Anda di halaman 1dari 17

TUGAS RESUME

Dosen Pengampu:
Dr. IDK Kerta Widana, S.K.M., M.KKK., CIQnR., CIQaR.

Disusun Oleh:
Bondan Prakoso (NIM 120200301005)

untuk Memenuhi Sebagian Tugas


pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BENCANA


FAKULTAS KEAMANAN NASIONAL
UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA
JAKARTA
2020
Kuliah pengantar metode penelitian pertemuan ketiga dengan topik “Judul, Teori,
Masalah dan Tujuan, Variabel dan Hipotesis Penelitian” disampaikan oleh Sekretaris
Program Studi Manajemen Bencana Universitas Pertahanan, Dr. IDK Kerta Widana,
S.K.M., M.KKK., CIQnR., CIQaR., menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, dan penugasan. Hal-hal yang menjadi pokok bahasan dalam kuliah tersebut
antara lain: judul penelitian, teori dalam penelitian kuantitatif, masalah dan tujuan
penelitian kuantitatif, variabel penelitian, dan hipotesis penelitian. Dari pokok bahasan
yang disampaikan saat perkuliahan, berikut ikhtisarnya.

Judul Penelitian
Pada penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, ada empat komponen penting yang
sistematis dalam kerangka pengembangannya, yaitu judul penelitian, rumusan
permasalahan, hipotesis, dan teknik analisis data. Salah satu komponen itu, judul
penelitian, menjadi komponen penting karena dijadikan sebagai gambaran umum
terhadap keseluruhan isi suatu penelitian. Oleh karena itu, judul penelitian harus dapat
menggambarkan masalah penelitian yang sedang dikaji/diteliti. Selain itu, kata-kata
yang disusun menjadi judul penelitian harus dapat mengidentifikasi atau menguraikan
variabel yang menentukan masalah yang akan diteliti.
Mardalis (1995), mengemukakan lima ketentuan yang digunakan dalam
menetapkan dan menyusun judul penelitian. Pertama, judul penelitian haruslah
menarik minat peneliti. Hal ini menjadi penting karena semangat dalam meneliti
ditentukan pula oleh judulnya. Apabila judulnya menarik maka akan menggugah minat
peneliti dalam setiap tahapan penelitiannya, khususnya hasrat atau ketertarikannya
untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Kedua, judul yang ditetapkan mampu
dilaksanakan peneliti. Maksudnya, bekal peneliti berupa pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya mumpuni untuk menyelesaikan permasalahan dalam
judul yang dipilih. Jangan sampai pengetahuan dan keterampilan tidak sebanding
dengan kemampuan untuk dalam memecahkan permasalahan yang telah ia pilih.
Ketiga, mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti. Judul yang mewakili
penelitian haruslah mencakup hal yang memang penting untuk diteliti. Penting
maksudnya, yaitu memang dibutuhkan pemecahan masalahnya sehingga hasilnya
akan bermanfaat untuk peneliti sendiri, masyarakat, dan khazanah ilmu pengetahuan.
Ketiga, data yang tersedia mencukupi. Data menjadi objek yang penting dalam
penentuan judul karena data merupakan embrio yang dapat menjadi solusi atas
permasalahan yang diteliti. Judul dipilih apabila datanya mencukupi, yaitu cukup untuk
dapat membuktikan kebenaran ilmiah sehingga peneliti yakin untuk mengangkat
permasalahan dalam judul itu. Data yang dimaksud dapat berupa data sekunder, teori
yang diperoleh dari studi kepustakaan, dan konsep-konsep yang akan digunakan
dalam hipotesis penelitian. Terakhir, hindari duplikasi judul dengan judul lain yang
sudah ada. Penelitian harus menegakkan etika ilmiah dan keilmuan. Etika yang
dimaksud, yakni menghindari adanya plagiasi, baik dalam judul maupun isi penelitian.
Dalam rangka memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan, judul
penelitian harus disusun dengan kata-kata yang baik dan benar sehingga dapat
menjelaskan konsep pemahaman penelitian. Judul yang dimaksud, yakni terhindar
dari kalimat yang membingungkan dan mempersulit penyusunan konsep penelitian.
Oleh karena itu, judul sebaiknya tidak ambigu (taksa), padat, dan efektif. Selain itu,
judul yang disusun dipastikan dapat menggambarkan posisi variabel-variabel yang
dijadikan objek kajian sehingga konsep gagasan dalam judul menjadi jelas. Apabila
konsep yang diaktualisasikan sangat jelas maka dapat dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui rangkaian rumus-rumus statistik dalam
rangka pengkajian hubungan antarvariabel. Hal ini dimaksudkan agar standar
