Anda di halaman 1dari 172

PEMUDA PENGHUNI LANGIT

Pemeran dalam tokoh yaitu marwah, mak ita,


uwais, angga, ilham, dan cindy .

Hidup di tengah kemiskinan, namun tak


menghilangkan semangat untuk terus berbakti
kepada ibunya yang sudah lumpuh. Ia adalah
Uwais Al-Qarni, pemuda yang lahir dan besar
di pinggiran Yaman. Tidak terkenal di bumi,
namun terkenal sebagai penghuni langit.Uwais
Al-Qarni tinggal di zaman Rasulullah SAW.
Ketika Islam sampai ke negeri Yaman, Uwais
dan ibunya termasuk orang yang ikut
mengucapkan dua kalimat syahadat.

1
BAB 1

PERKENALAN

Perkenalkan nama nama gue uwais AL -Qorni


di panggil uwais dia seorang pria berusia
21 tahun, tinggi, besar, berkumis tipis, berkulit
putih, pekerja keras namun memiliki
kebiasaan baik, banyak dari ilmu agama, suka
ngajih, setiap malam selalu menghafal alqur'an.
Dia jarang sekali ikut berkumpul dengan teman
temannya itu.
Berapa menit kemudian kumandang adzan pun
terdengar, uwais yang mendengar
lantunan adzan itu ingin bergegas pergi, namun
tanpa diduga saat akan melangkah
keluar dari dari rumahnya tanpa dia sadari dia
melihat sosok wanita kisaran usia 60
tahun namun dilihatnya masih cantik dengan
wajah yang manis mengenakan mukena
berwarna pink yang sepertinya akan pergi ke
masjid untuk melaksanakan salat subuh
2
berjamaah.
Sebut saja wanita itu marwah. Dia adalah
seorang janda dengan 4 orang anak, yang
diasuhnya sendiri tanpa menikah kembali titik
Uwais sangat menghargai dan

menghormati bukan dunia. Uwais adalah anak


pertama di mana sikap sopan santun

terhadap orang tuanya selalu dia utamakan .


Uwais.!! " Bentak marwah " Ibu uwais.
Dengan wajah lesu namun bibir terangkat Seraya
senyum memandang ibunya tercinta,
mata merah, badan lemas dan terkadang hampir
tersungkur ke tanah, namun masih
dapat berdiri di hadapan sang ibu. Dengan
kalimat-kalimat istighfar Marwa terus

memandangi Wais pemandangan derasnya air


mata yang mengalir. Marwah pergi
meninggalkan Uwais yang berdiri mematung
dan pergi ke masjid untuk melaksanakan

3
salat kalimat-kalimat yang berisi doa ucapan
yang baik untuk seluruh anak-anaknya
terutama untuk Uwais anak sulung yang menjadi
kebanggaannya. Bagaimana tidak,
setiap harinya Uwais bekerja sebagai tukang
parkir, ke naik mobil bisa antar kota bahkan
menjadi kulit panggul di pasar hanya untuk
membiayai ibu dan seluruh adik-adiknya untuk
bersekolah walaupun hanya sampai tamatan
SMA wae sendiri hanya tamatan sekolah
dasar.
Setelah pulang dari masjid Marwah mendekati
kamar sang anak, dilihatnya dan dibelainya
wajah sang anak ( Uwais ) air mata pun sudah
jatuh membasahi pipi Marwah.

" Nak, maafkan ibumu yang selalu merepotkan


mu, Maafkan ketidakmampuan ibumu
untuk menjadi orang tua yang layak untuk
dirimu Titin Terima kasih karena dirimu sudah
menjadi anak sekuat ini untuk ibu dan kakak

4
yang kuat untuk adik-adikmu. Ibu selalu
berdoa untuk kebaikanmu dan Ibu berdoa untuk
kebahagiaan dirimu

". Ucap Marwah dengan lirih.


Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 dengan
cepat Uwais bangun dari tidurnya dan
langsung ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk
bekerja titik di ruangan lain Marwah

terlebih dulu menunggu Uwais di meja makan.

" Aa ' sini makan dulu Barang Omah, Ibu susu


dan kamu dari tadi buat para pemborong rumah
adik-adik kamu itu sudah berangkat sekolah dan
bekerja ". Ajak Marwah.

Penduduk di kursi depan ibunya, sambil menatap


hangat sang ibu.

Maaf ya Ibu cuma masak sayur bayam dan tempe


goreng", dengan tangan yang mengambilkan
nasi dan juga lauk pauk untuk uwais.

5
"Tidak mengapa Ibu, ini pun sudah lezat, Terima
kasih atas makanannya ya" Balas wae Seraya
senyum.

"Is', Kapan is menikah tanda tanya apakah sudah


ada pendamping yang mau kamu ajak menikah?
"

"Belum ada ibu, Aku ingin menyekolah air dulu


mahkoma ya setidaknya sampai akhirnya masuk
SMA dia baru coba is cari calon ibu Kenapa?
Tidak biasanya tanya tentang hal ini. "

"Tidak is, ibu kan sudah tua, Ibu ingin melihat is


menikah dan menimang 7,ana dari is barangkali
saat ia sudah menikah sikap is juga bertambah
baik, Ibu berharap saat nanti Ibu meninggal, is
dan adik-adik bisa mendoakan ibu, bisa jadi anak
yang sholeh untuk ibu dan Abah yang sudah
selalu dulu meninggalkan kita ". Ucap Marwah
suara yang getar.

6
"Ibu, kenapa bicara seperti itu tanda tanya, demi
Ibu is akan mencoba merubah sedikit demi
sedikit kebiasaan is ". Tegas uwais.

"Terima kasih ya yes, Semoga Allah


mempermudah jalan untuk selalu Istiqomah di
jalan Allah dan mendapatkan jodohku makan
usia Iis juga sudah terbilang matang untuk
menikah".

Dapeutik Iya Ibu, tapi apakah tidak sampai


nunggu Aira lulus SMA dulu baru is menikah?
"Tanya Uwais.

"Tidak perlu is, nanti Ibu mencari uang


tambahan untuk biaya sekolah Aira, Hari ini Ibu
ada pekerjaan di rumah bu RT, dan coba ibu
tanya sama bu RT kira-kira ada yang
membutuhkan jasa lagi atau enggak warganya"
kata Marwah meyakinkan Uwais.

Ya sudah Ibu, hati-hati kerjanya ya, dan jangan


terlalu capek. Ias mau berangkat ke pasar dulu
7
"pun pamit dan mencium punggung tangan
ibunya

Siang hari di mana matahari yang sudah berada


di garis khatulistiwa udara yang panas namun
angin berhembus kencang, Uwais duduk di atas
motor tempat parkirnya. Seketika terdengar
suara yang lembut menyapa.

Petik Permisi Bang, ini motor saya " Amel


menyapa

"Oh, iya maaf, sudah belanjanya? Ini ke arah


mana pulangnya", jari Uwais menuju ke arah
kanan dan kiri.

"Iya, sini Bang", kata Amel

"Terima kasih Bang," lanjut Amil dan


memberikan uang Rp2.000 kepada Uwais

Hari sudah menjelang sore, dengan uang yang di


dapat uwais selalu merasa bersyukur dan
sebelum pulang Uwais tidak lupa untuk membeli
8
beras di pasar titik UAS pun melajukan
motornya untuk segera pulang. Namun dalam
perjalanan pulang Uwais melihat wanita yang
tadi sempat ia sapa.

"Seperti wanita tadi siang, motornya juga sama


kau makan apa dengan motornya ya" Wais
bertanya-tanya dalam hati.

"Hei, kenapa motornya?" Tanya Uwais

Apotik Eh, iya bang, nggak tahu ini kenapa titik


tiba-tiba mati "dengan wajah bingung Amil
menjawab pertanyaan Uwais

"Boleh aku bantu?"

"Boleh Bang, silakan" balas Amel

"Bensinnya habis kali ini" Uwais Berkata sambil


membuka tangki bensin. "Masih ada si, Apanya
ya?" Bingung karena uwais juga tidak mengerti
soal mesin.

9
"Gimana Bang? Bisa?" Amel mendekati Uwais
dan memberi sebotol air mineral

Mama tapi nggak mau nyala juga kok mas saya


kurang paham sama mesin motor, saya bantu
Dorong ke bengkel aja ya. Kamu bawa motor
saya aja duluan cari bengkel di depan sana
kayaknya ada "memberi kunci motornya kepada
Amel

"Ya bang" Amel pasrah karena dia juga sudah


lelah mendorong motornya sedari tadi.

Sampainya di bengkel Uwais terlihat adalah,


rasa bersalah Amel pada waist pun
mengharuskan hamil mendekati Uwais dan
memberinya sebungkus roti dan air mineral.

"Maaf ya bang, ngerepotin titik ini diminum dan


makan dulu" Amel duduk di samping Uwais

"Ia tidak apa-apa, eh namanya siapa tanda tanya


dari tadi kita ngobrol tapi nggak tahu siapa

10
namanya, sampai mau manggil aja Saya
bingung." Uwais tertawa

Dengan malu Amel menjawab "Nama saya Amel


Bang, Abang siapa namanya?"

"Saya Uwais" balas Uwais

Setelah ngobrol panjang kok mas serta tawa yang


mengiringi, motor pun selesai diperbaiki oleh
bengkel.

"Bang, ini motornya sudah, cuman businya


doang ini yang diganti soalnya udah kotor jadi
pengapiannya nggak maksimal" kata orang
bengkel

"Oh iya, terima kasih ya bang" Amel


menanggapi ucapan yang dia dengar dari orang
bengkel itu.

"Saya duluan pulang ya bang Uwais sudah


hampir magrib, Terima kasih sudah mau

11
direpotkan oleh saya" dengan senyum manis
sambil meninggalkan uWais.

12
BAB 2

KELUARGA

Adzan maghrib pun berkumandang, uwes yang


keluar dari kamar mandi pun bergegas
mengambil sarung, baju toko tak lupa pecia
gunakan untuk melangkah ke masjid yang agung.
Tetapan yang bahagia mengikuti langkah Uwais.
Ibu Marwah bersyukur atas perubahan Uwais
kala itu.

"Ya Allah, Alhamdulillah Uwais sudah mau ke


masjid lagi" gumam Marwah dalam hati.

08 salat Isya Uwais baru pulang dari masjid,


Wais pun berjalan ke arah meja makan,
dibukanya tutup saji terdapat beberapa laut yang
tidak pernah Tertinggal adalah tempe goreng kali
ini ditemani dengan sayur tumis kangkung.

"Ibu? " Teriak uwais

13
"Kenapa is? Ibu tidak ada lagi pengajian di
rumah bu RT" bu Marwa menyaut teriakan
Uwais

"Oh, Aira sudah makan? "Tanya Uwais

"Sudah is, tadi berhenti makan habis maghrib.


Kenapa emang is? Jawab Aira

"Terus teh sini ke mana? Kok sepi banget rumah,


makanya is teriak tadi" balas uWais

"Teh Cindy katanya main is ke rumah temannya,


ibu ke rumah bu RT, is Ilham si Aira belum lihat
dari Aira pulang sekolah tadi sore". Jelas Aira
pada uwais

"Ya sudah, kamu lanjut lagi belajarnya. Is keluar


dulu ya ke pasar bilangin ke Ibu kalau ibu tanya".
Meninggalkan Aira dan mengambil kunci
motornya untuk pergi ke pasar.

Kali ini pekerjaan Uwais kulipung panggur,


pekerjaan Uwais bisa dibilang serabutan titik
14
semua pekerjaan dia lakukan titik saat pagi hari
dia biasa menjadi tukang parkir dan malam
harinya dia menjadi kulit panggul. Karena
barang-barang tetap berdatangan pada jam
malam. Uwais membantu pekerja-pekerja lain
untuk mengangkat barang-barang jualan, biasa
sayuran Tomat cabe, bawang-bawangan segala
bentuk yang bisa diangkat akan Uwais kerjakan.

"Man, sini bantu saya angkat karung ini?" Teriak


Asep

"Ya Kang, sebentar" Wais lari menghampiri asep.

Setelah beberapa saat waktu sudah menunjukkan


pukul 03.00 pagi Uwais pun bersiap pulang.

"Sudah semua kan? mau pulang jika semua


karung sudah diangkat.? Tanya

"Ya sudah semua, sebentar ya, Asep pergi


meninggalkan Uwais ke dalam tokohnya untuk
mengambil dua lembar uang berwarna biru, ini

15
upah kamu dan ini bawa buah ibu kamu di
rumah" aset menyerahkan kantong plastik.

"Alhamdulillah, Terima kasih kawan saya pamit


pulang kau masih Assalamualaikum". Uais pun
meninggalkan tokoh tempat Asep.
"Alhamdulillah Ibu nggak perlu beli cabe sama
bawang Komal lumayan buat masak seminggu"
batin Uwais saat melihat isi dari kantong plastik
pemberian aset. Dan us pun pulang dan langsung
tidur tidak lupa dia meletakkan kantong plastik
pemberian aset tadi di meja makan agar besok
pagi bisa digunakan untuk memasak oleh ibunya.

Pagi hari Amel pergi ke pasar untuk membeli


sayuran dan memberi sarapan untuk ayahnya
yang bekerja di pasar. Hal ini dengan sengaja
Ambil sedikit memakai pakaian bagus dan
sedikit polesan di wajahnya sehingga dia sedikit
percaya diri untuk bertemu dengan Uwais.

16
"Pak, ini sarapan untuk bapak" teriak Amel
ketika sampai di toko ayahnya

"Iya terima kasih, Kamu mau ke mana Mel?"


Tanya Asep pada putrinya

"Eh, ya mau ke pasar Pak. Emang mau ke mana".


Ekspresi Amel bingung menjawab pertanyaan
Asep

"HAM, yang gak apa-apa sih, tapi nggak kayak


biasanya kamu ke pasar aja. Kayak mau
kondangan" jawab asik pelan

"Kenapa Pak?" Amel memandang Asep kembali


setelah matanya mencari-cari orang yang dicari
ternyata tidak ada

"Nggak apa-apa, Ya sudah sana kamu pulang "

"Loh Bapak ngusir aku jadinya, Ya sudahlah"


dengan kecewa Amil pun pulang dengan
motornya. Ambil kecewa karena tidak bertemu
dengan Wais yang sengaja ingin dia jumpai titik
17
ke mana sih ban Uwais kok nggak ada, apa dia
belum datang jam segini pikiran Amel pun
bertanya-tanya.

Hari ini pun berjalan sesuai dengan pekerjaannya


masing-masing. Uwais yang dari siang sudah di
parkiran, Ilham yang entah ke mana Uwais pun
tidak terlalu mengetahui pekerjaan Ilham karena
sama serabutannya seperti Uwais, terkadang
parkir, kuli bangunan Terkadang juga hanya
nongkrong di depan rumah tanpa melakukan
apapun, Uwais tidak terlalu dekat dengan
adiknya Ilham. Jika dengan adik perempuannya
Cindy dan Aira

Di lain tempat Adik Uwais yang bernama Cindy


berusia 19 tahun, saat ini dia bekerja di sebuah
Salon titik peringai yang cantik, rambut panjang
berkulit putih tubuh yang elok itu banyak yang
menyukai titik saat ini dia didekati oleh seorang
pria, pria itu bertugas peran terhadap
perasaannya kepada tinggi titik sendi pun
18
menyambut atas perasaan pria itu. Hubungan
kedekatan mereka memang sudah lama Namun
baru terucap kata-kata serius dari mulut pria
yang bernama Angga.

"Neng sudah pulang? Ayo is antar pulang.? Petik


ajak Angga sambil menepuk jok motor

Iya is sebentar lagi nunggu Uwais di toilet dulu


baru kunci motor "jawab Cindy

"Ya sudah is tunggu di warung depan sana ya,


sekalian isi bensin dulu" Angga meninggalkan
Cindy.

"Hei, bengong Kenapa kamu?" Tanya uwais


teman salon Cindy

"Eh, nggak papa, uwais nggak jadi pulang


bareng ya. Itu A' anggap Ngajak pulang bareng
"jawab Cindy

Uwais pun dalam hati memiliki perasaan


terhadap Angga, sehingga Euis merasa cemburu
19
akan perlakuan Angga terhadap Cindy. Cindy
sendiri tidak mengetahui perasaan euis kepada
Angga sehingga Cindy dengan Senang Hatinya
bercerita apa saja kepada euis.

"Ya sudah, saya duluan deh kalau gitu" Euis


menjawab dengan juteknya

"Uwais gak marah kan?" Tanya Cindy


meyakinkan

"Nggak, ngapain marah, dah sana ditungguin tuh


kok" dengan kode bibir maju ibarat menunjuk
keberadaan Angga yang tengah menunggu
Cindy.

"Ya sudah hati-hati ya pulangnya" Cindy pun


meninggalkan Euis dan berlari mendekati Angga.

Dalam perjalanan pulang tak henti-hentinya


canda Angga keluarkan untuk mengiring
kebersamaan mereka, sehingga Cindy pun
merasa nyaman berada di dekat Angga titik
memeluk Angga dari belakang mencium aroma
20
Angga yang sangat disukai membuat Cindy
ingin terus bersama Angga titik dalam perjalanan
pun Angga menyempatkan mampir di sebuah
warung makan bernuansa Jawa Sunda, makanan
yang beraroma rempah-rempah itu sangat
menusuk hidung hingga membuat perut terasa
lapar.

"Makan dulu ya Neng, Aa laper"

Angga pun memarkirkan lebih dulu motornya


dan segera masuk ke dalam warung, yang diikuti
oleh Cindy. Pelayan pun datang dan memberikan
daftar menu untuk Cindy dan Angga

"Mau makan apa?" Tanya Angga

Tempat ini adalah tempat favorit Angga dan


Cindy ketika ingin makan di luar, harganya yang
murah, dekat dengan tempat Cindy bekerja, serta
rasa makanan yang sangat enak cocok dengan
selera Cindy dan Angga.

"Sop iga aja Ah, kayak biasanya" jawab Cindy


21
"Teh, sop iga sama soto daging ya, minumnya es
teh dan es jeruk" Angga pun memberi daftar
menu ke pelayan Wareng itu dan menunggu
pesanannya datang.

Sembari menunggu pesanan datang, Angga


memulai menggoda dan bercanda dengan Cindy,
tawa serta wajah malu-malu Cindy jelas terlihat
oleh Angga Yang menjadi pandangan paling
Ditunggu oleh Angga.

"Neng, besok Minggu a ke rumah ya?" Yang


sebelumnya Angga bercanda kini ia berbicara
dengan serius.

"Ke rumah aja A, kan biasanya juga Aa ke rumah


kalau hari Minggu". Jawab Cindy dengan santai

"Iya sih, tapi tujuannya beda Neng...." belum


selesai Angga berbicara pesanan pun datang dan
mereka Langsung makan pesanan tanpa
membicarakan hal yang terputus tadi.

22
BAB 3

PERKELAHIAN

Yang sempit rumah yang lebarnya hanya 2 meter


yang terhimpit tembok-tembok rumah warga
yang sedikit menyengat, bau rempah-rempah
yang buat perut terasa lapar titik di sini adalah
wilayah tempat Marwa tinggal. Wilayah yang
sangat padat penduduk, tembok-tembok yang
berhimpitan pakaian yang dijemur menghiasi
halaman rumah mereka.

"Assalamualaikum" sapa Cindy memasuki


rumah

"Waalaikumsalam, sudah pulang Teh?" Jawab


Marwa

"Iya Ibu, kok sepi Ibu, Aira ke mana? Ini Cindy


beliin lauk buat makan" sambil menyerahkan
kantong plastik berisi sayur matang titik
meskipun sedikit judes, tapi Sindir orang yang
baik, Royal terhadap.
23
"Iya mak, kok sepi mak, aira kemana? ini sindi
beliin lauk buat makan" sambil menyerahkan
kantong plastik berisi sayur matang. Meskiput
sedikit judes, tapi sindi orang yang baik, royal
terhadap keluarganya.

"Iya Terimakasih teh, itu aira main kerumah


sifa".

"Oh, yasudah mak, teteh mandi dulu ya". sindi


pun meninggalkan marwah

tak lama sindi pulang, saat mak ita akan menutup


pintu dari jauh sudah terdengar suara motor
ilham pulang. saat motor sudah di parkir di
halaman rumah di lihat nya wajah ilham yang
memar, mata merah, pelipis dan sudut bibir yang
terluka.

"ilham, kamu kenapa nak?" dengan penuh


khawatir mak ita mengahampiri ilham dan
membelai wajah nya.

24
"Tidak apa-apa" ilham yang terlihat kesal dan
meninggalkan mak ita masuk ke dalam rumah
tanpa mengucapkan salam.

Tak terasa air mata mak ita sudah penuh


membasahi pipi, kalimat istighfar selalu mak ita
ucapkan, kedua tangan menyentuh dada yang
terasa sesak melihat salah satu anak nya terluka.

karakter ilham yang memang sedikit berbeda


dari saudara nya membuat mak ita merasa
khawatir terhadap masa depannya. entahkenapa
setelah Abah nya meninggal 15 tahun yang lalu
sifat nya ilham berubah. Jika karna kehilangan
sosok ayah maka semua saudra nya juga
kehilangan tapi kenapa sifat ilham yang benar-
benar berubah.

Adzan maghrib pun berkumandang, mak ita


melaksanakan kewajibannya sebagai umat
muslim begitu juga dengan ke dua anak
25
perempuan nya, bergantian untuk melakukan
sholat magrb. namun disisi lain ilham yang tak
kunjung keluar kamar memaksa mak ita untuk
mengingatkan anak nya sholat. namun tanpa
keindahan ilham tidak menjawab panggilan
marwah pun memberanikan diri untuk
memegang gagang pintu kamar.

ilham dan di lihatnya ilham sedang tidur. mak ita


pun menggoyang-goyang kan tubuh ilham
seakan membangunkan ilham.

"Is' ilham bangun, sudah magrib. Sholat dulu


terus kita makan".

"Hemm" jawaban ilham. Namun mata dan tubuh


tak ada pergerakan marwah pun meninggalkan
ilham di kamar nya dan menyiapkan makanan di
meja makan, tak lupa sayur dan lauk yang sindi
bawa pun terhidang di meja makan. seketika mak
ita melihat jam dan melihat ilham yang tak

26
kunjung keluar kamar, membuat mak ita bangkit
untuk membangunkan kembali ilham.

"Is' sudah mau isya, ayo cepetan sholat dulu"


mak ita kembali membangunkan ilham namun
kali ini tak ada jawaban. di coba nya lagi untuk
membangunkan ilham namun bukan nya bangkit
dari tidur dan bergegas sholat malah
membentakmendengar akan keributan dalam
rumah nya, suara ilham yang keras dengan
teriakan yang jelas di tujukan untuk ibu nya pun
membuat langkah arman lebih cepat.

"ilham !!" teriak arman, yang menghentikan


gerakan ilham yang mendorong mak ita seraya
mengusir mak ita dari dalam kamar nya.

Bughhh !!

Tinjuan arman pun mendarat di wajah ilham.

"Arman, jangan A'. sudah cukup ." bela mak ita


yang melindungi ilham

27
Sindi dan aira yang mendengar teriakan mak ita
pun berlari menghampiri emak nya.

membangukan emak nya dan menyingkirkan


emak nya dari perkelahian kakak nya.

Dengan deras nya air mata, dan sulitnya mak ita


dalam berbicara terus berteriak untuk
menghentikan perkelahian kedua anak nya.

"Sudah-sudah arman, ilham" teriak mak ita dan


seketika mak ita pingsan.

"Emak !!" Teriak sindi dan aira

"A' Emak Pingsan" Lanjut Sindi

Arman pun mengentikan pukulannya dan berlari


memeluk ibu nya. di goyang-goyangkan tubuh
dan di tepuk-tepuk pipi mak ita namun tak
kunjung sadar. Uwais pun membawa marwah ke
Bidan terdekat.

28
"Bagaimana buk ibu saya?" tanya uwais
khawatir

"Ibu nya tidak apa-apa, hanya kelelahan saja,


sebentar lagi juga bangun dan bisa langsung
pulang. tapi lain kali harus tetap di jaga kondisi
tubuh nya ya" jawab bidan desa

Sindi, aira dan arman pun masuk ke ruangan


tempat ibu nya tidur, arman pun menggenggam
tangan dan di lihat wajah ibu nya yang terlihat
keriput, kurus dan kusam. membuat arman sedih
karena dia tak bisa membahagiakan ibu nya.
teringatnya kejadian tadi membuat arman
bertanya kepada kedua adik nya.

"Sin, tadi kenapa A' ilham dorong-dorong emak


begitu?" tanya arman penasaran

"gak tau A', tadi sindi sama aira masih di dalam


kamar, cuma kedenger suara emak yang
bangunin A' ilham" jawab sindi

"A' ilham gak sholat" tambah aira


29
"kenapa dengan ilham, cuma karena di bangunin
sholat sampe bisa dorong emak kaya gitu, gak
takut kualat apa itu anak" Gumam arman dalam
hati

Tak menunggu lama, mak ita pun tersadar.

"Hemm, Kelapa mak sakit." lirih mak ita pelan

"Emak dimana?" Tanya mak ita sesekali


memandang sindi dan aira yang berada di
samping kanan dan kiri nya.

"Arman sama ilham?" Mak ita mengingat


perkelahian anak nya

"Ibu, tenang dulu. Ibu lagi di bidan. Uwais lagi


keluar sebentar

nanti balik lagi kata nya. A' ilham ..." sindi pun
melirik aira.

30
"A' ilham kepasar mak tadi bilng sama aira"
jawab aira dengan cepat.

"Emak gak apa-apa? mau minum?" tanya sindi


dan mengarahkan sebotol air ke mulut mak ita

"Iya, gak papa, emak mau pulang aja teh" jwab


mak ita

Dalam perjalanan pulang pun mak ita hanya


terdiam, sesekali berhenti karna masih sedikit
merasakan sakit kepala.

Tak lupa aira pun mengirim pesan kepada arman


untuk mengabarkan bahwa ibu nya sudah pulang.

Sesampainya dirumah, mak ita langsung menuju


ke tempat tidur nya, karena memang masih
sedikit pusing dan lemas di tubuhnya.

"Ibu, kita makan dulu ya?" tanya sindi

"teteh suapin ya mak" satu

31
sendok nasi dengan sayur sop mengarah ke
mulut marwah.

"sudah teh, mak gak nafsu makan" menolak


suapan sindi

"Ya sudah, minum obat nya dulu ya mak biar gak


pusing" sambil memberikan obat dan air kepada
ibu nya

Sindi dan aira masih berada di kamar ibu nya,


aira yang memijat kaki mak ita dan sindi yang
sesekali mengajak ngobrol ibu nya sehingga ibu
nya tidak bengong karena memikirkan kakak nya.

"Teh, kakak kamu kok belum pada pulang ya?"


tanya mak ita sesekali melihat jam dindin
dikamar nya

"A'uwais kan biasanya kerja mak jam segini".


jawab sindi

32
"Emak tidur aja ya, besok pagi juga A'a sudah
dirumah semua" tambah aira yang masih
terbilang anak-anak namun berfikiran dewasa.

"Iya mak tidur aja, sudah malem loh. emak juga


masih harus banyak istirahat". Kata sindi

33
BAB 4

ILHAM

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam


namun mata mak ita belum dapat terpejam.
kepala yang masih sedikit pusing, badan yang
masih sedikit lemas membuat mak ita merasa
sedih. dan juga memikirkan kedua anak laki-laki
nya yang terakhir mak ita lihat sedang berkelahi
mem* kul satu sama lain.

Pikiran mak ita yang terus tertuju pada sikap dan


sifat ilham yang berbeda membuat mak ita
tambah pusing.

"Aku salah apa Ya Allah, kenapa anak ku ilham


bisa berbuat seperti itu".

pertanyaan dalam hati dan fikiran mak ita

"bila di ingat-ingat semenja Abah nya meninggal


ilham jadi anak yang pendiam, selalu mengurung
diri. jika merasa terpukul dan sedih akan
34
kehilangan sosok ayah nya maka semua saudara
nya pun merasakan hal yang sama. namun apa
yang membuat ilham benar-benar berbeda dari
yang lain. sifat nya yang mendiam, tidak pernah
sekalipun banyak berbicara. Aku
memperlakukan semua anak ku sama, kasih
sayangku sama besar nya kepada 4 anak ku, tidak
pernah sekali pun aku membeda-bedakan
mereka.

"Lamunan marwah pun terpecahkan kerena


Arman yang memasuki kamar marwah

"Assalamualaikum, mak kok belum tidur?"


tanya arman dan mencium tangan ibu nya

"Iya, emak belum bisa tidur. Kamu dari mana


a'?" tanya mak ita

"Hemm, dari pasar mak" jawab arman.

"Sebenarnya arman tadi mencari ilham namun


tak juga ketemu, ntah kemana ilham sekarang,
namun tak mungkin arman berkata jujur takut
35
ibu nya merasa khawatir dan sakit lagi" Pikir
arman.

"Emak gk papa? gmna kepala nya masih pusing


gak? ada yang sakit gak mak?" rentetan
pertanyaan dari arman membuat mak ita
tersenyum.

"Emak, gk papa A', ya sudah emak tidur ya A',


kamu juga tidur sudah malem ya. jangan pergi
lagi"

"Iya mak, arman ke kamar ya". jawab arman dan


melangkah pergi meninggalkan kamar ibu nya

Langkah arman pun terhenti saat mendengar


pertanyaan dari ibu nya.

"A', ilham kemna ya? kok belum pulang". tanya


mak ita

Bingung akan pertanyaan mak ita, bagaimana


arman menjawabnya sehingga tidak membuat

36
emak nya kepikiran, dengan memilih kata dan
berucap santai arman menoleh kepada ibu nya.

"ilham kan malem memang gk

pernah dirumah mak, barang kali ilham kerja,


besok pagi juga udh pulang" jawab santai arman

"Iya" dengan anggukan tanda mengerti akan


ucapan arman

"yaudah gk usah di pikirin, sekarang emak tidur


ya" jawab arman lagi

Setelah arman meninggalkan kamar, mak ita pun


belum bisa memejamkan matanya. dengan tubuh
yang lemas mak ita pun turun dari tempat tidur,
jalan perlahan untuk mengambil wudhu dan
melakukan sholat.

dalam sholat nya mak ita memanjatkan doa


untuk seluruh anak-anak nya, terutama untuk
ilham.
37
ucapan-ucapan doa, dan meminta maaf kepada
sang khalik atas sifat anak nya dan atas
kesalahan-kesalahannya mak ita di masa lalu.
mak ita sadar atas kejadian ini adalah ujian bagi
dirinya dan keluarga nya.

Waktu sudah menunjukan pukul 3 pagi, dimana


mata mak ita pun terasa berat dan mencoba
merebahkan tubuh nya di atas kasur. tak terasa
mata mak ita sudah terpenjam dan masih
menggukana mukena.

3 hari berlalu.

Arman yang baru pulang dari

bekerja dan sangat lelah pun menyandarkan


tubuh nya di kursi panjang depan rumah, sesekali
mengirup aroma angin yang menandakan jika
hujan akan turun, gemuruh dan sambaran kilat
pun mulai terdengar dan terlihat.

38
mak ita yang terburu-buru lari ke depan untuk
mengangkat jemuran pun kaget, pasal nya tidak
mendengar arman pulang bekerja.

"Astaghfirullah, sudah pulang A'? kok gak


langsung masuk" tanya mak ita

"hehe iya mak, duduk disni sebentar, cape


banget". jawab arman dengan senyum yang
menunjukkan sederet gigi nya.

"yaudah, klo udh selesai nyantai nya gtu cepet


masuk, cepet mandi sebentar lagi magrib. mau
ujan juga tuh" dengan tumpukan baju di
depannya dan mak ita berjalan masuk ke dalam
rumah.

Adzan pun berkumandang. arman yang sudah


rapih, harum, mengenakan koko dan sarung nya
melangkah untuk pergi ke masjid untuk
melaksanakan sholat magrib berjamah. setelah
10 tahun terakhr, ini kali pertama arman

39
melangkahkan kaki lagi untuk melaksanakan
sholat wajib secara berjamah.

mak ita yang melihat pemandangan itu pun tak


henti henti nya mengucap hamdalah.

"Assalamualaikum" Ucap arman memasuki


rumah pulang dari masjid

"Walaikumsalam" sindi, aira dan mak ita


kompak dalam menjawab.

"Widih, udah lengkap aja di meja. masak apa ini


mak?" sambil menyomot tempe goreng di meja
makan dan menggeser kursi akan dia duduki.

"ini tadi sindi bawa tongseng ayam, jadi emak


cuma nambahin tempe sama tahu dan kerupuk
aja" jawab mak ita

"Alhamdulillah" Ucap arman

"abis gajian teh?" tanya arman sambil


menyendokkan nasi kedalam mulut

40
"belum sih a', tadi A' Angga yang beliin kata nya
buat emak sekeluarga" jawab sindi malu

"Oh, gimana kabar angga? sehat? udah lama aa'


gak ketemu sama angga.

11

"alhamdulillah sehat a', minggu katanya mau


kesni sih." jawab sindi

makan malam pun dilakukan dengan obrolan


manis di keluarga mak ita, namun wajah mak ita
tetap terlihat kurang puas meskipun kadang
tersenyum dan tertawa. arman yang menyadari
akan hal itu segera menghampiri mak ita yang
sedang menontn tv.

"Mak?" nonton apa itu

"gak tau a', asal mencet aja soalnya film yang


biasa emak tonton belum mulai" jawab mak ita

"mak, kenapa kok kaya lagi mikirin sesuatu?"


tanya arman dengan serius
41
"enggak, emak cuma kepikiran ilham, ilham
belum ada kabar a'? tanya mak ita sambil
menantap mata arman

"belum mak, di pasar juga arman sudah cari-cari


ke tempat biasa dia kerja, nongkrong, temen-
temen nya juga udah arman tanyain tapi gak pada
tau ilham kemana". jawab arman sambil
mengusap tangan ibu nya

"sudah emak jangan terlalu mikirin ya, ilham kan


sudah dewasa, arman yakin dia sudah tau apa
yang harus dia lakuin dan arman yakin dia bisa
jaga diri, tugas kita disni, tugas emak cuma doain
ilham aja biar dijaga sama Allah, dikasih
kesehatan intinya". jawab arman meyakinkan
mak ita

"iya man, tapi nama nya orang tua pasti


kepikiran dengan anak nya, apalagi anak nya gak
ada kabar begini. emak kangen sama ilham a"

42
emak ita pun tanpa sadar meneteskan air mata
nya.

arman yang mengetahui itu langsung mengelap


cairan bening di pipi ibu nya itu.

"sudah mak, jangan di pikirin ya,doain aja. klo di


pikirin terus nanti emak sakit". jawab arman

"Arman, emak salah apa ya sama ilham, kenapa


ilham bisa pergi, gak ada kabar begini". tanya
emak dengan mata yang berkaca-kaca

"emak gak salah apa-apa, percaya deh sama


arman. emak itu ibu yang hebat. mendidik semua
anak nya dengan kasih sayang. mungkin ilham
memang sedang di masa yang membangkang
mak, ingat arman yang dulu kan? arman juga
seperti itu". jawab arman penuh keyakinan

"iya, alhamdulillah emak seneng arman sekarang


sedikit-sedikit sudah berubah ya, di tingkatkan
lagi ya man, emak bangga sama arman, emak

43
seneng ngeliat arman yng sekarang" jawab mak
ita

meskipun dalam hati mak ita tetap merasa


gelisah akan ilham, tidak pernah pulang setelah
kejadian itu, tidak memberi kabar sedikit pun.

"dimana kamu sekarang ham, emak khawatir".

44
BAB 5

KEHIDUPAN ILHAM

Buughh...

Bughh...

"Jangan macam-macam di wilayah saya, jika


mau disini ikutin aturan saya" dengan kaki yang
ada di atas tubuh ilham.

"Ayo pergi" teriak per*man pasar

beberapa lelaki berkulit hitam, berwajah garang


meninggalkan ilham yang tersungkur ketanah.

"Aah, ber*ngs*k kalian, beraninya keroyok*n"


lirih ilham

saat ini ilham sedang berada di kota, dia


meninggalkan kampung nya untuk mencari
kedamaian, namun jangankan damai dengan
keadaan berbanding terbalik dari yang dia
pikirkan.

45
setiap hari ilham harus kejar setoran untuk
prem*an pasar itu. dia juga harus membayar
kosan tempat tinggal dia saat ini.

"huuhh, ini semua karena a' arman, aku benci a'


arman. emak lebih membela, mementingkan a'
arman dari pada aku." dengan penuh kebencian
ilham sesekali mengusap air yang berwarna
merah itu yang keluar dari sudut bibir nya.

Flasback on

15 tahun yang lalu setelah abah ibu dan kakak


nya, tidak pernah di pedulikan ibu nya. adik adik
nya pun lebih dekat dengan arman. apalagi aira
yang tidak mengenal sosok abah nya sangat
dekat dengan arman layak nya seorang anak dan
ayah.

Di rendahkan, tidak di pedulikan oleh ibu nya


yang membuat sifat ilham berubah, membenci
sosok kakak nya dan ibu nya.

46
Flasback off

setelah seminggu ilham meninggalkan desa,


tidak mendengar bahkan tidak memberi kabar
kepada keluarga nya di kampung, membuat
terdengar bising motor arman memasuki gang
sempit.

"Assalamualaikum" salam arman dengan


mencium tangan mak ita

"Walaikumsalam" balas mak ita

"lagi ngapain mak? sudah sore masih di luar aja."


tanya arman

"ini tadi abis lempitin cucian disini" jawab mak


ita

"yasudah arman masuk ya mak, mau mandi."


arman pergi meninggalkan mak ita

"Man??" panggil mak ita

47
"hemm, iya mak" dengan membalikan tubuh nya
arman menatap marwah

ilham

Login

"man, ilham gimna? udah ada kabar?" lagi-lagi


mak ita tanya tentang ilham

"belum mak" jawab arman singkat dan


meninggalkan mak ita

dengan nafas yang berat mak ita masuk ke dalam


rumah nya, melihat kamar ilham yang setiap hari
mak ita bersihkan namun tetap meninggalkan
aroma sang anak.

membuat mak ita menangis tersedu-sedu


memeluk segala sesuatu yang biasa di gunakan
anak nya.

"kamu kemana nak, kenapa tidak memberi kabar.


kamu sehat kan disana? makan kamu gimana?
tempat tinggal kamu dimana? maafkan emak
48
nak, cepet pulang emak kangen" dengan deraian
air mata mak ita berucap

"Mak??" panggil sindi

"Mak, kenapa nangis?"

"gak papa, emak cuma kepikiran kakak kamu


aja."

"yasudah ayo bangun, sudah mau magrib mak".

"sin, kakak kamu dimana ya? gimna kehidupan


dia saat ini. kamu tolong cari kabar kakak kamu
ya sin. emak khawatir" penuh penekanan emak
berbicara

"iya mak, sindi juga selama ini nyari kok


keberadaan aa' ilham, cuma memang belum ada
kabar nya., sabar

ya mak. insyaallah kehidupan a' ilham baik-baik


aja" jawab sindi

"aamiin" ucap mak ita

49
di lain sisi ilham yang sudah pulang dari
pekerjaan nya di proyek merebahkan dirinya di
atas kasur busa tempat tinggalnya saat ini,

"alhamdulillah, mulai besok saya gak perlu lagi


kerja di terminal, uang saya dapat harian di
proyek bisa semua saya nikmati tanpa harus di
potong sana sini, makan pun sudah tersedia jadi
tinggal membayar untuk kosan saja." ucap ilham
dengan gembira nya

sebenernya di proyek pun disedia kan tenda


untuk penampuan pekerja, namun ilham tidak
menerima tawaran itu, dia tidak bisa jika harus
tidur berhimpitan membuatnya risih dan tidak
bisa tertidur.

"besok sebelum ke proyek, aku mampir dulu ke


terminal untuk pamit ke mang dewa" gumam
ilham

50
BAB 6

LAMARAN

suara ayam sudah menggema di lingkungan


tempat tinggal arman dan keluarga. berkokok
yang berulang-ulang seperti alaram yang di
setting secara alami oleh yang maha kuasa untuk
membangunkan umat islam untuk melaksanakan
sholat wajibpukul masih menunjukkan jam 0
5.00 pagi, arman yang pulang dari masjid dan
bersiap untuk pergi ke terminal. pagi ini arman
akan menjadi kernet bis antar kota.

"Loh man, udah siap aja mau kemana?" tanya


mak ita

"Mau keterminal mak". jawab arman singkat

"Mau sarapan dulu gak, nasi udah mateng nih


tapi sayur nya belum mateng, mak gorengin telur
ya".

51
"Gak usah mak, arman buru-buru ." sambil
mengenakan sepatu

"Assalamualaikum, arman berangkat mak."

"Walaikumsalam, hati-hati man".

Arman saat ini sudah ada di kota sebelah,


meskipun dia saat ini sedang bekerja namun ada
beberapa misi bagi dia untuk mencari
ilham.meskipun arman terlihat tidak peduli
namun di dalam hati nya yang paling dalam dia
sangat menghawatir kan adiknya ilham. ilham
yang saat ini tidak tau keberadaanya dan arman
hanya mendengar dari beberapa teman ilham,
bahwa ilham akan ke kota, ntah ke kota mana
setidaknya arman akan mencari dulu di kota A.

seluruh terminal ia telusuri, menanyakan kepada


beberapa supir yang ada disana namun nihil
hasilnya tidak ada yang melihat ilham.

sedikit putus asa untuk mencari ilham, namun


jika melihat ibu nya yang terus menghawatir kan
52
ilham, arman tidak bisa diam aja melihat ibu nya
sedih.

"Pergi kemana sebenanya ilham" dengan nada


yang putus asa sambil melihat foto adiknya

"man ayo" teriak usman supir bis Lamunan


arman terpecahkan mendengar teriakan usman,
dan dia segera berlari masuk kedalam bis.

"Iya bang, jalan"

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, seperti


biasa sinta yang sudah pulang bekerja di jemput
oleh angga.

"Ayo neng" ajak angga

"iya a' sebentar, kunci pintu dulu"

sepanjang jalan merekayang pasti". ucap angga


dengan tegas

53
"kalo aa' sih terserah sinta aja, kalo sinta mau
nerima kamu sebagai suami nya ya gak papa, aa'
angga seneng denger nya."

"gimna teh? kamu mau gak nerima angga?"


tanya angga sambil menatap sinta

"a' arman? kurang tau a', soalnya tadi pagi a'


arman keterminal kerja nya. tapi aku udah bilang
sama aa' arman klo a' angga mau ke rumah hari
minggu".

"yasudah, yang penting ada emak dirumah.

"A' nganternya di depan gang aja ya, soalnya


mau kerumah meli, dia mau potong rambut
katanya.

"oh, iya neng, jangan lupa nanti malem ya".

"iya a' terimakasih ya."

angga pun meninggalkan sinta dan melanjutkan


perjalanan pulang.Suara adzan sudah terdengar

54
dibarengi suara motor arman yang baru sampai
rumah.

"Assalamualaikum" ucap arman sambil


memasuki rumah

"Walaikumsalam" ucap sinta, aira dan mak ita

"sudah pulang man, mandi dulu terus sholat


lanjut makan ya, sudah mak siapin nih"

"iya mak".

Saat sudah semua duduk di kursi makan, semua


makan dengan diam menikmati makanan yang
tersedia.

"A' arman nanti mau pergi gak?" tanya sinta


yang duduk di samping arman

"enggak teh, emang kenapa?"

"a' angga mau kesini kata nya, mau ketemu a'


arman juga"

55
"oh iya teh, nanti panggil aa' aja kalo udah
dateng"

tak lama menunggu ternyata angga sudah berada


di depan.

tokk

tokk

ttok

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" ucap sinta sambil


membukaan pintu

"masuk a' duduk dulu, aku ambil minum".

"iya neng, emak sama a' arman ada gak?"

"Ada a', nanti aku panggilin ya"

Arman dan mak ita pun duduk diruang tamu


menemui angga yang baru saja datang.
56
"apakabar A' arman, Mak?" sambil menyalami
arman dan mak ita

"Alhamdulillah baik, kamu gimna kabar nya?"


tanya arman balik

"Alhamdulillah baik juga a'"

Obrolan riang, tawa yang renyah menghiasai


ruang tamu rumah mak ita.

"A' arman, sebenarnya

Lamaran

Login

kedatangan angga kesni bukan hanya sekedar


main, tapi angga mau berbicara mengenai
hubungan angga dan sinta". ucap angga yang
sedikit gemetar karna gerogi

Arman, sinta, dan mak ita pun sedikit terkejut


mendengar ucapan angga

57
"Gimna ngga?" sambil merubah posisi dan
mendekatkan dirinya kepada angga

"angga mau ngelamar sinta a', mau nikahin sinta


nantinya".

"alhamdulillah, kamu serius sama sinta?"

"Serius a', angga mau menjalani hubungan ini


dengan ada nya ikatan yang pasti". ucap angga
dengan tegas

"kalo aa' sih terserah sinta aja, kalo sinta mau


nerima kamu sebagai suami nya ya gak papa, aa'
angga seneng denger nya."

"gimna teh? kamu mau gak nerima angga?"


tanya angga sambil menatap sinta

"Mau a', tapi a' angga gimana? kalo sinta nikah


a' arman belum nikah gimana?" tanya sinta
bingung

"ya kamu gak usah mikirin aa', pikirin kehidupan


kamu aja."
58
Emak ita yang mendengar ucapan angga
membuat mak ita sedih terharu, karena sebentar
lagi anak gadis nya akan menjadi seorang istri,
dan yang pasti meninggalkan mak ita untuk
menjalani kewajiban nya.

sinta yang melihat mak ita mengusap air mata


nya pun melihat ibu nya ternyata sedang
menangis.

"Mak? kenapa?" tanya sinta sambil memandang


wajah mak ita

"gak apa-apa teh, emak cuma terharu aja" ucap


mak ita sambil tersenyum memandang wajah
anak gadis nya

"yasudah, kalo gitu kamu kesini ajak keluarga


kamu ngga, biar kita juga kenal sama keluarga
kamu". ucap arman

"iya a' minggu depan, insyaallah saya bawa


keluarga kesini sekalian lamaran resmi nya".
jawab angga
59
"yaudah, saya masuk dulu ya lanjutin ngobrol
nya". arman meninggalkan sinta dan angga

Arman yang sedang berbaring di dalam kamar


nya, mendengar panggilan dari mak ita yang
berada di luar kamar nya "Man, kamu udah
tidur?"

"belum mak, masuk aja"

"Kenapa mak?" tanya arman

"itu sinta tadi beneran nikah duluan man? kamu


gak malu sama tetangga kalo di lengkah gitu
sama adik kamu?"

"iya mak, gak papa, lagian yang ketemu jodoh


duluan kan sinta, lagian gak baik mereka udah
kemana-mana berdua kalo gak cepet di sah in
malah jadi omongan orang mak". jawab arman

kebiasaan di kampung nya apalagi ruamh yang


hanya di halang satu tembok otomatis ucapan
cepat menyebar di kalangan orang
60
kampung.apalagi masalah pernikahan yang di
langkah seperti ini pasti akan menjadi bulanan
orang kampung.

"terus ilham gimna man? mau ngabarin nya


kemana? kamu belum dapat kabar soal ilham?
tanya mak ita

arman yang sedikit pusing, dan lelah harus


mendengar ibu nya menyebut, dan menangisi
ilham yang membuat nya tambah pusing.

"sudah lah mak, gak usah mikirin anak itu".


tanpa sadar arman mengeluarkan nada yang
tinggi

"arman udah cari kemana-mana tapi gak ada.


arman juga bingung mau cari kemana. nomer dia
gak bisa di hubungin".

"Sudah iklasin aja ilham pergi, kalo memang


masih hidup doain aja dia sehat. kalo udah
meninggal doain mayat nya cepet di bawa pulang
biar kita gk pusing cari nya".
61
mak ita yang mendengar kalimat arman
membuat butiran air keluar dari mata nya. tidak
pernah arman berbicara kasar bahkan
mengeluarkan nada yang tinggi jika berbicara
kepada ibu nya.Tanpa menjawab perkataan
arman, mak ita keluar dari kamar arman.

62
BAB 7

PESAN ILHAM

Sebulan berlalu.

Lamaran resmi sinta dan angga telah


dilaksanakan, kehadiran kedua orang tua dan
saudra angga disambut dengan baik oleh
keluarga mak ita.

sayang nya ilham belum juga pulang bahkan


memberi kabar kepada keluarganya tentang
keberadaanya saat ini.

meskipun mak ita masih sangat khawatir akan


kehilangan kontak kepada ilham, namun mak ita
percaya bahwa ilham baik-baik saja di luaran
sana.doa terus mak ita panjat kan untuk
kesehatan, kebahagiaan anak-anak nya.

"Sarapan dulu man sebelum berangkat ke pasar".


teriak mak ita dari dapur

"iya mak".
63
Pagi ini seperti biasa arman bekerja sebagai
tukang parkir di pasar. upah yang setiap hari nya
selalu di berikan kepada mak ita dan adik kecil
nya untuk sekedar jajan dan ongkos berangkat
sekolah.

"Aira udah berangkat mak?" tanya arman

"Udah man, barusan barang sifa".

"emang sepeda nya udah di benerin?" tanya


arman lagi. Kemarin setelah pulang sekolah aira
menangis karena sepeda nya yang bocor dan
membuat aira pulng sekolah menuntun sepeda
nya.

jarak rumah ke sekolah aira sekitar 6km,


lumayan jauh untuk anak berusia 15th itu.

"Mak, bulan depan kan aira ulang tahun ya,


arman mau beliin sepeda buat aira."

"emang arman punya simpanan uang?" tanya


mak ita balik
64
"kalo sekarang belum punya mak, jadi arman
bilang sama emak biar nanti uang arman mau
pegang sedikit buat simpanan arman."

"arman, dengerin omongan emak ya"

"emak gak pernah nuntut kamu untuk kasih


seluruh uang kamu ke emak, itu hasil jerih payah
kamu, upah kamu dalam bekerja, jadi nikmatin
uang itu, pergunakan dengan sebaik-baiknya.
gunakan untuk kamu beli baju, beli sepatu, untuk
kesenangan kamu. tpi ingat jangan gunain untuk
yang haram." ucap emak menasehati

"iya mak, arman cuma seneng klo hasil yang


arman peroleh bisa di gunain untuk semua
keluarga arman".

"iya alhamdulillah, terimakasih ya man. tapi


kamu juga harus senengin diri kamu sendiri.
sinta udah mau menikah, sebaik nya kamu juga
cari pasangan untuk kamu ajak nikah juga".

65
"iya mak, arman bingung nyari nya dimna,
hahaha". canda arman memecah keseriusan di
meja makan itu

"kamu jangan bercanda man, tiap hari pergi


kepasar masa iya sekian banyak orang disana gak
ada perawan atau janda yang bisa kamu nikahin".

"jangan janda dong mak, kan arman masih


perjaka masa dapet yang sudah janda"

"perawan atau janda tidak masalah menurut


emak man, yang penting perilaku, sopan santun
dan sifat dia yang sholehah sebagai wanita
muslimah".

"yaudah arman mau nyari perawan dulu lah di


pasar mak, arman berangkat ya mak"

"yaudah, hati hati man. yang jujur dalam bekerja


ya" pesan mak itaSetengah hari sudah arman
habis kan untuk bekerja di pasar. upah yang dia
dapat hari ini akan dia berikan setengah nya

66
untuk ibu nya, setngah nya lagi untuk membeli
sepeda aira.

"Ko, berapa harga sepeda ini" tanya arman pada


koko penjual sepeda

"ini murah, 300rb"

"Gak bisa kurang ko?" tawar arman

"bisa bisa, lu mau berapa?"

"100rb kalo boleh ko" dibarengi dengan tertawa

"Gi*a lu, dapet apa gw. 250rb aja kalo lu mau"

"yaudh deh ko, tapi saya DP dulu ya ko, besok


saya lunasin. sepeda nya biar taro sini dulu
sampe adek saya ulang tahun. boleh kan ko?"

"kira gw lu mau lunas bayar nya. yaudah lah sini"

Hari sudah menjelang sore arman segera


membersihkan tubuh nya karena terasa lengket.
aira yang sedang menontn tv pun terganggu

67
karena di dekati arman yang masih belum
membersihkan tubuh.

"aa' ih sana, bau matahari tau" usir aira

"gak mau, aa' mau disni dulu cape tau ra pulang


kerja".

"yaudah tapi jangan deket-deket aira dong, aa'


bau"

"hahaha, iya iya maaf. aira pulang jam berapa


tadi sekolah nya?"

"jam 3 dari sekolah a', tapi sampe rumah jam


setengah 4"

"gak rusak lagi kan sepeda nya?" tanya arman


memastikan kendaraan adik nya bisa di pakai
sampai sepeda baru nya dia lunasi.

"bisa a', tapi kata ayah nya sifa ban sepeda aira
udah tipis jadi sering banget bocor terus aira
harus hati-hati bawa sepeda kalo lagi ujan karena
bisa kepeleset". jawab aira dengan polos
68
"aira mau sepeda baru?" tanya arman

"ya mau lah a'". dengan semangat aira menjawab

"tapi emang aa' punya duit? gak beli sepeda baru


juga gak papa kok a'. nanti kalo ban nya bocor
lagi aira bisa boncengan dengan sifa".

Aira memang anak yang cerdas, baik dan


mengerti dengan segala kondisi keluarganya.
selama ini aira tidak pernah meminta hanya
untuk kesenangannya pribadi. Meskipun dia
membutuhkan tapi dia lebih memilih untuk
mementingkan kebutuhan yang lainnya.

Aira terlahir tanpa seorang ayah, saat abah nya


meninggal, aira masih berada di dalam perut mak
ita. sehingga dia tidak mengenal sosok abah nya,
hanya foto yang dapat dia lihat seperti apa wajah
abah kandung nya.

Sehingga Arman yang dari dulu dan sampai saat


ini dianggap nya seorang ayah, tumpuan saat dia
sedang sedih.
69
"doain aa' punya rejeki ya Ra, biar aa' bisa beliin
aira sepeda baru" sambil mengusap lembut
kepada aira.

"yaudah aa' mandi dulu" pergi meninggalkan


aira

"Assalamualaikum" sapa sinta baru pulang dari


kerja

"walaikumsalam" jawab aira

"emak kemana Ra?"

"Kewarung teh"

Saat ini semua anggota keluarga

mak ita sedang duduk santai di ruang TV, kecuali


ilham yang masih belum meninggalkan
kabar.Tawa canda menghiasi malam itu, penuh
dengan kehangatan.

namun jauh di luar sana ilham menyendiri bagai


orang sebatang kara tanpa keluarga di dunia ini.

70
"punya hp baru buat apa kalo gak di pake"
gumam ilham yang terus menggeser layar posel
baru nya

bulan ini ilham gajian, uang gajian dia


peruntukkan untuk membeli ponsel baru, karena
ponsel lama dia jual untuk pergi ke ibu kota ini.

"kaya nya nomer sinta masih ke save deh" sambil


mengetik nama adik nya

"aku chat apa aku telfon ya".

ilham sangat bingung dengan kondisi nya saat ini

Dia sebenarnya rindu akan keluarga nya dan


adik-adiknya, namun dia sangat besar gengsi
untuk memulai menghubungi merka.

akhirnya ilham memberanikan diri untuk


menghungi sinta.

"assalamualaikum, sinta ini aa' ilham. kalian


semua apakabar? jangan bilang emak atau a'
arman kalo a' ilham hubungin kamu ya" isi pesan
71
ilham kepada sinta yang sedang duduk bersama
anggota keluarga yang lainnya tampak terkejut
mendapat pesan dari ilham.saat dia akan bicara
kepada ibu nya namun dia membaca kalimat
terakhir pada teks untuk tidak bilang kepada ibu
dan kakak nya.Arman yang mengetahui adik nya
terlihat bingung tanpa segan bertanya kepada
sinta

"Kenapa sin?" tanya arman

"eh, gak papa a'. sinta masuk dulu ya udah


ngantuk" sinta pergi ke kamar bukan untuk tidur
melainkan menghubungi ilham. menanyakan
maksud dari pesan nya.

72
BAB 8

TANGIS AIRA

Matahari sudah terbit, semua orang sudah


berbondong-bondong bersiap pergi kerja.

ilham yang telah siap melangkah kan kaki keluar


rumah terpaksa terhenti karena tetangga nya
yang berteriak meminta tolong.

"Mas, tolong doang dobrakin pintu kamar anak


saya". kata ibu siti

"lah, emang kenapa buk?" tanya ilham

"anak saya dari kemarin tidak keluar kamar sama


sekali, saya bingung". dengan raut wajah sedih
ilham yang bingung dan sesekali dia melihat jam
pun akhir nya terpaksa untuk menolong tetangga
nya terlebih dulu.

Setelah kurang lebih 20 menit ilham berhasil


mendobrak pintu yang hanya terbuat dari papan

73
triplek itu, sehingga tidak membutuhkan waktu
dan tetangga yang ekstra.

Tanpa melihat apa yang terjadi di dalam kamar


itu, ilham pamit dan pergi bekerja.

"Saya permisi ya bu, sudah siang"

"terimakasih ya mas"

Dalam perjalanan ilham terus khawatir akan


kemarahan atas nya, sebab sedari tadi ilham
menelfon belum ada jawaban dari pengawas
lapangannya itu.

Sesampainya di lokasi kontruksi ilham cepat


mengambil dan memakai seragam kerja nya,
tidak lupa alat yang akan dia gunakan untuk
bekerja.

"Mas, kemana pak herman?" tanya ilham pada


salah satu pekerja disana

"kaya nya belum datang mas, belum liat juga


saya dari tadi".
74
"alhamdulillah" jawab ilham

"kenapa mas?"

"eh gak papa pak" jawab ilham dengan senyum

Login

Pukul sudah menunjukkan jam 0 9.00 siang,


arman yang baru tiba di pasar dan sedang
membariskan motor yang memenuhi jalan
terkejut karena wanita yang sudah lama tidak dia
lihat sedang berdiri di belakng nya.

"Astagfirullah" ucap arman

"kenapa a'?" tanya amel

"gak papa, saya kaget ada malaikat di belakang


saya" dengan senyum arman menjawab

"malaikat pencabut nyawa maksudnya?" dengan


bibir sedikit maju, dan tangan di lipat di dada

"hahaha, masa cantik gini malaikat pencabut


nyawa" jawab arman
75
"hemm" dengan wajah sedikit senyum dan pipi
yang agak memerah karena malu

"kamu apa kabar?" tanya arman memecah


suasana

"baik a', aa' apa kabar? udah lama gak keliatan"


tanya amel balik

"masa sih? kamu kali yang udah jarang kepasar"

"saya kepasar terus a' tiap hari, tapi gak pernah


tuh ngeliat aa' di parkiran" jawab amel

"oh jadi selama ini kamu perhatian ke saya, nyari


saya ya di pasar" dengan senggolan sikut arman
lakukan ke tangan amel

"eh ya gak gitu a' " jawab amel cepat dengan


wajah yang malu

"hahaha, kamu udah mau pulang

?" tanya arman

"iya a', udah selesai belanja nya".jawab amel


76
"hati-hati ya"

amel pun memberi uang parkir kepada arman

"gak usah mel, di ganti nomer telfon aja kalo


boleh".

"boleh a', sebentar" amel pun mengambil pulpen


dan selembar kertas dari dalam tas nya

"makasih ya mel".

"telfon a', jangan di save doang" goda amel

"haha oke oke, hati hati ya pulang nya".

Setelah malam hari arman pulang kerja, dengan


wajah yang gembira karena telah bertukar nomer
dengan amel. namun berbeda dengan aira yang
tampak sedih.

Arman yang menyadari hal itu pun mendekati


adik nya.

"loh, aira kenapa? kok muka nya begitu?" tanya


arman
77
"gak papa a'," jawab aira singkat

"emak, teh sindi kemana? kok sepi banget. biasa


nya hari gini semua udah kumpul di meja
makan".

"emak lagi masak, teh sindi belum pulang"


jawab aira singkat

"cerita atuh Ra, kenapa?"

"gak papa a', " aira pun kesal dan masuk ke


dalam kamar

"Mak, Mak" panggil arman dan mencari di dapur

"iya man, kenapa sih teriak-teriak" jawab mak ita

"itu aira kenapa mak, kok muka nya sedih banget


arman liat".

"gak tau man, tadi pulang sekolah nangis, emak


tanyain malah pergi ke kamar gak jawab apa-
apa".

"emak tanyain lagi lah" jawab arman


78
"biarin dulu aja man, biar tenang dulu" jawab
singkat mak ita

"yaudah klo gitu arman mau mandi dulu" arman


pun meninggalkan mak ita Di dalam kamar
arman terus memikirkan aira yang tidak biasa
berwajah murung, biasanya aira sangat semangat,
ceria, jarang sekali arman melihat adik bungsu
nya itu murung.

"Apa karena sepeda lagi ya" pikir arman

Arman pun segera mengambil benda pipih nya


itu untuk menghubungi seseorang.

"mak arman keluar dulu sebentar" ucap arman


dari kejauhan

"kemana lagi man?" teriak mak ita dari dapur

"bukannya makan dulu malah langsung pergi


lagi aja, padahal Di dalam kamar arman terus
memikirkan aira yang tidak biasa berwajah
79
murung, biasanya aira sangat semangat, ceria,
jarang sekali arman melihat adik bungsu nya itu
murung.

"Apa karena sepeda lagi ya" pikir armano

Arman pun segera mengambil benda pipih nya


itu untuk menghubungi seseorang.

"mak arman keluar dulu sebentar" ucap arman


dari kejauhan

"kemana lagi man?" teriak mak ita dari dapur

"bukannya makan dulu malah langsung pergi


lagi aja, padahal barusan sampe rumah" gumam
mak ita

Tidak lama dari kepergian arman sinta pun


datang dan membawa roti bakar kesukaan aira.

"Assalamualaikum, Ra?"

"Walaikumsalam, udah pulang sin. dari mana aja


kok sampe malem?" tanya mak ita

80
"dari beli beberapa barng untuk nikahan mak,
kata a' angga barang-barang seserahan mau di
cicil beli nya biar gak kerasa" Aira Kemana
mak?" tanya sinta

"Aira di kamar"

"yaudah sinta mau mandi dulu ya mak, lengket


badan nya"

seteleh beberapa saat, sinta dan mak ita yang


tengah duduk di ruang Tv dengan menyaksikan
acara kesukaan nya pun tampak terkejut karna
arman masuk rumah tidak

memberi salam dan diam-diam.

"Mak, aira kemana?"

masuk lagi ke kamar. kamu masuk rumah gak


salam, gak kedngeran masuk nya udah kaya
maling aja". jawab mak ita

"kirain arman aira ada di sini, mau kasih kejutan".

81
"kasih kejutan" mak ita dan sinta saling pandang

"arman beliin ini mak buat aira"

"teh, panggil gih aira nya kesini" ucap arman

aira dan sinta pun tengah kembali ke ruang tv,


arman yang melihat mata sembab aira merasa
sedih karena adik bungsu nya seperti habis
menguras air mata.

"Ra, kamu kenapa sih, sakit ya?"

"aira di kamar, abis makan masuk lagi ke kamar.


kamu masuk rumah gak salam, gak kedngeran
masuk nya udah kaya maling aja". jawab mak ita

"kirain arman aira ada di sini, mau kasih kejutan".

"kasih kejutan" mak ita dan sinta saling pandang

"arman beliin ini mak buat aira"

"teh, panggil gih aira nya kesini" ucap arman

82
aira dan sinta pun tengah kembali ke ruang tv,
arman yang melihat mata sembab aira merasa
sedih karena adik bungsu nya seperti habis
menguras air mata.

"Ra, kamu kenapa sih, sakit ya?"

tanya arman

"enggak kok a'. "

"Ra, aa' punya sesuatu buat aira".

"sesuatu apa a'." dengan wajah yang masih datar

"Sepeda buat aira?" tanya aira

"iya sepeda buat aira, seneng gak ?" tanya arman


tampak antusias

"Seneng a', makasih ya" dengan wajah yang


senyum Meskipun aira terlihat senyum, senang
namun kebahagiaan aira masih belum arman
dapat kan. dengan melihat wajah aira saat ini

83
arman masih bertanya-tanya tentang adik bungsu
nya itu.

"Ra, kenapa masih keliatan sedih?" tanya arman

"Aira gak kenapa-kenapa a'." namun tanpa sadar


aira menetes kan air mata

Mak ita yang duduk di sebelah aira langsung


merangkul dan memeluk tubuh kecil aira.

"Aira kenpa?, bisa cerita ke emak, teteh atau a'


arman disni". mak ita meyakinkan aira

"Aira sedih mak" dengan tatapan yang dalam


menusuk hati mak ita membuat mak ita pun ikut
sedih

"Mak, kenapa abah pergi nya cepet banget? aira


belum kenal abah, aira belum pernah di gendong
abah, aira belum pernah..."

belum selesai aira berbicara sudah di dekap oleh


arman.

84
arman sangat merasakan kesedihan adik nya itu.

