Disusun Oleh:
Kelompok 6
Oleh Kelompok 6 :
Oleh:
Lingga Curnia Dewi., S.Kep., Ns., M.Kep Esa Rilasti, A.Md., Kep.
NIP : 199012162018083201 NIP : 19770425201675201
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan dan
penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah dengan pembahasan mengenai Asuhan Keperawatan
Pada Tn. A Dengan Diagnosis Medis Limphoma Non-Hodkin Di Ruang Instalasi
Onkologi Terpadu Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Terimakasih
kami ucapkan kepada ibu Esa Rilasti A.Md., Kep selaku pembimbing klinik dan
Lingga Curnia Dewi., S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing akademik dan
kepada teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca agar
lebih memahami mengenai Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosis
Medis Limphoma Non-Hodkin Di Ruang Instalasi Onkologi Terpadi Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya. Tak lupa pula kami memohon maaf atas segala
kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan kami juga mengharapkan kritik
serta saran dari para pembaca dan fasilitator agar kami bisa lebih baik dalam
penyusunan makalah selanjutnya
iii
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
11. Pemeriksaan Diagnostik...................................................56
2.3.2 Diagnosis Keperawatan...........................................................57
2.3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................57
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS..........................................58
IDENTITAS.....................................................................................58
KELUHAN UTAMA.......................................................................58
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.........................................58
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU...............................................58
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.........................................59
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK...............................59
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL....................................................66
PENGKAJIAN SPIRITUAL.........................................................66
BAB 4 PEMBAHASAN.............................................................................68
4.1 Pembahasan................................................................................68
BAB 5 PENUTUP......................................................................................69
5.1 Kesimpulan................................................................................69
5.2 Saran............................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA................................................................................102
vi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Limfoma dibagi menjadi dua, yakni limfoma hodgkin (LH) dan limfoma non
getah bening, yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan terkedang sel
Naatural Killer atau sel NK (Kemenkes 2015). LNH merupakan keganasan pada
limfoma yang paling banyak ditemui dan hingga sekarang belum diketahui
dengan pertumbuhan yang cepat, besar, dan gejala yang lebih mencolok, namun
al. 2018).
Kasus Limfoma Non Hodgkin tercatat sebagai kasus keganasan yang cukup
tinggi di dunia. Pada tahun 2020, International Agency for Research on Cancer
kasus dan kasus meninggal mencapai 259.793 kasus (World Health Organization
2020). Sedangkan pada tahun yang sama di Indonesia LNH menduduki posisi
keenam sebagai kasus keganasan yang paling banyak diderita dengan prosentase
sebesar 4,1% dan total kasus mencapai 16.125 kasus. Kasus meninggal akibat
2
LNH di Indonesia mencapai 9.025 kasus. Limfoma Non Hodgkin sendiri lebih
banyak ditemukan pada pria. Kasus LNH sedikitnya ditemukan pada 8 dari
100.000 laki laki, dan 3 dari 100.000 perempuan (World Health Organization
2020).
Penyebab LNH hingga saat ini belum diketahui, namun terdapat beberapa
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kasus LNH, antara lain penyakit
hidup yang kurang sehat. Kondisi tersebut menimbulkan mutasi genetik yang
menimbulkan pertumbuhan selektif dari sel dan bersifat ganas. Kelenjar getah
Karakteristik LNH dapat diketahui dari pembesaran kelenjar getah bening yang
Pembengkakan kelenjar getah bening yang menekan organ dan jaringan juga
menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada penderita. Kondisi ini menyebabkan
timbulnya berbagai masalah pada penderita limfoma non hodgkin, sehingga perlu
klien.
Bagaimanakah konsep teori dan asuhan keperawtan pada pasien limfoma non
hodgkin?
3
1.3. Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Anatomi
2.1.2. Fisiologi
2.2.1. Definisi
Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat
beresiko terkena kanker. Kanker adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang
normal dan dapat mempengaruhi fungsi fisik dan sosial dalam waktu yang lama
(Muscari, 2005).
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang
kasus limfoma terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Sekitar satu juta
orang didunia menderita limfoma, dan terdapat sekitar seribu orang didiagnosis
bening, LNH, atau kadang-kadang ganya limfoma) adalah kanker yang dimulai di
sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
41
Faktor risiko kanker kelenjar getah bening belum diketahui secara pasti, namun
2.2.2. Etiologi
heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah :
immunodeficiency
belum diketahui.
pelarut organic.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang
2.2.3. Klasifikasi
dan setiap lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara
skematik dan didata tidak hanya jumlah juga ukurannya. Hal ini sangat penting
difus/batas tegas.
sisi diafragma.
tegas
secara difus
43
tidak terklasifikasi)
non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal
pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini,
terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
pertama terdiagnosis.
Terdapat lebih dari 30 sub-tipe NHL yang berbeda (90 persennya dari jenis
Secara umum dapat dikenali beberapa bentuk NHL yaitu amat agresif
(tumbuh cepat), menengah dan indolen (tumbuh lambat). Penentuan ini dilakukan
2.2.5. Patofiologi
terjadinya mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel
limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas
3. Nukleolinya terlihat,
Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi
awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel
limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk
tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar
47
getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat memberi
kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel tersebut
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah
akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain
itu populasi limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit
dibawah normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal
itu akan disebut bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di
membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran
kelenjar getah bening dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan
sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak, gejala awalnya adalah
masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak, dan tulang
belekang. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala
2.2.7.
Mutasi genetik
Infeksi virus ( EBV,HCV,hepatitis)
B3 ( BRAIN)
B1 (BREATHING) B4 ( BLADDER)
B2 (BLOOD)
Penyebaran limpoma
di otak
Pembesaran nodus
Pembesaran limpoma
mediastinal Pe ↓ pembentukan
Pe↓ pembentukan eritrosit pada tulang belakang
trombosit
Massa pada cerebral Invasi sel jaringan yang
peka terhadap sensori
Oedema jalan napas Pembekuan darah Distensi kandung
Eritrosit me ↓, HB me ↓
tidak adekuat Infiltrasi jaringan kemih
pada serebral
Kerusakan sel syaraf
Ekspansi paru menurun
MK : Resiko Anemia MK : Gangguan
perdarahan Suplai darah ke otak me↓
eliminasi urin ( D.0040)
MK : Nyeri akut
MK : Pola napas tidak (D.0012)
efektif MK : Perfusi perifer (D.0077)
MK : Risiko perfusi
tidak efektif
(D.0005) serebral tidak efektif
(D.0009) ( D.0017)
41
B5 ( BOWEL) B6 ( BONE)
Tindakan
Penyusutan KGB
Penyebaran limfoma di diselangkangan
gastrointestinal
Terapi
suportif Invasif
Kemoterapi
Pengaruh Obat
Kemoterapi
Peningkatan sekresi
Rambut rontok Penurunan antibodi HCL
MK : Risiko infeksi
(D.0142)
MK : Risiko
ketidakseimbangan
cairan (D.0036)
40
hepatosplenomegali
Pemeriksaan Ideal
1. Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
2.2.9. Penatalaksanaan
1) Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP
Prednisone)
2.2.10. Prognosis
dan agresif lymphoma. LNH indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan
median survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium
lanjut. Sebagian besar tipe indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma
agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih cepat
kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologis ”divergen” baik
Prognostik Index (IPI), yaitu usia, serum LDH, status performans, stadium
anatomis, dan jumlah ekstranodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap
Keterangan 0 1
Umur ≤ 60 tahun > 60 tahun
Tumor stage (Ann Arbor) I atau II III atau IV
LDH serum Normal Meningkat
Status performans Tak ada gejala Ada gejala
Keterlibatan ekstranodal Tidak ada atau 1 > 1 tempat
Key score : Low risk (0-1); Intermediate (2), High intermediate (3), High risk (4-5)
2.2.11. Komplikasi
2.2.12. Pencegahan
antikanker tidak dapat dipungkiri lagi. Kandungan lycopene, beta caroten dan
sangat baik untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan menghambat radikal bebas
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal
berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
semakin nyeri ketika keadaan apa dan mereda ketika kapan biasanya
menyebar sesuai daerah terdekat dari posisi kanker, skala nyeri bergantung
keadaan klinis pasien, apabila parah maka sudah tak tertahankan, waktu
nyeri itu datang juga perlu dikaji, mudah digerakkan (pada leher, ketiak
atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
seperti pembesaran pada area seperti : leher, ketiak, dll. Pasien dengan
sama dengan pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular, penyakit
6. Riwayat Psikologi
7. Riwayat Spiritual
keyakinan klien akan kesembuhan nya dan secara umum klien berdoa
8. Riwayat Sosial
Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain dan tenaga kesehatan.
kemotherapinya.
46
9. Kebiasaan Sehari-hari
bandingkan dengan kebiasaan sebulum dirawat. Hal ini yang perlu dikaji
pola BAK..