penggunaan metode penelitian menjadi jelas karena prosedur dan tata cara pengujian
hipotesis berlaku secara universal. Hasil pengujian hipotesis yang baik akan
membuahkan hasil penelitian yang dianggap layak atau baik karena dapat dijadikan
sebagai inovasi ilmu pengetahuan yang berbasis pada kajian empirik. Dengan
prasyarat tersebut maka perbedaan antara penyusunan karya ilmiah yang didasarkan
pada pengujian hipotesis dapat diketahui perbedaannya. Berikut contoh perumusan
judul penelitian kuantitatif.
Variabel independen:
X1  sosialisasi
X2  partisipasi
Variabel dependen:
Y  kesiapsiagaan
Dari variabel independen dan variabel dependen tersebut disusunlah judul penelitian
berikut.
Pengaruh Sosialisasi dan Partisipasi Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat di Kota
Semarang dalam Menghadapi Banjir Rob (judul penelitian kuantitatif asosiatif
kausalitas)
Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Kerlinger (1979, p.64) menjelaskan bahwa teori merupakan seperangkat variabel
(konstrak), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan dan mencerminkan
pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memperinci hubungan
antarvariabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah. Dalam
sistematika karya ilmiah, pembahasan mengenai teori biasanya diletakkan pada
bagian BAB 2, tepatnya di tinjauan pustaka atau bagian khusus, misalnya landasan
teori, logika teoretis, dan perspektif teoretis. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian akan terus berkembang apabila peneliti menguji suatu prediksi secara terus
menerus. Berkaitan dengan contoh judul pada penjelasan sebelumnya maka teori
yang digunakan berkaitan dengan kesiapsiagaan, sosialisasi, partisipasi, dan banjir
rob. Teori yang dimaksud dapat mencakup tiga jenis, yakni grand theory, middle
theory, dan operational theory. Dalam landasan teori, peneliti sebaiknya mengambil
beberapa referensi sehingga kekayaan teorinya menjadi kuat. Teori-teori yang telah
diambil kemudian disusun dan disintesis/dikombinasikan/diintisarikan menjadi satu
teori yang mampu menjawab permasalahan. Teori-teori yang dipilih tentunya harus
dengan tujuan penelitian.
Ada berbagai kegunaan atau fungsi dari sebuah teori. Pertama, teori dapat
digunakan untuk menemukan masalah penelitian. Apabila seorang peneliti
mengetahui teori maka ia akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan jika dihadapkan
pada suatu fenomena tertentu—yang bertentangan dengan teori. Jadi ada jarak atau
kontras antara teori yang diketahui dengan fenomena atau kenyataan di lapangan.
Kedua, teori dapat digunakan untuk menyusun hipotesis. Teori dapat digunakan
sebagai dasar pijakan untuk menghasilkan jawaban sementara atau kemungkinan
jawaban (hipotesis) terhadap pertanyaan penelitian. Ketiga, teori dapat digunakan
untuk menemukan konsep-konsep. Maksudnya, dengan mempelajari teori maka
peneliti akan mendapatkan konsep-konsep yang berguna sebagai acuan dalam
berpikir. Keempat, teori dapat digunakan untuk menemukan metodologi. Dengan
adanya teori, seorang peneliti dapat lebih mudah dalam menentukan metode yang
tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kelima, teori dapat digunakan untuk
menemukan alat analisis data. Teori dapat mengarahkan peneliti untuk mempelajari
data yang terkumpul dengan tujuan supaya memudahkannya dalam memahami
pertanyaan penelitian.
Bentuk Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Ada berbagai cara yang dapat digunakan peneliti dalam membentuk kerangka teori
pada penelitiannya. Pertama, peneliti dapat menegaskan teori dalam bentuk
hipotesis-hipotesis yang saling berhubungan, misalnya “semakin tinggi pendidikan
seorang perwira, semakin tinggi disiplinnya”. Kedua, peneliti dapat menyatakan teori
dalam bentuk pernyataan kausalitas (sebab-akibat) dengan kata “jika-maka” yang
menunjukkan mengapa seseorang harus menggunakan variabel bebas dapat
memengaruhi variabel terikat. Contoh cara kedua ini, misalnya “jika frekuensi latihan
menembak bertambah, maka tingkat perkenaan juga akan akurat”. Ketiga, peneliti
dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Maksudnya, peneliti menerjemahkan
variabel-variabel ke dalam gambar visual.

Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif


Dalam penelitian kuantitatif, teori menjadi hal yang penting karena dijadikan sebagai
landasan penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan teori secara
deduktif, yaitu dengan cara meletakkannya di bagian awal proposal penelitian. Karena
bertujuan untuk menguji atau memverifikasi suatu teori daripada mengembangkannya
maka peneliti kuantitatif memulai dengan mengajukan teori, lalu mengumpulkan data
untuk menguji teori tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori
tersebut berdasarkan hasil yang diperoleh. Langkah-langkah penempatan teori
dengan penalaran deduktif dalam penelitian kuantitatif antara lain sebagai berikut.
Secara berturut-turut: (1) menguji atau memverifikasi suatu teori; (2) menguji hipotesis
atau rumusan masalah dari teori; (3) mendefinisikan dan mengoperasionalkan
variabel yang terbentuk dari teori; serta (4) mengukur dan mengobservasi variabel-
variabel dengan bantuan instrumen untuk memperoleh skor-skor.

Identifikasi Teori dalam Penelitian Kuantitatif


Ada beberapa poin yang dapat digunakan peneliti dalam melilih teori pada jenis
penelitian kuantitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif
dipilih/diidentifikasi berdasarkan beberapa aspek, yakni teori yang digunakan,
hipotesis-hipotesis dari teori tersebut, informasi tentang aplikasi teori tersebut dalam
penelitian-penelitian sebelumnya, dan pernyataan yang mencerminkan bagaimana
teori tersebut berhubungan dengan penelitian yang diajukan. Selain itu, peneliti juga
perlu memeriksa literatur yang kemungkinan membahas teori yang digunakan,
memeriksa penelitian-penelitian lain yang membahas topik atau yang sangat
berkaitan dengan topik yang digunakan, membuat rumusan masalah dengan agar
dapat menjebatani variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat, serta
menjelaskan teori yang digunakan dalam bagian khusus.

Karakter Teori dan Literatur


Teori dapat dikenali dari karakter yang membangun konsepnya. Karakter-karakter
tersebut antara lain: teori yang berupa statement atau pernyataan, dapat berupa
variabel atau fenomena, bisa berwujud hubungan antarvariabel/antarfenomena, teori
tentang sistematika, dan teori mengenai metode. Teori bisa didapat dari literatur,
tetapi tidak semua literature mengandung teori. Hal ini disebabkan karena literatur
dapat berisi pendapat pribadi, gagasan masa depan, dan perdebatan. Literatur atau
bahan yang dapat digunakan untuk mencari teori bersumber dari berbagai macam.
Secara hierarkis dari tingkat kredibilitas tinggi ke rendah, teori dapat bersumber dari
jurnal akademis, buku kuliah, tesis atau disertasi, dokumen dan berkas berjenjang
(pamphlet pemerintahan, memorandum, brosur), majalah khusus atau materi rujukan
khusus, majalah umum dan surat kabar, dan ensiklopedia umum.

Tinjauan Pustaka (literature review)


