Secara etimologis belasal dari bahasa yunani yaitu philosophia
Philo/philos/phileim : cinta/ pecinta/ mencintai Sophia : artinya kebijakan/ kearifan/ hakikat kebenaran Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam yang berbeda satu dari yang lainnya. Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh Pythagoras. • Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorang yang bijaksana? • Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya hanyalah philosophos, yakni orang yang mencintai pengetahuan Jadi : cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran Ilmu yang paling umum serta mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan Nilai ideologi yang berkembang : nazisme, Filosof: suatu ajaran Berwujud: pandangan fasisme, theokratisme, atau sistem nilai hidup dan ideologi kaitalisme, komunisme, sosialisme Aliran matrealisme Aliran idelisme Aliran realisme Pandangan hidup Dasar negara Bersifat abstrak Nilai-nilai kehidupan masyarakat a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari • Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran • agama dalam kitab suci.
a. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang
merupakan intisari dari • nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat • yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain: 1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila. 2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut: Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5; Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5; Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5; Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5; Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya. berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan berNegara.
Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai
Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral.
Sedangkan realisasinya dikaitkan dengan tingkah laku
semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam bidang Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Garis-garis Besar Haluan Negara. Hukum, perundang-undangan dan peradilan. Pemerintahan. Politik dalam negeri dan luar negeri. Keselamatan, keamanan dan pertahanan. Kesejahteraan Kebudayaan Pendidikan dan lain sebagainya Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai- nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia 1. Hubungan Vertikal 2. Hubungan Horizontal 3. Hubungan Ilmiah