KEPERAWATAN
ASKEP
ADDISON
Kelompok 4
Iyam Mariam
Karmila Arum
Linda Nurfitriani
Definisi
1. Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrinatau
hormon yang terjadi pada semua kelompokumur dan
menimpa pria dan wanita sama rata.
2. Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadisebagai hasil
dari kerusakan pada kelenjaradrenal ( Black, 1997 )
3. Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan
adrenalin kronik hipokortisolisme atau hipokortisisme)
adalah penyakit endokrinlangka dimana kelenjar adrenalin
memproduksihormon steroid yang tidak Cukup.
Etiologi
• Tuberculosis
• Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
histoplasma Capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru)
• Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur)
• Coccidioides immitis, yang biasanya menyerang paru-paru.
• Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
• Kanker metastatik (Ca, Paru“, Lambung, Payudara, Melanoma,
Limfoma)
• Adrenalitis auto imun
Patofisiologi
● Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi
pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua
kelenjar tersebut.
● Tuberkulosis (TB dan histoplasmosis merupakan infeksi yang
paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua
kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses
autoimun telah menggantikan tuberculosis sebagai penyebab
penyakit Addison, sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar
hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat
penurunan stimulasi korteks adrenal. gejala insufisiensi
adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikalyang akan menekan respon normal
tubuh terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan
balik normal.
Tanda Dan Gejala
• Kelemahan,fatique, anoreksia" nausea" muntah“ menurun"
hipotensi" dan hipoglikemi.
• Astenia (gejala Cardinal, : pasien kelemahan yang berlebih
Hiperpiqmentasi menghitam seperti perunggu, Coklat
seperti terkena sinar matahari, biasanya pada kulit kuku
jari, lutut, siku.
• Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
Hipotensi arterial (TD 80/ 50 mmHg/kurang)
Abnormalitas,fungsi gastrointestina
Komplikasi
Pengkajian fisik pada penyakit Addison dengan
patofisologi terjadinya manisfestasi
Pengkajian fisik yang ditemui pada pasien dengan penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot, anoreksia,
gejala gastrointestinal,keluhan mudah lelah, emasiasi ( tubuh kurus kering ); Pigmentasi pada kulit, bulu-bulu
jari, lutut, siku serta membran mukosa, hipotensi, kadar glukosa darah dan natrium serum rendah, dan kadar
kalium serum yang tinggi. Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium dan kalium yang dapat ditandai
oleh penurunan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan berat. Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai
hipotensi akut akibat dari hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh sianosis,
panas dan tanda-tanda syok, pucat, perasaan cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat serta tekanan
darah rendah.
Patofisiologi
Penurunan aldosteron menyebabkan kebanyakan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. Secara normal,
aldosteron mendorong penyerapan Sodium (Na+) dan mengeluarkan pottesium (K+). Penurunan aldosteron
menyebabkan peningkatan ekskresisodium, sehingga hasil dari rantai dari peristiwa tersebut antara lain: ekskresi
air meningkat, volume ekstraseluler menjadi habis (dehidrasi), hipotensi, penurunan kardiak output, dan jantung
menjadi mengecil sebagai hasil berkurangnya beban kerja.
Akhirnya, hipotensi menjadi memberat dan aktivitas kardiovaskular melemah,
mengawali kolaps sirkulasi, shock,dan kematian. Karena mineralokortikoid dan
glukokortikoid menstimulasi reabsorbsi natrium dan ekskresi kalium, defisiensinya
akan menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan penurunan ekskresi kalium,
terutama pada urin, selain itu juga pada keringat, saliva, dan saluran gastrointestinal.
Terjadi konsentrasi natrium yang rendah dan kalium yang tinggi dalam serum.
Ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urin disertai gangguan
keseimbangan elektrolit menyebabkan dehidrasi berat, hipertonisitas plasma, asidosis,
penurunan volume sirkulasi, hipotensi, akhirnya kolaps sirkulasi. Bila insufisiensi
adrenal disebabkan produksi ACTH yang tidak adekuat , maka kadar elektrolit
biasanya normal atau sedikit berkurang. Defisiensi glukokortikoid menimbulkan
hipotensi dan menyebabkan sensitivitas insulin berat, gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Tanpa adanya kortisol, kekurangan karbohidrat
dibentuk dari protein akibatnya terjadi hipoglikemia dan penurunan glikogen hati
Terjadi trauma dan stress lainnya juga berkurang. Kelemahan otot jantung dan
dehidrasi menurunkan output jantung, kemudian terjadi kegagalan sirkulasi.
Penurunan kortisol darah menyebabkan peningkatan produksi ACTH hipofisis dan
peningkatan B-lipotropin darah, yang memiliki aktivasi stimulasi melanosit bersama
dengan ACTH, menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa khas pada
penyakit Addison.
Pengkajian fisik pada penyakit
dehidrasi berat
Pengkajian fisik yang dijumpai pada pasien dengan
dehidrasi berat biasanya mulut terasa kering, denyut
jantung berdebar-debar, napas cepat, mata tampak cekung,
elastisitas kulit berkurang, tekanan darah rendah, kesadaran
menurun, kejang, urine berwarna kuning gelap atau tidak
berkemih sama sekali dan warna kulit terlihat pucat.