Tinjauan pustaka adalah kegiatan mengkaji informasi literatur dalam bidang subjek
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Tinjauan pustaka dilakukan mulai dari
pencarian, menilai, hinga mengintegrasikan. Ada beberapa tujuan dilakukannya
tinjauan pustaka. Tujuan yang dimaksud, yaitu untuk (1) mengidentifikasi informasi
relevan terkait garis besar pengetahuan yang ada; (2) mengidentifikasi 'gap' dalam
penelitian sehingga dapat menjadi ‘ruang riset’; (3) mengevaluasi dan sintesis
informasi sejalan dengan konsep penelitian; (4) menghasilkan alasan atau justifikasi
untuk studi; (5) mengidentifikasi kesenjangan dalam literatur; (6) menghindari
penelitian yang sama nonverifikasi (meminimalisir kesalahan yang sama dengan
penelitan lain); (7) menindaklanjuti sara penelitian sebelumnya untuk kesinambungan
ilmu; (8) membangun platform pengetahuan yang ada dan ide-ide yang sama; (9)
menemukan jejaring; dan (10) meningkatkan pengetahuan tentang luas wilayah
subjek. Selain itu, tinjauan pustaka membantu seorang peneliti untuk dapat
menemukan sumber utama masalah, teori kuncu, konsep, ide, isu-isu utama dan
perdebatan, epistemologi dan ontologi, titik pijak politik, struktur pengetahuan dan
organisasi, asal-usul dan definisi, masalah utama dan pertanyaan.
Ada kiat-kiat yang dapat digunakan dalam melakukan tinjauan/kajian pustaka.
Pertama, membuat sinopsis/ikhtisar. Sinopsis yang dibuat harus singkat dan kritis
pada masing-masing literatur poin utama, teori, isu utama/kunci, serta kutipan yang
kuat. Referensi dari literatur sangat mungkin menyertakan karya lain/sebelumnya
untuk pembanding. Kedua, membuat organisasi tematik. Hal ini dilakukan dengan
memuat satu kategori/subtema dari tema utama. Kategori dibuat menurut: kronologis,
geografis, tematis, metodologis, da persamaan-perbedaan. Tulislah menjadi paragraf
singkat menguraikan kategori, kaitan tiap kategori satu sama lain, dan dengan tema
secara keseluruhan. Ketiga, membaca lebih banyak. Semakin banyak membaca
maka pemahaman terhadap topik pilihan akan semakin baik. Keempat, menulis
bagian individu. Pada tiap tematik, pokok-pokok ditulis dengan menggunakan
penjelasan konsep sendiri untuk membahas artikel yang relevan dengan tema.
Setelah itu, perlu juga mengaitkan artikel dengan tema untuk mendukung atau kritik.
Terakhir, mengintegrasikan bagian. Caranya dengan menyatukan bagian-bagian
tematis bersama dengan kesimpulan, pengenalan, dan bagian-bagian yang perlu
dengan baik sehingga mudah dipahami.

Karakter Hasil Penelitian


Selain teori, hasil penelitian juga mempunyai karakter masing-masing. Hasil penelitian
dapat berwujud atau disajikan berupa uraian tentang data, metode, teori yang
digunakan, kajian statistik, tabel, dan hasil temuan. Selain itu, hasil penelitian dapat
pula berbentu kritik terhadap teori dan rekomendasi.

Masalah dan Tujuan Penelitian Kuantitatif


Manusia tinggal di alam semesta berdampingan dengan makhluk lain serta berbagai
permasalahan yang timbul dari hubungan dengan alam itu sendiri maupun
antarmakhluk hidup. Permasalahan yang muncul harus dicari solusinya supaya tidak
mengganggu kehidupannya. Secara umum, permasalahan dimaknai sebagai
kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, penelitian
dilaksanakan dalam rangka mencari solusi terbaik atas suatu permasalahan sehingga
kesenjangan itu bisa dipersempit.
Kesenjangan (gap) dibagi menjadi tiga jenis, yakni kesenjangan
empiris/fenomena (empirical gap), kesenjangan penelitian (research gap), dan
kesenjangan teoretis (theoretical gap). Pertama, kesenjangan empiris/fenomena
(empirical gap), yakni kesenjangan yang bersumber pada penyimpangan antara
sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sesungguhnya terjadi. Kesenjangan ini
dapat diperoleh dengan cara mengamati data atau informasi yang menampakkan
adanya masalah. Kedua, kesenjangan penelitian (research gap), biasanya muncul
setelah proses penelitian dilakukan. Kesenjangan ini dapat diamati dengan mencari
celah penelitian dengan beberapa indikator, yaitu belum berhasil menjawab masalah
penelitian, hipotesisnya yang belum terbukti, hasilnya kontroversi, hasilnya masih
menyisakan kelemahan atau keterbatasan, serta diperlukan penelitian lanjutan.
Ketiga, kesenjangan teoretis (theoritical gap), yang dapat diamati dengan beberapa
indikator, yakni teori yang masih lemah dan ketidakmampuan sebuah teori dalam
menjelaskan sebuah fenomena.
Notoatmojo (2002) mendefinisikan masalah penelitian (research problem)
sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi
tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang
seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan. Menurut
Limakrisna, suatu malasah dapat dikategorikan menjadi masalah penelitian apabila
memenuhi beberapa kriteria. Kriteria yang dimaksud, yakni bisa ditunjukan dengan
data, bisa dibatasi lingkup permasalahannya, jelas dukungan teorinya, berasal dari
beberapa sumber persoalan, penting, urgen, dan visibilitas. Dalam karya ilmiah,
masalah penelitian diwujudkan dalam bentuk rumusan permasalahan (problem
statement). Rumusan permasalah merupakan deskripsi tentang kesenjangan dari
suatu fenomena yang diamati, misalnya dalam judul, “Kinerja Patroli Perbatasan pada
masa Pandemi Covid-19”, terdapat rumusan permasalahan, “Bagaimana kinerja
patroli militer di wilayah perbatasan pada masa Pandemi Covid-19?”

