Anda di halaman 1dari 29

KATARAK Pembimbing:

Dr. dr. Lukisiari Agustini, Sp.M(K)


Dr. dr. Wimbo Sasono, Sp.M(K)
Oleh:
DM Yahya Taqiuddin Robbani
011923143045

DEPARTEMEN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
2021
ANATOMI LENSA
Letak Lensa

Lensa termasuk dalam segmen anterior mata dan terletak di bagian tengah bola mata dibatasi bagian depan
oleh iris dan bagian belakang oleh vitreus. Lensa dipertahankan posisinya oleh vitreus. Lensa dipertahankan
posisinya oleh zonula Zinnii, yang terdiri dari serat-serat halus kuat yang melekat pada korpus siliaris.
ANATOMI LENSA
Struktur Lensa

Lensa mata bersifat transparan dan berbentuk bikonveks yang memiliki fungsi mempertahankan kejernihan,
membiaskan cahaya dan berakomodasi. Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks,
FISIOLOGI LENSA
Pada keadaan normal, lensa manusia mengandung 66% air dan
33% protein. Protein lensa mengandung komponen kristalin, yang
berperan penting dalam menjaga kejernihan lensa.

Lensa manusia memiliki kadar natrium rendah dan kalium yang


tinggi. Sistem pump-leak pada lensa merupakan suatu kombinasi
antara transpor aktif dan permeabilitas membran untuk
transportasi potasium dan molekul lain untuk mensuplai bagian
terdalam lensa anterior epitel. Permeabilitas membran sel lensa
dapat menyeimbangkan ion di dalam dan luar lensa serta
aktivitas pompa natrium keluar kemudian membawa kalium
masuk ke dalam lensa. Metabolisme ini Bergantung pada
pemecahan ATP yang diregulasi oleh protein membran intrinsik
dengan menghidrolisis ATP menggunakan enzim Na+K+ATP-ase.
DEFINISI KATARAK
● Katarak: keadaan abnormalitas pada lensa mata
berupa kekeruhan yang menyebabkan
penurunan tajam penglihatan.
● Lebih sering dijumpai pada usia tua (katarak
senilis) dan merupakan penyebab kebutaan
pertama di seluruh dunia.
● Penyebab tersering: proses degenerasi → lensa
mata keras dan keruh.
● Katarak pada bayi dan anak-anak → katarak
kongenital. Salah satu penyebabnya adalah
infeksi Rubella saat hamil.
EPIDEMIOLOGI
WHO 2020

● Jumlah kasus di seluruh dunia:


15.200 kasus
● Jumlah kasus di Asia
Tenggara: 5540 kasus
Indonesia Survei Nasional Indonesia (2014)
Indonesia menduduki peringkat
tertinggi prevalensi katarak di Asia
Tenggara sebesar 1,8% dan 77,7%
kebutaan di Indonesia disebabkan
oleh katarak.
Umumnya terjadi pada lansia
Lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria
FAKTOR RISIKO
INDIVIDU LINGKUNGAN PROTEKTIF
❖ Usia ❖ Kebiasaan merokok ❖ Penggunaan aspirin
❖ Jenis kelamin ❖ Paparan sinar UV ❖ Terapi pengganti
❖ Ras ❖ Status sosioekonomi hormon pada wanita
❖ Faktor genetik ❖ Tingkat pendidikan
❖ Penggunaan steroid
FAKTOR RISIKO LAINNYA
❖ Katarak kongenital: defisiensi nutrisi ibu, infeksi Rubella dan Rubeola selama kehamilan,
dan kekurangan oksigenasi akibat perdarahan plasenta.
❖ Penyakit degeneratif terkait penuaan → katarak senilis.
❖ Cedera traumatis: trauma perforasi, trauma tumpul, sengatan listrik, radiasi UV, radiasi
pengion, trauma kimiawi
❖ Penyakit sistemik: distrofi miotonik, dermatitis atopik, dan neurofibromatosis tipe 2
❖ Penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipoparatiroid, dan kretinisme
❖ Penyakit mata primer: uveitis anterior kronis, glaukoma akut sudut tertutup, miopia tinggi,
distrofi fundus herediter.
❖ Obat-obatan: kortikosteroid dan inhibitor antikolinesterase
❖ Nutrisi yang buruk: kekurangan antioksidan dan vitamin E
❖ Gangguan penggunaan alkohol
PATOFISIOLOGI
Proses degeneratif mendenaturasi dan mengkoagulasi protein lensa yang ada dalam serat
lensa melalui mekanisme yang berbeda-beda, yang mengakibatkan hilangnya transparansi dan
terbentuk katarak.