Diagnosa
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Resiko perfusi perifer tidak efektif
3. Hipovolemia
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
5. Intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil
1. Ketidakstabilan 2. Hivopolemi
kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan x 24 jam, status cairan membaik dengan
2 x 24 jam, kestabilan kadar glukosa kriteria hasil :
darah meningkat dengan kriteria hasil : • Turgor kulit meningkat
• Kesadaran meningkat • Output urine meningkat
• Pusing menurun • Ortopnea menurun
• Lelah/lesu menurun • Dyspnea menurun
• Rasa haus menurun • Perasaan lemah menurun
• Kadar glukosa dalam darah • Keluhan haus menurun
• Frekuensi nadi membaik
membaik
• Tekanan darah membaik
• Kadar glukosa dalam urine
• Tekanan nadi membaik
membaik • Membrane mukosa membaik
• Palpitasi membaik • Hematomegali membaik
• Jumlah urine membaik • Oliguria membaik
• Intake cairan membaik
4. Resiko
3. Resiko perifer
Ketidakseimbangan
tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Elektrolit
Setelah dilakukan keperawatan selama
2 x 24 jam, perfusi perifer meningkat 2x 24 jam ketidakseimbangan cairan
dengan kriteria hasil : meningkat dengan kriteria hasil :
• Warna kulit pucat menurun • Asupan cairan meningkat
• Kelemahan otot menurun • Output urin menigkat
• Turgor kulit membaik • Membran mukosa lembap
• Tekanan darah sistolik membaik 5. Intoleransi meningkat
• Tekanan darah diastolic membai
Aktivitas • Dehidrasi menurun
• Tekanan darah membaik
Setelah dilakukan keperawatan Selama • Frekuensi nadi membaik
2x24 jam toleransi aktivitas meningkat • Kekuatan nadi membaik
dengan kriteria hasil : • Mata cekung membaik
• Keluhan lelah menurun • Turgor kulit membaik
• Frekuensi nadi membaik
• Warna kulit membaik
• Tekanan darah membaik
Intervensi
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah 2. Resiko perfusi perifer tidak efektif
Manajemen Hipoglikemia Pencegahan Syok
Tindakan Tindakan
• Observasi • Observasi
Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
Identifikasi kemungkinan penyebab
nadi, frekuensi nafas, TD, MAP)
hipoglikemia
Monitor status oksigenasi
• Terapeutik
Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
Berikan glukagon, jika perlu kulit, CRT)
Berikan karbohidrat kompleks dan protein Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
sesuai diet • Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
• Edukasi oksigen >94%
Anjurkan membawa karbohidrat sederhana • Edukasi
setiap saat Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan monitor kadar glukosa darah • Kolaborasi
• Kolaborasi Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu
3. Hipovolemia 4. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Manajemen Hipovolemia Pemantauan Elektrolit
Tindakan
Tindakan • Observasi
• Observasi Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. elektrolit
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, Monitor kadar elektrolit
tekanan darah menurun, tekanan nadi Monitor kehilangan cairan jika perlu
menyempit, turgor kulit menurun, membran Monitor tanda dan gejala hipokalemia ( mis. kelemahan otot,
kelelahan, anoreksia, pusing)
mukosa kering, volume urin menurun, Monitor tanda dan gejala hiperkalemia ( mis. takikardia
hematokrit meningkat, haus, lemah) mengarah ke bradikardia)
Monitor intake dan output cairan Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis. Sakit kepala,
• Terapeutik membran mukosa kering, kejang, penurunan kesadaran)
Hitung kebutuhan cairan Monitor tanda dan gejala hipernatremia ( mis.
• Edukasi Haus,membrane mukosa kering, takikardia, kejang)
Faktor tanda dan gejala hiperkalsemia ( mis. haus,
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
kelemahan otot)
• Kolaborasi Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia ( mis. Kelemahan
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis. otot, bradycardia)
NaCl,RL) • Terapeutik
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( mis. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Kolaborasi pemberian cairan koloid ( mis,
• Edukasi
albumin, plasmanate) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Kolaborasi pemberian produk darah Informasikan hasil pemantauan jika perlu
5. Intoleransi Aktivitas
Manajemen Energi
Tindakan
• Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
• Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulasi ( mis. cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
• Edukasi
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi Koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Rencana penyuluhan dengan
makanan tinggi natrium dan rendah
kalium
Makanan tinggi natriun yang dapat dikonsumsi oleh Tn. S dapat meliputi :
• Makanan cepat saji seperti kentang goreng, ayam goreng, ikan bakar, daging olahan, sosis, dan
berbapai jenis makanan frozen food atau makanan beku lainnya.
• Makanan kaleng, seperti kornet, ikan, sayur dan buah kalengan.
• Produksi olahan susu, seperti keju, mentega dan margarin
• Camilan, seperti keripik kentang, kacang asin, jamur krispi, kulit ayam goreng, dan gorengan.
• Sereal instan dan biscuit.
Dengan mengkonsumsi makanan tinggi natrium cairan serta kadar glukosa darah pada tubuh Tn. S
dapat kembali normal, karena natrium memiliki manffat bagi tubuh, diantaranya yaitu :
• Berperan delam keseimbangan asam basa cairan tubuh
• Membantu mempertahankan iritabilitas sel saraf dan sel otot
• Keseimbangan osmotic cairan ekstraseluler
• Mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh
• Penting dalam penyerapan glukosa, kontraksi otot, aktivitas jantung dan transmisi saraf.
Lanjutan…
Tidak hanya mengkonsumsi makanan tinggi natrium saja. Tn. S juga harus
mengkonsumsi makanan rendah kalium, agar kalium Tn. S yang tinggi dapat
menurun atau kembali pada batas normal.
Makanan rendah kalium yang dapat dikonsumsi oleh Tn. S dapat meliputi :
● Sayuran, seperti wortel, kol, kembang kol, timun, terong, dan selada.
● Buah-buahan seperti semangka, nanas, apel, anggur, peach, plum, lemon,
pir, dan stroberi.
Terima
kasih..