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang dibuat, dapat disusun pertanyaan
penelitian (research question), yakni turunan dari rumusan permasalahan yang
menjadi manifestasi atau bentuk penegasan masalah yang akan dicari jawabannya
dalam bentuk kalimat tanya. Bentuk pertanyaan penelitian terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Pertama, bentuk pertanyaan jenis deskriptif,
yaitu pertanyaan penelitian yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan
variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Variabel mandiri adalah
variabel yang berdiri sendiri. Jenis pertanyaan deskriptif, misalnya, “Seberapa tinggi
efektifitas diplomasi pertahanan dengan negara-negara yang memiliki kepentingan
nasional berseberangan?” Kedua, bentuk pertanyaan komparatif, yakni pertanyaan
penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu atau lebih variabel pada
dua atau lebih sampel yang berbeda. Contoh pertanyaan ini, misalnya, “Adakah
perbedaan produktifitas kerja antara prajurit yang bertugas di Satuan Kapal Eskorta,
Satuan Kapal Selam, dan Satuan Kapal Amfibi di Koarmada II?” (satu variabel pada
3 sampel).
Ketiga, bentuk pertanyaan asosiatif, yaitu pertanyaan penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Pertanyaan jenis asosiatif
dibagi menjadi tiga macam, yaitu simetris, kausal, dan interaktif/resiprokal/timbal balik.
Pertanyaan asosiatif simetris, adalah hubungan antara dua atau lebih variabel yang
munculnya bersamaan, misalnya pertanyaan, “Adakah hubungan antara IQ dengan
tingkat disiplin prajurit militer?” Kedua, pertanyaan asosiatif kausal, yakni hubungan
yang bersifat sebab akibat. Ada variabel bebas (yang mempengaruhi) dan variabel
terikat (yang dipengaruhi), misalnya pertanyaan, “Adakah pengaruh sistem tunjangan
kinerja terhadap prestasi kerja ASN Kementerian Pertahanan RI?” Ketiga, pertanyaan
asosiatif interaktif/resiprokal/timbal balik, yakni hubungan yang saling mempengaruhi.
Dengan demikian, tidak diketahui mana variabel bebas dan variabel terikat. Contoh
pertanyaan ini, misalnya “Bagaimana hubungan antara motivasi dengan prestasi atlit
pencak silat?” Dalam konteks ini, motivasi dapat mempengaruhi prestasi dan
sebaliknya prestasi juga dapat mempengaruhi motivasi.

Langkah Membuat Pertanyaan Penelitian


Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan panduan dalam membuat pertanyaan
penelitian. Pertama, memilih satu topik umum yang diminati lalu direpresentasikan
dalam pemilihan kata kunci (key word) yang tepat. Kedua, membaca referensi--
disarankan publikasi terbaru dari jurnal terakreditasi--untuk mengetahui
permasalahan dan debat dalam topik tersebut. Dalam membaca referensi ini, lebih
baik membaca abstrak saja atau dengan teknik membaca skimming/scan reading.
Ketiga, persempit referensi menjadi lebih spesifik pada topik khusus. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara membaca referensi terpilih secara mendalam, lalu mencatat
(journal reading). Keempat, mengidentifikasi permasalahan penelitian sesuai
kesenjangan yang ditemukan pada langkah ketiga. Terakhir, menuliskan pertanyaan
penelitian berdasarkan langkah keempat.

Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah


Identifikasi masalah merupakan perincian masalah dapat dikaji atau diteliti dari
berbagai aspek. Misalnya, dalam penelitian rumah yang berkaitan dengan gempa,
identifikasi masalahnya menyangkut bangunan roboh, lampu padam, genting jatuh,
kaca pecah, dan perkakas berantakan. Contoh lain, dalam penelitian yang berkaitan
dengan banjir, dapat diidentifikasi dari ketidaksiapan infrastruktur, belum ada
sosialisasi banjir, perilaku masyarakat membuang sampah, kerugian, dan tidak ada
peringatan dini.
Dari masalah yang telah diidentifikasi, kemudian dibuatlah rumusan masalah
yang lebih spesifik dalam kalimat tanya, misalnya (1) Apakah sosialisasi berpengaruh
terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di Jakarta? (2) Apakah
partisipasi berpengaruh terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
banjir di Jakarta? (3) Apakah sosialisasi dan partisipasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di
Jakarta?