Berikut merupakan mekanisme yang terlibat:

1. Gangguan pada pertumbuhan lensa (katarak kongenital)


2. Metaplasia fibrosa epitel lensa (katarak subkapsular)
3. Hidrasi kortikal antara serat lensa (katarak kortikal)
4. Deposisi pigmen tertentu, seperti urokrom (katarak nuklir).
KLASIFIKASI
AGE OF ONSET MORFOLOGI
1. Katarak kongenital 1. Katarak kapsular
2. Katarak senilis 2. Katarak subkapsular
3. Katarak kortikal
4. Katarak supranuklear
5. Katarak nuklear
6. Katarak polaris
KATARAK KONGENITAL
Sepertiga kasus katarak kongenital bersifat herediter, sepertiga berkaitan dengan penyakit
sistemik, dan sisanya idiopatik. Separuh katarak kongenital disertai anomali mata lainnya,
seperti PHPV (Primary Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, mikroftalmos, dan
buftalmos (pada glaukoma infantil).

KATARAK SENILIS
Katarak senilis merupakan bentuk katarak paling sering ditemukan dan diderita oleh usia lebih
dari 50 tahun. Umumnya bilateral, namun dapat terjadi unilateral. Paparan sinar UV yang sering,
defisiensi protein dan vitamin (riboplavin, vitamin E, dan vitamin C), dan merokok dapat
memengaruhi denaturasi protein yang akan berkembang menjadi katarak. Kelainan metabolik
seperti diabetes mellitus akan mengakibatkan peningkatan proses metabolisme sorbitol pada
lensa, sehingga katarak lebih cepat terbentuk.
KATARAK SENILIS KORTIKAL
Katarak kortikal terjadi akibat penurunan jumlah protein yang diikuti dengan penurunan asam
amino dan kalium → peningkatan kadar natrium pada lensa → hidrasi lensa → koagulasi
protein. Katarak senilis kortikal dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat maturasi, yaitu:

❖ Lamelar
❖ Insipien: dapat terdeteksi dini jika ditemukan bagian jernih di antara lapisan lensa.
❖ Imatur: kekeruhan lensa berwarna putih keabuan, sehingga bayangin iris masih dapat
terlihat → bentuk lensa lebih cembung → proses hidrasi lebih cepat → maturasi dan
membentuk katarak intumesen → sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit.
❖ Matur: kekeruhan mengenai bagian korteks lensa → lensa berwarna putih terang
❖ Hipermatur: bagian korteks mencair → nukleus berada di bagian posterior (Katarak
Morgagni). Jenis ini dapat menyebabkan lensa menjadi sklerotik diakibatkan korteks yang
mencair dan lensa menjadi lebih mengkerut → gambaran sudut bilik mata depan dan iris
menyempit.
KATARAK SENILIS NUKLEAR
Katarak nuklear sering dikaitkan dengan miopia karena terjadi peningkatan indeks bias nukleus,
sehingga beberapa pasien lansia dapat membaca tanpa kacamata lagi (‘second sight of the
aged’).

Progresifitas maturasi → lensa tidak elastis dan mengeras → penurunan daya akomodasi dan
refraksi cahaya.

Perubahan bentuk lensa dimulai dari bagian sentral ke perifer. Secara klinis, katarak nukleus
akan terlihat berwarna kecoklatan (katarak brunescent), hitam (katarak nigra), dan berwarna
merah (katarak rubra). Terjadinya perubahan warna pada katarak nuklear, akibat adanya deposit
pigmen.
KATARAK SENILIS SUBSKAPULAR
❖ Katarak subkapsular anterior terletak di bawah kapsul lensa dan berkaitan dengan
metaplasia fibrosa dari epitel lensa
❖ Katarak subkapsular posterior terletak tepat di depan kapsul posterior dan tampak seperti
granular atau plak pada oblique slit lamp, tetapi umumnya tampak hitam dan bervakuola
pada retroiluminasi. Karena terletak di titik nodal mata → berdampak signifikan pada
fungsi penglihatan.

Gejala khas pada tipe katarak ini adalah fotofobia, yang ditandai dengan rasa silau.
KATARAK DIABETES MELLITUS
Keadaan hiperglikemia dapat meningkatkan kadar glukosa dalam aqueous humor yang akan
berdifusi ke dalam lensa. Glukosa akan dimetabolisme oleh sorbitol dan terakumulasi di dalam
lensa, sehingga mengakibatkan tekanan osmotik berlebihan mengakibatkan hidrasi pada lensa.
Kekeruhan pada nuklear merupakan hal yang sering terjadi dan berkembang dengan sangat
cepat.

KATARAK TRAUMATIKA
Katarak traumatika merupakan kejadian paling sering pada usia muda dan bersifat unilateral.
Katarak dapat terjadi setelah adanya trauma tusuk pada mata dan sulit untuk dikeluarkan →
kerusakan pada kapsul lensa → bagian dalam lensa bengkak → denaturasi protein.

Kerusakan pada lensa tanpa disertai adanya ruptur akan mengakibatkan kerusakan pada
bagian subkapsular dan menghasilkan katarak dengan bentuk seperti “star-shaped”
KATARAK KOMPLIKATA
Katarak komplikata dapat terjadi apabila disertai infeksi primer pada mata. Uveitis anterior
merupakan penyebab tersering katarak komplikat. Hal ini didasari dengan durasi dan intensitas
terjadinya infeksi okular. Terapi dengan menggunakan steroid juga merupakan salah satu
penyebab terjadinya katarak sekunder. Glaukoma dengan sudut bilik mata depan tertutup juga
dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan subkapsular atau kapsular.
DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma
2. Kelainan refraksi
3. Degenerasi makula
4. Retinopati diabetik
5. Distrofi dan degenerasi kornea
6. Atrofi optik
7. Retinitis pigmentosa
DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan visus dan
pemeriksaan lensa. Pemeriksaan meliputi:

● Tes ketajaman visual: tes ketajaman visual menggunakan bagan mata untuk mengukur
seberapa baik dapat membaca serangkaian huruf. Mata diuji satu per satu, sementara
mata lainnya tertutup dengan menggunakan grafik atau perangkat tampilan dengan huruf
yang semakin kecil.
● Pemeriksaan slit-lamp: sebuah slit lamp memungkinkan untuk melihat struktur di depan
mata di bawah pembesaran. Mikroskop disebut slit lamp karena menggunakan garis
cahaya yang intens, celah, untuk menerangi kornea, iris, lensa, dan ruang antara iris dan
kornea.
● Pemeriksaan retina: untuk mempersiapkan pemeriksaan retinal, meletakkan tetes di mata
untuk membuka lebar pupil (melebar). Ini mempermudah pemeriksaan bagian belakang
mata (retina). Dengan menggunakan slit lamp atau alat khusus yang disebut oftalmoskop.
TINDAKAN OPERATIF

01 02 03
SICS &
ICCE ECCE Fakoemulsiffikasi
Ekstraksi Katarak Ekstraksi Katarak Manual Small Incision
Intrakapsular Ekstrakapsular Surgery &
Fakoemulsifikasi
ICCE
❖ Tindakan ini dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul dengan
menggunakan cryoprobe dan dikeluarkan melalui insisi di superior kornea yang lebar.
❖ Indikasi dilakukannya tindakan ICCE salah satunya pada usia muda.
❖ Tindakan ICCE sangat menguntungkan pada pasien dengan keadaan subluksasi lensa,
lensa brunescent, dislokasi lensa, atau katarak dengan eksfoliasi.
❖ Tindakan ICCE ini tidak diindikasikan pada pasien dengan myopia tinggi, sindrom Marfan,
katarak Morgagni, dan adanya vitreus pada segmen anterior.
ECCE
❖ Tindakan ECCE yaitu mengeluarkan isi lensa dengan merobek kapsul lensa anterior,
sehingga semua bagian lensa dapat keluar melalui insisi yang telah dilakukan.
❖ Komplikasi pada tindakan ECCE lebih sedikit dibandingkan dengan ICCE.
❖ Tindakan ECCE diindikasikan pada pasien dengan implantasi lensa intraokular sekunder,
katarak dengan nukleus yang mengeras, atau sebagai konversi pada saat terdapat
kegagalan teknik manual SICS dan fakoemulsifikasi.
SICS & Fakoemulsifikasi
❖ Tindakan SICS merupakan tindakan dengan melakukan insisi pada daerah limbus.
❖ Tindakan SICS setara dengan fakoemulsifikasi dalam hal kualitas bedah, astigmat lebih kecil, evaluasi
setelah operasi yang singkat, dan kenyamanan pasien
❖ Tindakan fakoemulsifikasi sekarang ini merupakan tindakan gold standar, yaitu dengan mengeluarkan
lensa menggunakan alat ultrasonik pada insisi yang kecil di kornea, sehingga tidak memerlukan luka
penjahitan.
❖ Tindakan ini disebutkan dapat dilakukan pada semua kasus.
❖ Terdapat kontraindikasi relatif yaitu pada keadaan pupil kecil yang sulit dilatasi, nukleus yang sangat
keras, subluksasi atau dislokasi lensa, serta edema berat pada kornea.
❖ Teknik fakoemulsifikasi ini menghasilkan insidensi komplikasi yang rendah, penyembuhan yang cepat
dan rehabilitasi visual yang singkat.
KOMPLIKASI

Kompikasi Penyakit Komplikasi Operasi


Ulkus kornea, perforasi Uveitis, penebalan kapsular
kornea dan kebutaan posterior, aphakia, perubahan
refraksi terkait pertumbuhan,
glaukoma, ablasi retina

Komplikasi Penyakit Komplikasi Pembedahan


Glaukoma kongestif akut, - Saat Operasi
glaukoma fakolitik, irititis, Ruptur kapsular posterior, hifa,
subluksasi lensa, - Post Operasi
glaukoma sekunder Prolaps iris, infeksi, malposisi IOL,
edema makuloa sistoid
PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi prognosis:

● Tingkat gangguan penglihatan ● Kualitas hidup


● Jenis Katarak ● Keterlibatan mata: unilateral atau
● Waktu intervensi bilateral
● Cara intervensi ● Adanya penyakit sistemik lain
EDUKASI
● Edukasi mengenai faktor resiko, komplikasi,
pilihan pengobatan penyakit, serta komplikasi
pembedahan.
● Pasien harus disarankan untuk memakai
kacamata di bawah sinar matahari untuk
menghindari kerusakan akibat sinar
ultraviolet.8
● Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah
gangguan penglihatan yang dapat diperbaiki.
● Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur
jika sudah didiagnosis katarak.
DAFTAR PUSTAKA
● WHO. Global Data on Visual Impairments 2010. Marotti SP, editor Switzerland: 2012. hlm. 1-3
● Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and Cataract. San Fransisco: American Academy Of
Ophthalmology;2016. hlm. 11-15, 39-50.
● Bye LA, Modi NC, Standford M. Ocular Physiology. Basic Science of Ophthalmology. United
Kingdom: Oxford University Press; 2013. hlm. 63-4.
● Ansari MW, Nadeem A. Transparent Structures of The Eyeball Cornea, Lens, and Vitreous.
Atlas of Ocular Anatomy. Switzerland: Springer; 2016. hlm. 68-70.
● Remington LA. Crystalline Lens. Clincal Anatomy and Physiology of The Visual System.
Missouri: Elsevier Butterworth Heinemann; 2012. hlm. 98-106.
● Alshamrani AZ. Cataracts Pathophysiology and Managements. The Egyptian Journal of
Hospital Medicine. 2018;70 (1):151-4.
DAFTAR PUSTAKA
● Forrester JV, Dick AD, McMenamin PG, Roberts F, Pearlman E. Biochemistry and
Physiology. The Eye - Basic Science in Practice. Edisi ke-4: Elsevier; 2016. hlm. 228- 40.
● Nizami AA, Gulani AC. Cataract. [Updated 2020 Nov 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan
● Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al. Vision 2020 global
initiative for the elimination of avoidable blindness: Action plan 2006-2011. Geneva: World
Health Organization, 2007.
● Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.
● Levin LA, Nilsson SFE, Hoeve JV, Wu SM. The Lens. Dalam: Alm A, Kaufman P, editor.
Adler's Physiology Of The Eye. Netherlands: Elsevier Health Science; 2011. hlm. 134-55.
DAFTAR PUSTAKA
● Gupta VB, Rajagopala M, Ravishankar B. Ethiopathogenesis of Cataract: An Appraisal
Indian Journal of Ophthalmology. 2014 15 April 2017;62(2):103-10.
● Browling B. Kanski's Clinical Ophthalmology. Edisi ke-9. Australia: Elsevier;2020. hlm.
308-337.
● Ioschpe P, Zenalis S, Marinho D, Laura A. Pre-Senile Cataract in Diabetic Patients:
Prevalence and Early Diagnose. Journal of Clinical Trials 2017 15 April 2018;7(2):1- 5.
Thanks! Do you have any questions?

yahya22robbani@gmail.com
+62878 73802220

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai