terkumpul Amin pun langsung
pergi ke pasar untuk menjual semua ketelanya.
Ditempat lain Daniel menaiki sepeda motor matic, ia berbaju rapi karena akan pergi ke
gereja untuk menjalankan ibadah seperti biasanya. Baru sampai di tengah jalan Daniel ternyata
kehabisan bensin.
Daniel : Sial ! pake acara bensin habis juga, perasaan kemarin udah di isi penuh, jarak ke gereja
masih jauh, disini juga nggak ada pom bensin lagi, sial banget gue hari ini.”
“Ini lho mas kehabisan bensin, padahal kemarin udah di isi penuh” jawab Daniel
“Iya mas, saya buru-buru mau ke gereja depan situ” jawab Daniel sambil melihat jam tangannya
“Ya udah mas, motornya dititipin aja dahulu di warung depan situ, nanti setelah pulang dari
gereja mas bisa belikan bensin daripada mas nya telat, dan sekarang mas bisa bonceng saya ke
tapi di atas keranjang ini”
Daniel lalu naik di atas keranjang lalu berangkat menuju gereja bersama Amin.
“Makasih ya mas, oh iya ini ada sedikit imbalan” Daniel menyerahkan beberapa lembar uang
“Tidak usah mas saya ikhlas kok” Amin sambil mengangkat tangannya sebagai isyarat
penolakan
“Baiklah kalau begitu, ini ketelanya semuanya saya beli, masa orang beli nggak boleh mas”
“Beneran mas? Alhamdulillahirobbil alamin”
“Saya Amiiinnn”