ENTROPION
Oleh:
Yahya Taqiuddin Robbani
011923143045
Pembimbing:
Dr. dr. Lukisiari Agustini, Sp.M(K)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Entropion
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
2.5 Gejala Klinis
2.6 Penegakan Diagnosis
2.7 Diagnosis Banding
2.8 Tatalaksana
BAB III LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Penderita
3.2. Data Dasar
3.3. Pemeriksaan Fisik
3.4. Daftar Masalah
3.5. Diagnosis Banding
3.6. Diagnosis Kerja
3.7. Planning
3.8. Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Epidemiologi
Entropion dapat terjadi pada segala usia, namun prevalensinya lebih tinggi pada lansia.
Angka kejadian entropion bilateral tiga kali lebih sering dibandingkan entropion unilateral.
Berdasarkan jenis kelamin, entropion lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini
disebabkan karena wanita mempunyai tarsus yang lebih kecil daripada pria.
2.3 Klasifikasi
Terdapat empat tipe entropion yaitu entropion kongenital, involusional, akut spastik,
dan sikatrikal
1. Entropion Kongenital
Entropion kongenital memiliki beberapa karakteristik, yaitu pemendekan lamella
posterior, disgenesis fasia kapsulopalpebral, dan kelemahan struktur tarsus. Pada beberapa
kasus didapatkan tarsal kink dimana tarsus superior membengkok dan menyebabkan silia dan
tepi kelopak mata kontak langsung dengan permukaan okuler.
2. Entropion Involusional
Entropion involusional umumnya terjadi seiringnya bertambah usia. Pada usia lanjut,
terjadi degenerasi kolagen, yang diikuti dengan kelemahan tarsus dan tendon kantus secara
progresif, serta disinsersi retraktor kelopak mata.
3. Entropion Akut Spastik
Entropion akut spastik terjadi akibat iritasi okuler atau inflamasi akut. Umumnya terjadi
pada pasien yang mengalami perubahan involusional pada kelopak mata dan diperburuk
dengan iritasi kornea akibat entropion.
4. Entropion Sikatrikal
Entropion sikatrikal disebabkan oleh kontraktur atau jaringan parut di konjungtiva dan
pemendekan relatif dari lamella posterior akibat penyakit autoimun kronis, infeksi, inflamasi,
suhu, atau trauma
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi entropion bervariasi tergantung dengan jenisnya. Secara umum, kelopak
mata bawah distabilisasi oleh retraktor, orbikularis, tarsus, dan tendon kantus. Secara
horizontal, kelopak mata bawah distabilisasi oleh tendon kantus dan tarsus. Inversi kelopak
mata terjadi apabila struktur-struktur tersebut melemah. Secara vertikal, kelopak mata bawah
distabilisasi oleh retraktor. Retraktor tersebut berikatan dengan otot orbikularis dan jaringan
kulit dibawahnya. Ketika ikatan tersebut melemah, orbikularis preseptal akan bergeser ke
superior dan menumpuk pada otot pretarsal sehingga tepi kelopak mata berputar ke arah
permukaan okuler. Struktur yang berperan pada kelopak mata atas adalah aponeurosis levator
dan otot Mueller. Selain itu, entropion juga dapat disebabkan oleh atrofi tarsus (Yelena 2015).
Entropion involusional disebabkan oleh kelemahan horizontal dari kelopak mata,
disinsersi retraktor kelopak mata, dan penumpukan otot orbikularis okuli preseptal. Seiring
bertambahnya usia, terjadi degenerasi kolagen dan elastogenesis abnormal pada tarsus
sehingga kelopak mata melemah dan terjadi atrofi tarsus. Entropion akut spastik terjadi akibat
iritasi atau inflamasi okuler. Saat terjadi iritasi atau inflamasi, kekuatan retraktor kelopak
mata melemah sehingga terjadi rotasi internal. Selain itu, iritasi kornea menyebabkan
peningkatan frekuensi spasme yang akan memperburuk kondisi. Sementara, pada entropion
sikatrikal, terjadi kontraktur tasokonjungtival vertikal dan rotasi internal dari tepi kelopak
mata (Yelena 2015).
2.5 Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering muncul adalah mata merah dan nyeri, sensitivitas terhadap
angin dan cahaya, kulit kendur di sekitar mata, epifora, iritasi okuler dan penurunan visus,
terutama jika terjadi kerusakan kornea. Keluhan lainnya dapat berupa fotofobia, kelopak mata
menjadi keras, kotoran mata, dan mata terasa seperti kemasukan benda asing (Reiza Y,
2018)..
Entropion Sikatriks
Pada prosedur Wies (Gambar 2.5), anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan
insisi horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal
2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik
dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi digunakan
untuk memperluas blefarotom ke medial dan lateral melewati tarsus. Lalu dijahit tiga
double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui
kulit dekat bulu mata. Insisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup
diangkat setelah 10-14 hari.
