Dosen Pengampu:
Dr. IDK Kerta Widana, S.K.M., M.KKK., CIQnR., CIQaR.
Disusun Oleh:
Bondan Prakoso (NIM 120200301005)
Judul Penelitian
Pada penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, ada empat komponen penting yang
sistematis dalam kerangka pengembangannya, yaitu judul penelitian, rumusan
permasalahan, hipotesis, dan teknik analisis data. Salah satu komponen itu, judul
penelitian, menjadi komponen penting karena dijadikan sebagai gambaran umum
terhadap keseluruhan isi suatu penelitian. Oleh karena itu, judul penelitian harus dapat
menggambarkan masalah penelitian yang sedang dikaji/diteliti. Selain itu, kata-kata
yang disusun menjadi judul penelitian harus dapat mengidentifikasi atau menguraikan
variabel yang menentukan masalah yang akan diteliti.
Mardalis (1995), mengemukakan lima ketentuan yang digunakan dalam
menetapkan dan menyusun judul penelitian. Pertama, judul penelitian haruslah
menarik minat peneliti. Hal ini menjadi penting karena semangat dalam meneliti
ditentukan pula oleh judulnya. Apabila judulnya menarik maka akan menggugah minat
peneliti dalam setiap tahapan penelitiannya, khususnya hasrat atau ketertarikannya
untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Kedua, judul yang ditetapkan mampu
dilaksanakan peneliti. Maksudnya, bekal peneliti berupa pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya mumpuni untuk menyelesaikan permasalahan dalam
judul yang dipilih. Jangan sampai pengetahuan dan keterampilan tidak sebanding
dengan kemampuan untuk dalam memecahkan permasalahan yang telah ia pilih.
Ketiga, mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti. Judul yang mewakili
penelitian haruslah mencakup hal yang memang penting untuk diteliti. Penting
maksudnya, yaitu memang dibutuhkan pemecahan masalahnya sehingga hasilnya
akan bermanfaat untuk peneliti sendiri, masyarakat, dan khazanah ilmu pengetahuan.
Ketiga, data yang tersedia mencukupi. Data menjadi objek yang penting dalam
penentuan judul karena data merupakan embrio yang dapat menjadi solusi atas
permasalahan yang diteliti. Judul dipilih apabila datanya mencukupi, yaitu cukup untuk
dapat membuktikan kebenaran ilmiah sehingga peneliti yakin untuk mengangkat
permasalahan dalam judul itu. Data yang dimaksud dapat berupa data sekunder, teori
yang diperoleh dari studi kepustakaan, dan konsep-konsep yang akan digunakan
dalam hipotesis penelitian. Terakhir, hindari duplikasi judul dengan judul lain yang
sudah ada. Penelitian harus menegakkan etika ilmiah dan keilmuan. Etika yang
dimaksud, yakni menghindari adanya plagiasi, baik dalam judul maupun isi penelitian.
Dalam rangka memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan, judul
penelitian harus disusun dengan kata-kata yang baik dan benar sehingga dapat
menjelaskan konsep pemahaman penelitian. Judul yang dimaksud, yakni terhindar
dari kalimat yang membingungkan dan mempersulit penyusunan konsep penelitian.
Oleh karena itu, judul sebaiknya tidak ambigu (taksa), padat, dan efektif. Selain itu,
judul yang disusun dipastikan dapat menggambarkan posisi variabel-variabel yang
dijadikan objek kajian sehingga konsep gagasan dalam judul menjadi jelas. Apabila
konsep yang diaktualisasikan sangat jelas maka dapat dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui rangkaian rumus-rumus statistik dalam
rangka pengkajian hubungan antarvariabel. Hal ini dimaksudkan agar standar
penggunaan metode penelitian menjadi jelas karena prosedur dan tata cara pengujian
hipotesis berlaku secara universal. Hasil pengujian hipotesis yang baik akan
membuahkan hasil penelitian yang dianggap layak atau baik karena dapat dijadikan
sebagai inovasi ilmu pengetahuan yang berbasis pada kajian empirik. Dengan
prasyarat tersebut maka perbedaan antara penyusunan karya ilmiah yang didasarkan
pada pengujian hipotesis dapat diketahui perbedaannya. Berikut contoh perumusan
judul penelitian kuantitatif.
Variabel independen:
X1 sosialisasi
X2 partisipasi
Variabel dependen:
Y kesiapsiagaan
Dari variabel independen dan variabel dependen tersebut disusunlah judul penelitian
berikut.