3) Istirahat dan tidur: kaji lamanya tidur siang dan malam. Pada
1) Keadaan Umum
2) Sistem Pernafasan
3) Sistem Kardiovaskular
tekanan darah , nadi dan suhu pasien. Namun secara garis besar
4) Sistem Endokrin
tersebut
5) Sistem Pencernaan
penurunan BB.
perkemihan
48
7) Sistem Persarafan
pasien
8) Sistem Muskuloskeletal
b. Gula darah
e. Immunoglobulin.
subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat
intraabdominal.
49
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. A
2. Umur: 41 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : S1
6. Pekerjaan : Karyawan swasta
7. Alamat : Surabaya
8. Sumber Biaya : BPJS
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama : sesak nafas
- Jenis : …………………........................................................................
- Genogram :
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Tinggal serumah
2. Sistem Pernafasan
a. RR : 28 x/m
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif
Sekret:…….. Konsistensi :...................... Masalah Keperawatan :
Warna:.......... Bau :..................................
Pola nafas tidak efektif
c. Penggunaan otot bantu nafas: ada penggunaaan otot bantu nafas
(D.0005)
52
d. PCH: ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Friction
rub:...................................................................................................................................
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler Ronki
Tracheal Bronkhial Wheezing Crackles
Alat bantu napas ya tidak
Jenis................................................ Flow..............lpm
f. Ictus
Cordis: ..................................................................................................................................
g. CRT : < 2 detik
h. Akral: hangat kering merah basah pucat
panas dingin
i. Sikulasi perifer: normal menurun
j. JVP : ada distensi vena jugularis
k. CVP :.................................
l. CTR :.................................
m. ECG & Interpretasinya:
HR 137 x/m, Sinus Takikardi
n. Lain-lain :
Ejection Fraction : 63.58 %
53
4. Sistem Persyarafan
a. S : 36,20C
b. GCS : E4 M6 V5 Masalah Keperawatan :
c. Refleks fisiologis patella triceps biceps
Tidak ditemukan masalah
d. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak Tidak ditemukan masalah
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
54
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu,
sebutkan: .......................................................................
Jenis :............................................
Ukuran :............................................
Hari ke :............................................
g. Produksi urine : 20 ml/jam
Warna : jernih
Bau : Khas urine
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : 1200 cc/hari parenteral : ……… cc/hari
k. Balance cairan:
Intake : 1200 cc/ 24 jam
Outut : urine/24 jam + IWL : 240 + 590 = 830
Intake – Output : 1200 – 830 : 370
o. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
6. Sistem pencernaan
a. TB : 160 cm BB : 56 kg
b. IMT : 23 Interpretasi : Normal Masalah Keperawatan :
c. LOLA : 30 cm
Tidak ditemukan masalah
d. Mulut: bersih kotor berbau
e. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
f. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen: tegang kembung ascites
h. Nyeri tekan: ya tidak
i. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
j. Peristaltik : 12 x/menit
k. BAB: 1 x/hari Terakhir tanggal : 23/5/2021
l. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
m. Diet: padat lunak cair
n. Diet Khusus: Tinggi protein hewani, makan sedikit tapi sering
................................................................................................................................................
o. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi : 3
x/hari
p. Porsi makan: habis tidak Keterangan : ¼ porsi
q. Lain-lain:
55
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
BMD
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
b. Tes Audiometri:
Tidak dikaji
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot: 5 3
5 5
b. Warna : Putih
c. Pitting edema: +/- grade : Tidak ada
d. Ekskoriasis: ya tidak
Masalah Keperawatan :
e. Psoriasis: ya tidak
f. Pruritus: ya tidak Tidak ditemukan masalah
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
Klien mengatakan badannya tidak panas
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Masalah keperawatan :
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Pasien menerima penyakitnya sebagai cobaan, semangat untuk sembuh dengan Tidak ditemukan masalah
mengupayakan pengobatan
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri:
Tidak ada gangguan konsep diri
e. Lain-lain:
Tidak ada
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ditemukan masalah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Tanggal 17/3/2021
Hemoglobin 10.8 13.0 – 18.0 g/dL
Leukosit 11.3 3.600 – 10.600 103/µL
Eritrosit 5.05 4.2 – 6.0 106/µL
Neutrofil 91 50 – 70 %
Trombosit 579 150.000 – 450.000 /µL
LED 43 0 – 15 mm/jam
ANALISIS DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Pasien mengeluh sesak nafas Limfoma non Pola nafas
Hodgkin tidak efektif
DO : (D.0005)
- RR 28 x/m Pembesaran
24/5/2021 - SpO2 95 % nodus
- Pola nafas cepat dan pendek mediastinal
- Hasil thorax : massa di mediastinum
sinistra Obstruksi jalan
nafas
Dispneu
Pola nafas
tidak efektif
DS : Limfoma non Nyeri Akut
- P : klien mengatakan nyeri hodgkin (D.0077)
- Q : nyeri terasa seperti ditarik-tarik
- R : leher sebelah kiri dan sekitarnya Infiltrasi
- S : skala nyeri 6 jaringan sekitar
- T : nyeri hilang timbul dirasakan
24/5/2021 setiap hari
Massa pada
leher
DO :
- Tampak meringis
Pelepasan
- HR 137 x/m
mediator
- Tampak gelisah
kimia(bradikini
- Klien melindungi daerah leher dari
n dan histamin)
tekanan dengan posisi duduk dan
disanggah dengan bantal didepan
dadanya Berikatan
dengan nosi
reseptor
Rangsang nyeri
DS : - Klien mengatakan riwayat terkena Program Resiko
herpes setelah program kemoterapi kemoterapi Infeksi
kedua dan biopsi sehingga (D.0142)
mengalami penundaan program Pengaruh obat
61
DO : Pembentukan
- Pasien akan menjalani program WBC menurun
kemoterapi ke-3
- Obat kemoterapi :
Antibodi
• Cyclophosphamide 1000 mg
• Epirubicine 60 mg menurun
• Vinecristine2 mg
- Hasil Lab 21/5/2021 Imun menurun
• HB : 9.8 g/dl
• Leukosit 10.1 10^3/uL
Resiko infeksi
• Trombosit 508 10^3/uL
• Neutrofil 82 %
• LED 89 %
24/5/2021 DS: Klien mengeluh badanya lemas dan Pembesaran Intoleransi
sesak nodus Aktifitas
DO : mediastinal (D.0056)
- HR 137 x/m
- RR 28 x/m Perubahan
- Klien ke kamar mandi dibantu membran
keluarganya kapiler alveoli
Difusi O2 dan
CO2 tidak
adekuat
Metabolisme
anaerob
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
62
RENCANA INTERVENSI
- Frekuensi nadi dalam rentang normal (60-100 6. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
x/m)
24/5/2021 09.00 Risiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan Pencegahan infeksi (I.14539)
pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi) (D.0142) Observasi
Tujuan: 1. Monitor tanda gejala lokal dan sistemik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, Terapeutik
diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Pertahankan teknik aseptik
Kriteria hasil: Tingkat infeksi (L.14137) Edukasi
- Kadar sel darah putih membaik (6.0 – 12.0 4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
10^3/uL) 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Tidak ada demam (S 36-37,00C) 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Nyeri menurun (skala 1-3) Manajemen Medikasi (I.14517)
- Bengkak menurun Observasi
- Kemerahan menurun 1. Identifikasi penggunaan obat sesuai resep
- Nafsu makan membaik ( porsi makan 2. Monitor hasil laboratorium darah lengkap (leukosit)
dihabiskan minimal ½ porsi) 3. program pengobatan
Edukasi
4. Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi efek
samping obat
Manajemen Nutrisi (I.03119)
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang
diprogramkan
24/5/2021 09.00 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) Observasi
Tujuan: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
65
3 11.35 Memonitor tanda gejala lokal dan 14.00 S : pasien mengatakan badanya tidak
sistemik demam namun masih nyeri hilang
R/ - Pasien mengatakan tidak demam, timbul ( skala nyeri 4)
suhu 36,2 C O:
- Pasien mengatakan masih nyeri di 1. Suhu 36,20C
leher dan sekitarnya yang muncul 2. Tampak bengkak di leher kiri
sewaktu-waktu dengan skala nyeri dan sekitarna
6 3. Tidak ada kemerahan
- Tampak benjolan di leher sebelah 4. Leukosit lab terakhir 10.0
kiri dan membengkak di sekitarnya 10^3/uL
namun tidak tampak kemerahan. 5. Makan sediaan dihabiskan
setengah porsi ( makan sedikit
11.43 Membatasi jumlah pengunjung – sedikit tapi sering )
R/ Pasien hanya ditunggui oleh 1 orang A : Masalah risiko infeksi terkendali
anggota keluarga P:
1. Intervensi di pertahankan
11.45 Mempertahankan teknik aseptik 2. Evaluasi hari slanjutnya
R/ perawat selalu menggunakan APD menggunakan jejaring
ketika melakukan tindakan maupun komunikasi terkait pemenuhan
43
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
oleh dokter. Prevalensi limfoma di Indonesia pada tahun 2013 adalah 0,06%, yaitu
bahwa proporsi limfoma tahun 2012 pada pasien laki-laki adalah 59% dan 41%
pada pasien perempuan. Berdasarkan usia di RSK Dharmais, proporsi usia pasien
limfoma cukup tinggi tahun 2012 tertinggi adalah kelompok usia 45-49 tahun
sejalan dengan kasus yang di lakukan diruangan onkologi RS. Unair, pasien
berkaitan dengan kejadian limfoma, cenderung menyerang orang pada usia lanjut
lupus, limfoma, dan orang berusia diatas 60 tahun (Harlina, Marlina, and Athifah
2014).
Keluhan utama pasien adalah pasien mengalami sesak napas, hal tersebut
Kemenkes tahun 2016 bahwa salah satu manifestasi klinis yang akan dialami
41
pasien dengan kasus tersebut adalah sesak napas akibat pembesaran kelenjar getah
Nasional 2016).
Keluhan lain yang dialami pasien adalah nyeri dada dan leher sebelah kiri,
Masalah lain pada pasien juga muncul risiko infeksi yang dibuktikan
dengan riwayat terkena herpes setelah program kemoterapi kedua dan biopsi
sehingga mengalami penundaan program kemo ke-3, hasil lab terakhir pada
fisiologi juga fungsi dari kelenjar limfe adalah sebagai pertahanan tubuh, yang
system kekebalan tubuh dan akan meningkatkan risiko infeksi pasien (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional 2016), selain itu penurunan kadar leukosit juga
Diagnosa keperawatan yang diambil untuk kasus ini adalah Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun (D.0005), Nyeri Akut
(I.02060).
pasien duduk pasien tampak lebih tenang, RR 28x/m, Dipsneu (+), Bunyi nafas
vesikuler pada sebelah kanan, sebelah kiri tidak jelas, SpO2 95%. Masalah belum
teratasi sehingga perlu intervensi lanjutan pada hari selanjutnya dengan metode
jejaring komunikasi dengan pasien terkait kondisi sesak dan aktifitas yang sudah
dapat dilakukan. Keluhan nyeri skala berkurang menjadi tiga dengan keadaan
lebih baik sehingga maslah teratasi Sebagian dan evalusai pada hari selanjutnya
dengan metode jejaring komunikasi dengan pasien terkait kondisi sesak dan
aktifitas yang sudah dapat dilakukan. Diagnosa risiko infeksi juga tidak terjadi
sehingga intervensi dipertahankan dan evaluasi tiap hari dengan jaringan online
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan terkedang sel Naatural Killer
atau sel NK (Kemenkes 2015). Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui.
menerus Gangguan pencernaan dan nyeri perut Hilangnya nafsu makan Nyeri
tulang Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
terkena. Limphadenopaty. Keluhan yang dialami pasien adalah sesak nafas namun
beerapa diagnose muncul pada kasus tersebut seperti 1. Pola nafas tidak efektif
dilakukan untuk maslaah tersebut adalah diantaranya Posisi pasien duduk pasien
tampak lebih tenang, RR 28x/m, Dipsneu (+), Bunyi nafas vesikuler pada sebelah
kanan, sebelah kiri tidak jelas, SpO2 95%. Masalah belum teratasi sehingga perlu
44
dengan pasien terkait kondisi sesak dan aktifitas yang sudah dapat dilakukan.
Keluhan nyeri skala berkurang menjadi tiga dengan keadaan lebih baik sehingga
maslah teratasi Sebagian dan evalusai pada hari selanjutnya dengan metode
jejaring komunikasi dengan pasien terkait kondisi sesak dan aktifitas yang sudah
dapat dilakukan. Diagnosa risiko infeksi juga tidak terjadi sehingga intervensi
dipertahankan dan evaluasi tiap hari dengan jaringan online dan penjadwalan lab
5.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit LNH
kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Harlina, Harlina, Erni Marlina, and Athifah Athifah. 2014. “Penanganan Herpes
Simpleks Labialis Rekuren (Management of Recurrent Herpes Simplex
Labialis).” Journal of Dentomaxillofacial Science 13 (3): 195.
https://doi.org/10.15562/jdmfs.v13i3.415.
Ludirdja, Evan Pratama, Ni Made Renny Anggreni Rena, Ketut Suega, and Made
Bakta. 2018. “Satu Tahun Kesintasan Penderita Limfoma Non-Hodgkin
Berdasarkan Klasifikasi Histopatologi Working Formulation.” Jurnal
Penyakit Dalam Udayana 2 (2): 28–31. https://doi.org/10.36216/jpd.v2i2.32.
Putri, Ayu, and Miftahul Jannah. 2020. “Perbedaan Kadar Leukosit Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Kemoterapi Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin Di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.” Universitas Airlangga.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
102
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
103