"Ra, ada aa' disni, dari abah meninggal aa' udah


bilang sama emak kalo aa' akan menggantikan
posisi abah di keluarga kita" ucap arman
meyakinkan

"Tapi aa' arman beda sama abah, abah itu ayah,


aa' arman itu kakak. mau gimna pun abah sama
aa' itu beda" ucap aira dengan lantang sesekali
mengusap air matanya "Aira, dengerin emak.
jodoh, rejeki dan maut itu hanya Allah yang tau.
kalo emak boleh milih emak juga gak mau
kehilangan abah. kalo ada abah, emak gak
sendirian, aa arman bisa lanjutin sekolah nya
sampe selesai, teh sinta juga bisa sekolah sampe
sarjana, a' ilham juga gak bakal pergi dari rumah.
tapi semua itu hanya Allah yang bisa
mengaturnya, kita umat nya hanya bisa
menjalankan segala ketetapan dari Allah.
menjalani dengan iklas dan sabar". ucap mak ita
dengan suara yang gemetar menahan tangis.
85
"Aira bisa ceritain kenapa aira tiba-tiba bersikap
kaya gini?" tanya sindi

"Aira di ejek temen-temen teh kata nya aira gak


punya bapak" jawab aira dengan isak tangis"

arman, mak ita dan sindi hanya menahan amarah,


menarik nafas dengan dalam karna dada terasa
sesak

mendengar ucapan aira

"Sabar ya Ra, teteh ngerti apa yang aira rasain,


saat abah meninggal dulu teteh juga masih kecil
jadi ingatan tentang abah hampir hilang, tapi
percaya deh sama teteh abah sayang sama kita
semua. tapi Allah lebih sayang sama abah karena
nya abah di panggil duluan buat pulang" ucap
sindi sesekali mengusap air mata nya

"kita yang hidup hanya sedang menunggu giliran,


gak tua gak muda kita semua akan di panggil
oleh Allah, jadi emak harap kalian semua jadi

86
anak yang sholeh sholehah biar kita nanti bisa
berkumpul lagi di hari akhir" tambah mak ita.

Arman yang tidak kuat melihat ibu, dan kedua


adik nya menangis memilih pergi meninggalkan
rumah, bukan karena dia tidak peduli melaikan
dia tidak bisa melihat keluarga nya menangis
meski tangisan kebahagiaan.

87
BAB 9

3 Hari telah berlalu, sejak tangisan aira yang


benar-benar membuat seluruh keluarganya ikut
merasakan perih hati nya aira. Hari ini aira sudah
bisa menerima kenyataan hidupnya, tumbuh
hanya dengan seorang ibu dan 3 kakak nya.

Pagi ini senyum aira sudah sempurna menghiasi


wajah cantik nya. Senyum yang dari dulu selalu
di rindukan oleh keluarga nya.

"Sarapan dulu dek" ucap mak ita setelah melihat


aira keluar dari kamar memakai seragam sekolah
nya

"Iya mak" jawab aira Saat ini sindi, aira dan juga
arman sedang sarapan bersama di meja makan,
kebiasaan yang dari dulu selalu di lakukan.

"A', nanti sindi mau ngomong sesuatu sama aa'."


bisik sindi yang saat ini duduk di samping arman

88
"nanti sindi berangkat bareng aa' ya" ucap sindi
lagi

Arman yang tampak bingung dan penasaran


dengan bisikan sindi tadi pun hanya
mengangguk tanda setuju.

"Aa', makasih ya udah beliin aira sepeda, aira


suka banget sama sepeda nya" dengan senyum
yang mengembang di wajah aira

"sama-sama, hati-hati ya kalo berangkat sekolah.


kalo ada apa-apa di sekolah langsung hubungin
aa' aja ya Ra" jawab arman

"iya a', aira berangkat dulu ya udh di tungguin


sifa di depan. Assalamualaikum" sambil
mencium tangan kedua kakak nya

"Mak aira berangkat, assalamualaikum" teriak


aira dari kejauhan

Setelah aira berangkat, sindi dan arman pun ikut


berangkat bekerja.
89
"Ayo a'," ajak sindi

"sin, kenapa gak ngomong di sini aja" tanya


arman

"jangan a', nanti ke denger emak" bisik sindi


"hah, emang ada apa sih" batin arman

Mereka berdua pun pamit kepada mak ita untuk


berangkat bekerja.

"Buruan cerita deh sin, jangan buat aa' penasaran,


kenapa emak juga gak boleh tau" tanya arman

"a' ilham hubungin sindi, dan sindi bingung a'."

"kapan hubungin kamu? terus kamu bingung


kenapa?"

"beberapa hari yang lalu a', a' ilham chat sindi


bilang kalo a' ilham baik-baik aja di sana dan
jangan bilang emak atau a' arman. jadi sindi
bingung harus ngomong atau enggk, tapi sindi
fikir gak ada salah nya kalo bilang ke a' arman
dulu".
90
"minta nomer nya sin, kirim ke aa' ya"

"aa' mau ngapain? mau hubungin a' ilham?"

"iya" jawab arman singkat

"jangan dulu kali a', kalo dia ganti nomer lagi


terus gak ngehubungin kita gimna. sindi juga
pengen besok pas sindi nikah a' ilham datang"

"iya, tapi apa maksud dia a' arman sama emak


gak boleh tau, dia gak ngerti apa b*doh sih. emak
tiap malem nangis mikirin dia, a' arman yang
udah cape pontang panting sana sini nyari dia.
seenak nya dia bilang kaya gitu" seketika arman
berhenti di pinggir jalan

"udah-udah a', jangan marah-marah disni, gak


enak di liat orang lewat kan"

"aa' mau tanya alasan dia ngomong kaya gitu.


kalo dia benci sama aa' wajar. tapi kalo dia benci
juga sama emak itu nama nya kur*ng aj*r. masuk
lagi aja dia ke perut emak. Percuma kalo
91
ngelahirin anak kaya gitu" jawab arman penuh
kesal

"udah luk, sambil jalan lagi ngobrolnya biar kita


gak kesiangan" ucap sindi

"kemarin sindi udah tanya sama a' ilham tekait


ucapannya, tapi a' ilham gak ngasih jawaban apa-
apa." lanjut sindi

"kamu tau sekrang dia ada di mana?" tanya


arman penuh sidik

"di ibu kota kata nya a'." jawab

sinta

"daerah mana gitu? kan luas ibu kota"

"gak tau a' sindi lupa tanya, mau lanjutin ngobrol


aira masuk kamar jadi telfon sindi matiin"

"yaudah kamu tanya-tanya dulu sama ilham,


alamat, pekerjaan, sama alasan dia ngomong

92
kaya gitu kenapa" ucap arman sebelum sindi
memulai pekerjaannya.

"iya a', yaudah aa' hati-hati ya" jawab sindi


menyudahi obrolan dengan arman

Di sisi lain, sejak bantuan ilham terhadap


tetangga nya itu menjadikan ilham mendapatkan
keluarga baru di tanah rantau itu. keluarga itu
selalu berbagi makanan untuk ilham, apalgi saat
ilham sedang libur bekerja, sesekali ilham di
undang hanya untuk makan bersama.

"Terimakasih makanannya mba" ucap ilham


pada seorang wanita yang selalu tertunduk jika
bertemu depan ilham

"Sama-sama, selamat menikmati" jawab Vina.

Vina adalah anak tetangga ilham yang saat itu


sempat mengurung diri di kamar nya. ilham yang
hampir telat karena membatu ibu nya untuk
membuka pintu kamar vina. sampai saat ini

93
ilham tidak bertanya mengenai kejadian itu.
meskipun setiap hari merka bertemu.

"Mba, malem minggu besok ada acara gak?"


ilham pun memberanikan diri untuk
menga"Hemm, tidak ada mas" jawab vina
tampak malu

"Malem minggu kita ke alun-alun yuk, mau


gak?" ajak ilham

"Boleh, tapi izin ibu dulu ya mas" jawab vina

"oke, bisa di atur kalo itu"jak vina pergi Ilham


yang sedang menikmati makanan itu pun
mendengar dering ponsel nya yng berbunyi.

"Sinta" nama yang tertera di layar ponsel ilham

"Haloo" sama ilham

"Assalamualaikum a', apakabar?" tanya sinta


mengawali telfon pagi itu

94
"Walaikumsalam, kabar baik sin. Kenapa? pagi-
pagi udah nelfon" jawab ilham yang terlihat cuek

Sejak telfon yang terputus saat itu, belum sempat


lagi mereka berkirim pesan dan kabar, sampai
akhirnya sinta yang menghubungi ilham terlebih
dulu.ilham yang sedang bersiap-siap berangkat
kerja pun akhir nya menyudahi obrolan dengan
sinta.

"sin, aa mau berangkat kerja dulu. nanti kita


sambung lagi ya". ucap ilham

"a' tunggu, sinta belum selesai ngobrol nya udah


mau di tutup aja".

"iya nanti kita telfonan lagi kalo aa udah pulang


kerja, kan sekarang aa mau kerja. kamu ngerti
ya"

"yaudah, nanti melam sinta telfon lagi ya a'."


jawab sinta

95
"padahal aku belum tanya apa-apa sama a' ilham
terkait masalah dia. nanti melm aku telfon lagi
deh" gumam sinta sambil mengantongi ponsel
nya

Hari pun sudah malam, semua anak-anak mak ita


sudah pulang dari kerja nya.

"mak, sinta mau ke rumah anggun dulu ya"

"jangan pulang malem-malem ya sin" jawab mak


ita yang sedang menontn acara kesukaannya

Saat akan membuka pintu, arman menarik


lengan sinta.

jawab sinta

"huuuhh" arman pun menghembuskan nafas


dengan kasar

Di sebrang sana, ilham yang sedang memainkan


ponsel nya terpaksa terhenti karena adanya
panggilan masuk dari sinta.

96
"Assalamualaikum, a' ilham"

"Walaikumsalam" jawab ilham

obrolan basa basi pun mengawali panggilan


telfon malam itu, tanpa menunggu lagi sinta
yang sangat penasaran tentang alasan dari ilham
pun memberanikan diri untuk bertanya.

"A', sinta mau tanya sesuatu boleh?""gimana


ilham?" tanya arman berbisik

"belum telfon lagi a', nanti sinta kasih tau kalo


udah ada jawaban"

."tanya apa sin?" jawab ilham tampak bingung

"sinta kenapa gak boleh ngasih tau emak, dan a'


arman tentang kabar a' ilham?"

"A', sejak aa' pergi dari rumah, emak sering


nangis mikirin aa' ilham. sinta pernah pulang
kerja ngeliat emak nangis di kamar aa'. a' arman
juga selalu cari aa' ilham kesana kesini. kita
semua disini kangen sama a' ilham, apalagi emak
97
yang selalu desak a' arman dan sinta buat cari a'
ilham". lanjut sinta karena ilham tak menjawab
pertanyaan sinta

"aa' gak tau mau ngomong apa sin, aa' cuma


sedang kecewa aja sama a' arman dan emak"
jawab ilham yang tampak lemas

"kecewa sama emak kenapa a'? emang emak


buat salah gimna sama aa' sampe aa' kecewa
kaya gini" tanya sinta penuh sidik

"udah lah sin, suatu saat nanti aa' pasti pulang


kok"

"terus sekarang aa' dimna?" tanya sinta lagi

terdengar dari kejauhan suara wanita mengucap


salam

"itu siapa a'?"

"udah dulu ya sin, assalamualaikum" ilham


menghentikan obrolan kali ini

98
"selalu saja matiin telfon sebelah pihak, terus
tadi siapa ya kok ada perempuan ngucap salam
manggil nama aa'. masa aa' ilham udah nikah
tanpa ngasih kabar ke kita..." gumam sinta yang
tidak terima ilham mematikan telfon terlebih
dulu.

99
BAB 10

POV ILHAM

"Assalamualaikum" ucap salam dari seseorang


di luar rumah

"Walaikumsalam, eh vina, ada apa? Tanya ku

" ini ada kue dari ibu mas"

"Waah terimakasih ya, mau masuk dulu?

" gak usah mas, langsung pulang aja"

Tidak lama vina meninggalkan tempat tinggal ku,


dan aku pun di kejutkan dengan kedatangan pak
tejo pemilik rumah tempat tinggal ilham

"Assalamualaikum" ucap pak tejo

"Walaikumsalam" jawab ku

"Sudah pulang kerja mas?" tanya pak tejo


berbasa basi

"Iya pak sudah, silahkan masuk pak"


100
"Sebentar saya ambil minum dulu"

"Ini silahkan di minum sama di cicipi, tadi dapet


kiriman dari buk ani" ucap ku memecah suasana
malem ini

"Iya iya, terimakasih. Udah banyak kenal sama


tetangga sini ya mas?" tanya pak tejo "Iya pak
lumayan, sudah lebih dari sebulan saya tinggal
disini jadi sedikit bnyak yang kenal"

"Oh, gini kedatangan saya kali ini bermaksud


untuk membicarakan kontrakan ini mas"

"Kenapa pak? Mau di naikin harga nya ya pak"


ilham yang sedikit terkjut karna ucapan pak tejo
pun merubah posisi duduk nya menjadi agak
lebih fokus mendengarkan.

"Iya mau sedikit di naikin tapi kontrkan nya mau


saya bangun dulu mas"

"Loh jadi saya gimna pak" ilham tampak


bingung dengan nasib diri nya
101
"Iya maka dari itu saya datang kesini,
pembangunan nya masih bulan depan kok mas,
jadi mas ilham bisa cari kontrakan baru dulu atau
tempat singgah sementara kalo memang nanti
mau ngontrak disni lagi" ucap pak tejo
menjelaskan

"Oh iya pak, di dekat sini kira-kira ada kontrakan


lagi ga ya pak" tanya ilham

Bagaimana pun dia menyukai lingkungan tempat


tinggal nya saat ini, terlebih buk ani yang sangat
baik selalu mengantarkan makanan untuk nya.

"Kaya nya ada tapi di depan jalan sana,


kontrakan punya hj sulam"

"Oh iya saya pernh datang kesana dulu sebelum


memilih yang disni pak, dulu sih disana penuh,
coba besok saya tanya tanya lagi pak".

" yasudah kalo begtu saya pamit ya mas, maaf


merepotkan dan terimakasih suguhannya"

102
"Iya pak, hati-hati"

Pagi hari ponsel ilham pun berdering panggilan


masuk dari Vina, tanpa pikir panjang ilham yang
baru sadar akan tidur nya, mengangkat panggilan
itu.

"Assalamualaikum, vin?" dengan suara yang


berat aku mengucap salam

"Walaikumsalam mas, baru bangun ya"

"Hehe iya vin, ada apa?

"Pagi ini ada bapak dirumah, dan kata ibu mas


ilham kalo mau sarapan kesini aja bareng-
bareng" ucap vina

"Oh bapak kamu udh pulang, iya deh nanti saya


siap siap dulu sekalian

berangkat kerja dari sana"

Setelah kejadian itu saat bapak nya vina ada


dirumah aku selalu di ajak makan bersama

103
dirumah nya. Tpi jika bapak nya tidak ada, maka
vina atau bu ani yang terkadang mengantarkan
makanan ke kontrakan ku.

Setelah bersiap siap, aku pun melangkahkan kaki


ke rumah vina, jarak rumah yang hanya berjarak
4 rumah dari tempat tinggal ku.

"Assalamualaikum" sapa ku saat memasuki


rumah vina, rumah yang sengaja pintu di buka
dengan lebar memudahkan orang untk masuk
dan langsung melihat isi rumah itu

"Walaikumsalam, masuk mas" ucap vina yang


keluar dari kamar nya

"Sini ham, duduk makan dulu" ucap bapak vina


setelah melihat kedatanganku

"Iya pak, terimakasih sebelum nya, saya terus


terusan dikasih makan sama keluarga bapak,
padahal saya gak pernah ngasih apa apa ke
keluarga bapak"

104
"Sama sama ham, lagian emang kita sebagai
sesama manusia harus memberi dulu baru di beri?
Kan tidak. Selagi kita punya rejeki yang cukup
kita di wajibkan untk memberi atau sedekah, biar
rejeki kita juga lancar ham" nasehat bapak vina
yang selama ini tidak penah aku dapatkan setelah
kepergian abah.

"Ham, nanti malem pulang kerja kerumah


mumpung bapak masih libur kerja, bapak mau
ngobrol ngobrol sama kamu" ucap bapak vina

"Iya pak InsyaAllah"

Kami pun melanjutkan makanan dengan tenang,


sesekali melirik ke semua anggota keluarga ini.
Rindu sekali rasa nya berkumpul bersama
keluarga di meja makan seperti ini.

Tak terasa hari sudah malam, sesuai janji dari


bapak vina bahwa aku akan mengunjungi rumah
nya.

105
Sebelum ke rumah vina, aku menyempatkan diri
untuk membeli martabak manis, setidaknya
meskipun tidak banyak yang di bawa aku akan
menghormati keluarga mereka karna selama ini
aku selalu di beri, jadi aku pun akan memberi.

"Assalamualaikum" ucap ilham ketika sampai di


teras rumah vina

"Walaikumsalam" jawab vina ketika membuka


pintu rumah dan aku pun memberikan
bungkusan plastik itu

"Masuk mas, sebentar aku panggil bapak dulu di


dalam".

Aku pun duduk di sofa ruang tamu rumah vina,


mengedarkan pandangan ke segala arah.

Melihat barisan foto yang menggantung di


dinding ruangan itu.

