Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Hasil pengkajian dari kasus Tetanus, untuk data

subyektif klien mengeluhkan nyeri di lidah, tenggorokan

terasa kaku, pusing serta demam sedangkan pada data

objektif didapatkan pemeriksaan abdomen bahwa ada nyeri

tekan, teraba kaku rektus abdominalis, sedangkan pada

pada ekstremitas ada luka di bawah mata kaki kanan

dengan panjang 1 cm, lebar 1-2 cm dalam ± 0.2 mm.1,

Struktur dan bentuk simetris, tidak terdapat sianosis.

Hasil pengkajian pada kasus tidak sama dengan

landasan teori. Pada tinjauan kasus banyak data yang

tidak muncul seperti pada landasa nteori yang ada,

perbedaan ini bias dikarenakan tingkat keparahan

penyakit yang dialami pasien.

Pengkajian yang di lakuakan penulis berbedoman pada

landasan teori yang ada, sehingga data yang didapatkan

lebih terfokus.

B. Diagnosa keperawatan

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dengan

baikdiperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya

penyakit dan perubahan strukturnya , sehingga dapat

melakukan pengobatan dan terapi yang tepat. Tetanus

53
54

disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang

masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar,

luka operasi yang tidak dirawat dan tidak dibersihkan

dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang

tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak

steril yang lebih beresiko bagi orang-orang yang belum

terimunisasi. Toksin kuman C. tetani berbentuk spora.

Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah

menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin.

Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul

saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot

sehingga terjadi kekakuan otot baik local maupun

menyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris,

otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.

Masalah keperawatan yang diangakat penulis pada

kasus Tetanus ini adalah Peningkatan suhu tubuh, Resiko

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Intoleransi

aktifitas.

C. Intervensi

Rancana keperawatan yang dibuat penulis sesuai

dengan diagnose keperawatan yang sudah ditegakkan,

dimana tujuan untuk diagnosa I, Setelah diberikan

tindakan perawatan 3x24 jam, tidak ada peningkatan suhu

tubuh dengan kriteria : Suhu tubuh dalam batas normal

(36-37°C), pada diagnosa II Setelah dilakukan tindakan

selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan


55

criteria hasil: Pasien mengatakan nafsu makan bertambah,

kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan tidak

mengalami tanda-tanda mal nutrisi sedangkan pada

diagnose ke III diharapkan Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, pasien mampumelakukan

aktivitas rutin dengan kriteria : Pasien tidak tampak

lemas, tampak bersemangat, mampu melakukan aktivitas

rutin dan memenuhi ADL tanpa bantuan orang lain.

Rencana keperawatan pada landasan teori dibuat juga

berdasarka nmasalah yang ada dan dalam pembuatan rencana

tindakan keperawatan, penulis tetap berpedoman pada

teori yang ada dan tetap memperhatikann kebutuhan

pasien. Rencana tindakan pada landasan teori jelas

bebeda dengan rencana tindakan pada tinjauan kasus, hal

ini bias dilihat dari masalah keperawatan yang ada.

D. Implementasi

Tindakan keperawatan yang diberikanp ada pasien

berdasarkan intervensi yang sudah dibuat.

Tindakan keperawatan pada pasien ini memerlukan

kolaborasi yang serius antar tenaga kesehatan kerena

pasien tidak mengalami perubahan pada keluhan yang

dirasakan walaupun sudah diberikan tindakan keperawatan

yang sudah direncanakan.

Setiap selesai memberikan tindakan keperawatan,

respon pasien harus benar-benar diperhatikan, hal ini


56

bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan untuk

menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

E. Evaluasi

Evaluasi dilakuakan pada hari keempat dan kelima pada

masing- masing diagnosa, Ini sesuai dengan tujuan dari

rencana tindakan yang telah dibuat.

Evaluasi pada tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan dengan pasien tetanus ini, menunjukkan bahwa

tidak ada keberhasilan tindakan keperawatan dan harus di

berikan terapi lanjutan baik itu farmakologi maupun non

farmakologi.

Anda mungkin juga menyukai