Anda di halaman 1dari 5

1.

Definisi sediaa parenteral


a. Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems
Ninth Edition(Allen L.V; Nicholas G.P dan Howard. C Ansel 1993: hal 166)
b. Menurut Pharmaceutics – Dosage Form and Design ( David Jones 2008: hal 103)

Kesimpulan

Sediaan parenteral adalah sediaan yang melibatkan injeksi agen terapeutik dalam bentuk
larutan, suspensi atau emulsi kedalam tubuh yang di berikan di luar saluran GI

2. Keuntungan dan kerugian sediaan parenteral


a. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology. Dosage Forms: Parenterals
(James swarbrick. 2007)
b. Menurut Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi (Syamsuni. 2006.)

Kesimpulan

Keuntungan

 Berguna bagi pasien yang tidak bisa atau kesulitan mengonsumsi obat secara oral,
misal pasien yang tidak sadar
 Cocok untuk obat yang rentan terhada[ metabolisme lintas pertanma di hati
 Cocok untuk pemberian anastesi lokal
 Langsung melalui fase farmakokinetik, \
 Berguna untuk obat yang membutuhkan onset kerja yang cepat

Kerugian

 Mahal dalam produksi


 Dapat menyebabkan iritasi dan alergi
 Efek toksik sulit di tangani apalagi untuk obat yang memiliki indeks terapi sempit
 Kurang nyaman dalam penggunaan( pasien anak)
 Potensi nyeri saat injeksi
3. Indikasi pemakaian sediaan parenteral\
a. Menurut Parenteral Medications 4th Ed. (Nana Dan John, 2019: 20)
b. Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage And Drug Delivery System 9th Edition
(Allen,Dkk., 20111: 167)

Kesimpulan
Pemberian obat secara parenteral dilakukan kepada pasien yang tidak sadar atau yang
tidak bisa atau tidak mau minum obat oral. Obat yang diberikan secara parenteral sering
kali diberikan dalam situasi darurat karna menghasilkan efek terapeutik langsung dengan
cepat. Selain itu senyawa besar cairan dan elektrolit dapat diberikan relatif cepat melalui
rute parenteral ke pasienk yang kehilangan cairan serius seperrti dehidrasi atau infeksi
saluran pencernaan

4. Faktor farmasetik
Faktor farmasetik yang berpengaruh terhadap pemakaian sediaan parenteral
a. Menurut Buku Aulton ’s Pharmaceutic s The Design and Manufacture of Medicines:
Fourth Edition (Aulton dan Kevin, 2013; 627-628)
b. Menurut Buku Fasttrack Pharmaceutic Dosage Form and Drug Design ( Jones, 2008:
115)

Kesimpulan

 Kelarutan zat aktif


 Rute pemberian
 Onset dan durasi
 Sifat fisika dan kimia
 Ukuran partikel
 Pembawa
5. Bentuk sediaan parenteral (print gambar)
a. Menurut buku HANDBOOK OF MODERN PHARMACEUTICAL ANALYSIS
(Ahuja, S., & Scypinski, S., 2001 : 270)

b. Menurut Farmakope Indonesia Edisi 6 (Depkes RI, 2020 : 50),

Kesimpulan

a) SVP
 Single dose
 Multiple dose
 Crynge
b) LVP
 Cairan infus
 Cairan irigasi
 Cairan dialisis
 Cairan parenteral total nutrisi
 Cairab antibiotik intravena
 Pasien kontrol analgesik
6. Metode pembuatan sediaan steril
a. Menurut Pharmaceutical manufacturing handbook,( Gad,2008 : 129-131)
b. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products: volume
6, (Sarfaraz K. Niazi ,1949: hal 4)

Kesimpulan

1. Sterilisasi aseptik
Dalam pemrosesan aseptik, produk obat, wadah, dan penutupnya menjalani proses
sterilisasi secara terpisah, jika sesuai, dan kemudian disatukan
2. Sterilisasi akhir
Sterilisasi akhir adalah proses yang mana produ disterilkan dalam wadah akhir
7. Definisi injeksi
a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (Ditjen POM, 1979 : 13)
b. Menurut buku Pengantar Farmakologi Analgesik dan Antipiretik (Rinidar dkk, 2020:
36)

Kesimpulan

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan , emulsi , atau suspensi atau serbuk
rekonstitusi yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
selaput lendir

8. Klasifikasi LVP
a. Menurut Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Third Edition : Rvised and
Expanded (Mahato, 2017 : 537).
b. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Tecnology (Swarbick, 2007 : 1004-1007)

Kesimpulan

1. Wadah dosis tunggal atau satuan biasanya ampul tertutup rapat yang dimaksudkan
untuk dibuang setelah injeksi tunggal.
2. Wadah multidosis, di sisi lain, biasanya botol karet yang ditutup dan disegel yang
dimaksudkan untuk beberapa injeksi
9. Proses pembuatan SVP
a. Menurut Remington The Science and Practice of Pharmacy (Gumuro, 2000,
Hal : 797, 799 dan 800),
b. Menurut Journal Of Drug Delivery and Theraupetic (Shincta dkk, 2008 :83-85)

Kasih sama dgn yg lvp


10. syarat sediaan SVP

a. Menurut farmakope indonesia edisi VI (Ditjen POM RI : 50, 2020)

b. Menuru the united states pharmacopea : the nation fiormulary.USP 29.NF 24


(united stated:2201, 2006

Kesimpulan

 Dikemas dalam wadah berlebel 100 ml atau kurang


 bebas mikroorgnisme dan pirogen
 untuk zat pembawa air harus memenuhi syarat uji pirogen atau uji endotoksin bakteri
 Nacl dapat ditambahkan untuk memperoleh tonisitas
 tidak ada zat pewarna yang dapat ditambahkan
 untuk zat pembawa lain contohnya minyak tertentu dapat digunakan sebagai zat
pembawa injeksi harus memenuhi persyaratan uji parafin padat. Bilangan penyabunan
antara 185-200, bilangan iodium antara 9 dan 128, bilangan tak tersabunkan tak lebih
dari 1,5%, asam lemak bebas tidak lebih 1,2, bilangan peroksida tidak lebih dari 5,0,
dan kadar air tidak lebih dari 1,0%

11. Jelaskan komponen sediaan SVP, fungsi dan contohnya


a. Menurut Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology 3nd Edition (Swarbrick,J,2007:
12722-1275).
b. Menurut pharmaceutical dosage forms parenteral medications third ed (Nemo, 2010)
Kesimpul;an
Samakan dgn \LVP
12. rute pemberian terhadap sediaan injeksi
a. Menurut farmakologi pendekatan proses keperawatan (Kee dan Evelyn 1996, 94 –
101)
b. Menurut konsep dasar pemberian obat untuk bidan (Septikasari, 2018 : 35 – 36)
Kesimpulan
Samakan dgn lvp
13. Pengaruh rute pemberian injeksi
a. Menurut buku steril drug products : formulation, packaging, manufacturing and
quality (Akers, M, J. 2010 : 475-480).
b. Menurut buku physicochemical priciples of pharmacy, (Florence, T, A. dkk. 2006 :
349-350)
Kesimpulan
Samakan dgn LVP
14.

Anda mungkin juga menyukai