Anda di halaman 1dari 31

40

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologi

2.1.1. Anatomi

Pembuluh limfe pada dasarnya adalah saluran yang membawa cairan jelas atau

keputih-putihan, yang disebut getah bening. Cairan ini memasuki pembuluh

dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin diantara kapiler

sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada dalam pembuluh limfatik, cairan ini

disebut getah bening yang mana komposisinya hampir sama dengan komposisi

cairan interstisial. Getah bening ini membantu dalam kliring jaringan infektif

organisme, racun, dan lain-lain. Salurannya berbentuk tabung, mirip pembuluh

darah yang mencakup semua jaringan tubuh Disepanjang pembuluh limfe terdapat

organ yang disebut nodus limfe (lymph node) yang menyaring limfe. Di dalam

nodus limfe terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah dengan

ruang-ruang yang enuh dengan sel darah putih. Nodus limfatikus terdapat di

sepanjang jalur pembuluh imfe berupa benda oval (Suharsono 2017)

Sumber: en.wikipedia.org

2.1.2. Fisiologi

Pembuluh limfe atau getah bening berperan dalam penyerapan cairan dan

makromolekul dari jaringan dan mengambil lipid pada usus. Bahkan, pembuluh
41

limfe juga mengangkut antigen dan leukosit diantara jaringan perifer atau jaringan

paling luar, kelenjar getah bening, dan darah. Karena hal itu, pembuluh ini penting

dalam induksi dan regulasi respon sistem imun (Akhmmad 2016) Pembuluh limfe

merupakan bagian dari sistem limfatik, yang merupakan system pertahanan

sekunder. Sistem pertahanan primer dilaksanakan oleh kulit dan membarana

mukosa (E. Barrett et al. 2012) Selain pembuluh darah, pembuluh limfe juga

berkontribusi dalam respon inflamasi tubuh. Pembuluh limfe meregulasikan

respon inflamasi dengan cara membawa cairan leukosit dan antigen dari jaringan

yang terinfeksi ke noda limfe dan ke organ limfe sekunder, dengan demikian hal

ini berkontribusi dalam menurunkan infeksi dan memulai inisiasi respon imun

spesifik Fungsi lain dari pembuluh limfe antara lain:

1. Mengumpulkan dan mengembalikan cairan interstisial, termasuk protein

plasma ke darah, sehinga membantu mempertahankan keseimbangan

cairan (E. Barrett et al. 2012)

2. Mempertahakan tubuh terhadap penyakit dengan memproduksi limfosit

3. Menyerap lemak dari intestinum dan membawa ke darah

4. Mengeluarkan zat-zat toksik dan debris seluler dari jaringan setelah infeksi

atau kerusakan jaringan

5. Pembuluh limfe mengendalikan kualitas aliran cairan dengan cara

menyaring melalui nodus-nodus limfe sebelum mengembalikannya ke

sirkulasi
42

2.2. Konsep Teori Limfoma Non Hodgkin

2.2.1. Definisi

Istilah Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia.

Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

beresiko terkena kanker. Kanker adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang

mempengaruhi pertumbuhan sel normal, dimana terdapat gen pengativasi tumor

yang menyebabkan proliferasi sel tidak terkendali jika ditransmisikan ke sel

normal dan dapat mempengaruhi fungsi fisik dan sosial dalam waktu yang lama

(Muscari, 2005).

Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang

muncul dalam sistem limfatik yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah

bening. Jumlah kasus limfoma sebenarnya masih rendah jika dibandingkan

dengan penyakit kanker lainnya, namun demikian pada perkembangannya jumlah

kasus limfoma terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Sekitar satu juta

orang didunia menderita limfoma, dan terdapat sekitar seribu orang didiagnosis

menderita limfoma setiap harinya (Kementrian Kesehatan RI 2015)

Limfoma Non-Hodgkin (juga dikenal sebagai kanker kelenjar getah

bening, LNH, atau kadang-kadang ganya limfoma) adalah kanker yang dimulai di

sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Faktor risiko kanker kelenjar getah bening belum diketahui secara pasti, namun

peningkatan angka kejadiannya berhubungan dengan usia, jenis kelamin, genetik,

riwayat penyakit terdahulu, transplantasi organ , dan paparan bahan kimia

(American Cancer Society, 2013.)