Pengaruh Sosialisasi dan Partisipasi Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat di Kota
Semarang dalam Menghadapi Banjir Rob (judul penelitian kuantitatif asosiatif
kausalitas)
Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Kerlinger (1979, p.64) menjelaskan bahwa teori merupakan seperangkat variabel
(konstrak), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan dan mencerminkan
pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memperinci hubungan
antarvariabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah. Dalam
sistematika karya ilmiah, pembahasan mengenai teori biasanya diletakkan pada
bagian BAB 2, tepatnya di tinjauan pustaka atau bagian khusus, misalnya landasan
teori, logika teoretis, dan perspektif teoretis. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian akan terus berkembang apabila peneliti menguji suatu prediksi secara terus
menerus. Berkaitan dengan contoh judul pada penjelasan sebelumnya maka teori
yang digunakan berkaitan dengan kesiapsiagaan, sosialisasi, partisipasi, dan banjir
rob. Teori yang dimaksud dapat mencakup tiga jenis, yakni grand theory, middle
theory, dan operational theory. Dalam landasan teori, peneliti sebaiknya mengambil
beberapa referensi sehingga kekayaan teorinya menjadi kuat. Teori-teori yang telah
diambil kemudian disusun dan disintesis/dikombinasikan/diintisarikan menjadi satu
teori yang mampu menjawab permasalahan. Teori-teori yang dipilih tentunya harus
dengan tujuan penelitian.
Ada berbagai kegunaan atau fungsi dari sebuah teori. Pertama, teori dapat
digunakan untuk menemukan masalah penelitian. Apabila seorang peneliti
mengetahui teori maka ia akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan jika dihadapkan
pada suatu fenomena tertentu—yang bertentangan dengan teori. Jadi ada jarak atau
kontras antara teori yang diketahui dengan fenomena atau kenyataan di lapangan.
Kedua, teori dapat digunakan untuk menyusun hipotesis. Teori dapat digunakan
sebagai dasar pijakan untuk menghasilkan jawaban sementara atau kemungkinan
jawaban (hipotesis) terhadap pertanyaan penelitian. Ketiga, teori dapat digunakan
untuk menemukan konsep-konsep. Maksudnya, dengan mempelajari teori maka
peneliti akan mendapatkan konsep-konsep yang berguna sebagai acuan dalam
berpikir. Keempat, teori dapat digunakan untuk menemukan metodologi. Dengan
adanya teori, seorang peneliti dapat lebih mudah dalam menentukan metode yang
tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kelima, teori dapat digunakan untuk
menemukan alat analisis data. Teori dapat mengarahkan peneliti untuk mempelajari
data yang terkumpul dengan tujuan supaya memudahkannya dalam memahami
pertanyaan penelitian.
Bentuk Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Ada berbagai cara yang dapat digunakan peneliti dalam membentuk kerangka teori
pada penelitiannya. Pertama, peneliti dapat menegaskan teori dalam bentuk
hipotesis-hipotesis yang saling berhubungan, misalnya “semakin tinggi pendidikan
seorang perwira, semakin tinggi disiplinnya”. Kedua, peneliti dapat menyatakan teori
dalam bentuk pernyataan kausalitas (sebab-akibat) dengan kata “jika-maka” yang
menunjukkan mengapa seseorang harus menggunakan variabel bebas dapat
memengaruhi variabel terikat. Contoh cara kedua ini, misalnya “jika frekuensi latihan
menembak bertambah, maka tingkat perkenaan juga akan akurat”. Ketiga, peneliti
dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Maksudnya, peneliti menerjemahkan
variabel-variabel ke dalam gambar visual.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang dibuat, dapat disusun pertanyaan
penelitian (research question), yakni turunan dari rumusan permasalahan yang
menjadi manifestasi atau bentuk penegasan masalah yang akan dicari jawabannya
dalam bentuk kalimat tanya. Bentuk pertanyaan penelitian terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Pertama, bentuk pertanyaan jenis deskriptif,
yaitu pertanyaan penelitian yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan
variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Variabel mandiri adalah
variabel yang berdiri sendiri. Jenis pertanyaan deskriptif, misalnya, “Seberapa tinggi
efektifitas diplomasi pertahanan dengan negara-negara yang memiliki kepentingan
nasional berseberangan?” Kedua, bentuk pertanyaan komparatif, yakni pertanyaan
penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu atau lebih variabel pada
dua atau lebih sampel yang berbeda. Contoh pertanyaan ini, misalnya, “Adakah
perbedaan produktifitas kerja antara prajurit yang bertugas di Satuan Kapal Eskorta,
Satuan Kapal Selam, dan Satuan Kapal Amfibi di Koarmada II?” (satu variabel pada
3 sampel).
Ketiga, bentuk pertanyaan asosiatif, yaitu pertanyaan penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Pertanyaan jenis asosiatif
dibagi menjadi tiga macam, yaitu simetris, kausal, dan interaktif/resiprokal/timbal balik.
Pertanyaan asosiatif simetris, adalah hubungan antara dua atau lebih variabel yang
munculnya bersamaan, misalnya pertanyaan, “Adakah hubungan antara IQ dengan
tingkat disiplin prajurit militer?” Kedua, pertanyaan asosiatif kausal, yakni hubungan
yang bersifat sebab akibat. Ada variabel bebas (yang mempengaruhi) dan variabel
terikat (yang dipengaruhi), misalnya pertanyaan, “Adakah pengaruh sistem tunjangan
kinerja terhadap prestasi kerja ASN Kementerian Pertahanan RI?” Ketiga, pertanyaan
asosiatif interaktif/resiprokal/timbal balik, yakni hubungan yang saling mempengaruhi.
Dengan demikian, tidak diketahui mana variabel bebas dan variabel terikat. Contoh
pertanyaan ini, misalnya “Bagaimana hubungan antara motivasi dengan prestasi atlit
pencak silat?” Dalam konteks ini, motivasi dapat mempengaruhi prestasi dan
sebaliknya prestasi juga dapat mempengaruhi motivasi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang disusun berdasarkan rumusan
masalah. Tujuan penelitian menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperoleh
setelah penelitian selesai, atau sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah
penelitian. Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan. Bentuk kalimat dari tujuan
penelitian adalah sebuah pernyataan yang konkret, bukan kalimat tanya. Hal ini terjadi
karena tujuan penelitian disusun berdasarkan struktur yang linier dengan rumusan
masalah. Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, dapat dibuat tujuan penelitian
sebagai berikut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh sosialisasi
terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di Jakarta; (2)
menganalisis partisipasi terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
banjir di Jakarta; dan (3) menganalisis pengaruh sosialisasi dan partisipasi secara
bersama-sama terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di
Jakarta.
Ada beragam jenis tujuan penelitian, yaitu eksploratif, verifikatif,
pengembangan, deskriptif, eksploratif, dan eksplanatif. Pertama, tujuan eksploratif,
yaitu bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang belum pernah ada.
Kedua, tujuan verifikatif, yakni bertujuan untuk menguji suatu teori yang sudah ada
sehingga ditemukan suatu hasil penelitian yang dapat menggugurkan atau
memperkuat pengetahuan atau teori yang sudah ada. Ketiga, tujuan pengembangan,
yaitu bertujuan untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada. Keempat, tujuan
deskriptif, yakni bertujuan untuk menyajikan fakta-fakta atau data-data secara lebih
sistematis dari suatu fenomena sosial, gejala-gejala sosial, ataupun kondisi sosial
yang terjadi. Kelima, tujuan eksploratif, yakni bertujuan untuk menemukan suatu
fakta/data/pengetahuan baru yang belum pernah ada. Terakhir, tujuan eksplanatif,
yakni bertujuan untuk menjelaskan hubungan fakta/data dengan suatu prinsip umum
sekaligus menentukan penjelasan mana yang paling baik dari berbagai penjelasan
yang tersedia. Bisa juga menjelaskan faktor-faktor yang bersifat positif/negatif dari
suatu fenomena sosial.
Berikut disajikan contoh maksud, tujuan, dan manfaat penelitian. Maksud
penelitian, misalnya “Penelitian dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar
pengaruh pembatasan sosial dan bekerja dari rumah terhadap kinerja satuan TNI.”
Tujuan penelitian tersebut, misalnya “Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendalami
pengaruh pembatasan sosial terhadap kinerja satuan TNI, (2) mendalami pengaruh
bekerja dari rumah terhadap kinerja satuan TNI, (3) mendalami karakteristik kinerja
satuan TNI yang terpengaruh, dan (4) menganalisis signifikansi pengaruh
pembatasan sosial dan bekerja dari rumah terhadap kinerja satuan TNI. Manfaat
penelitian, misalnya (1) mengetahui pengaruh paling signifikan terhadap kinerja
satuan TNI, dan menghasilkan rekomendasi perlakuan untuk meningkatkan kinerja
satuan TNI. Penelitian harus bermanfaat secara teoretis maupun secara praktis. Pada
tujuan teoretis, khususnya dalam program studi pertahanan maka harus berkontribusi
dalam pengembangan ilmu pertahanan. Secara khusus pada prodi manajemen
bencana maka harus bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu kebencanaan.
Terkait tujuan praktis, misalnya dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan kebencanaan dan dapat disosialisasikan bersama dengan
BPBD.
Hipotesis Penelitian
Secara terminologis atau asal usulnya, hipotesis berasal dari istilah hypo yang
bermakna ‘kurang dari, di bawah’ dan thesis yang bermakna ‘pendirian, pendapat
yang ditegakkan, kepastian’. Menurut Djarwanto (1994, p.13), hipotesis merupakan
suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya.
Ary (1992, p. 120) mengartikan hipotesis sebagai suatu pernyataan sementara yang
diajukan untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala.
Nazir (1998, p. 182) mendefinisikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Margono (2004, p.
80) berpendapat bahwa hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang
sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Oleh
karena itu, hipotesis memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari
masalah yang diajukan, merupakan dugaan yang bijaksana dari si peneliti, atau
diturunkan (dideduksi) dari teori yang telah ada. Furchan (2004, p. 121-129) membuat
kriteria-kriteria atau ciri-ciri hipotesis. Kriteria yang dimaksud, yakni hipotesis harus
mempunyai daya penjelas, menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel- variabel, dapat diuji, hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah
ada, dan hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin.
Dalam sebuah penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, hipotesis
mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan yang dimaksud, yakni hipotesis berguna
untuk memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang, memberikan suatu pernyataan
hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian, memberikan arah kepada
penelitian, dan memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan. Untuk
membuktikan kebenaran suatu hipotesis, peneliti dapat dengan sengaja menciptakan
suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah
teruji kebenarannya maka hipotesis akan disebut teori.
Macam-Macam Hipotesis
Sesuai dengan bentuk variabelnya, hipotesis dibagi menjadi tiga macam, yakni
hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Hipotesis deskriptif
merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang
berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri, misalnya meorang peneliti ingin
mengetahui apakah Helm Tempur Mk7 mengandung material komposit polimer atau
tidak. Dari topik itu kemudian disusun rumusan masalah dalam pertanyaan, “Apakah
Helm Tempur Mk7 mengandung material komposit polimer?” Dari variabel tunggal
Helm Tempur Mk7 dapat dibuat hipotesis berikut.
H0: Helm Tempur Mk7 tidak mengandung material komposit polimer.
Ha: Helm Tempur Mk7 mengandung material komposit polimer.
Ada pula hipotesis komparatif, yakni dugaan atau jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian, misalnya peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal
antara pasukan reguler jika dibandingkan dengan sikap loyal pasukan khusus.
penelitian tersebut bertujuan untuk mendapat gambaran apakah kedua pasukan
memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda. Dari topik itu maka dibuatlah
rumusan masalah, “Apakah pasukan reguler dan pasukan khusus memiliki tingkat
loyalitas yang sama?” Berdasarkan dua variabel, yakni V1 loyalitas pasukan reguler
dan V2 loyalitas pasukan khusus maka dibuatlah hipotesis berikut.
H0: Pasukan reguler memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan pasukan khusus.
Ha: Pasukan reguler memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama (berbeda) dengan
pasukan khusus.
Selain hipotesis deskriptif dan komparatif, ada pula hipotesis asosiatif, yakni
dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan
hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian, misalnya seorang peneliti ingin
mengetahui apakah tipe kepemimpinan komandan lapangan memengaruhi loyalitas
pasukan. Dari topik itu dibuatlah rumusan masalah, “Apakah tipe kepemimpinan
komandan lapangan memengaruhi loyalitas pasukan?” Berdasarkan dua variabel,
yakni V1 tipe kepemimpinan komandan lapangan dan V2 loyalitas pasukan maka
dibuatlah hipotesis berikut.
H0: Tipe kepemimpinan komandan lapangan tidak memengaruhi loyalitas pasukan.
Ha: Tipe kepemimpinan komandan lapangan memengaruhi loyalitas pasukan.
Keterangan
H0 = hipotesis nol/awal/ideal (null hypothesis)
Ha = hipotesis alternatif (alternative hypothesis)