NO TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN SEKULER KONSEP ISLAM NAN MELURUSKAN
1. Penderitaan umat atas carut-marut kondisi politik Konsep kepemimpinan Islam yang syumul menjadi kepemimpinan hari ini adalah karena satu-satunya alternatif untuk mengembalikan berjangkitnya teori-teori politik kepemimpinan peradaban manusia menjadi lebih beradab, di mana sekuler di tengah masyarakat. umat Islam paling siap menerima modernisasi (termasuk dalam konsep kepemimpinan). 2. Pandangan politik Barat sejatinya mewarisi pemikiran filsafat Yunani dan Romawi (Hellenisme). Pokok-pokok filsafat Yunani dan Romawi kuno itu tercermin dalam pandangan hidup mereka yang sangat mengagungkan cita-cita kebebasan, optimisme, sekularisme, pengagungan terhadap jasmani dan akal serta sangat mengultuskan individu. Pandangan hidup mereka memandang agama sepenuhnya bersifat duniawi, praktis dan harus mengabdi kepada kepentingan manusia. Oleh karena itu, tradisi keilmuan mereka bersifat eksperimental dan spekulatif karena menjadikan empirisme dan rasionalisme sebagai satu-satunya alat ukur kebenaran. 3. Sebagai dampak pernah trauma dengan Dalam Islam, standar ukuran kebaikan adalah akhlaq. Akhlaq agama dan mengalami konflik horizontal tidak sama dengan moral. Akhlaq dalam Islam adalah sifat yang panjang gara-gara penyimpangan jiwa yang melekat pada diri seseorang sesuai dengan fitrah perilaku tokoh agama yang juga memegang penciptannya oleh Allah SWT. Berakhlaq artinya berfikir, kekuasaan, maka muncullah paham berkehendak dan berperilaku sesuai dengan bagaimana sekuler. Dalam teori sekuler, agama tidak Allah SWT menciptakan fitrah-nya itu. lagi menjadi standar sumber kebaikan. Sedangkan moral daya ikatnya lebih longgar, karena hanya Akhirnya mereka berani-beraninya berbasis kesepakatan manusia. mengeluarkan jargon : Pemimpin yang membela kaum nan lemah, tidak korupsi, Lebih baik jadi moralis daripada menjadi pekerja keras dan disiplin mungkin bermoral, namun jika religius dirinya adalah seorang LGBT, pezina, melegalkan miras dan judi, maka dia tidak berakhlaq. Saudagara yang dermawan, zakatnya milyaran, mempekerjakan ribuan pekerja, menjadi tidak berakhlaq jika dirinya punya bisnis narkoba, prostitusi dan rentenir sebagai usaha sampingan. 4. Niccolo Machiavelli pada abad 19 menginisiasi teori pencarian kriteria pemimpin ideal tanpa faktor agama. 5. Francis Galton dalam bukunya Hereditary Genius (1869) menguji kualitas pemimpin pada keluarga-keluarga orang berpengaruh. Galton menemukan teori bahwa keluarga pemimpin berbakat pemimpin. Artinya pemimpin itu cenderung dilahirkan NO TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN SEKULER KONSEP ISLAM NAN MELURUSKAN 6. Ali Abdul Raziq, Tokoh liberal Mesir mengungkapkan suatu opini dalam bukunya : Muhammad SAW hanyalah seorang pemimpin ruhani, namun bukan pemimpin politik 7. Oxford School Leadership kemudian menemukan teori baru kepemimpinan yang disebut Neo-emergent theory : Pers, blog, dan sumber-sumber lain melaporkan pandangan mereka sendiri tentang para pemimpin, yang mungkin didasarkan pada kenyataan, tetapi juga mungkin didasarkan pada perintah politik, kepentingan uang, atau kepentingan inheren dari penulis, media, atau pemimpin. Oleh karena itu, orang dapat berargumen bahwa persepsi semua pemimpin diciptakan dan pada kenyataannya tidak mencerminkan kualitas kepemimpinan mereka yang sebenarnya sama sekali Teori ini ingin menjustifikasi bahwa pemimpin itu dipromosikan oleh informasi yang diciptakan oleh stakeholdernya melalui media masa atau media sosial. Namun yang dipromosikan bukan karakter sesungguhnya dari pemimpin yang diinginkan, melainkan peran-peran palsu yang dimainkan untuk mengangkat popularitas dan elektabilitas sang calon pemimpin. 8. Teori itu juga didukung oleh Logika Postmodern yang memang tidak memakai sillogisme, namun lebih mengagungkan bahasa dan makna sebagai penentu segalanya. Maka tidak heran kita akan melihat media sering bermain-main dengan makna. Koruptor bisa tiba-tiba menjadi pelopor. Culas bisa disebut menjadi lugas dan tegas. Tukang maki disebut pemimpin bernyali. Pakar barter sumber daya alam menjadi tokoh berkarakter dan penyimpangan makna lainnya. Bahkan menurut hegemoni media, pemimpin yang keras meledak- ledak, aneh-aneh dan dianggap gila, itulah pemimpin yang berkarakter dan unggul. 9. John Milton, sastrawan dan penulis politik Inggris pernah mengemukakan pendapat : Kemajuan suatu bangsa diperoleh melalui pendapat setiap individu yang dibebaskan untuk menemukan kebenaran mereka sendiri- sendiri, ketimbang homogenitas atau otoritas pendapat, karenanya kebenaran itu tidak harus melalui otoritas keagamaan 10. Filsafat postmodernis menyusun konsep bahwa waktu hanyalah kalkulasi matematis fisika yang mengejar target-target seperti jam kerja, jadwal harian, politik antar bangsa dan prestasi-prestasi semu lainnya.