Anda di halaman 1dari 16

KUALITAS TELUR PUYUH BERDASARKAN PEMBERIAN

PAKAN KOMERSIL DAN LIMBAH NASI

OLEH :

RENI OKTAVIA

(20160206008)

FAKULTAS ILMU PERTANIAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR


BAB I

PENDAHULUAN
A . latar belakang

Telur puyuh adalah produk utama yang dihasilkan oleh ternak

puyuh dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun

orang dewasa serta harga relatif murah. Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

puyuh per kapita per minggu dari tiga tahun terakhir menunjukkan

peningkatan, berturut-turut pada 2009; 2010; dan 2011 adalah sebesar

0,040 kg; 0,043 kg dan 0,052 kg. Permintaan yang semakin meningkat

karena masyarakat menyadari keunggulan dan nilai gizinya telur puyuh

tidak kalah dari telur ayam atau telur bebek. Lukito dkk. (2012)

menyatakan bahwa telur puyuh merupakan sumber protein dan lemak

terbaik.Setiap 100 g telur puyuh mengandung 15,00 g protein dan 10,20 g

lemak. Nilai nutrisi tersebut tidak terlalu berbeda degan telur ayam dan

itik, dengan kandungan protein dan lemaknya berturut-turut adalah 12,8 g

dan 11,5 g untuk telur ayam, 13,1 g dan 14,3 g untuk telur itik. Telur puyuh

memiliki kelemahan yaitu mudah rusak, kerusakan yang sering terjadi

berupa kerusakan fisik, kimia dan kerusakan yang diakibatkan oleh

mikroba, baik secara langsung atau tidak langsung dengan sumber-

sumber pencemaran mikroba yang berasal dari tanah, udara, air, debu

disekitar tempat bertelur, dan dari kotoran puyuh. Menurut Syarief dan

Halid (1990) telur yang dibiarkan dalam udara terbuka (suhu ruang) hanya

bertahan 10-14 hari, setelah waktu tersebut telur mengalami perubahan-

perubahan ke arah kerusakan seperti terjadinya penguapan kadar air


melalui pori-pori kulit telur yang berakibat berkurangnya berat telur,

perubahan komposisi kimia dan perubahan pencernaan posisi telur. putih

telur. Menurut Buckle et al. (1985) bahwa kerusakan telur yang terjadi

selama penyimpanan antara lain; berkurangnya berat, pertambahan

ukuran ruang udara karena air hilang, penurunan berat jenis karena

bertambah ruang udara, bercakbercak pada permukaan kulit telur karena

penyebaran air yang tidak merata, penambahan ukuran kuning telur

karena perpindahan air dari albumen ke kuning telur sebagai akibat

perbedaan osmosis, perubahan cita rasa, kehilangankarbondioksida dan

kenaikan pH terutama dalam albumen yang meningkat dari kira-kira pH 7

sampai 10 atau 11 sebagai akibat hilangnya CO2. Haryoto (1996)

menyatakan bahwa untuk mengurangi sifat telur yang mudah dan cepat

rusak maka diperlukan perlakuan khusus agar telur bisa disimpan lebih

lama. Upaya yang bisa dilakukan untuk memperpanjang daya simpan

telur

adalah pengawetan. Prinsip dari pengawetan telur adalah menutupi pori-

pori atau lubang-lubang halus yang ada pada dipermukaan kulit telur

untuk mencegah penguapan air dan terlepasnya gas-gas lain yang ada di

dalam telur, selain itu telur tidak mudah dimasuki oleh mikroba-mikroba

yang menimbulkan kerusakan pada telur. Bahan-bahan pengawet yang

sering digunakan adalah pengawet alami seperti minyak kelapa, kapur

sirih, daun jambu biji, daun jati, air teh, kulit bawang merah. Menurut

Syarief dan Halid (1990) bahan-bahan yang bisa digunakan dalam

pengawetan telur adalah karet, sabun, gelatin, asam belerang, yang

semuanya adalah bahan penutup kulit telur.


Gelatin adalah hasil hidrolisis protein kolagen yang diekstraksi dalam

airpanas yang dikombinasikan dengan perlakuan asam atau basa (Gelatin

Manufacture Institute of America Members (GMIA), 2006). Gelatin salah

satu produksi olahan limbah kulit dan tulang ternak. Gelatin juga dapat

digunakan juga sebagai media pengawet telur segar, dengan prinsip

melapisi kulit atau menutupi pori-pori kulit telur sehingga mempunyai daya

simpan yang lebih lama bila dibandingkan dengan tanpa pelapisan.

Berdasarkan hasil penelitian Melia dkk. (2009) yang menggunakan gelatin

dari tulang sapi, didapatkan hasil bahwa perendaman selama 90 menit

dan penyimpanan selama 20 hari memperlihatkan hasil yang terbaik

sebagai pengawet telur ayam. Indonesia mengimpor gelatin dari negara-

negara seperti Prancis, Jepang, India, Brazil, Jerman, China, Argentina

dan Australia (Fatimah dan Jannah, 2008). Menurut Kementerian

Perindustrian (2012) impor gelatin tahun 2007-2011 meningkat 20,26%,

dengan nilai impor tahun 2011 mencapai 25.036,10 (ribu dollar).

Berdasarkan data dari Gelatin Manufacture Europe (2006) sebagian besar

gelatin diproduksi dengan bahan baku kulit babi yang menempati persentase

terbesar di dunia yaitu sebesar 45,80%, gelatin yang menggunakan kulit sapi

sebesar 28,40% dan gelatin dari tulang sebesar 24,20%. Menurut Apriyantono

(2003) bahan baku gelatin impor untuk Indonesia diduga berasal dari kulit dan

tulang babi. Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia

sangat memperhatikan konsumsi produk pangan halal. Salah satunya adalah

dalam hal identifikasi bahan baku gelatin yang berasal dari bahan halal ataupun

non halal. Kondisi ini juga dipengaruhi karena gelatin asal babi dan non babi

secara fisik dan kasat mata tidak dapat dibedakan.


Nasi adalah sumber karbohidrat utama yang menjadi banyak

makanan pokok di banyak negara terutama indonesia. Nasi putih

mengandung zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang

kesehatan manusia. Dalam 100 gram nasi mengandung energi 180 kkal,

protein 3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 39,8 g, serat 0,2 g, abu 0,2 g, kalsium

25 mg, fosfor, 27 mg, besi 0,4 mg, natrium 1 mg, tiamin 0,05 mg, dan

kalium 38 mg (Mahmud et al., 2009).

Nasi putih dikatakan makanan pokok bagi masyarakat di Asia, Asia

Tenggara, dan khususnya Indonesia. Nasi putih merupakan makanan

pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia (Widodo,

2015 ). Sesuai dengan budaya dan kebiasaan orang Indonesia yang

selalu mengkonsumsi nasi untuk pemenuhan kebutuhan dan

mengenyangkan, masih terdapat stigma ”belum kenyang kalau belum

makan nasi” menandakan betapa masyarakat Indonesia memiliki budaya

makan nasi yang kuat (Haryadi, 2006).

Menurut ( Kusnardi 2015), swasembada pangan khususnya pada padi

atau beras dapat dicapai melalui dua aspek yaitu produksi dankonsumsi.

Melalui aspek konsumsi, swasembada pangan dapat dicapai melalui

penganekaragaman pangan pokok sehingga dapat menurunkan jumlah

konsumsi beras. Nasi dijadikan sebagai pangan pokok utama dan

lambang kemakmuran, dengan tingkat partisipasi konsumsi hampir 100%.

Bahkan banyak orang mengatakan bahwa mereka belum makan jika

belum mengonsumsi nasi (Kemendag, 2013).

Menurut (Kusnardi 2015), swasembada pangan khususnya pada padi

atau beras dapat dicapai melalui dua aspek yaitu produksi dan konsumsi.
Melalui aspek konsumsi, swasembada pangan dapat dicapai melalui

penganekaragaman pangan pokok sehingga dapat menurunkan jumlah

konsumsi beras.

Menurut (fiqri 2018), Limbah komersial adalah limbah yang berasal

dari pembuangan sisa pasar/perdagangan contoh limbah komersial

adalah tomat busuk, sayuran buduk dan semua yang termasuk dalam sisa

sisa makanan.

RUMUSAN MASALAH

Harga pakan relatif mahal membuat peternak mendapat sedikit

keuntungan, maka dari itu perlu pakan alternatif seperti limbah nasi.

HIPOTESIS

Diduga dengan pemberian pakan komersil dan tepung nasi mampu

meningkatkan produktifitas pada telur puyuh.

TUJUAN DAN KEGUNAAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui produktifitas telur puyuh

pada pemberian pakan komersial dan pakan tambahan tepung nasi,

kegunaan penelitian ini diharapkan dengan pemberian pakan tepung nasi

dapat meningkatkan produktifitas telur puyuh .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Burung puyuh

Peternakan puyuh secara umum  di Indonesia masih berskala kecil

sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan

karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat, disertai

dengan ketertarikan terhadap telur puyuh yang lebih murah dan tinggi protein

dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan telur puyuh

selama ini belum mencukupi permintaan pasar, baik dalam bentuk telur

segar, telur olahan dan telur tetas.

Klasifikasi burung puyuh dalam ilmu biologi:

Kelas : Aves (Bangsa Burung)

Ordo : Galiformes

Sub Ordo : Phasianoidae

Famili : Phasianidae

Sub Famili : Phasianinae

Genus : Coturnix

Species : Coturnix-coturnix Japonica

http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/teknik-budidaya-ternah-puyuh.html

Ternak puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki prospek

yang cukup baik untuk dikembangkan walaupun dalam pengembangannya

masih ditemui hambatan diantaranya, tingginya angka kematian karena

serangan penyakit Avian Influenza (AI).


Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif

kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak

(Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa

burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870.

Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh

mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai

bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

B . telur puyuh

 Menurut Anwar (2012) Telur burung puyuh merupakan telur yang

berukuran kecil, bercorak, dan rasanya enak. Telur puyuh sangat

potensial untuk dikembangkan terlebih karena konsumsi telur puyuh

sudah mulai menyebar di seluruh kota-kota menengah dan kota besar

di Pulau Jawa. Kandungan protein dan lemak telur burung puyuh

cukup baik bila dibandingkan dengan telur unggas lainnya.

Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah sehingga

sangat baik untuk kesehatan.

            Perbedaan susunan protein dan lemak telur burung puyuh

dibandingkan dengan telur unggas lain tertera pada tabel 1.


C . Kandungan Nutrisi Telur Puyuh

Telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur (yolk)

31,9% dan kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur

puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Kuning telur puyuh

mengandung 15,7%-16,6% protein, 31,8%-35,5% lemak, 0,2%-1,0% karbohidrat

dan 1,1% abu. Telur puyuh mengandung vitamin A sebesar 543 μg (per 100g)

(Stadelman & Cotterill, 1995). Ditambahkan juga oleh Bambang (2003) bahw

kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, kandungan lemaknya 11,1%,

kolesterol kuning telur puyuh sebesar 2138,17 mg/100 g, sedangkan kandungan

kolesterol kuning telur ayam ras hanya 1274,5 mg/100 g Dilihat dari nilai gizinya,

telur puyuh mengandung 13.6% protein dan 8. % lemak (Nugroho & Mayun, 1986).

Nilai gizi telur puyuh ini tidak kalah dari nilai gizi telur ayam ras yang mengandung

12.8% protein dan 11,5% lemak (Daftar Komposisi Bahan Makanan, 1989).

Perbandingan komposisi nutrisi pada putih dan kuning telur puyuh dapat

dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1.Komposisi Kimia Telur

D . kualitas telur puyuh

Kualitas telur sangat mempengaruhi daya terima konsumen, seperti

kebersihan, kesegaran, berat telur, kualitas kerabang, indeks kuning telur

(yolk index), Haugh Unit (HU), dan komposisi kimianya (Stadelman, 1977;
Song et al., 2000). Menurut North dan Bell (1992) kualitas telur ditentukan

berdasarkan kualitas secara interior dan eksterior. Kualitas interior telur

meliputi indeks kuning telur (yolk index), yolk ratio, albumen ratio, albumen

index, dan Haugh Unit. Kualitas eksterior meliputi indeks telur, bobot telur,

dan bobot kerabang telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor genetik dan lingkungan (Bednarczyk, 1991), kandungan

zat makanan, temperatur lingkungan, genetik, penyakit, umur unggas

(Wahju, 1997), dan sistem pemeliharaan (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Temperatur lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya

aktivitas hormonal dalam merangsang alat-alat reproduksi unggas dan

mengakibatkan penurunan kualitas putih dan kuning telur (North, 1972).

Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa warna kerabang telur puyuh

dipengaruhi oleh faktor genetik. Telur puyuh memiliki pola warna yaitu

bercorak coklat, hitam, dan biru yang membedakannya dengan telur unggas

lain. Pigmen yang mempengaruhi warna kerabang telur puyuh adalah

ooporphyrin and biliverdin. Pigmentasi kulit telur puyuh terjadi kurang lebih

3,5 jam di dalam uterus sebelum oviposition. Anatomi susunan telur dari luar

ke dalam adalah kerabang telur, kerabang tipis, putih telur, dan kuning telur.

Persentase berat dan komposisi isi telur secara umum tidak sama untuk

segala jenis telur unggas. Komposisi dan proporsi telur ini bervariasi

tergantung dari beberapa faktor, antara lain genetik, umur puyuh, pakan,

temperatur lingkungan, dan cara pemeliharaan. Komposisi telur puyuh terdiri

dari kuning telur (30%-33%), putih telur.


BAB III

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini akan dimulai pada bulan februari april 2020,dan

penelitian ini akan dilakukan di polewali mandar.

Alat dan bahan

Alat yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah timbangan, rak

telur puyuh, ember,

Bahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah 90 butir telur

puyuh.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangaan acak lengkap yang terdiri atas 3 perlakuan

dan 3 ulangan.

Parameter yang diukur

 Ketebalan cangkang telur

Ketebalan cangkang telur diukur dari tipis dan tebalnya cangkang telur

setelah dipecahkan .

 Penimbangan bobot telur puyuh

Pengambilan telur puyuh dilakukan pada pagi dan sore hari, kemudian

disimpan di rak telur/tray, telur yang suda disimpan di tray dikelompokkan

berdasarkan perlakuan dan ulangan kemudian telur ditimbang untuk

memperoleh berat telur/butir.

 Pengukuran IKT (indek kuning telur)

Dengan menggunakan tusuk gigi dan kemudian diukur dengan penggaris

dan diameter kuning telur menggunakan kaliper. Badan standar nasional


indonesia (2008) menjelaskan perhitungan untuk mengetahui indeks kuning

telur (IKT) dengan menggunakan rumus berikut :

Rancangan percobaan

Penelitian ini di lakukan dengan metode rancangan acak RAL

dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan perlakuan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

P1 = Pakan komersial 100 %

P2 = Pakan komersial 60% + Nasi aking 40%

P3 = Pakan komersial 40% + Nasi aking 60%

Analisis data

Data kualitas produki telur puyuh yang dianalisis menggunakan

analisi sidik ragam (ANOVA) sesuai rancangan yang digunakan

yaitu rancangan acak lengkap


DAFTAR PUSTAKA

http://www.tokonaturalnusantara.com/2012/06/cara-beternak-
puyuh.htm
Ahmadi, F. and Rahimi, F. 2011, ‘FactorAffecting Quality and
Quantity ofEgg Production in Laying Hen’,A. Review. World
Appl. Sci. J., 12(3): 372-384.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) .
Lukito dkk. (2012) telur puyuh sumber protein dan lemak
terbaik.
Widya pita loka (2017)
PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix
coturnix japonica) YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG
BUNGKIL INTI SAWIT.fakultas peternakan universitas jambi
Ahmadi, S.E.T. 2014. Produktivitas Puyuh Petelur Coturnix
coturnix japonica yang Diberi Tepung Daun Jati (Tectona
grandis Linn. f.) Dalam Ransum. Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor

Ilsa Alawiyah*, Endang Sujan*, Wiwin Tanwiriah (2016)


KUALITAS EKSTERIOR TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix
japonica)TURUNAN HASIL PERSILANGAN WARNA BULU
COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Latar belakang: 1. Telur puyuh ideal bagaimana yang akan anda inginkan
(Pendapat anda) dipertegas dengan literatur
2. kualitas telur yang ada sekarang menurut data (hasil
penelitian)
3. bagaimana nasi bisa menjadi solusi terhadap kualitas
telur
Permasalahan : dari permasalahan yg timbul di latar belakang maka
munculah rumusan masalah berupa pertanyaan atau
pernyataan yang di dalamnya tersirat kalimat tanya.
Tujuan : apa yang kamu ingin capai dalam penelitian ini ?
Kegunaan: dari tujuanmu apa manfaatnya bagi penulis maupun pada
masyarakat.
Format penulisan (Lihat sama temannya)
Tambahkan lagi daftar pustakanya.
Perhatian:
1. DALAM SETIAP PRAGRAF JUMLAH KALIMAT 3-7.
2. SATU KALIMAT MAKSIMAL 3 HALAMAN.
3. DALAM MENCITASI TULISAN ORANG LAIN , JANGAN
DICOPI PASTE (HARUS PRAFRASE)

Anda mungkin juga menyukai