Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PRNDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Paparan sinar matahari memberikan efek positif maupun negatif pada kulit.
Pemaparan sinar ultraviolet dari matahari secara kronik akan mengakibatkan perubahan
struktur kulit dan stress oksidatif pada kulit (Nugrahaeni et al, 2018). Radiasi sinar
ultraviolet (UV) yang paling banyak berpengaruh terhadap kesehatan kulit adalah radiasi
sinar UV-B, karena efeknya yang paling kuat dalam menyebabkan terjadinya
photodamage pada kulit diantaranya eritema dan depigmentasi (Maske et al, 2013).
Melanin yang diproduksi melalui konversi Ltirosin menjadi kuinon oleh enzim tirosinase
pada kondisi fisiologis yang normal dapat berfungsi sebagai fotoprotektif karena dapat
menyerap 50-75% radiasi ultraviolet dan radikal ROS. Produksi melanin yang berlebihan
dapat menyebabkan kulit berwarna gelap atau depigmentasi (Shetty et al., 2015).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya kerusakan
seluler akibat radiasi UV. Beberapa golongan senyawa aktif yang berasal dari bahan alam
seperti flavonoid, tanin, antrakuinon, sinamat, dan glikosida dilaporkan memiliki
kemampuan melindungi dari sinar UV (Donglikar dan Deore , 2017). Resiko terpapar
sinar UV yang berlebih dapat ditanggulangi dengan menggunakan tabir surya, yang
berasal dari sintetik maupun alami (Mansur et al, 2016). Tabir surya alami memiliki
kelebihan yaitu efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan tabir surya sintetis,
bahan utama tabir surya alami salah satunya berasal dari tanaman
Dewasa ini, bahan alam banyak digunakan dalam bidang kosmetika. Bahan alam
dapat digunakan sebagai bahan tabir surya yang diperlukan oleh manusia karena kulit
manusia yang terpapar sinar ultraviolet (UV) dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kanker kulit karena disebabkan terbatasnya produksi pigmen melanin untuk
mengabsorpsi sinar UV yang berfungsi untuk melindungi sel kulit dari efek paparan sinar
UV (Afag and Mukhtar, 2001; Goihman-Yahr M, 1996; Elmets and Young, 1996). Sinar
UV ada 3 macam yaitu UVA, UVB dan UVC. Ultraviolet (UV) A memiliki panjang
gelombang 320 – 400 nm dapat menyebabkan efek tanning (kulit berwarna gelap) yang
disebabkan oleh produksi melanin yang berlebihan dalam epidermis. Ultraviolet (UV) B
memiliki panjang gelombang 290 – 320 nm yang dapat menyebabkan kulit terbakar
matahari. Lapisan ozon dapat menahan sekitar 90% UVB, tetapi terjadinya penipisan
lapisan ozon oleh chlorofluorocarbons (CFC) yang dapat menyebabkan UVB menembus
lapisan ozon menuju ke bumi. Ultraviolet (UV) C memiliki panjang gelombang 220 – 290
nm yang telah disaring oleh lapisan ozon pada atmosfer (Mishra, Mishra and
Chattopadhyay, 2011; Departemen Kesehatan RI, 1985; Zeman, 2007). Sinar UVA dan
UVB dalam kondisi yang tidak berlebihan sangat berguna bagi tubuh untuk pembentukan
vitamin D dan dapat membantu mengaktifkan vitamin, hormon dan enzim (Departemen
Kesehatan RI, 1985; Jellinek and Stephan, 1970). Sinar UVB yang berlebihan dapat
menyebabkan keriput, kusam, melasma, kanker kulit, katarak, dan penekanan sistem
imun (Departemen Kesehatan RI, 1985; 2 Zeman, 2007). Perlindungan terhadap sinar
UVB yang berlebihan sangat diperlukan untuk pencegahan efek – efek negatif yang
ditimbulkan. Bahan – bahan yang berfungsi sebagai tabir surya memiliki 2 macam
mekanisme kerja yaitu mekanisme fisik dan mekanisme kimia. Tabir surya fisik bekerja
dengan cara memantulkan dan menghamburkan sinar UV, contoh bahan tabir surya fisik
seperti titanium dioksida, zink oksida, kalsium karbonat dan kaolin. Tabir surya kimia
bekerja dengan mengabsorbsi sinar UV dan mengubahnya menjadi energi panas, contoh
bahan tabir surya kimia seperti senyawa turunan para amino benzoic acid (PABA),
turunan sinamat, turunan benzofenon, dan turunan salisilat (Harry and Ralph, 1982).
Bahan alami yang berpotensi sebagai bahan tabir surya dalam penelitian ini adalah
Mahkota Dewa ( Phaleria marcocarpha ( Scheff.) Boerl dan Soyogik (Saurauia
bracteosa DC) . Mahkota Dewa merupakan tumbuhan asli Indonesia yang telah lama
digunakan sebagai obat berbagai jenis penyakit seperti kanker, gangguan lever, jantung,
kencing manis, radang sendi, gangguan ginjal, stroke, dan hipertensi. Tanaman ini
mengandung alkaloid, saponin, polifenol, fenolik glikosida seperti mahkotaside,
mangiferin, kaempferol-3-O-β-Dglukosida, asam dodekanoat, asam palmitat, etil stearat,
dan sukrosa. 7-8 Mahkota dewa juga mengandung senyawa turunan benzofenon yang
berkhasiat sebagai tabir surya. 9 Studi yang dilakukan oleh Zulkarnain, dkk. ( 2015)
menunjukkan bahwa olahan krim dan losion yang mengandung ekstrak etanol buah
mahkota dewa memiliki kemampuan sebagai tabir surya in-vitro. 10 Stabilitas fisik
aktivitas topikal dan tabir surya ekstrak etanol krim o / w buah mahkota dewa yang
diteliti oleh Shovyana dan Zulkarnaen menggunakan mencit menunjukkan bahwa krim
Mahkota dewa pada konsentrasi 4.6, d dan 10% mempunyai aktivitas sebagai tabir surya
dengan nilai SPF 1,25. ; 1,56; 2.4; dan 3.05 dan memiliki stabilitas fisik yang baik selama
penyimpanan. 9 Turunan benzofenon dari Mahkota dewa memiliki efek perlindungan
terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh radiasi UV. 9 Senyawa turunan benzofenon dan
xanthone yang terdapat pada buah Mahkota dewa adalah mahkosida A, mangiferin dan
6,4-dihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-O-β-D- glukopiranosida (6,4-DHMP). 11
Benzofenon merupakan senyawa yang sering terdapat dalam formulasi tabir surya seperti
krim, gel dan lotion. Kemampuan turunan benzofenon sebagai penyerap sinar UV antara
lain digunakan sebagai fotinisiator pada berbagai polimer dan sebagai senyawa tabir
surya yang salah satunya dapat digunakan untuk mencegah kerusakan bau dan warna
pada produk seperti parfum, sabun dan pembungkus makanan. 12 Tabir surya berfungsi
sebagai agen pelindung kulit terhadap radiasi ultraviolet yang berlebihan hingga
berlebihan.
Soyogik (Saurauia bracteosa DC) merupakan tanaman yang dipercaya secara
empiris oleh masyarakat Tonsawang, Sulawesi Utara sebagai obat antikanker.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, belum pernah dilakukan penelitian
mengenai aktivitas perlindungan tabir surya secara in vitro dan in vivo dari ekstrak etanol
daun Soyogik. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Aktivitas
Perlindungan Tabir Surya secara In Vitro dan In Vivo dari krim ekstrak etanol daun
Soyogik (Saurauia bracteosa DC)” Menurut Kadji (2013) selain memiliki aktivitas
sebagai antioksidan, ekstrak etanol daun Soyogik memiliki kandungan fenolik, flavonoid,
steroid dan saponin. Berdasarkan peninjauan pada khasiat daun tanaman tersebut, daun
Soyogik berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai sumber bahan aktif
dalam sediaan topikal untuk mengatasi permasalahan pada kulit dengan cara diekstrak
bagian daunnya kemudian dibuat sediaan. Salah satu contoh sediaan topikal yaitu krim.
Tabir surya memiliki kemampuan untuk memblokir kulit terbakar akibat sinar
matahari. Tabir surya membantu mencegah kulit terbakar dan mengurangi efek berbahaya
dari sinar matahari seperti penuaan kulit dini dan kanker kulit. Hasil dari in-vitro dan in-
vivo Aktivitas uji tabir surya pada hewan dan manusia menghasilkan nilai sun protection
factor (SPF) yang mencerminkan kemampuannya dalam mencegah sengatan matahari.
Tabir surya dapat ditemukan dalam bentuk krim, lotion, gel, stick, spray, dan lip balm. 13
Tabir surya mengandung satu atau beberapa senyawa yang berfungsi sebagai penyaring
terhadap radiasi UV yang terpapar epidermis. Ada dua jenis tabir surya yaitu tabir surya
fisik dan kimiawi, tabir surya fisik memantulkan dan menyebarkan UVB, UVA dan
radiasi tampak, sedangkan tabir surya kimiawi dapat menyerap radiasi ultraviolet dan
memancarkan kembali energi kimia sebagai panas atau cahaya.
I.1 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, memilih masalah pada penggunaan buah
mahkota dewa Phaleria marcocarpha ( Scheff.) Boerl) dan soyogik (Saurauia
bracteosa DC),yang memiliki aktifitas sebagai tabir surya dan mengetahui nilai
SPF yang di lakukan secara in-vitro dan in vivo pada tikus putih.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apakah Turunan Mahkoside A, mangiferin dan 6, 4-DHMP dari buah
mahkota
dewa memiliki aktivitas tabir surya in-vitro dan in-vivo.
2. Apakah hasil Hasil pengujian In Vivo menunjukkan bahwa mangiferin pada
konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% menurunkan jumlah eritema. dan diameter
eritema berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif ( p <0,05).

3. Apakah Krim ektrak daun Soyogik 20%, 25% dan 30% memiliki efektifitas
yang cukup tinggi untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV dan
mengetahui nilai SPF ekstrak daun soyogik menggunakan spektrofotometri
UV-Vis serta

I.3 Tujuan Penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas tabir surya mahkoside
A,
mangiferin dan 6, 4-dihydroxy4-methoxybenzophenone-2-O- β- D-
glukopiranosida (6, 4-DHMP) diisolasi dari buah mahkota dewa in-vitro dan i
n-vivo.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil hasil pengujian In
Vivo
menunjukkan bahwa mangiferin pada konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%
menurunkan jumlah eritema. dan diameter eritema berbeda secara signifikan
dengan kontrol negatif ( p <0,05).
3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas krim dari ekstrak etanol
daun
Soyogik pada variasi konsentrasi 20%, 25% dan 30% untuk melindungi kulit
dari paparan sinar UV dan mengetahui nilai SPF ektrak daun soyogik secara
in vitro menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Daftar Pustaka

Afag and Mukhtar, 2001; Goihman-Yahr M, 1996; Elmets and Young, 1996

Departemen Kesehatan RI, 1985; Jellinek and Stephan, 1970

Departemen Kesehatan RI, 1985; 2 Zeman, 2007

Kadji, H. M. 2013. Uji Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun
Soyogik (Saurauia bracteosa DC) [Skripsi]. Manado : FMIPA Unsrat. Mishra, Mishra and
Chattopadhyay, 2011; Departemen Kesehatan RI, 1985; Zeman, 2007

Mansur.J.S.Breder,M.N.R, Mansur ,M.C.A.Azulay R.D Dertemination of sun protection

factor by spectrophotometry an.bras dermation.61 (1986),121-124

Nugrahaeni,F,.& Hariyadi.D.M.Rosita ,N.Partition Coeffiencent and question penetration of

topical antiaging preformulation study;Internastional Journal of drug Delevery

Technology,8,2,39-43 (2018) htpp;//doi.org/10.252581jddt.V812.13866

Zulkarnain AK, Ernawati N, Sukardani NI. Aktivitas pati ubi ( Pachyrizus erosus ( L.)
Urban) sebagai tabir surya pada tikus dan pengaruh konsentrasinya terhadap tingkat
viskositas. Trad Med J.2013; 18 (1): 5-11
Paparan sinar matahari memberikan efek positif maupun negatif pada kulit. Pemaparan sinar
ultraviolet dari matahari secara kronik akan mengakibatkan perubahan struktur kulit dan stress
oksidatif pada kulit (Nugrahaeni et al, 2018). Radiasi sinar ultraviolet (UV) yang paling banyak
berpengaruh terhadap kesehatan kulit adalah radiasi sinar UV-B, karena efeknya yang paling kuat
dalam menyebabkan terjadinya photodamage pada kulit diantaranya eritema dan depigmentasi
(Maske et al, 2013). Melanin yang diproduksi melalui konversi Ltirosin menjadi kuinon oleh enzim
tirosinase pada kondisi fisiologis yang normal dapat berfungsi sebagai fotoprotektif karena dapat
menyerap 50-75% radiasi ultraviolet dan radikal ROS. Produksi melanin yang berlebihan dapat
menyebabkan kulit berwarna gelap atau depigmentasi (Shetty et al., 2015). Berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya kerusakan seluler akibat radiasi UV. Beberapa
golongan senyawa aktif yang berasal dari bahan alam seperti flavonoid, tanin, antrakuinon, sinamat,
dan glikosida dilaporkan memiliki kemampuan melindungi dari sinar UV (Donglikar dan Deore ,
2017). Resiko terpapar sinar UV yang berlebih dapat ditanggulangi dengan menggunakan tabir surya,
yang berasal dari sintetik maupun alami (Mansur et al, 2016). Tabir surya alami memiliki kelebihan
yaitu efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan tabir surya sintetis, bahan utama tabir
surya alami salah satunya berasal dari tanaman

Anda mungkin juga menyukai