" imut juga vina waktu kecil" sambil tersenyum


aku berkata dalam hati Tak butuh waktu untuk
106
menunggu, bapak vina pun menghampiri ku
yang tengah santai duduk di atas kursi yang
empuk itu.

"Gimana ham kerjaan kamu di proyek sana"


tanya bapak vina

"Alhmdulillah pak, temen temannya baik, bos


nya juga baik, jdi nyaman kerja nya"

"Terus kalo tinggal di lingkungan sini nyaman


juga gak?"

"Nyaman banget pak, apalagi dapet makam grtis


terus dari ibu" jawab ku sambil cengengesan

"Tapi bulan depan kaya nya aku pindah pak, ini


lagi cari cari kontrakan baru"

"Loh kenapa pindah, katanya nyaman di


lingkungan sini" tanya bapak vina dengan
penasaran

"Iya kontrakannya mau di renovasi pak jadi


disuruh kosongin
107
dulu bulan depan" jelasku

"Di belakang ada ruangan kosong, kalo sekarang


di pake buat dulu bulan depan" jelasku

"Di belakang ada ruangan kosong, kalo sekarang


di pake buat gudang, tapi kalo kamu mau bisa di
bersihkan untuk kamu tempati"

"Aah tidak usah pak, takut timbul fitnah apalgi


bapak jarang di rumah" ucapku

"Ya kalo gitu jangan di buat fitnah ham"

"Maksud bapak gimna" tanya ku

"Bapak percaya sama kamu ham, kamu orang


yang baik, yang bisa menjaga vina, vina anak
bapak satu satu nya jadi bapak gak mau juga
pasti salah pilih"

"Emang vina mau sama saya pak, saya dari


kampung dan saya juga bukan lulusan tinggi
kaya vina pak"

108
"Gak masalah untuk saya, yang penting kamu
mau bekerja keras untuk keluarga kamu, dan
kamu bisa menghargai vina istri kamu nanti nya

"Vin, sini sebentar" panggil bapak

Setelah vina keluar dari kamar dan langsung di


suruh duduk di samping bapak dan ibu juga ikut
nimbrung duduk di sebelah vina.

"Kamu mau gak nikah sama ilham"tanya bapak

"hah" vina yang terkejut dan tampak bengong


sambil melihat ke arah ku dan juga ibu nya

"Gimana vin?" tanya bapak lagi

Hanya anggukan kepala dan senyum yang


menjawab pertanyaan bapak.

"Pake mulut jawab nya biar ilham denger" ucap


bapak lagi

"Iya pak, mau" ucap vina tampak malu

109
Aku yang mendengar jawaban vina pun hanya
tersenyum dan memandangnya, selama ini aku
malu untuk memandang wajah vina dengan
waktu yang lama, namun malam ini aku
memandanya dengan intens.

"Yaudah, ilham. Kamu bawa keluarga kamu


kesni ya, biar bapak juga bisa kenal sama
keluarga kamu"

Setelah panjang kali lebar kami ngobrol, aku pun


pulang ke kontrakan dan dengan sedikit bingung
pada siapa aku meminta keluarga ku untuk
datang

110
BAB 11

PERNIKAHAN ILHAM

Ilham baru bangun tidur, semalaman suntuk


mengobrol dengan Bapak vina, yang secepat
mungkin menjadi bapak mertua nya.

Teringat dengan permintaan Bapak vina bahwa


ingin mengenal keluarga ilham.

Pada siapa dia meminta bantuan, apakah a'


arman mau datang ke kesini, pikirnya.

"Sebaiknya aku menelfon sindi dulu deh" ucap


ilham Tidak lama panggilan pun terhubung.

"Hallo sin" ucap ilham

"Iya a', kenapa?" terdengar suara sindi yang


berbisik

"Kamu kenapa bisik-bisik gitu ngomong nya?"


tanya ilham

111
"Aku masih dirumah a', ada emak di depan"
jawabnya

"aa' mau ngomong sama emak sin"

sindi pun terkejut mendengar ucapan ilham,


pasalnya kemarin dia melarang sindi untuk tidak
berkata pada siapa siapa tentang ilham, namun
saat ini ilham sendiri yang meminta untuk
berbicara pada orang tua nya.

"Sebentar a'."

"Mak, ini ada yang mau ngomong sama emak"


Ucap sindi yang terdengar dari balik telfon oleh
ilham

"Siapa?" tanya emak

"Haloo, siapa ini" ucap emak

Ilham tak dapat membendung rasa rindu kepada


ibu nya, seberapa besar benci nya dia terhadap
emak ita namun lebih besar rasa sayang untuk ke
emak nya.
112
"Haloo mak, ini ilham" ucap ilham

"Ilham anak emak?" tanya nya

lagi

"Iya emak, emak apa kabar?"

tanya ilham

"Alhamdulillah ilham, emak baik, kamu gimana


kabar nya? kamu dimana sekarang nak?" tanya
emak dengan suara yang menahan tangis.

setelah banyak mengobrol dengan emak, ilham


pun memutuskan sambungan telfon karena ingin
berangkat bekerja.

"Mak, nanti lagi ngobrolnya ya,

ilham mau berangkat kerja dulu" ucap ilham

"Iya a', hati hati nya kerja nya. nanti telfon emak
lagi kalo gak sibuk" dia makan.

Login

113
"Gimana keputusannya? Kamu ikut ya"

"Hemm, ya udh deh mak arman ikut temenin


emak. Lusa kita berangkat dari subuh biar
kebagian tempat duduk" ucap arman

Mak ita yang mendengar nya pun sangat senang,


dengan wajah yang tersenyum gembira.

"Emak seneng?" tanya arman lagi

"Iya, makasih ya man" ucap emak ita

"Yaudah arman berangkat dulu sudah agak siang,


nanti malem kita bahas lagi keberangkatan kita
ibu"

114
BAB 12

Hari sudah semakin senja, arman kembali


kerumah tak lupa dia membeli beberapa setel
baju untuk diri nya dan dres panjang untuk ibu
nya.

Persiapan untuk pernikahan ilham.

"Lumayan lah, setidak nya tidak malu maluin


ilham disana nanti" gumam arman

Sesampainya dirumah, mak ita yang seperti


biasa menyiapkan makanan untuk anak anak nya
kini menatap arman dengan penasaran akan
tentengan plastik yang bertulisan toko pakaian
yang ada di desa mereka.

Meskipun mak ita jarang kepasar untuk membeli


pakaian, namun dia hafal akan tulisan yang ada
di plastik yang arman bawa.

Arman pun mencium tangan mak ita.

115
"Ini mak, dicobain dulu cukup atau enggk, kalo
gak cukup bisa di tuker nomer nya besok" ucap
arman sambil memberikan bungkusan plastik itu

"MasyaAllah man, bagus banget ini. Pasti mahal


ya" mata mak ita seakan berbinar meliha
makaian berwarna hitam, ada garis berwarna
gold dan manik manik yang menjadi penghias
nya.

"Emak suka gak?" tanya arman

"Suka banget man, terimakasih ya"

"Waah mewah sekali mak, cakep mak" terdengar


suara sinta yang keluar dari kamar nya.

"Dari siapa ini mak?" tanya sinta lagi. Sinta


mengerti mak ita ta mungkin membeli baju
semewah ini karena jangankan membeli baju
mahal, yang murah saja berpikir 2x dan uang nya
lebih di utamakan untuk kebutuhan dapur dan
sekolah aira.

116
"Itu dari a ' arman" jawab mak ita yang telah
melepas baju yang baru saja di coba

"Lusa kan kita mau datang tempat mertua ny


ilham, masa kita pake pakaian seperti ini. Setidak
nya yang bagusan dikit biar ilham juga tidak
malu menganggap kita keluarga nya" ucap
arman

"Terimakasih ya man" sambil membersihkan air


mata yang sempat menetes

"Yasudah arman mau mandi dulu, sebentar lagi


magrib"

"Oh iya gimana persiapan kamu sin?" tanya


arman pada adik nya

"Sudah aa' gak usah mikirin sinta, itu udh jadi


taggung jawab nya angga ." jawab sinta dengan
santai

117
"Iya klo butuh bantuan bilang aa' ya" ucap arman
lalu pergi meninggalkan mak ita dan sinta yang
saat ini sedang menyiapkan makanan.

2hari berlalu, pagi hari mak ita sudah bangun dan


menyiapkan segala keperluan untuk beberapa di
rumah ilham.

Tak lupa mak ita pun membereskan kebutuhan


dapur yang sudah di beli nya semalam.

Mak ita pun segera membangunkan seluruh anak


nya untuk melaksanakan sholat wajib dua rokaat.

"Sin, emak udah nyiapin telor, beras, minyak,


mie instan ya, udh emak beresin juga di lemari
makan" ucap mak ita menjelaskan beberapa
bahan pokok yang di tinggalkan untuk sinta dan
aira.

Aira terbiasa masak sendiri jika menu yang


tersaji tidak sesuai dengan selera nya.

118
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, travel
jemputan sudah siap di depan gang.

Sinta dan aira pun ikut menemani, mengantar


sampai di depan gang.

"Hati hati ya mak, salam buat a' ilham disana"


ucap sinta sambil

memeluk mak ita

"Hati hati ya mak" ucap aira juga

"Kalian hati hati ya dirumah, sinta kalo sudah


pulang kerja cepet pulang ya biar aira tidak
sendirian di rumah" ucap mak ita

"Jangan lupa perhatikan kompor, kalo sudah


selesai di gunakan, jangan lupa di matikan
terlebih dulu baru mengangkat masakan" ucap
mak ita lagi mengingatkan mereka untuk tetap
waspada pada kompor.

"Iya mak" jawab serempak aira dan sinta

119
"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" ucap sinta juga aira

Dalam perjalanan mak ita sangat gugup, sebab


dia tidak pernah berpergian jauh apalagi ke ibu
kota, naik kapal laut yang selalu di lihat nya di
TV.

"Kenapa mak?" tanya arman yang mengerti akan


kegelisahan mak ita yang duduk disampng nya.

"Gak papa man, emak cuma takut aja" ucap mak


ita

"Yaudah emak berdoa aja terus tidur aja mak,


nanti emak bangun kitadah emak berangkat ya,
udah sampe tempat"

"Masa secepat itu man?" dengan ekspresi mak ita


yang seperti percaya namun tidak

"Hehe ya emak tidur yang lama lah" sambil


tertawa arman memejamkan mata

120
"Man jangan tidur" ucap emak membangunkan
arman

Arman yang mendengar panggilan dari mak ita


pun dengan sengaja memejamkan mata, namun
tanpa sadar arman tidur beneran hingga sampai
di pelabuhan.

"Ayoo ayoo turun semua nya,sudah sampai


kapal" pekik kenek pada mobil ini

"Man bangun man, udah sampe pelabuhan man"


mak ita pun menggoncangkan tubuh arman

"Hah?? Udah sampe mak? Cepet banget" tanya


arman terkejut

"Bukan cepet, tapi kamu tidur nya yang lama"


jawab mak ita sambil mengambil tas nya.

"Mak gak usah di bawa, taro sini aja. Bawa yang


perlu aja mak" kata arman mengingatkan mak ita

121
"Yaudah, plastik itu aja man kamu bawa, kita
makan dulu emak laper dari tadi. Pagi sarapan
sedikit karena gak sabar mau berangkat"

Perjalan pun di lalu dengan baik,

mak ita yang selalu terjaga saat berada di dalam


kapal dan juga mobil.

Entah apa yang ada di fikirannya. Padhal jika di


lihat emak sangat ngantuk. Sesekali terlelap
namun sadar kembali.

Mobil travel pun sudah sampai di terminal.

Kami turun dengan bersemangat namun tak


mengerti harus ke arah mana.

"Mak sini dulu, dari pada kita nyasar. Lebih baik


minta jemput ilham" ucap arman

Arman pun menghubungi ilham, tak lama dari


kami menghubungi nya, ilham pun datang
membawa motor.

122
Mak ita yang melihat ilham pun dengan cepat
memeluk dan mencium ilham.

"Mak maafin ilham" ucap ilham yang berada di


pelukan mak ita

"Tidak apa apa ham, emak juga minta maaf jika


ada salah sampai membuatmu pergi tanpa kabar"
ucap mak ita sambil terisak

" a' arman, maafin ilham" ucap arman sambil


menatap arman.

Arman yang memang memiliki sikap penyayang


langsung memeluk adik laki lakj nya itu.
Mendekap nya seperti anak kecil karena tubuh
ilham terbilang lebih kecil dari arman.

"Aa' juga minta maaf ya ham" ucap arman

"Aku gak bisa nafas a', lepasin" sambil memukul


punggung arman

Rasa hangat yang tidak pernh ilham dapatkan


dulu.
123
"Sangat nyaman" gumam ilham dalam hati

Mungkin jika aku tidak pergi dari rumah saat itu,


aku tidak pernah mendapatkan pelukan dari
emak dan juga arman, pikir ilham.

Perjalanan mereka tempuh dengan


menggunakan motor, dan ilham memanggil
tukang ojek pangkalan yang berada di sekitar
terminal.

Mak ita bersama ilham dalam satu motor, dan


arman bersama tukang ojek.

Hampir sekitar 30 menit kami pun sampai di


kontrkan ilham.

Di depan kontrkan ilham sudah ada vina yang


menunggu kedatangan calon mertua nya.

Mereka pun turun dari motor dan mendekat ke


arah vina.

"Mak, aa' kenalin ini vina, calon istriku" kata


ilham
124
"Vina" ucap vina sambil lalu menganggukan
kepala sambil tersenyum.

"Masuk mak" kata ilham sambil membawa tas


yang di bawa mak ita

Vina pun ikut masuk ke kontrkan calon suami


nya itu, kali ini dia berani karena ada calon
mertua nya disana.

Seketika wajah mak ita pucat dan langsung mual


mual.

Uweek

Uweekk

Merka bertiga pun saling pandang, arman


dengan sigap menghampiri mak ita yang sedang
lemas di kamar mandi.

"Mak kenapa?" tanya arman

"Gak tau man, emak pusing, mual" jawab nya

125
"Yaudah arman bantu yuk kita rebahan disana"
kata arman dan membantu mak ita berdiri dan
berjalan ke arah ilham dan vina yang duduk di
lantai.

126
BAB 13

Arman pun mengantar mak ita untuk kembali ke


ruang depan dimana ada ilham dan vina yang
terlihat sedikit khawatir.

"Mak vina buatin teh manis hangat ya" ucap vina


calon menantu mak ita.

Aku pun terus memijat tengkuk leher emak, dan


ilham hanya melihat terlihat bingung harus
berbuat apa.

Mungkin karena dia tidak terbiasa dan belum


pernah melakukan sesuatu untuk emak ketika
emak sakit.

"Mak kenapa? Mabok perjalanan ya? Kita


berobat aja yuk" ajak ilham

"Kaya nya mabol perjalanan, gak usah berobat.


Berobat disini pasti mahal". Ucap emak sambil
merebahkan diri di kasur lantai milik ilham

127
"vin, tolong kerokin emak bisa?" ucap emak
pada vina yang telah kembali dari dapur
membawa 2 gelas teh hangat.

"Kok dua vin?" ucapku

"Buat mas arman takut mabok juga" ucap vina

"Iya udah mak, emak punya minyak gak untuk


ngerok nya?" kata vina sambil mendekat ke arah
emak yang sedang berbarimg

"Punya di tas"

Aku yang mendengar ucapan emak segera


mengambil tas emak dan memberikan botol
minyak angin yang biasa emak gunakan dirumah.

"Ini minyak nya, kerokannya di dalem aja mak,


gak enak kalo disini takut ada yang dateng tiba
tiba"

ucapku mengingatkan karena penduduk yang


hampir berdempetan sama seperti rumah kami di
desa, namun disni gdung gedung tinggi yang
128
membedakan.Ilham pun membenarkan
ucapanku dan membantu emak bangun dan
masuk ke dalam kamar.

Setelah mengantar emak ke dalam kamar. Ilham


pun kembali lagi duduk di depanku. Dan
mengeluarkan sebungkus rokok. Tak lupa dia
menawariku.

Awal nya kami sangat kaku, seperti orang asing


yang tak pernah kenal.

"Gimana kerja di kota ham?"

tanya ku memecah keheningan

"Ya gini a', cukup berat" jawab ilham singkat

"Ham, maafin aa' karena waktu itu sempat


memukul mu dan membuatmu pergi dari rumah"
ucapkuyang merasa bersalah.

"Gak papa a', ilham yang minta maaf karena


bertindak semau nya". " ilham baru sadar kalo aa'
sayang sama kita semua, aa' menepati janji aa'
129
15tahun lalu" ucap ilham tak kuasa aku pun
terharu mendengar kalimat dia.

Seketika air mata ini menetes, buru buru ku


hapus agar tak ada yang tau, dan aku pun
kembali menghisap rokok yang telah ku bakar
tadi.

"Gimana rencana pernikahan kalian?" tanya ku


lagi

"Ya nanti malem kita kerumah vina, bapak nya


pulang karena mendengar kalian sudah sampai.
Mungkin biar tidak menunggu waktu lama
langsung membicarakan waktu pernikahn a'"
jawab nya denga jelas

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban atas


ucapan dia.

"Aa' gak papa ilham nikah duluan?" tanya nya


lagi

"Ya gak papa, emang kenapa?"


130
jawabku

"Gak takut di cemooh orang orang?"

"Aa' gak peduli sama ucapan orang orang, aa'


hanya peduli kebahagiaan keluarga aa' aja"
jawab ku lagi

"Terimakasih ya a', atas semua yang udah aa'


kasih ke ilham dulu dan sekrang" ucap ilham
yang langsung memeluk ku.

Aku yang mendapatkan pelukan itu pun sangat


bahagia, ssemoga tidak ada lagi jarak antara aku
dan ilham.

"Sama sama itu sudah jadi kewajiban aa" ucapku


sambil menepuk punggung ilham.

Hingga beberpa saat vina keluar dari kamar


seorang diri.

"Emak mana?" tanya ku pada vina

131
"Emak tidur a', biarin aja mungkin cape karena
perjalanan jauh" "Oh iya udah, aku juga mau
rebahan sebentar ya, pegel punggung ku"

"Yaudah vina pamit ya mas, jangan lupa nanti


malam kerumah makan bareng" ucap vina
mengingatkan

Tak terasa hari sudah gelap. Emak yang sudah


terlihat sehat pun sedang bersiap siap.

Setelah kami semua melaksanakan sholat wajib


3 rokaat, kami pun berjalan bersama sama ke
rumah vina.

"Jauh gak rumah vina ham" tanya emak yang


menunggu ilham sedang mengunci pintu

"Engga mak, deket kok ada di belakang rumah


itu" dengan jari ilham menunjuk kerumah yang
sangat megah itu.

"Rumah siapa itu ham?" tanya ku yang sedikit


penasaran.
132
Rumah bercet dengan warna putih dan di
padukankan dengan warna gold, sangat megah
dan mewah.

"Kapan aku bisa punya kaya gitu" kataku dalam


hati sambil memandang rumah itu dari kejauhan.

"Gak tau a', gak pernah ngeliat orang nya. Pintu


depan juga bukan di sini a', itu pintu belkang"
ucap ilham lagi yang membuatku menganga.

"Pintu belakang aja semegah ini, bagaimana


pintu depannya ham" ucapku lagi dengan
penasaran.

Tanpa sadar kami pun sampai di tempat tujuan,


keluarga vina sudah menyambut ke datangan
kami.

Bapak dan ibu nya sangat baik, sangat ramah,


tidak seperti kata nya orang kota sombong
sombong.

133
Kami pun masuk ke dalam rumah vina, ibu nya
vina sudah menyedikan menu makanan yang
tersaji di atas meja.

"Kita makan dulu ya baru ngobrol ngobrol" ucap


bapak vina memecahkan keheningan malam itu

Kami pun menikmati makan malam dengan


santai dan damai, sesekali bapak vina berbicara
untuk memecahkan keheningan yang ada di meja
makan karena hanya suara aduan sendok dan
piring yang terdengar.

Setelah kami selesai makan, kami pun di ajak


duduk di ruang tamu.

Di suguhkan beberapa cemilan dan juga teh


hangat untuk kami santap saat mengobrol.

Kini semua sudah hadir di ruang tamu.

"Terimakasih buk sudah datang kerumah saya,


dan maaf saya tidak menyediakan apa apa untuk

134
ibu dan mas arman" awal pembicaraan bapk vina
yang sangat sopan di dengar.

"Kata siapa bapak tidak menyediakan apa apa,


bapak malah kerepotan karena kami dateng pak"
ucap ku sambil tersenyum

Aku disni menjadi juru bicara dari keluarga


ilham.

"Harusnya kami yang berterimakasih karena


telah disambut bagai tamu kerhormatan oleh
keluarga bapak."

"Dari cerita adik saya juga bapak dan ibu


senantiasa selalu memberi makan untuk adik
saya, saya sangat berterimakasih karena bapak
dan ibu mau menerima adik saya" ucapku
dengan rasa syukur."Dan kedatangan saya dan
ibu saya kesni atas permintaan adik saya untuk
melamar vina anak bapak" ucap ku lagi dengan
basa basi.

135
"Haha, iya ilham sudab saya anggap sebagai
anak sendiri jadi saya selalu mengingat dia
ketika jam makan tiba" ucap bapak vina di iringi
dengan tawa nya.

"Kemarin saya sudah menanyakan perihal itu


kepada vina dan juga ilham. Mereka sih minta
nya bulan depan. Taapi saya fikir lebih cepat
lebih baik karena saya sering bekerja di luar kota
jadi saya sangat nyaman jika ada orang laki laki
yang bisa menjaga istri juga anak saya dirumah
ucap bapk vina

"Saya juga setuju nya secepat mungkin, soalnya


kami gak bisa lama lama di sini, saya harus
bekerja, maklum pak saya kerja serabutan di
pasar. Hehe" ucapku sambil menggaruk
belakang leherku yang tidak gatal

"Soalnya ada adik kami juga perempuan yang


menunggu dirumah, jadi kami gak bisa
meninggalkan mereka lama lama"

136
"Ya bagus kalo bgitu, bapak senang kalo begitu
keputusannya" ucap bapak vina dengan senang

"Tapi ilham belum punya dirumah" ucap bapk


vina

"Saya juga setuju nya secepat mungkin, soalnya


kami gak bisa lama lama di sini, saya harus
bekerja, maklum pak saya kerja serabutan di
pasar. Hehe" ucapku sambil menggaruk
belakang leherku yang tidak gatal

"Soalnya ada adik kami juga perempuan yang


menunggu dirumah, jadi kami gak bisa
meninggalkan mereka lama lama"

"Ya bagus kalo bgitu, bapak senang kalo begitu


keputusannya" ucap bapak vina dengan senang

"Tapi ilham belum punya bamyak uang a'" ucap


ilham yang seketika

"Bapak gak minta apa apa ham.

137
Kita adain acara dirumah dengan sederhana aja
yang penting tercatat oleh negara dan sah secara
hukum agama" ucapan bapak vina yang seketika

"Bapak gak minta apa apa ham. Kita adain acara


dirumah dengan sederhana aja yang penting
tercatat oleh negara dan sah secara hukum
agama" ucapan bapak vina yang membuatku
mengangguk setuju

"Uang yang kamu punya untuk biaya kalian


setelah menikah itu lebih baik dari pada di
hampurkan dalam sehari" ucap bapak vina lagi.

"Emak punya ini ham, ini peninggalan abah


kamu. Kasih ini buat vina, surat nya ada di tas
emak" sambil melepas kalung yang emak
gunakan setiap hari.Kalung yang abah
tinggalkan pada emak 15tahun lalu, kalung yang
di temukan di saku celana abah ketika abah
meninggal pulang dari bekerja.

138
Kalumg itu sangat berharga bagi emak, apalagi
emak tak pernah melepas kalung itu semenit pun

139
BAB 14

Setelah malam pertemuan dengan keluarga vina,


kami kembali ke kontrkan ilham yang tak jauh
jarak nya.Keputusan dari kami semua bahwa
ilham akan menikah dengan vina minggu depan.
Sangat cepat jika ingin melakukan persiapan
namun dengan baik hati nya keluarga vina kami
tidak perlu menyiapkan apapun Semua sudah di
siapkan oleh bapak dan ibu nya, karena vina
adalah anak tunggal dari keluarga itu.Jam sudah
menunjukkan pukul 1 2.00 dini hari, kami pun
mulai memposisikan tubuh untuk berbaring
karena sibuk membicarakan persiapan pernikhan
ilham.Tak terasa matahari pun sudah terbit.
Padhal baru sebentar kami memejamkan
mata.Emak yang biasa bangun subuh pun ikut
bangun kesiangan efek leleah perjalanan
kemarin dan waktu istirahat yang kurang.Kami
pun secara bergantian membersihkan diri.Seperti

140
biasa mak sudah menyiapkan teh hangat untuk
kami semua

"Mak bingung mau masak gk ada sayurab ham"


ucap emak pada ilham yang sedang bersiap
berangkat kerja.

"Ini mak duit, di depan gang ini ada warung


setiap pagi dia jual sayuran dan juga makanan
untuk sarapan para pekerja yang lewat sini" ucap
ilham menjelaskan.Karena memang sedari tadi
aku duduk di depan pintu. Banyak sekali orang
orang yang menggunakan seragam seperti ilham
dan seragam lainnya yang lewat sini. "Ham, aa'
ikut kerja juga boleh gak? Aa' bingung mau
ngapain selama seminggu disini kan, buat
ongkos pulng juga" ucapku pada ilhsm yang
sedang memakai sepatu.

"Hemmm, nanti ilham tanya bos dulu ya a'.


Ilham berangkat. Assalamualaikum" ucapnya

141
berlalu meninggalkan kami yang sedang berdiri
depan pintu.

"Mak, ayo arman temenin beli sayur" ucapku


ketika mengingat perutku sudah mulai lapar

"Ayoo, dimana tadi kata ilham?" tanya emak


yang seperti nya lupa tentang penjelasan ilham
tadi."Yaudh ikut arman aja, kaya nya arman tau
warung yang ilham maksud tadi" jawab ku
segera melangkah pergi Benar saja dugaanku,
saat pertama kali datang kesni kemarin aku
melihat keramaian dari kejauhan disni, aku fikir
ada apa ternyata saat mulai mendekat ke arah
keramaian itu adalah ibu ibu sedang membeli
sayuran.

"Itu mak warung nya" ucapku sambil menunjuk


tempat keramaian itu

"Arman tunggu sini ya mak, malu ibu ibu semua"


ucap ku lagi.

142
"Iya udah, tunggu sini ya jangan kemana mana,
emak gak tau jalan pulang ke kontrakan ilham
lagi soalnya" ucap emak melangkahkan kaki ke
keramaian itu.

"Man, beli sekali banyak apa sedikt sedkt" tanya


emak ita lagi sambil melihat ke arahku. Suara
yang pelan namun masih bisa ku mengerti dari
melihat gerakan bibir emak ita.

"Buat makan 1 hari aja mak, dirumah ilham kan


gk ada kulkas. Takut layu klo buat besok" teriak
ku pada mak ita yang mungkin terdngar oleh
mak ita.

Sekembalinya kami dari membeli sayuran, emak


langsung mengeksekusi sayuran yang baru saja
kami beli. Dan aku pun berbaring di ruang depan
sambil memainkan ponsel ku, berkirim pesan
kepada adik dan juga kekasihku.

143
"Assalamualaikum" ucap seorang wanita yang
suara nya seperti ku kenal. aku pun langsung
terbangun dan duduk.

"Walaikumsalam, eh vina masuk vin, itu emak


lagi masak, ilham sudah berangkat kerja tadi"
ucapku ketika vina masuk.Emak yang
mendengar seseorang mengucap salam pun
langsung ikut ke depan.

"Mak, ini sayur tadi tadi ibu masak banyak" ucap


vina dan memberikan rantang yang dibawa nya.

"Yaa Allah, kok repot repot vin. ini emak baru


aja mau masak. kamu sudah makan belum?"
tanya emak dan menerima rantang yang di
berikan oleh vina "Sudah mak, vina langsung
pamit ya mak" ucap vina sambil tersenyum ke
arah ku.

"Assalamualaikum" ucap vina lagi

"Walaikumsalam, sampaikan terimakasih emak


pada ibu ya vin"
144
Setelah beberpa saat emak kembali ke dapur dan
mematikan kompor.

"Gak usah masak ya man, makan yang di bawa


vina aja" ucap emak sekembalinya dari dapur
membawa dua piring yang sudah terisi nasi

"Alhamdulillah ya mak, ilham dapet jodoh yang


baik, keluarga nya juga baik sama ilham" ucap
ku dengan rasa syukur

"iya alhamdulillah, semoga kamu juga dapet


jodoh yang baik juga ya man, yang bisa
menghargai, menghormatimu dan keluarga
kamu"

"aamiin, iya mak doain aja ya mak"

Saat kami membuka satu persatu rantang


pemberian vina, sungguh terkejut kami di buat
nya.

145
"Waah, enak banget mak menu nya, ada sayur
santan nangka muda di tambah tetelan, ayam
goreng, sambel terasi"

"bener-bener keluarga vina ya man, gak


nanggung nanggung kalo ngasih. apa yang bisa
kita kasih ke keluarga mereka man?" tanya emak
sambil menyendokkan makanan pagi ini
kemulut nya hari sudah menjelang sore, matahri
yang sebelumnya tampak silau sekarang sudah
hampir tenggelam.

"Assalamualaim" ucap ilham yang sudah sampai


rumah setelah seharian dia bekerja

"Walaikumsalam" ucap kami kompak


menyambut kedatangan ilham

"gimana pekerjaannya ham, capek ya?" ucap


emak mengambil tas yang di bawa ilham dan
merapihkan sepatu yang semula ilham letakkan
di sembarang tempat.

146
"Iya mak, maklum lah namanya buruh bangunan.
ilham mandi dulu ya mak" ucap ilham bergegas
masuk ke kamar mandi

"Makan ham, tadi dikirimin sayur sama calon


mertua kamu, masih banyak banget itu udah
emak angetin"

"Iya mak, nanti aja bareng emak sama aa'."

"oh iya a', tadi ilham udah tanya ke bos katanya


gak bisa kalo sekeder kerja seminggu terus gak
kerja lagi, karena proyek jadi harus kerja sampai
proyek selesai" ucap ilham menjelaskan tentang
rencana aku bekerja di proyek yang sedang di
kerjakan oleh ilham

"oh, yasudah ham gak papa, lagian kalo lama


lama kasian sinta dan aira dirumah hanya
berdua"

"iya a', lagian seminggu gak lama kok a',


dirumah aja temenin emak." ucap ilham

147
"Iya deh ham" ucapku paham

Seminggu berlalu, aku masih di kota tempat


ilham tinggal dan hari ini adalah hari dimana
adik ku mengucap janji suci dalam ikatan
perkawinan Aku berharap adik ku selalu bahagia
bersama pasangannya sampai mau
memisahkan.Meskipun kata mertua ilham tidak
mengadakan acara mewah namun bagiku
dekorasi seperti ini sudah sangat mewah bagiku.

Dimana setiap kali ku kondangan di kampung


hanya ada tenda yang di pinjam dari RT tidak ada
hiasan seperti saat ini.

"Waahh, bagus banget ya mak" ucapku pada


emak saat memasuki halaman rumah vina.

Seperti bukan halaman rumah, namun di sulap


seperti gedung.

Nuansa pink bercampur biru muda, tempat


duduk mempelai seperti tempat duduk sang raja
dan ratu.
148
Saat aaku dan emak ingin duduk di salah satu
kursi, terdengat suara seseorang yang
memanggilku di kejauhan.

"Iya pak" ucapku menghampiri bapak vina yang


tadi memanggil kami.

"Ayo masuk, ibu di dandanin dulu, kmu juga


ganti baju sudah di siapkan di dalam" ucap bapak
vina

Aku dan emak pun menuruti ucapan bapak vina,


aku menggunakan jas hitam kemeja dalaman
putih dan celana hitam bahan dan juga memakai
sepatu pantopel, entah milik siapa semua ini
sangat pas di badanku. "Ganteng juga aku kalo
pake kaya gini" ucapku saat melihat pantulan
diriku di cermin besar di dalam kamar.

"Ham, fotoin aa' dulu dong" ilham yang lagi


menghafal sesuatu dan sangat gerogi.

"Ishh aa', selfi aja di cermin itu" ucap ilham yang


tampak kesal karena merasa terganggu.
149
Aku yang tak ingin menggnggu nya kini ku
keluar kamar setelah mendapatkan foto
penampilanku saat ini.

"Waaaww, emak cantik banget" ucapku tak


percaya emak di hias sedemikian rupa, wajah
yang tadinya terlihat tua dan kusan saat ini
terlihat cantik karena banyaknya polesan di
wajah emak.

"Cantik ya man" ucap emak yang malu,


memakai gaun yang sama dengan ibu vina,
berwarna silver,motif renda renda.

"Ayo mak, kita foto dulu" ucapku sambil


mengeluarkan kamera.

Ku foto sebanyak mungkin wajah dan


penampilan emak saat ini, tak lupa kami pun
mengambil gambar kami berdua.

150
BAB 15

Hari sudah semakin gelap, ilham dan vina pun


sudah masuk untuk beristirhat.Aku dan emak
pun memutuskan untuk pulang ke kontrakan
ilham.

"Acara pernikahannya mewah banget ya mak?"


ucapku membarengi langkah emak ke arah
rumah ilbam

"Iya man, udah kaya di gedung ya man. Mahal


kali ya nyewa nya"

"Pasti mahal si mak, gak mungkin sejuta kaya di


kampung.Besok nikahan sinta gimana ya mak?"
tanya ku pada emak yang penasaran.

"Entah lah man, mereka berdua yang ngurusin


kata nya, emak cuma di suruh duduk diem aja"
jawab emak yang tengah kesulitan membuka
pintu rumh ilham

151
Aku pun mengambil alih untuk membuka pintu
itu dan akhirnya berhasil.

"Kamu kapan man mau nikah?" ucap emak


seketika kami masuk ke dalam rumah

"Nanti deh emak, selesai acara sinta dulu nanti


arman kenalin sama emak perempuan yang
sekarang lagi deket sama arman". Ucapku sambil
berebahkan diri di kasur lantai rumH ilham

" mak, kapan kita pulang? Udah lama kita disni


kasian sinta dan aira, terus duit arman juga udh
tinggal sedikit"

"Lusa aja kali man, besok kita bilng sama ilham


dulu, dan pamit sama keluarga nya vina"

"Iya mak"

Kami pun tidur karena hari sudah semakin


malam.

Keesokan hari nya ilham dan vina mengantarkan


makanan untuk ku dan juga emak.
152
Makanan sisa bekas hajat kemarin yang sudah di
hangatkan. Kami pun makan sarapan bersama
sama.

"Ham, besok emak sama arman pamit pulang


ya?" ucap emak

"Kok buru buru mak?" jawab vina

"Gak buru buru sih, kan kami disini udah lama,


dirumah ada adek adek nya ilham berdua di
tinggal. Kasian kalo terlalu lama" jawab emak
lagi

"Makasih ya mak udh mau dateng kesini, kapan


kapan emak main lagi ke tempat ilham"

"Iya ham, nanti sore emak mau pamit sama ibu


dan bapak mertua mu"

"Iya mak"

Sebelum pulang ke kampung ilham dan vina


mengajak kami ke mall, hanya sekedar melihat
lihat.
153
Sebab saat emak ingin di belikan oleh ilham
selalu nolak mungkin melihat harga yang tertera
pada setiap baju yang menggantung.

"Gak usah ham, kemahalan buat emak, duit nya


kamu gunain aja untuk kehidupan kamu setelah
bekeluarga ini" "Ingat, menikah bukan hanya
sekedar menyatukan antara kamu dan pasangan
kamu, tapi juga dengan

keluarga, sifat mu sikap mu yang menentukan


keberhasilan suatu rumah tangga, tugas dan ke
wajiban mu sebagai seorang suami dan ayah
nanti nya"

"Emak selalu berdoa untuk hubngan kalian,


semoga kalian selalu menjadi keluarga yang
sakina mawadah wa rahmah" ucap emak yang
menasehati ilham dan juga vina.

"Iya mak, terimakasih ya mak, dan maaf atas


sikap ilham selama ini ke emak" jawab ilham
sambil mencium punggung tangan emak ita
154
Setelah lelah kami berjalan jalan mengelilingi
bangunan yang cukup luas ini, kami pun kembali
ke rumah namun langsung ke rumah vina untuk
berpamitan kepada ibu dan bapak nya vina.

"Assalamualaikum" ucap kami saat memasuki


halaman rumah vina

"Walaikumsalam" jawab bapak dan ibu vina


secara kompak

"Eh sudah pada selesai belanja nya?" tanya


bapak vina yang menghampiri kami duduk di
ruang tamu.

"Emak gak mau belanja pak" jawab vina


sseketika masuk ke dalam

"Loh kenapa gak mau belanja?"

"Hehe gak papa pak"

"Pak, kami mau pamit besok kami mau pulang


ke kampung. Sudah terlalu lama meninggalkan
adik adik ddi kampung" ucapku menyekat
155
pembicaraan emak yang sedikit bingung
menjawab pertanyaan mertua ilham

"Oh, iya jam berapa emang mau pulang nya?"

"Ya paling habis subuh pak"

"Oh iya besok di anter sama ilham ke terminal


aja biar gak repot naik angkot"

"Iya pak, terimakasih ya pak sudah menyambut


hangat kedatangan kami, menghargai kami
sebagai keluarga ilham, dan maaf kami selalu
merepotkan bapak selama berada disini" "Iya
sama sama mas, gak papa saya senang aakhirnya
vina memiliki keluarga baru yang juga baik dan
menghargai vina. Tidak merepotkan mas karena
bagaimanapun kalian juga keluarga kami
sekarang sudah selayak nya kami menghormati
kehadiran kalian"

"Iya pak"

156
"Pak, buk tolong jaga ilham seperti anak kalian
sendiri, marahi dia jika memang ada perbuatan
yang tidak baik, tegur saja kesalaham
kesalahannya agar dia tidak mengulangi nya
lagi" ucap emak menambahkan."Iya saya juga
minta tolong sama ilham untuk jaga vina dan istri
saya dirumah, karna aaya tidak setiap hari
dirumah hanya sabtu san minggu saya berada
dirumah," ucap bapak vina sambil melihat ilham
yang duduk di samping emak

"Yasudah pak, kami mau pulang dulu dan mau


beres beres biar besok habis subuh kami bisa
langsung berangkat"

"Oh iya, besok sarapan sini dulu buk, mas?"


tambah bapak vina

"Gak usah pak, kami sarapan di jalan aja" "Oh


yasudah hati hati ya buk, mas, maaf saya tidak

157
bisa ikut ngantar ke terminal, karena besok jam
8 saya

juga sudah berangkat kerja lagi"

"Iya pak gak papa"

Kami pun keluar arah pulang ke kontrakan ilham


di antar dengan ilham dan juga vina.

"A', besok aku jemput abis sholat subuh ya?"

"Iya ham, makasih ya"

"Vina, makasih ya nak udah nerima ilham apa


adanya, sudah baik sama kami, mohon maaf
kami tidak memberi mu apa apa di hari istimewa
itu. Ini ada cincin untuk kamu tabungan emak
selama ini, emak simpan di cincin ini. 10grm
emas"

"Mak gak usah, vina iklas nerima mas ilham apa


adanya, vina gak minta apa apa yang penting mas
ilham setia pada vina dan gak pernah
meninggalkan vina"
158
"Tidak papa, emak bisa nabung lagi nanti" ucap
emak sambil tersenyum memberika emas pada
genggaman vina

"Yaudah sana pulng, emak mau istrihat dulu


sekalian beres2, kalian juga pasti capek" ucap
emak lagi

"Makasih mak" ucap vina pelan sambil memeluk


emak

Keesokan hari nya, setelah sholat wajib dua


rokaat kami tunaikan, kami pun menunggu ilham
di depan kontrkan yang sudah kami kunci
sebelm nya. Tak lama kami menunggu, iljam
datang menggunakan mobil milik bapak vina.

Kami pun masuk dan duduk di kursi belakang.

Tak lama perjalanan ke arah terminal, kami


sampai.

Kami pun berpelukan sebelum naik ke bis arah


tujuan kami.
159
"Mak, ini ada sedikit rejeki dari vina buat jajan
emak dan juga aira. Kapan kapan vina boleh ya
mak ke kampung?"

"Eh apa ini, gak usah nak, kamu simpan saja ya"
sambil membalikkan lagi amplop pemberiam
vina.

"Sudah mak, klo gitu ini buat aira ya buat


sekolah" ucap vina lagi

"Terimakasih ya nak vina, kapan kapan main ke


kampung ya"

"Iya mak"

Kami pun naik ke bus karena sebentar lagi bus


akan jalan.

160
BAB 16

Akhirnya bus yang kita tumpangi sudah berjalan


ke arah kota kami.

Kali ini emak pun mulai terbiasa berada di dalam


bus.

"Mak tidur gih, arman yang jagain tas kita"


ucapku meyakinkan emak.

"Bener kamu gak tidur?"

"Enggk mak, arman udh puas tidur nya


semalem"

"Iya udh emak ngantuk banget semalm gak bisa


tidur"

"Kenapa emang mak? Emak mikirin apa?"

"Mikirin perjalanan panjang" ucap emak lagi

Seketika terdengar suara dengkuran namun


lembut, saat ku lihat ternyata mata emak sudah
terpejam.
161
Aku yang berniat memang tidak tidur kini
mataku terasa berat dan akhirnya terpejam juga,
menyusul emak yang sudah berada di alam
mimpi.

Baru sebentar aku merasakan mata ku terpejam,


terdengar suara berteriak mengatakan kami
semua harus turun karena sudah sampai di dalam
kapal.

Woooaaahhh...

Sesekali ku regangkan tangan ku ke atas dan ke


samping.

Plaakk..

"Aauuuu" pekik ku

"Apaan si mak, main pukul aja" ucapku sambil


mengusap bekas pukulan emak yang terasa nyeri
dan panas.

"Bilang nya gak tidur, malah ikutan tidur, untung


emak kebangun" ucap emak sedikit kesal
162
"Ya maaf mak, niat nya gak tidur ngeliat orng
orang pada tidur jadi ikutan ngantuk hehe"
sambil menyengir ala kuda yang menampakkan
deret gigi nya.Kami pun turun dari mobil bus dan
mencari tempat di dalam kapal untuk kami
beristirhat.Kapal kali ini kami mendapatkan
kapal yang sangat layak, bersih dan juga
besar.Kami memilih tempat lesehan dan ber ac
meskipun berbayar namun bisa kami gunakan
dengan nyaman."Mak makan yu, arman laper"
ucapku sambil memegan perut yang dari tadi
sudah berteriak meminta jatah nya. Pagi tadi
kami memang tidak sempat sarapan, namun
beruntung nya kami mertua ilham
membungkuskan nasi dan juga lauk untuk bekal
perjalanan kami.

"Iya emak juga laper sampe mual perut nya takut


masuk angin lagi" ucap emak menyetujui ucapan
ku.

163
Kami pun makan dengan lahap, dan tanpa terasa
kapal sudah berlayar ke arah kota dimana kami
tinggal."Mak, tunggu sini ya ilham mau naik
dulu ke atas mau liat pemandangan?" ucapku
pada emak

setelah menyantap bekal yang di bawakan oleh


mertua ilham.

Emak pun masih makan, mengunyah sisa sisaan


yang ada di mulut nya, sehingga emak tidak ku
ajak untuk berkeliling kapal.

Lagian emak pasti gak mau karena takut mabok


laut.

Aku pun berkeliling menelusuri seluruh tempat


yang ada di kapal laut ini.

Saat ku sudah mencapai atas, kulihat sungguh


indah pemandangan dari atas sini. Jika suasana
nya malam hari maka akan lebih sangat indah
jika di pandang.

164
Saat ini siang hari dan cuaca sangat terik aku pun
memutuskan kembali ke tempat setelah
mengambil beberapa foto diriku..[Picture, sand]
"cakep gak neng?" caption pada foto ku yang ku
kirim pada amel

[Waahh, bagus banget a' pemandangannya,


kapan kapan ajak neng naik kapal juga ya a'?"]
balas nya

[Kok pemandangannya sih, kan aa' tanya orang


nya] balas ku lagi

Sangking asik nya ku berkirim pesan aku tidak


melihat ada orang di depan ku. Dan tanpa
sengaja aku menabraknya hingga hp ku jatuh
untung saja tidak jatuh ke laut.

"Awww,,maaf" ucapku

"Astagfirullah" ucap gadis yang berpakaian


serba tertutup itu. Baju gamis panjang berwarna
165
coksu, hijab panjang seperti mukena yang biasa
emak pakai untuk sholat dengan warna yang
senada dengan baju dan juga masker berwarna
hitam, mata pun dia menggunakan kaca mata
hitam sehingga tak nampak sama sekali seperti
apa wajah nya.

"Maaf mba, saya gak sengaja" ucap ku lagi dan


langsung pergi ke tempat semula emak duduk.

"Dari mana aja man?" tanya emak yang seketika


melihat ku datang sambil terburu buru.

"Abis ketemu setan mak" ucapku asal

"Hiss, jangan asal kalo ngomong"

"Hehe, arman mau tidur ah mak, goyangannya


makin kenceng arman pusing"

Semakin kapal di tengah maka semakin kencang


pula angin dan ombak nya dan membuatku
sedikit mual. Seketika dalam tidur ku terdengar
suara emak sedang mengobrol. Dengan mata
166
yang masih sangat berat namun penasaran pada
siapa emak ku bicara aku pun membuka sedikit
demi sedikit mata ku. "Itu kan orang yang aku
tabrak tadi" ucapku dalam hati

Apakah emak kenal dengan perempuan itu?

Saat ini dia memakai kacamata berwarna putih


terang tidak seperti tadi berwarna hitam seperti
ter*rs untung saja bukan berpakaian hitam pula
seperti yang selalu ku dngar di stasiun TV.Aku
pun melanjutnya tidur ku karena mata benar
benar masih sangat lengket.

"Man, bangun ayo naik bis lagi udah sandar ini


kapal nya" ucap emak pelan membangunkan ku
"Hemm, iya mak" aku pun bangun dasedikit sepi
sebab para penumpang sudah berkumpl di pintu
keluar.

Kami pun segera dengan cepat turun ke parkiran


mobil bis kami.n melihat sekeliling sudah sedikit

167
sepi sebab para penumpang sudah berkumpl di
pintu keluar.

Kami pun segera dengan cepat turun ke parkiran


mobil bis kami.Selama perjalanan aku
menanyakan tentang wanita itu kepada emak,
sebab emak tidak biasanya cepat akrb dengan
seseorang yang baru pertama kali dia temui.

"Mak, tadi arman denger emak ngobrol, sama


siapa mak?"

"Oh itu nama nya siapa tadi ya" berfikir keras

"Ohh iya nama nya pipit" ucap emak lagi setelah


mengingat ingat.

"Emak kenal sebelum nya?"

tanya ku lagi memastikan

"Enggk sih, baru kenal tadi di kapal. Dia


sendirian diem aja di pojokan jadi emak
samperin dan suruh emak duduk bareng kita.

168
Kasian kan perawan sendirian takut di apa apain
orang" ucap emak lagi.

"Mana ada mak yang mau macem macem sama


dia, liat aja pakaian nya serba tertutup gitu, yang
ngeliat juga takut mak"

Plaakk..

Emak pun memukul paha ku cukup keras.

"Awwww, mak apa apain sih mukul mulu dari


tadi"

"Ya kamu kalo ngomong gak pernah di saring,


gak boleh sembarangan kalo bicara, ingat kamu
punya ibu perempuan, adik dua orang
perempuan." ucap emak dengan mata yang
sedikit melotot dan berbicara dengan tajam

"Iya mak, maaf" ucapku sambil menundukkan


kepala

"Kepala emak pusing, dah kmu dari tadi tidur


terus sekrang gentian emak tidur. Jagain barang
169
barang, awas sampe ikutan tidur lagi" ucap emak
mengancam.

Mobil kami pun sudah melaju melewati jalan tol


menuju kota tempat tinggal kami.

Ponselku pun sudah ada signal sedari tadi signal


kosong sehingga membuatku tak bisa apa apa
selain tidur di dalam kapal, agar tidak mengantuk
lagi aku pun berkirim pesan kepada kekasih ku,
menceritakan kejadian apa aja saat ku di kapal
tadi termasuk ketemu makhluk yang serba
tertutup itu.

Tamat

170
sekian dari cerita yang kami buat ini novel jika
ada salah ketikan mohon di maklumi....!

" Uwais al-qorni adalah pemuda yang tidak


terkenal di bumi namun terkenal di langit "

Betapa aku cemburu pada ia yang pandai


menyembunyikan kebaikannya dunia tak
melihatnya namun surga merindukannya. .

"Engkau merawat ibumu sambil menunggu


kematiannya sementara ibumu merawatmu
sambil mengharap kehidupanmu dan
kebahagianmu"

171
Identitas penulis

Nama : muh. Aditya

Kelas : XII ips 1

Hobi : main game + takraw

" Jika ingin seperti di kisah ini maka berbakti lah


kepada orang tuamu jangan pernah sakiti dia
sampai mereka meneteskan air mata karna pada
dasarnya doa mereka yang membuat kamu
sampai sedetik ini, sayangilah mereka selagi ada
jangan sampai kamu tidak bisa mendapatkan
kasih sayang mereka lagi, jadi selagi ada
berbaktilah dan minta restu dengan apa yang
ingin kamu lakukan. "

172

Anda mungkin juga menyukai