43

2.2.2. Etiologi

Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa

fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain : Imunodefisiensi : 25% kelainan

heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah :

severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable

immunodeficiency

Pembagian usia dewasa menurut Hurlock diantaranya sebagai berikut :

1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan

dengan terjadinya LNH antara lain adalah : severe combined

immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable

immunodeficiency syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang

berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubugkan

pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.

2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic.

Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV,

hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit

belum diketahui.

3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering

dihubugkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan

dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan

pelarut organic.

4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang

mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang

terkena paparan UV.


44

2.2.3. Klasifikasi

Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pegobatan

dan setiap lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara

skematik dan didata tidak hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting

dalam menilai suatu pengobatan.

Stadium berdasarkan kesepakatan Ann Arbor :

1. Stadium I: Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio

1) I E : jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik tidak

difus/batas tegas.

2. Stadium II : Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi masih satu

sisi diafragma.

1) II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma

2) II 3 : pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi diafragma

3) II E : pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi

diafragma dan 1 organ ekstra limfatik tidak difus/batas

tegas

3. Stadium III : Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma

4. Stadium IV : Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau lebih tetapi

secara difus

Derajat LNH adalah klasifikasi histopatologis LNH berdasarkan hasil

pemeriksaan histopatologis yang terdiri dari :

1. Keganasan rendah (Limfoma Malignum: limfositik kecil, folikular

didominasi sel berukuran kecil cleaved, folikular campuran sel

berukuran kecil cleaved dan besar);


45

2. Keganasan menengah (Limfoma Malignum: folikular didominasi sel

berukuran besar, Difus sel berukuran kecil, difus campuran sel

berukuran kecil dan besar, difus sel berukuran besar);

3. Keganasan tinggi (Limfoma Malignum: sel imunoblastik berukuran

besar, sel limfoblastik, sel berukuran kecil noncleaved; lain-lain

(komposit, mikosis fungoides, histiosit, ekstramedular plasmasitoma,

tidak terklasifikasi)

Secara garis besar ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:

1. Limfoma non Hodgkin agresif

Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma

non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan

namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat.

Meskipun diaktegorikan “agresif”, limfoma ini sering memberikan respon

sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien yang penyakitnya

tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama, sering

berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada

kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami

kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.

2. Limfoma non Hodgkin Indolen

Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma

non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya,

limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal

pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
46

terdeteksi untuk beberapa saat. Sering ditemukan secara kebetulan, seperti

ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini,

dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada

pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti

pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan

sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan

terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah

pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,

biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga

mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena

limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa

menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat

pertama terdiagnosis.

2.2.4. Manifestasi Klinis

Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis

sel B), yang dapat dikelompokkan menurut beberapa panduan klasifikasi.

Klasifikasi tersebut mempertimbangkan beberapa faktor seperti penampakan di

bawah mikroskop, ukuran, kecepatan tumbuh dan organ yang terkena.

Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif

(tumbuh cepat), menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan

dengan mikroskop oleh dokter patologi di laboratorium.

Tanda dan gejala secara umum limfoma non-Hodgkin adalah :

1. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit


2. Demam
47

3. Keringat malam
4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut
6. Hilangnya nafsu makan
7. Nyeri tulang
8. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
terkena.
9. Limphadenopaty

Gejala Penyebab Kemungkinan


timbulnya gejala
Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening 20-30%
Pembengkakan wajah di dada
Hilang nafsu makan Pembesaran kelenjar getah bening 30-40%
Sembelit berat di perut
Nyeri perut atau perut
kembung

Pembengkakan tungkai Penyumbatan pembuluh getah 10%


bening di selangkangan atau perut
Penurunan berat badan Penyebaran limfoma ke usus 10% >
Diare halus
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan di Penyumbatan pembuluh getah 20-30%
sekitar paru-paru (efusi bening di dalam dada
pleura)
Daerah kehitaman dan Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
menebal di kulit yang
terasa gatal
Penurunan berat badan Penyebaran limfoma ke seluruh 50-60%
Demam tubuh
Keringat di malam hari

Anemia (berkurangnya Perdarahan ke dalam saluran 30%, pada akhirnya


jumlah sel darah merah) pencernaan bisa mencapai
Penghancuran sel darah merah 100%
oleh limpa yang membesar &
terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah
oleh antibodi abnormal (anemia
hemolitik)
Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau
terapi penyinaran
48

Mudah terinfeksi oleh Penyebaran ke sumsum tulang dan 20-30%


bakteri kelenjar getah bening,
menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibodi

2.2.5. Patofiologi

Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat

terjadinya mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel

limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas

(terjadi akibat adanya rangsangan imunogen) (Gary D. Hammer 2018). Beberapa

perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain :

1. Ukurannya semakin besar,

2. Kromatin inti menjadi lebih halus,

3. Nukleolinya terlihat,

4. Protein permukaan sel mengalami perubahan.

Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma

Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg,

Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi

awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel

limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk

tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar

getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat memberi

kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel tersebut

menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty

Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah

akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain

itu populasi limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit
49

dibawah normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal

itu akan disebut bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.

Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di

suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar

membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran

kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan (Gary D.

Hammer 2018). Pembesaran kelenjar getah bening dalam dada atau perut bisa menekan

berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan,

sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai. Limfoma non hodgkin lebih mungkin

menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak, gejala

awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus,

otak, dan tulang belekang. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit

dan gejala neurologis (misalnya delirium, penurunan kesadaran).


40
Toksin lingkungan (terpapar zat karsinogenik) Imunodefisiensi ( pasien HIV) Gaya hidup beresiko (konsumsi
2.2.6. Web Of Caution alkohol,merokok)

2.2.7.
Mutasi genetik
Infeksi virus ( EBV,HCV,hepatitis)

Perubahan sel pengendali


pertumbuhan

Keganasan pada limfosit B,T,NK

LIMFOMA NON HODGKIN

B3 ( BRAIN)
B1 (BREATHING) B4 ( BLADDER)
B2 (BLOOD)
Penyebaran limpoma
di otak
Pembesaran nodus
Pembesaran limpoma
mediastinal Pe ↓ pembentukan
Pe↓ pembentukan eritrosit pada tulang belakang
trombosit
Massa pada cerebral Invasi sel jaringan yang
peka terhadap sensori
Oedema jalan napas Pembekuan darah Distensi kandung
Eritrosit me ↓, HB me ↓
tidak adekuat Infiltrasi jaringan kemih
pada serebral
Kerusakan sel syaraf
Ekspansi paru menurun
MK : Resiko Anemia MK : Gangguan
perdarahan Suplai darah ke otak me↓
eliminasi urin ( D.0040)
MK : Nyeri akut
MK : Pola napas tidak (D.0012)
efektif MK : Perfusi perifer (D.0077)
MK : Risiko perfusi
tidak efektif
(D.0005) serebral tidak efektif
(D.0009) ( D.0017)
41

LIMFOMA NON HODGKIN

B5 ( BOWEL) B6 ( BONE)

Tindakan

Penyusutan KGB
Penyebaran limfoma di diselangkangan
gastrointestinal
Terapi
suportif Invasif

Obstruksi pada usus Perubahan struktur


tubuh
Biopsi

Napsu makan me ↓,muntah


Malabsorpsi Pre Op Post Op Ada massa dan teraba
benjolan

Kurang Terputus Luka


MK : Defisit nutrisi Gangguan eliminasi pengetahuan Jaringan terbuka
( D.0019) Benjolan pecah
Gelisah, Pucat, MK :
HR MK : Nyeri
Risiko
MK : Konstipasi ( D.0049) Akut infeksi
(D.0077) (D.0142) MK : Risiko infeksi (D.0142)
MK : Ansietas
(D.0080)
Terapi 42
suportif

Kemoterapi

Pengaruh Obat
Kemoterapi

Sum-sum tulang Sel gastrointestinal


Sel folikel rambut
belakang

Peningkatan sekresi
Rambut rontok Penurunan antibodi HCL

MK : Gangguan Sistem imun Merangsang mual


citra tubuh (D.0083) menurun dan muntah

MK : Risiko infeksi
(D.0142)
MK : Risiko
ketidakseimbangan
cairan (D.0036)
43

2.2.8. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis LNH ditegakkan dari hasil pemeriksaan histologi biopsi eksisi

(excisional biopsy) kelenjar getah bening atau jaringan ekstranodal.

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris

keringat malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann

hepatosplenomegali

2. Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal

hepar, faal ginjal, LDH.

Pemeriksaan Ideal

1. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone- scan,

CT- scan, biopsi sumsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi

2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan

histopatologi. Untuk LH memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis).

Untuk LNH memakai kriteria internasional working formulation (IWF)

menjadi derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi

Penentuan tingkat / stadium penyakit :

1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)

2. Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage


44

2.2.9. Penatalaksanaan

Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin.

Terapi yang dapat dilakukan adalah :

1. Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen :

Pada prinsipnya simtomatik

1) Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP

(Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)

2) Radioterapi: LNH sangat radiosensitif.

3) Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan paliatif.

4) Radioterapi: Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy saja

2. Derajat Keganasan Rendah (DKM) / agresif limfoma :

1) Stadium I: Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU)+radioterapi

2) CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin,

Prednisone)

3) Stadium II - IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi

berperan untuk tujuan paliasi.

3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT) :

DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik) :

1) Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

2) Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada :

a. setelah siklus kemoterapi ke-empat

b. setelah siklus pengobatan lengkap


45

2.2.10. Prognosis

LNH dapat dibagi ke dalam 2 kelompok prognostik : indolen lymphoma

dan agresif lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan

median survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium

lanjut. Sebagian besar tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma

agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat

disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif. Resiko

kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologis ”divergen” baik

pada kelompok indolen maupun agresif.

Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis berdasarkan International

Prognostik Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status performans, stadium

anatomis, dan jumlah ekstranodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap

outcome, sehingga abnormalitas dijumlahkan untuk mendapatkan indeks

prognostik. Skor yang didapatkan antara 0-5.

Indeks Prognostik Pasien LNH untuk Seluruh Umur

Keterangan 0 1
Umur ≤ 60 tahun > 60 tahun
Tumor stage (Ann Arbor) I atau II III atau IV
LDH serum Normal Meningkat
Status performans Tak ada gejala Ada gejala
Keterlibatan ekstranodal Tidak ada atau 1 > 1 tempat
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High risk (4-5)

2.2.11. Komplikasi

Akibat langsung penyakitnya :

1. Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf

2. Mudah terjadi infeksi, bisa fatal


46

Akibat efek samping pengobatan :

1. Aplasia sumsum tulang

2. Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin

3. Gagal ginjal oleh obat sisplatinum

4. Neuritis oleh obat vinkristin

2.2.12. Pencegahan

Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Non Hodgkin karena

penyebabnya tidak diketahui. Super lutein merupakan herbal antikanker no 1 yang

direkomendasikan oleh 6600 dokter di dunia. Kemampuannya sebagai herbal

antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan lycopene, beta caroten dan

alpha carotene merupakan karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang

sangat baik untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal bebas

dalam tubuh. karotenoid tersebut juga mampu menghambat dan membunuh

mutasi sel-sel kanker ini.

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

1. Identitas

Identitas klien mencakup: nama, umur, jenis kelamin, Pendidikan,

pekerjaan, suku/bangsa, nomor medik, status, diagnose medis, tanggal

masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan alamat. Sedangkan identitas

penanggung jawab meliputi: nama, umur, pekerjaan, agama hubungan

dengan klien, sumber biaya dan alamat.


47

2. Keluhan Utama

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,

tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal

paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan

berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai

sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem

limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan

kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,

tidak terasa nyeri dilakukan pengkajian mengenai nyeri PQRST, dirasakan

semakin nyeri ketika keadaan apa dan mereda ketika kapan biasanya

ketika dirangsang atau distimulus (digerakan dan ditekan) dan mereda

ketika didiamkan, menyerang regio yang terkena kanker dan dapat

menyebar sesuai daerah terdekat dari posisi kanker, skala nyeri bergantung

keadaan klinis pasien, apabila parah maka sudah tak tertahankan, waktu

nyeri itu datang juga perlu dikaji, mudah digerakkan (pada leher, ketiak

atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala

penurunan berat badan, demam, keringat malam.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pasien dengan limfoma biasanya diperoleh riwayat penyakit

seperti pembesaran pada area seperti : leher, ketiak, dll. Pasien dengan

transplantasi ginjal atau jantung


48

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi susunan anggota keluarga yang mempunyaio penyakit yang

sama dengan pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular, penyakit

turunan seperti DM, Hipertensi, dan lain-lain.

6. Riwayat Psikologi

Pasien dengan kanker mungkin mengalami gangguan pada

psikologisnya dikarenakan prognosis pasien kanker yang cenderung buruk,

ansiets juga mungkin dialami oleh pasien sebelum melakukan Tindakan

kemoradiasi/kemoterapi sehingga perlunya pengkajian psikologis pasien

termasuk persepsi klien terhadap penyakitnya, ekspresi psaien ketika

dianamnesa dan adakah gangguan konsep diri yang dialami pasien.

7. Riwayat Spiritual

Kaji pandangan klien terhadap penyakitnya, dorongan semangat dan

keyakinan klien akan kesembuhan nya dan secara umum klien berdoa

untuk kesembuhannya. Dorongan spiritual yang baik juga mendorong

klien untuk fokus kepada kesembuhan disamping ibadah yang dilakukan

8. Riwayat Sosial

Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain dan tenaga kesehatan.

Hubungan yang baik dengan keluarga dan tenaga kesehatan dapat

memberi dorongan pada klien untuk cepat pulih dari kondisi

kemotherapinya.
49

9. Kebiasaan Sehari-hari

Mengkaji kegiatan atau kebiasaan sehari-hari klien selama dirawat

bandingkan dengan kebiasaan sebulum dirawat. Hal ini yang perlu dikaji

klien dengan LNH meiputi :

1) Nutrisi: makan (jenis, jumlah, porsi dan pantangan). Minum

(jenis, jumlah dan pantangan). Klien LNH dengan perawatan Pre

Kemotherapi dengan post Kemotherapi dapat mengalami

penurunan pada unsur nutrisi ini dikarenakann efek samping

Tindakan tersebut meningkatkan respon gastrointestinal

sehingga menumbulkan mual.

2) Eliminasi: Pola BAB (frekuensi, konsistensi, warna, jumlah, dan

gangguan). Pola BAK (frekuensi, warna, jumlah, dan gangguan).

Pada klien dengan perawatan LNH dapat terjadi perubahan pada

pola BAK..

3) Istirahat dan tidur: kaji lamanya tidur siang dan malam. Pada

post Kemotherapi perlu banyak istirahat dan jam tidur yang

cukup untuk proses penyembuhan.

4) Personal hygiene: meliputi mandi dengan memakai sabun atau

tidak, gosok gigi, keramas, gunting kuku dan gangguan personal

hygiene. Pada pasien post Kemotherapi mungkin akan

mengalami gangguan pada pemenuhan personal hygienenya.

5) Ketergantungan : Kaji tingkat ketergantungan klien terhadap

alkohol, rokok ataupun obat-obatan.


50

10. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Pasien lemah, cemas, nyeri pada benjolan, demam, berkeringat

pada malam hari, dan menurunnya BB.

2) Sistem Pernafasan

Perlu dikaji frekuensi, irama, kedalaman ventilasi pernafasan,

kesimetrisan dinding dada, bunyi napas untuk menilai status

pernapasan. Biasanya pasien mengeluh dirinya mengeluh sulit

untuk bernafas karena ada benjolan..

3) Sistem Kardiovaskular

Nyeri yang dirasakan pasien mungkin berpengaruh terhadap nilai

tekanan darah , nadi dan suhu pasien. Namun secara garis besar

system kardiovaskular tidak mengalami masalah.

4) Sistem Endokrin

Terjadi pembesaran kelenjar pada daerah yang mengalami limfoma

dan disertai juga nyeri pada daerah yang mengalami kanker

tersebut

5) Sistem Pencernaan

Biasanya pasien mengalami anorexia karena rasa sakit yang

dirasakan saat menelan makanan, sehinggapasien sering mengalami

penurunan BB.

6) Sistem Perkemihan dan Genetalia

Klien LNH mungkin sedikit mengalami gangguan pada system

perkemihan
51

7) Sistem Persarafan

Pasien tidak jarang merasakan ansietas yang memengaruhi kepala,

seperti pening, dll dikarenakan stressor tersebut memengaruhi

pasien

8) Sistem Muskuloskeletal

Pasien biasanya jarang mengalami gangguan pada system

muskuloskeletasl, hal yang mungkin terjadi adalah penurunan

fungsi pada daerah yang mungkin dekat dengan kanker.

11. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.

a. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED

b. Gula darah

c. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH

d. Fungsi ginjal, terutama BUN SC

e. Immunoglobulin.

2) Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui

subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat

lain yang dicurigai.

3) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang

4) Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya

pembesarannkelenjar getah bening pada aorta abdominal atau KGB

lainnya, massantumor abdomen, dan metastase kebagian

intraabdominal.
52

5) Pencitraan toraks (posterior anterior dan lateral) untuk mengetahui

pembesaran kelenjar media stinum, bila perlu CT scan toraks.

6) Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer

terlibat dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi

7) Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk

melihat keterlibatan tulang.

8) Jika diperlukan biopsy hati (terbimbing)

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun (D.0005)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma)

(D.0077)

3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh

sekunder (imunosupresi) (D.0142)

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

5. Defisit nutrisi berhubungan dengan efek samping tinakan

kemotherapi( D.0019)

6. Risiko perdarahan ditandai dengan penurunan thrombosit (D.0012)

7. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi dan krisis situasional


(D.0080)
53

2.3.3 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Pemantauan respirasi (I.01014)
penurunan ekspansi paru (D.0005) Observasi
1. Monitor frekuensi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Monitor pola nafas
selama 1x8 jam, diharapkan pola nafas membaik 3. Monitor saturasi oksigen
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Kriteria hasil : Pola Nafas (L.01004) Obeservasi
- Dipsneu / sesak menurun 1. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
- Frekuensi nafas membaik (16-24x/m) Terapeutik
2. Berikan posisi fowler
3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
4. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
Kolaborasi
5. Kolaborasi dipertimbangkan apabila sewaktu-waktu diperlukan
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera Manajemen Nyeri (I.08236)
fisiologis (neoplasma) (D.0077) Observasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri
selama 1x8 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun. 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Kriteria hasil : Tingkat nyeri (L.08066) Terapeutik
- Keluhan nyeri menurun (skala 1-3) 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Gelisah menurun Edukasi
- Meringis menurun 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
54

- Sikap protektif menurun 6. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu


- Frekuensi nadi dalam rentang normal (60-100
x/m)
Risiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan Pencegahan infeksi (I.14539)
pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi) (D.0142) Observasi
Tujuan: 1. Monitor tanda gejala lokal dan sistemik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, Terapeutik
diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Pertahankan teknik aseptik
Kriteria hasil: Tingkat infeksi (L.14137) Edukasi
- Kadar sel darah putih membaik (6.0 – 12.0 4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
10^3/uL) 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Tidak ada demam (S 36-37,00C) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Nyeri menurun (skala 1-3) Manajemen Medikasi (I.14517)
- Bengkak menurun Observasi
- Kemerahan menurun 1. Identifikasi penggunaan obat sesuai resep
- Nafsu makan membaik ( porsi makan 2. Monitor hasil laboratorium darah lengkap (leukosit)
dihabiskan minimal ½ porsi) 3. program pengobatan
Edukasi
Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi efek samping obat

Manajemen Nutrisi (I.03119)


Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang diprogramkan
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) Observasi
Tujuan: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x8 jam, kelelahan
diharapkan toleransi aktivitas membaik Terapeutik
Kriteria hasil : Toleransi Aktivitas (L.05047) 2. Fasilitasi duduk dengan posisi nyaman
55

- Frekuensi nadi dalam rentang normal (60-100 Edukasi


x/m) Anjurkan melakukan aktivitas bertahap
- Keluhan lelah menurun Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Observasi
- Tekanan darah membaik ( 110/60 – 120/70
1. Monitor tekanan darah
mmHg)
2. Monitor nadi
Frekuensi nafas membaik (16-24 x/m)
Monitor pernafasan
Defisit nutrisi berhubungan dengan Manajemen nutrisi (1.03119)
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient (D.0019)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x 24 jam diharapkan nutrisi menjadi adekuat Identifikasi status nutrisi, alergi kebutuhan kalori dan jenis
dengan kriteria hasil (L.03030) nutrient
Nyeri abdomen menurun
Nafsu makan membaik Terapeutik
Membran mukosa membaik Lakukan oral hygiene jika perlu
Fasilitasi pemberian makan
Beriakan suplemen makanan jika perlu

Edukasi
Anjurkan posisi duduk
Anjurkan makan makanan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
Kolaborasikan dengan ahli gizi perilah diet

Manajemen hipoglikemia (1.03115)

Terapeutik
56

Berikan karbohidrat jika perlu


Berikan glucagon jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Pertahankan akses IV

Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian dextrose dan glucagon jika perlu

Manajemen kemoterapin (1.14511)

Terapeutik
Hindari penggunaan produk as[pirin
Berikan asupan cairan adekuta
Lakukan tindakan perawatan rambut

Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian antiemetic untuk menangani efek
samping

Pemantauan Nutrisi (1.03123)

Terapeutik
Ukur antropometri komposisi tubuh
Hitung oerubahan berat badan
Atur interval pemantauan
Dokumentasikan pemantauan secara baik
57

Edukasi
Informasikan hasil pemantauan bila perlu

Risiko perdarahan ditandai dengan penurunan Pencegahan perdaraha (1.02067)

thrombosit (D.0012) Observasi


Identifikasi tanda dan gejala perdarahan,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Monitor koagulasi
x 24 jam diharapkan perdarahan tidak terjadi Monitor nilai Hb dan Ht
dengan kriteria hasil ((L.02017)
Kelembapan mukosa meningkat, kelembapan Terapeutik
kulit meningkat Pertahankan bed rest jika perlu
Distensi abdomen menurun Batasi tindakan invasive jika perlu
Perdarahan pasca operasi menurun
Hb membaik Kolaborasi
Ht membaik Kolaborasikan pemberian produk darah jika perlu
Tekanan darah membaik (110/70-120/80)
Suhu tubuh membaik (36,5-37,5) Pemantauan tanda vital (1.02067)

Observasi
Monitor td, suhu, respirasi dan nadi

Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan

Perawatan area insisi (1.4558)


58

Observasi
Monitor lokasi insisi, monitor adanya drainase, tanda dan
gejala infeksi

Terapeutik
Bersihkan area insisi dengan tepat
Usap area insisi dari daerah yang bersih menuju kurang bersih
Berika salep antiseptic jika perlu
Ganti ba;utan sesuai jadwal

Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan Terapi relaksaisi (1.09326)

operasi dan krisis situasional (D.0080) Observasi


Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 berkonsentrasi, Teknik yang ingin digunakan
x 24 jam diharapkan tingkatan ansietas menurun
(L.09093) Terapeutik
Denga nkriteria hasil Ciptakan lingkungan yang tenang dengan pasien , berikan
Verbalisasi kebingungan menurun informasi terkait prosedur,
Perilaku gelisah menurun Gunakan pakasian longgar
Perilaku tegang menurun Gunakan nada suara yang lembut
Pola tidur membaik Lakukan Teknik relaksasi

Edukasi
Informasikan tujuan dan manfaat tindakan relaksasi dan
ajarkan melakukan secara mandiri

Persiapan pembedahan (1.14573)


59

Observasi
Identifikasi kondisi umum pasien,
Monitor ttv pasien
Monitor gula darah pasien

Terapeutik
Ambil sampel untuk pemeriksaan penunjang darah
Puasakan minimal 6 jam sebelum memulai pembedahan
Bebaskan area operasi dari rambut
Pastikan kelengkapan dokumen pasien, transfer ke kamar
operasi

Edukasi
Informasikan tujuan dan manfaat tindakan operasi, jelaskan
waktu puasa dan pemberian obat pre medikasi bila ada
Latih Teknik mengurangi nyeri pasca operasi

Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian obat sebelum pembedahan
(antibiotic, antihipertensi, antidiabetic) sesuai indikasi
Kooordinasikan dengan ahli gizi terkait diet dan puasa
Koordinasikan dengan perawat kamar bedah
60

Akhmmad, Atika Daili. 2016. “Anatomi&Fisiologi Sistem Limfatik Dan Konsep Imun,” 37.
E. Barrett, Kim, Susan M. Barman, Scott Boitano, and Heddwen L. Brooks. 2012. Ganong
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Fisiologi Kedokteran.
Gary D. Hammer. 2018. “Pathophysiology of Disease.” Mc Graw Hill Wducation.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-811410-0.00057-X.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. “Penyakit Limfoma.” Infodatin.
Suharsono, Hamong. 2017. “Pembuluh Limfe.” UNIVERSITAS UDAYANA, 1–19.

Anda mungkin juga menyukai