Maksud, Tujuan, dan Manfaat Penelitian


Dalam sebuah penelitian, maksud, tujuan, dan manfaat penelitian adalah konsekuensi
logis dari masalah yang telah ditetapkan, dirumuskan, dan diidentifikasi. Maksud
penelitian biasanya menunjuk pada apa yang akan dikerjakan dalam penelitian dalam
rangka menjawab rumusan permasalahan. Tujuan penelitian biasanya menunjukan
hasil yang akan diperoleh atau dicapai setelah melalui pekerjaan pada maksud
penelitian. Lalu, manfaat penelitian, merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan
secara praktis maupun secara teoretis.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang disusun berdasarkan rumusan
masalah. Tujuan penelitian menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperoleh
setelah penelitian selesai, atau sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah
penelitian. Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan. Bentuk kalimat dari tujuan
penelitian adalah sebuah pernyataan yang konkret, bukan kalimat tanya. Hal ini terjadi
karena tujuan penelitian disusun berdasarkan struktur yang linier dengan rumusan
masalah. Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, dapat dibuat tujuan penelitian
sebagai berikut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh sosialisasi
terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di Jakarta; (2)
menganalisis partisipasi terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
banjir di Jakarta; dan (3) menganalisis pengaruh sosialisasi dan partisipasi secara
bersama-sama terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di
Jakarta.
Ada beragam jenis tujuan penelitian, yaitu eksploratif, verifikatif,
pengembangan, deskriptif, eksploratif, dan eksplanatif. Pertama, tujuan eksploratif,
yaitu bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang belum pernah ada.
Kedua, tujuan verifikatif, yakni bertujuan untuk menguji suatu teori yang sudah ada
sehingga ditemukan suatu hasil penelitian yang dapat menggugurkan atau
memperkuat pengetahuan atau teori yang sudah ada. Ketiga, tujuan pengembangan,
yaitu bertujuan untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada. Keempat, tujuan
deskriptif, yakni bertujuan untuk menyajikan fakta-fakta atau data-data secara lebih
sistematis dari suatu fenomena sosial, gejala-gejala sosial, ataupun kondisi sosial
yang terjadi. Kelima, tujuan eksploratif, yakni bertujuan untuk menemukan suatu
fakta/data/pengetahuan baru yang belum pernah ada. Terakhir, tujuan eksplanatif,
yakni bertujuan untuk menjelaskan hubungan fakta/data dengan suatu prinsip umum
sekaligus menentukan penjelasan mana yang paling baik dari berbagai penjelasan
yang tersedia. Bisa juga menjelaskan faktor-faktor yang bersifat positif/negatif dari
suatu fenomena sosial.
Berikut disajikan contoh maksud, tujuan, dan manfaat penelitian. Maksud
penelitian, misalnya “Penelitian dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar
pengaruh pembatasan sosial dan bekerja dari rumah terhadap kinerja satuan TNI.”
Tujuan penelitian tersebut, misalnya “Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendalami
pengaruh pembatasan sosial terhadap kinerja satuan TNI, (2) mendalami pengaruh
bekerja dari rumah terhadap kinerja satuan TNI, (3) mendalami karakteristik kinerja
satuan TNI yang terpengaruh, dan (4) menganalisis signifikansi pengaruh
pembatasan sosial dan bekerja dari rumah terhadap kinerja satuan TNI. Manfaat
penelitian, misalnya (1) mengetahui pengaruh paling signifikan terhadap kinerja
satuan TNI, dan menghasilkan rekomendasi perlakuan untuk meningkatkan kinerja
satuan TNI. Penelitian harus bermanfaat secara teoretis maupun secara praktis. Pada
tujuan teoretis, khususnya dalam program studi pertahanan maka harus berkontribusi
dalam pengembangan ilmu pertahanan. Secara khusus pada prodi manajemen
bencana maka harus bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu kebencanaan.
Terkait tujuan praktis, misalnya dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan kebencanaan dan dapat disosialisasikan bersama dengan
BPBD.

