BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Anatomi
Pembuluh limfe pada dasarnya adalah saluran yang membawa cairan jelas atau
dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin diantara kapiler
sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada dalam pembuluh limfatik, cairan ini
disebut getah bening yang mana komposisinya hampir sama dengan komposisi
cairan interstisial. Getah bening ini membantu dalam kliring jaringan infektif
darah yang mencakup semua jaringan tubuh Disepanjang pembuluh limfe terdapat
organ yang disebut nodus limfe (lymph node) yang menyaring limfe. Di dalam
nodus limfe terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah dengan
ruang-ruang yang enuh dengan sel darah putih. Nodus limfatikus terdapat di
Sumber: en.wikipedia.org
2.1.2. Fisiologi
Pembuluh limfe atau getah bening berperan dalam penyerapan cairan dan
makromolekul dari jaringan dan mengambil lipid pada usus. Bahkan, pembuluh
41
limfe juga mengangkut antigen dan leukosit diantara jaringan perifer atau jaringan
paling luar, kelenjar getah bening, dan darah. Karena hal itu, pembuluh ini penting
dalam induksi dan regulasi respon sistem imun (Akhmmad 2016) Pembuluh limfe
mukosa (E. Barrett et al. 2012) Selain pembuluh darah, pembuluh limfe juga
respon inflamasi dengan cara membawa cairan leukosit dan antigen dari jaringan
yang terinfeksi ke noda limfe dan ke organ limfe sekunder, dengan demikian hal
ini berkontribusi dalam menurunkan infeksi dan memulai inisiasi respon imun
4. Mengeluarkan zat-zat toksik dan debris seluler dari jaringan setelah infeksi
sirkulasi
42
2.2.1. Definisi
Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat
beresiko terkena kanker. Kanker adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang
normal dan dapat mempengaruhi fungsi fisik dan sosial dalam waktu yang lama
(Muscari, 2005).
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang
kasus limfoma terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Sekitar satu juta
orang didunia menderita limfoma, dan terdapat sekitar seribu orang didiagnosis
bening, LNH, atau kadang-kadang ganya limfoma) adalah kanker yang dimulai di
sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Faktor risiko kanker kelenjar getah bening belum diketahui secara pasti, namun
2.2.2. Etiologi
heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah :
immunodeficiency
belum diketahui.
pelarut organic.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang
2.2.3. Klasifikasi
dan setiap lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara
skematik dan didata tidak hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting
difus/batas tegas.
sisi diafragma.
tegas
secara difus
tidak terklasifikasi)
non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal
pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
46
ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini,
terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
pertama terdiagnosis.
Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis
Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif
(tumbuh cepat), menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan
3. Keringat malam
4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut
6. Hilangnya nafsu makan
7. Nyeri tulang
8. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
terkena.
9. Limphadenopaty
2.2.5. Patofiologi
terjadinya mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel
limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas
3. Nukleolinya terlihat,
Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi
awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel
limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk
tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar
getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat memberi
kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel tersebut
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah
akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain
itu populasi limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit
49
dibawah normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal
itu akan disebut bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di
membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran
Hammer 2018). Pembesaran kelenjar getah bening dalam dada atau perut bisa menekan
sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai. Limfoma non hodgkin lebih mungkin
menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak, gejala
awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus,
otak, dan tulang belekang. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit
2.2.7.
Mutasi genetik
Infeksi virus ( EBV,HCV,hepatitis)
B3 ( BRAIN)
B1 (BREATHING) B4 ( BLADDER)
B2 (BLOOD)
Penyebaran limpoma
di otak
Pembesaran nodus
Pembesaran limpoma
mediastinal Pe ↓ pembentukan
Pe↓ pembentukan eritrosit pada tulang belakang
trombosit
Massa pada cerebral Invasi sel jaringan yang
peka terhadap sensori
Oedema jalan napas Pembekuan darah Distensi kandung
Eritrosit me ↓, HB me ↓
tidak adekuat Infiltrasi jaringan kemih
pada serebral
Kerusakan sel syaraf
Ekspansi paru menurun
MK : Resiko Anemia MK : Gangguan
perdarahan Suplai darah ke otak me↓
eliminasi urin ( D.0040)
MK : Nyeri akut
MK : Pola napas tidak (D.0012)
efektif MK : Perfusi perifer (D.0077)
MK : Risiko perfusi
tidak efektif
(D.0005) serebral tidak efektif
(D.0009) ( D.0017)
41
B5 ( BOWEL) B6 ( BONE)
Tindakan
Penyusutan KGB
Penyebaran limfoma di diselangkangan
gastrointestinal
Terapi
suportif Invasif
Kemoterapi
Pengaruh Obat
Kemoterapi
Peningkatan sekresi
Rambut rontok Penurunan antibodi HCL
MK : Risiko infeksi
(D.0142)
MK : Risiko
ketidakseimbangan
cairan (D.0036)
43
hepatosplenomegali
Pemeriksaan Ideal
1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
2.2.9. Penatalaksanaan
1) Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
Prednisone)
2.2.10. Prognosis
dan agresif lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan
median survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium
lanjut. Sebagian besar tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma
agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat
kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologis ”divergen” baik
Prognostik Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status performans, stadium
anatomis, dan jumlah ekstranodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap
Keterangan 0 1
Umur ≤ 60 tahun > 60 tahun
Tumor stage (Ann Arbor) I atau II III atau IV
LDH serum Normal Meningkat
Status performans Tak ada gejala Ada gejala
Keterlibatan ekstranodal Tidak ada atau 1 > 1 tempat
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High risk (4-5)
2.2.11. Komplikasi
2.2.12. Pencegahan
antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan lycopene, beta caroten dan
sangat baik untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal bebas
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal
berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
semakin nyeri ketika keadaan apa dan mereda ketika kapan biasanya
menyebar sesuai daerah terdekat dari posisi kanker, skala nyeri bergantung
keadaan klinis pasien, apabila parah maka sudah tak tertahankan, waktu
nyeri itu datang juga perlu dikaji, mudah digerakkan (pada leher, ketiak
atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
seperti pembesaran pada area seperti : leher, ketiak, dll. Pasien dengan
sama dengan pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular, penyakit
6. Riwayat Psikologi
7. Riwayat Spiritual
keyakinan klien akan kesembuhan nya dan secara umum klien berdoa
8. Riwayat Sosial
Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain dan tenaga kesehatan.
kemotherapinya.
49
9. Kebiasaan Sehari-hari
bandingkan dengan kebiasaan sebulum dirawat. Hal ini yang perlu dikaji
pola BAK..
3) Istirahat dan tidur: kaji lamanya tidur siang dan malam. Pada
1) Keadaan Umum
2) Sistem Pernafasan
3) Sistem Kardiovaskular
tekanan darah , nadi dan suhu pasien. Namun secara garis besar
4) Sistem Endokrin
tersebut
5) Sistem Pencernaan
penurunan BB.
perkemihan
51
7) Sistem Persarafan
pasien
8) Sistem Muskuloskeletal
b. Gula darah
e. Immunoglobulin.
subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat
intraabdominal.
52
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun (D.0005)
(D.0077)
kemotherapi( D.0019)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Pemantauan respirasi (I.01014)
penurunan ekspansi paru (D.0005) Observasi
1. Monitor frekuensi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Monitor pola nafas
selama 1x8 jam, diharapkan pola nafas membaik 3. Monitor saturasi oksigen
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Kriteria hasil : Pola Nafas (L.01004) Obeservasi
- Dipsneu / sesak menurun 1. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
- Frekuensi nafas membaik (16-24x/m) Terapeutik
2. Berikan posisi fowler
3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
4. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
Kolaborasi
5. Kolaborasi dipertimbangkan apabila sewaktu-waktu diperlukan
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera Manajemen Nyeri (I.08236)
fisiologis (neoplasma) (D.0077) Observasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri
selama 1x8 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun. 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Kriteria hasil : Tingkat nyeri (L.08066) Terapeutik
- Keluhan nyeri menurun (skala 1-3) 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Gelisah menurun Edukasi
- Meringis menurun 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
54
Edukasi
Anjurkan posisi duduk
Anjurkan makan makanan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan ahli gizi perilah diet
Terapeutik
56
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian dextrose dan glucagon jika perlu
Terapeutik
Hindari penggunaan produk as[pirin
Berikan asupan cairan adekuta
Lakukan tindakan perawatan rambut
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian antiemetic untuk menangani efek
samping
Terapeutik
Ukur antropometri komposisi tubuh
Hitung oerubahan berat badan
Atur interval pemantauan
Dokumentasikan pemantauan secara baik
57
Edukasi
Informasikan hasil pemantauan bila perlu
Observasi
Monitor td, suhu, respirasi dan nadi
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Observasi
Monitor lokasi insisi, monitor adanya drainase, tanda dan
gejala infeksi
Terapeutik
Bersihkan area insisi dengan tepat
Usap area insisi dari daerah yang bersih menuju kurang bersih
Berika salep antiseptic jika perlu
Ganti ba;utan sesuai jadwal
Edukasi
Informasikan tujuan dan manfaat tindakan relaksasi dan
ajarkan melakukan secara mandiri
Observasi
Identifikasi kondisi umum pasien,
Monitor ttv pasien
Monitor gula darah pasien
Terapeutik
Ambil sampel untuk pemeriksaan penunjang darah
Puasakan minimal 6 jam sebelum memulai pembedahan
Bebaskan area operasi dari rambut
Pastikan kelengkapan dokumen pasien, transfer ke kamar
operasi
Edukasi
Informasikan tujuan dan manfaat tindakan operasi, jelaskan
waktu puasa dan pemberian obat pre medikasi bila ada
Latih Teknik mengurangi nyeri pasca operasi
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian obat sebelum pembedahan
(antibiotic, antihipertensi, antidiabetic) sesuai indikasi
Kooordinasikan dengan ahli gizi terkait diet dan puasa
Koordinasikan dengan perawat kamar bedah
60
Akhmmad, Atika Daili. 2016. “Anatomi&Fisiologi Sistem Limfatik Dan Konsep Imun,” 37.
E. Barrett, Kim, Susan M. Barman, Scott Boitano, and Heddwen L. Brooks. 2012. Ganong
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Fisiologi Kedokteran.
Gary D. Hammer. 2018. “Pathophysiology of Disease.” Mc Graw Hill Wducation.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-811410-0.00057-X.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. “Penyakit Limfoma.” Infodatin.
Suharsono, Hamong. 2017. “Pembuluh Limfe.” UNIVERSITAS UDAYANA, 1–19.