Chi dkk. memperkenalkan metode tarsotomi modifikasi dengan insisi fullthickness
pada tarsus 2 mm proksimal dari margo palpebra, dengan panjang insisi 2 mm lebih panjang
dari sisi sikatriks (Gambar 2.6). Dua insisi relaksasi dibuat secara medial dan lateral di setiap
ujung insisi, tegak lurus terhadap insisi tersebut. Diseksi yang teliti dibuat di antara tarsus
distal dan muskulus orbikularis okuli. Kemudian dibuat jahitan matras horizontal dengan
Vicryl 6-0 melalui tarsus proksimal dan keluar sedikit di atas garis bulu mata. Jahitan dibuat
sedikit di atas margo palpebra supaya tercapai overkoreksi yang tipis.
Cruz dkk. menemukan metode lipatan palpebra diinsisi untuk merotasi margo palpebra
superior, digabungkan dengan traksi internal lamela anterior, tarsotomi, dan tarsal overlap
tanpa memerlukan jahitan luar. (Gambar 2.7) Teknik ini dilakukan dengan anestesi lokal 2%
lidokain dengan 1:100.000 epinefrin. Awalnya, benang traksi 4-0 dimasukkan melalui tepi
tarsus dari margo palpebra. Kemudian, dibuat insisi lipatan palpebra untuk membuat flap
kulit-otot pretarsal. Flap ini diangkat sehingga tampak seluruh lempeng tarsus, diikuti diseksi
orbikularis dengan gunting Westcott atau jarum Colorado, sehingga akar-akar bulu mata
tampak. Palpebra kemudian dieversi dengan cotton bud dan diposisikan dengan benang traksi
secara hati-hati. Vicryl 6-0 dijahitkan pada orbikularis dekat akar bulu mata melalui bagian
tengah tarsus distal. Sembari dijahitkan, bagian distal tarsus dimajukan ke atas tarsus
marginal, sedangkan tarsus marginal didorong ke belakang, sehingga lamela dari margo
palpebra dirotasikan keluar. Dengan cara ini, jahitan tetap berada di dalam palpebra tanpa
perlu adanya pendukung.
Sakamoto dkk. menemukan metode hammock flap untuk entropion sikatriks (Gambar
2.8). Kulit diinsisi 3-4 mm di bawah bulu mata, paralel terhadap margo palpebra, kemudian
insisi lainnya dibuat 4-5 mm di bawah garis insisi pertama, sehingga terbentuk daerah seperti
spindle. Insisi yang lebih atas diperluas di bawah muskulus orbikularis okuli, dan kulit
kemudian dikelupas hingga batas bawah lempeng tarsal untuk membuka konjungtiva. Insisi
bawah diperluas ke atas orbikularis okuli hingga beberapa mm. Flap kemudian dibalik dan
dijahit superior ke tarsus dan inferior ke retraktor dan konjungtiva.
\
Gambar 2.7 Insisi lipatan palpebra untuk merotasi margo palpebra superior
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Bulu mata kiri masuk ke dalam mata
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan bulu mata kiri masuk ke dalam dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu.
Keluhan disertai rasa mengganjal, berair, dan nyeri seperti ditusuk-tusuk. Selama 6 bulan ini
pasien selalu mencabut bulu matanya untuk mengurangi keluhan. Pasien juga selalu
memberikan obat tetes mata rohto jika terasa mengganjal.
Mata merah kadang-kadang namun tidak disertai kotoran. Pandangan mata kabur
disangkal. Mata kanan tidak dirasakan ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HT (-), DM (-), riwayat kacamata (-), riwayat operasi sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit / keluhan yang sama.
OD Pemeriksaan OS
6/12 pin hole tetap Visus 6/20 pin hole tetap
Normal Palpasi TIO Normal Palpasi
Segmen Anterior
Edema (-), spasme (-), tepi palpebra
Edema (-), spasme (-) Palpebra
inferior inversi (+)
Hiperemi (+) Konjungtiva Hiperemi (+)
Jernih, Fluorescein test (+) punctat
Jernih Kornea di inferior sepanjang 6 mm, tidak
menutup visual aksis
Normal Bilik mata depan Normal
Radier (+) Iris Radier (+)
bulat isokor 3mm Pupil bulat isokor 3mm
Jernih Lensa Jerinh
OD Pemeriksaan OS
Segmen Posterior
Positif Fundus refleks Positif
Batas tegas (+), warna Papil N. II Batas tegas (+), warna normal
normal (+) (+)
Perdarahan (-), eksudat (-) Retina Perdarahan (-), eksudat (-)
(+) Refleks makula (+)
Pemeriksaan Lain
Snap back test OD : 3 detik
Snap back test OS : 5 detik
Pinch test OD : 6 mm
Pinch test OS :10 mm
Fluorescein test OD : Negatif
Fluorescein test OS : Positif, berbentuk punctat di inferior sepanjang 6 mm, tidak menutup
visual aksis
Schirmer ODS : 11 mm dalam 5 menit
Foto Klinis
3.7 Planning
a. Diagnosis: Slit Lamp
b. Terapi:
- Terapi simtomatik: artificial tears sebanyak 1 tetes OS setiap 3 jam sekali
- Rujuk ke dokter spesialis mata untuk evaluasi lebih lanjut dan pertimbangan operasi
c. Monitoring
- Tanda-tanda vital
- Perbaikan/perburukan klinis
- Pemeriksaan segmen anterior mata
- Pemeriksaan tajam penglihatan
d. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita
- Menjelaskan kepada pasien mengenai komplikasi yang dapat timbul
- Menjelaskan kepada pasien mengenai prognosis penyakit yang diderita
- Menjelaskan kepada pasien mengenai rencana terapi
- Menjelaskan kepada pasien kemungkinan rencana terapi operatif
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien akan dirujuk ke spesialis mata untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut
3.8 Prognosis
Ad vitam: Dubia ad Bonam
Ad functionam: Dubia ad Bonam
Ad sanationam: Dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
Bashour, M. Entropion Lower Eyelid Reconstruction Workup. Medscape. 2020. Available at:
<https://emedicine.medscape.com/article/877281-workup#c7> [Accessed 01 June
2021].
Bashour, M. Lower Lid Ectropion Blepharoplasty. Medscape. 2020. Available at:
<https://emedicine.medscape.com/article/1281565-overview#a5> [Accessed 01 June
2021].
Bergstrom, R. Czyz, C. Entropion. StatPearls. 2020. Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470352/?report=classic> [Accessed 01 June
2021].
Boboridis KG, Bunce C. Interventions for Involutional Lower Eyelid Entropion. Cochrane
Database Syst Rev. 2011 Dec 7; (12): CD002221.
Borrelli M, Geerling G. Current concepts of ocular adnexal surgery. GMS Interdiscip Plast
Reconstr Surg DGPW. 2013; 2: Doc06
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. 2015. Periocular Malpositions and Involutional Changes.
In: Basic Science and Clinical Course 2015-2016, Section 7, Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; pp.236-242
Chi M, Kim HJ, Vagefi R, Kersten RC. Modified tarsotomyfor the treatment ofsevere
cicatricialentropion. Eye. 2016; 1-6.
DeBacker, C. Entropion Medication. Medscape. 2020. Available at:
<https://emedicine.medscape.com/article/1212456-medication#1> [Accessed 01 June
2021].
Jeng, B. Diagnostic Techniques in Ocular Surface Disease. ScienceDirect. 2020. Available at:
<https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/schirmer-test>
[Accessed 01 June 2021].
Levine MR, El-Toukhy E, Schaefer AJ. Entropion. Available at:
<http://sites.surgery.northwestern.edu/reading/documents/curriculum/back_recon_eyes/
Di470_0401271607.pdf> [Accessed 01 June 2021].
Lo, C. Glavas, I. Diagnosis and Management of Involutional Entropion. Oculoplastics
Opthalmic Pearls in Eyenet Magazine. 2016.
Nemoto H, Togo T, Maruyama N, Miyabe K, Nakae S, Sumiya N, Orbicularisoculi muscle
tightening for involutional entropion [accepted manuscript]. British Journal of Plastic
Surgery. 2017.
Perkins, E. Hugh, D. Human Eye. Encyclopedia Britannica. 2020. Available at:
<https://www.britannica.com/science/human-eye#ref64863> [Accessed 03 April 2021].
Reiza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. CDK. 2018; 45 (2): 151-155.
Sakamoto Y, Nakajima H, Imanishi N, Okumoto T, Kato T, Kishi K. A hammock flap: A
modified backflip flap for the surgical correction of cicatricial entropion. J Plast
Reconstr Aesthet Surg. 2015; 68 (5): 738-40.
Vaughan, D. Asbury, T. Vaughan & Asbury's general ophthalmology. 19th ed. New York,
Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2018.
Weber, A. Chundury, R. Perry, J. Entropion. EyeWiki. Available at:
<https://eyewiki.aao.org/Entropion#Physical_Examination> [Accessed 01 June 2021].
Wozniak K, Sommer F. Surgical management of entropion. Ophthalmologe. 2010 Oct; 107
(10): 905-10
Yelena. Entropion involusional. Medicinus. 2015; 4 (7): 19-26.