Konsep dan Variabel Penelitian


Bungin (2011, p. 73) berpendapat bahwa konsep adalah generalisasi dari sekelompok
fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Contoh konsep yang dimaksud, misalnya sekelompok ilmu alam
menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan suhu, berat, dan panjang,
sedangkan sekelompok ilmu sosial menggambarkan fenomena yang berkaitan
dengan sikap, kinerja, dan respons. Selain konsep, ada pula variabel, yaitu konsep
dalam bentuk konkret atau konsep operasional yang nilainya bervariasi. Mayer (1984,
p. 15) menjelaskan bahwa variabel merupakan konsep tingkat rendah yang acuannya
mudah diidentifikasi, diobservasi, diklasifikasi, diukur, dan diurut
Berdasarkan pengaruhnya, variabel penelitian dibagi menjadi variabel bebas,
variabel terikat, variabel moderator, variabel entervening, dan variabel kontrol.
Pertama, variabel bebas (variabel independen, stimulus, prediktor, anteseden, atau
eksogen), merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Kedua, variabel terikat (variabel
dependen, output, kriteria, konsekuensi, atau endogen), yaitu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, kerena adanya variabel bebas. Ketiga, variabel
moderator, merupakan variabel bebas kedua yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan terikat. Contoh dari variabel
moderator ini, misalnya faktor cuaca (sebagai variabel moderator), memperkuat atau
memperlemah pengaruh variabel bebas frekuensi latihan menembak terhadap
variabel terikat tingkat akurasi perkenaan. Keempat, variabel entervening, yakni
variabel antara/penyela yang terletak di antara variabel bebas dan terikat sehingga
variabel bebas tidak langsung mempengaruhi variabel terikat. Contoh variabel
entervening, misalnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung
terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini variabel
interveningnya adalah gaya hidup, dan antara variabel penghasilan dengan gaya
hidup, terdapat variabel moderator, yaitu lingkungan tempat tinggal. Kelima, variabel
kontrol, merupakan ariabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak
diteliti. Variabel ini sering digunakan oleh peneliti yang melakukan penelitian yang
bersifat membandingkan melalui penelitian eksperimen. Contoh variabel kontrol,
misalnyas ampel penelitian respon prajurit atas beban ransel dengan memberikan
perlakuan variabel antara lain: (1) kelompok sampel dengan variabel beban 25 Kg; (2)
kelompok sampel dengan variabel beban 35 Kg; dan (3) kelompok sampel dengan
variabel kontrol (tidak diberikan perlakuan membawa beban ransel).
Apabila dibuat bagan, hubungan antarvariabel dapat digambarkan pada skema
berikut.

Berdasarkan skala pengukuran, variabel dibagi menjadi data nominal, data


ordinal, data rasio, dan data interval. Pertama, variabel nominal, yakni variabel yang
skala pengukurannya datanya berdasarkan penggolongan, misalnya berdasarkan
jenis kelamin, pendidikan, dan agama. Kedua, variabel ordinal, yaitu variabel yang
skala pengukuran datanya berdasarkan jenjang atau urutan, misalnya tinggi badan
dan ranking. Ketiga, variabel rasio, yakni variabel yang skala pengukuran datanya
berdasarkan interval dengan nol mutlak, misalnya usia 0, 1, 2, dan 3 tahun. Keempat,
variabel interval, yaitu variabel yang skala pengukuran datanya berdasarkan ordinal
dengan jarak sama, misalnya penghasilan 1 juta--5 jt,
Berdasarkan tipe datanya, variabel penelitian dibagi menjadi variable diskrit
dan variabel kontinyu. Variabel diskrit merupakan variabel yang tipe datanya didapat
dari hasil menghitung, berupa bilangan asli, berlaku pada set tertentu yang terpisah,
misalnya jumlah prajurit dan ukuran sepatu lars. Variabel kontinyu, merupakan
variabel yang tipe datanya didapat dari hasil mengukur, berupa bilangan pecahan,
berlaku pada set pada interval terhingga atau tak terhingga, misalnya panjang jalan,
suhu ruangan, dan waktu tempuh.
Apabila dibuat bagan, variabel diskrit (atas) dan variabel kontinyu (bawah) dapat
digambarkan pada skema berikut.

Hipotesis Penelitian
Secara terminologis atau asal usulnya, hipotesis berasal dari istilah hypo yang
bermakna ‘kurang dari, di bawah’ dan thesis yang bermakna ‘pendirian, pendapat
yang ditegakkan, kepastian’. Menurut Djarwanto (1994, p.13), hipotesis merupakan
suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya.
Ary (1992, p. 120) mengartikan hipotesis sebagai suatu pernyataan sementara yang
diajukan untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala.
Nazir (1998, p. 182) mendefinisikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Margono (2004, p.
80) berpendapat bahwa hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang
sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Oleh
karena itu, hipotesis memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari
masalah yang diajukan, merupakan dugaan yang bijaksana dari si peneliti, atau
diturunkan (dideduksi) dari teori yang telah ada. Furchan (2004, p. 121-129) membuat
kriteria-kriteria atau ciri-ciri hipotesis. Kriteria yang dimaksud, yakni hipotesis harus
mempunyai daya penjelas, menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel- variabel, dapat diuji, hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah
ada, dan hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin.
Dalam sebuah penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, hipotesis
mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan yang dimaksud, yakni hipotesis berguna
untuk memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang, memberikan suatu pernyataan
hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian, memberikan arah kepada
penelitian, dan memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan. Untuk
membuktikan kebenaran suatu hipotesis, peneliti dapat dengan sengaja menciptakan
suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah
teruji kebenarannya maka hipotesis akan disebut teori.

Macam-Macam Hipotesis
Sesuai dengan bentuk variabelnya, hipotesis dibagi menjadi tiga macam, yakni
hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Hipotesis deskriptif
merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang
berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri, misalnya meorang peneliti ingin
mengetahui apakah Helm Tempur Mk7 mengandung material komposit polimer atau
tidak. Dari topik itu kemudian disusun rumusan masalah dalam pertanyaan, “Apakah
Helm Tempur Mk7 mengandung material komposit polimer?” Dari variabel tunggal
Helm Tempur Mk7 dapat dibuat hipotesis berikut.
H0: Helm Tempur Mk7 tidak mengandung material komposit polimer.
Ha: Helm Tempur Mk7 mengandung material komposit polimer.
Ada pula hipotesis komparatif, yakni dugaan atau jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian, misalnya peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal
antara pasukan reguler jika dibandingkan dengan sikap loyal pasukan khusus.
penelitian tersebut bertujuan untuk mendapat gambaran apakah kedua pasukan
memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda. Dari topik itu maka dibuatlah
rumusan masalah, “Apakah pasukan reguler dan pasukan khusus memiliki tingkat
loyalitas yang sama?” Berdasarkan dua variabel, yakni V1 loyalitas pasukan reguler
dan V2 loyalitas pasukan khusus maka dibuatlah hipotesis berikut.
H0: Pasukan reguler memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan pasukan khusus.
Ha: Pasukan reguler memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama (berbeda) dengan
pasukan khusus.
Selain hipotesis deskriptif dan komparatif, ada pula hipotesis asosiatif, yakni
dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan
hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian, misalnya seorang peneliti ingin
mengetahui apakah tipe kepemimpinan komandan lapangan memengaruhi loyalitas
pasukan. Dari topik itu dibuatlah rumusan masalah, “Apakah tipe kepemimpinan
komandan lapangan memengaruhi loyalitas pasukan?” Berdasarkan dua variabel,
yakni V1 tipe kepemimpinan komandan lapangan dan V2 loyalitas pasukan maka
dibuatlah hipotesis berikut.
H0: Tipe kepemimpinan komandan lapangan tidak memengaruhi loyalitas pasukan.
Ha: Tipe kepemimpinan komandan lapangan memengaruhi loyalitas pasukan.

Rumusan Uji Hipotesis


Rumusan uji hipotesis dibagi menjadi tiga jenis, yakni dua pihak, pihak kiri, dan pihak
kanan. Rumusan yang dimaksud dapat digambarkan pada diagram-diagram berikut.
Dua Pihak (Two Tailed) Pihak Kiri (One Tailed) Pihak Kanan (One Tailed)

Keterangan
H0 = hipotesis nol/awal/ideal (null hypothesis)
Ha = hipotesis alternatif (alternative hypothesis)

Hipotesis dan Kesalahan Kesimpulan


Ada dua jenis kesalahan dalam kesimpulan hipotesis. Pertama, Kesalahan Tipe I
(Type I Erro -False Positive), yakni kesalahan yang dibuat oleh peneliti karena
menolak H0, padahal H0 itu benar, misalnya ditemukan pengaruh signifikan, padahal
tidak signifikan. Kedua, Kesalahan Tipe II
(Type II Error - False Negative), yaitu
kesalahan yang dibuat oleh peneliti karena
gagal menolak (menerima) H0, padahal H0 itu
salah, misalnya ditemukan pengaruh tidak
signifikan, padahal sangat signifikan. Apabila
digambarkan, Kesalahan Tipe I dan
Kesalahan Tipe II dapat dibuat skema pada
bagan di samping.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta,
Burhan, Bungin. (2011). Penelitian kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Mardalis. (1995). Metode penelitian: suatu pendahuluan proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nazir, Mohammad. (1999). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. (2019). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan r&d. Edisi Kedua.
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai