Anda di halaman 1dari 25

PANCASILA

M. Januar Ibnu Adham, S. Pd., M.Pd


BAB I
PANCASILA DALAM KAJIAN
SEJARAH BANGSA INDONESIA
Panca: Lima // Sila: Dasar

“ Jangan sekali-kali “HistoriaVitae Magistra”


meninggalkan sejarah!” -Cicero (106-43 SM)
-Soekarno
Kalimat di atas bermakna
Sejarah mempunyai fungsi “Sejarah Memberikan
yang beragam kehidupan Kearifan”
Pancasila Pra
Kemerdekaan

Pancasila Era Pancasila Era


Reformasi Kemerdekaan

Pancasila Era Pancasila Era


Orde Baru Orde Lama
Sidang BPUPKI Pertama
(29 Mei – 1 Juni 1945)
Mr. Muh, • 1. Peri Kebangsaan
• 2. Peri Kemanusiaan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Yamin • 3. Peri Ketuhanan

Prof. Dr. • Teori Negara Perseorangan (individualis)


• Paham Negara Kelas
Soepomo • Pahan Negara Integralistik

• 1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)


• 2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
Ir. Soekarno • 3. Mufakat (demokrasi)
• 4. Kesejahteraan Sosial
• 5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Pidato Ir. Soekarno 1 Juni 1945
“Kenapa diucapkan terima kasih kepada saya,
kenapa saya diagung-agungkan, padahal toh
sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan
pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali
Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia ini,
yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu,
saya persembahkan kembali kepada bangsa
Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa
sebenarnya hasil, atau lebih tegas penggalian
daripada Pancasila ini saudara-saudara, adalah
pemberian Tuhan kepada saya…”
Panitia Sembilan

Piagam Jakarta
(22 Juni 1945)
Sidang BPUPKI Kedua
(10-16 Juli 1945)

Panitia Piagam Hukum


Sembilan Jakarta Dasar
6 Agustus 18 Agustus
Tragedi Semangat Piagam 1945
Hiroshima Jakarta Menghapus
7 kata

PPKI
MERDEKA!!
UUD 1945
Menetapk
an Hukum
Dasar
16 Agustus: Gol.
Muda dan tua Teks
berunding Proklamasi
Dua Pandangan terhadap Dasar
Negara

Kembali ke Undang-Undang
Kembali ke UUD 1945 dengan Dasar 1945. Artinya, Pancasila
Pancasila sebagaimana seperti yang dirumuskan
dirumuskan dalam PIAGAM dalam Pembukaan UUD yg
JAKARTA disahkan PPKI pada tgl 18
Agustus sbg Dasar Negara
Dekrit Presiden
5 Juli 1959
1. Pembubaran Konstituante
2. Undang-undang Dasar 1945 kembali berlaku
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara
G30SPKI

Kesaktian
TRITURA
Pancasila

Penataran
SUPERSEMAR
P4
BAB II
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sesuai
dengan jiwa bangsa Indonesia

Soekarno (1960: 42) menyatakan bahwa dalam mengadakan negara


Indonesia merdeka itu
“harus dapat meletakkan negara itu atas suatu meja statis yang dapat
mempersatukan segenap elemen di dalam bangsa itu, tetapi juga harus
mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana kita gerakkan rakyat,
bangsa dan negara ini.”
Selanjutnya Soekarno menegaskan dengan berkata, “Saya beri uraian itu tadi
agar saudarasaudara mengerti bahwa bagi Republik Indonesia, kita
memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang bisa
menjadi leitstar dinamis.
Leitstar adalah istilah dari bahasa Jerman yang berarti ‘bintang pimpinan’.
Lebih lanjut, Soekarno mengatakan, “Kalau kita mencari satu dasar yang
statis yang dapat mengumpulkan semua, dan jikalau kita mencari suatu
leitstar dinamis yang dapat menjadi arah perjalanan, kita harus
menggali sedalamdalamnya di dalam jiwa masyarakat kita
sendiri…Kalau kita mau memasukkan elemen-elemen yang tidak ada di
dalam jiwa Indonesia, tidak mungkin dijadikan dasar untuk duduk di
atasnya.”
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila

PEM-
BUKAAN

Batang Tubuh
UUD 1945

Rakyat
PHILOSOPHISCHE GRONDSLAG
 Dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut
dasar negara dengan menggunakan bahasa
Belanda, philosophische grondslag bagi
Indonesia merdeka.
 Philosophische grondslag itulah fundamen,
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalamdalamnya untuk di atasnya
didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno
juga menyebut dasar negara dengan istilah
‘weltanschauung’ atau pandangan hidup
BAB III
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NEGARA
IDEOLOGI
 Ideologi menurut Prof. W. Howard Wriggins, berfungsi
sebagai sesuatu yang “confirm and deepen the identity of their
people” (sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas
rakyatnya).
 Ideologi menurut Oesman dan Alfian (1990: 6), berintikan
serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat
menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh
suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup bangsa mereka.
 Ideologi merupakan kerangka penyelenggaraan negara untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.
Ideologi Terbuka dan Tertutup
• Ideologi tertutup merupakan suatu sistem

Ideologi pemikiran tertutup.


• Ideologi yang bukan merupakan cita-cita yang
sudah hidup dalam masyarakat.

Tetutup • Mutlak

• Ideologi terbuka merupakan suatu sistem

Ideologi pemikitan terbuka.


• Ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-
citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan

Terbuka digali dan diambil dari harta kekayaan rohani,


moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
PANCASILA DAN LIBERALISME

PANCASILA DAN KOMUNISME

PANCASILA DAN AGAMA


Hubungan Negara dengan Agama berdasarkan Pancasila
a) Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan yang Maha
Esa. Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
c) Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
d) Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan
inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama.
e) Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil
peksaan bagi siapapun juga.
f) Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam
negara.
g) Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus
sesuai dengan nilainilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma
Hukum positif maupun norma moral baik moral agama maupun moral para
penyelenggara negara.
h) Negara pda hakikatnya adalah merupakan “…berkat rahmat Allah yang Maha
Esa”.

Anda mungkin juga menyukai