Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA


BERPIKIR
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Lembar Kerja Peserta Didik
LKPD adalah salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk menyampaikan
materi sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran, serta diminati peserta didik
untuk memahami inti dari materi yang disampaikan (Hamidah et al., 2018). Definisi
lain menyatakan bahwa LKPD adalah salah satu panduan peserta didik untuk
melakukan kegiatan kerja agar hasil belajar peserta didik meningkat. Kegiatan kerja
yang dimaksud dapat berupa praktikum sederhana, atau 8 pengumpulan data dan
menarik kesimpulan sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
peserta didik (Rinaldo et al., 2018). merupakan lembar kerja yang berisi tugas-tugas
dan harus dikerjakan oleh siswa dan biasanya disajikan dalam bentuk berupa aturan-
aturan yang sistematis untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran (Fajrina, 2020).
LKPD merupakan salah satu instrumen instruksional untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran (Romli et al., 2018). Misbah et al. (2018)
mengatakan bahwa LKPD harus memuat pertanyaan yang berfungsi sebagai stimulus.
Stimulus berfungsi untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik terhadap
materi pelajaran yang dipelajari. LKPD dapat membantu meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi yang diajarkan (Abdillah et al., 2017). Penggunaan
perangkat pembelajaran berupa LKPD dapat meningkatkan sikap positif terhadap
pembelajaran (Ural, 2016). Selain itu penggunaan LKPD juga dapat membuat proses
pembelajaran lebih teratur (Noviafitri et al., 2016). Pembelajaran yang berlangsung
teratur dapat membuat suasana belajar menjadi aktif sehingga pembelajaran yang
dilakukan lebih efektif.
LKPD yang baik dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pada
kompetensi yang ada, sehingga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Prastowo (2011) menjelaskan unsur utama LKPD meliputi:
1) judul,
2) petunjuk belajar,
3) kompetensi dasar atau materi pokok,
4) informasi pendukung,
5) tugas/langkah kerja,
6) penilaian
Elektronik Lembar Kerja Peserta Didik atau sering disebut dengan E-LKPD adalah
bahan ajar yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Umumnya
guru menggunakan LKPD berbentuk media cetak dalam pembelajaran di sekolah.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam dunia pendidikan menuntut untuk
selalu menginovasi bahan ajar. Pemanfaatan teknologi juga memungkinkan
terlaksananya pembelajaran yang efektif (Yelianti et al., 2018).
LKPD yang digunakan dalam penelitian ini dibuat menjadi E-LKPD karena dengan
bentuk elektronik ini diharapkan dapat dimanfaatkan peserta didik secara bebas
sebagai sumber belajar dengan atau tanpa bimbingan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Akan tetapi bukan berarti peran guru digantikan melainkan guru
sebagai pengawas dan fasilitator (Iqbal et al., 2018).
2.1.2. Problem Based Learning
Keberlanjutan pendidikan Indonesia diakomodasi oleh kurikulum. Kurikulum
yang digunakan adalah kurikulum 2013 dengan prinsip pembelajaran di mana siswa
mulai mencari tahu dan guru bukan satu-satunya sumber belajar, sekaligus
memperkuat penggunaan pendekatan saintifik dan teknologi informasi komunikasi.
Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran inovatif diperlukan (Overton & Randles,
2013; Schell & Kaufman, 2015).
PBL memiliki karakteristik pembelajaran yang berpusat pada siswa, di
mana siswa melaksanakan pembelajaran secara mandiri, mengidentifikasi masalah
yang akan dikerjakan dan menentukan sumber informasi seperti buku, jurnal, internet,
dll (Kartamiharja et al, 2020). Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-stryctured)
dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membangun
pengetahuan baru (Faturrohman, 2015).

2.1.3. Etnosains
Etnosains bisa diartikan sebagai penyampaian pembelajaran menggunakan
kearifan lokal sebagai objek pembelajaran. Dalam hal ini penggunaan objek-objek9
sekitar sebagai media pembelajaran disinyalir bisa memudahkan peserta didik dalam
belajar. Hal ini tidak tidak lepas dari kedekatan objek belajar dengan materi belajar
peserta didik (Sudarmin, 2018; Sujana, 2014). Etnosains juga bisa diartikan sebagai
pengetahuan yang diperoleh dengan bahasa dan budaya seseorang (Abonyi, et al,.
2014). Ciri khas dari Etnosains adalah dengan menyikapi sebuah kearifan lokal
dengan kaca mata ilmu pengetahuan. Sehingga kadang bisa digunakan untuk
menghilangkan suatu skeptis atau pandangan mistis sesorang tentang ketidaktahuan
dirinya akan budayanya sendiri.
Sudarmin, & Pujiastuti (2015) menjelaskan hadirnya pembelajaran yang
mengangkat budaya lokal untuk dijadikan suatu objek akan memberikan suatu
kelebihan. Dalam hal ini Etnosains dianggap mampu meningkatkan motivasi dan
minat belajar peserta didik untuk mempelajari sains. Hal ini disebabkan peserta didik
akan belajar dari alam sekitarnya, bukan mengimajinasikan materi secara abstrak.
Sehingga benar-benar mengikuti kaidah sikap ilmiah. Menurut piaget, teori
perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari aspek kongnitif dan aspek
pengalaman manusia (budaya). Hal ini berarti dalam suatu bingkai ilmu pengetahuan
selalu disusun atas adanya pengalaman suatu manusia.
2.1.4. Motivasi Belajar
Motivasi adalah sebuah konstruksi teoretis untuk menjelaskan inisiasi, arah,
intensitas, ketekunan, dan kualitas perilaku, terutama perilaku yang diarahkan pada
tujuan. Motivasi memberikan dorongan untuk tindakan yang bertujuan dengan arah
yang diinginkan Baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas menjadi bagian yang
sangat penting dalam motivasi (Lee & Martin, 2017). Peserta didik yang termotivasi
lebih cenderung melakukan kegiatan yang menantang, terlibat aktif, menikmati
proses kegiatan untuk belajar dan menunjukkan peningkatan hasil belajar, ketekunan
dan kreativitas (Samir Abou El-Seoud et al., 2014), selain itu, merancang lingkungan
belajar yang memotivasi siswa akan menarik perhatian peserta didik (Keller, 2010).
Motivasi dianggap sebagai faktor penting untuk keberhasilan belajar termasuk
dalam lingkungan belajar daring, sehingga perlunya mempertimbangkan kembali
motivasi belajar di lingkungan belajar yang pemanfaatan teknologi (Harandi, 2015).
Adapun aspek yang diteliti dalam penelitian ini terkait dengan aspek yang dijelaskan
oleh (Hamzah B. Uno, 2009) yang menuliskan 8 indikator motivasi belajar, yaitu
konsentrasi, rasa ingin tahu, semangat, kemandirian, kesiapan, antusias atau
dorongan, pantang menyerah, dan percaya diri. Motivasi belajar sangat dibutuhkan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang
termotivasi akan memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran (Sari
& Sugiyarto, 2015).
2.1.5. Keterampilan Berpikir Kritis

2.1.6. Larutan Penyangga


2.1.7. E-LKPD Berbasis Problem Based Learning Bermuatan Etnosains
2.2. Kerangka Teoretis
2.2.1.
2.3. Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai