Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ELEMEN MESIN 3

OLEH :

Nama : Adam Nur Hakim

NIM : 40040219650101

D4 RPM KELAS C

PRODI D4 REKAYASA PERANCANGAN MEKANIK


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat kepada Allah SWT karena hanya
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah praktikum
metrologi dan instrumentasi ini dapat diselesaikan tepat waktu

Tugas makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Elemen Mesin 3 pada program studi D4 Rekayasa Perancangan Mekanik Sekolah
Vokasi Universitas Diponegoro

Dalam penyusunan tugas makalah Praktikum Metrologi dan Instrumentasi


ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, atas bantuan dari
berabagai pihak, atas dukungan yang diberikan dalam pembuatan makalah ini. Pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan
mendalam kepada
1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Bapak Seno Darmanto, ST, M.T. Selaku kepala program studi


rekayasa perancangan mekanik.
3. Bapak Drs. Ireng Sigit Atmanto, M. Kes. Sebagai pembimbing mata kuliah
Elemen Mesin 3
4. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada
penulis.
Penulis mengharapkan semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pihak pihak yang berkepentingan.

Semarang, maret 2021

Penulis
BAB 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan industry otomotif ditanah air patut


dibanggakan. Pada masa sekarang ini motor memiliki peran yang besar
untuk transportasi. Saat ini manusia membuthkan hal yang praktis dalam
berkendara. Maka oleh sebab itu mendorong terciptanya transmisi otomatis
untuk memudahkan berkendara sperti pada sepeda motor Yamaha Mio.

Diera sekarang ini sepeda motor bertransmisi automatic sangat


diminati oleh masyarakat banyak. Hal ini mendorong perusahaan berlomba
lomba untuk membuat sepeda motor yang nyaman saat dikendarai

Sistem transmisi automatic pada kendaraan sepeda motor inilah


yang membuat penulis ingin mencari tahu lebih lanjut tentang transmisi
automatic pada Yamaha Mio M3 125.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa masalah yang diangkat
sebagai bahan analisis pembuatan laporan yaitu : memahami standar,
dimensi dan perhitungan kekuatan part dari transmisi automatic Yamaha
Mio M3 125.

1.3. Tujuan
1. Memahami standar, dimensi komponen transmisi automatic.
2. Mengetahui perhitungan kekuatan komponen transmisi automatic

1.4. Manfaat
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang standar dimensi
komponen transmis automatik
2. Agar mahasiswa lebih memahami tentang perhitungan transmisi
automatic
BAB II
PERHITUNGAN DAN ANALISA.

2.1. Perhitungan V-belt


1. Aplikasi sabuk v (V-belt)

V-belt merupakan salah satu transmisi penghubung yang bahanya terbuat


dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Dalam penggunaanya v-
belt dibelitkan disekeliling alur puli yang bem\ntiknya V pula. Pada bagian
sabuk yang membelit pada puli akan terjadi lengkungan sehingga lebar
bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan
bertambah karena pengaruh bentuk gaji yang menghasilkan transmisi daya
yang besar pada tegangan yang relative rendah, ini merupakan salah satu
keunggulan dari V belt bekerja lebih halus dan tidak menghasilkan suara.

Transmisi sabuk V hanya dapat digunakan untuk menghubungkan daya


dari poros yang satu ke poros yang lainnya yang sejajar dengan putaran
yang sama. Dibandingkan dengan transmis roda gigi atau rantai, sabuk
memiliki keunggulan yaitu lebih halus dan tidak bersuara. Untuk
mempertinggi daya yang ditransmisikan dapat dipakai beberapa sabuk-V
yang dipasang sebelah-menyebelah.

Berikut lokasi penggunaan dari V-belt


2. Standar Industri

3. Dimensi Elemen Mesin

Perhitungan Ukuran

21.1x803
4. Perhitungan Kekuatan
Data untuk sabuk
Daya yang ditransmisikan P : 7,0 kw
N1 = 8000 rpm
N2 = 2500 rpm
Jarak sumbu poros = 250mm

• Perhitungan sabuk V :
𝑁1 8000
Perbandingan putaran (i) = 𝑁2 = 2500 = 3.2
• Factor koreksi daya yang akan ditransmisikan
(f c) f c = 1,4 untuk daya normal
• Momen (T)
𝑃𝑑
T1 = 9,74.105 kg.mm ×
𝑁1
9,8
= 9,74.105 kg.mm ×
8000
= 1.193,15 kg.mm
• Ukuran sabuk yang dipakai adalah sabuk tipe A dengan ukuran
penampang 12,5 mm × 9,0 mm, sebab daya rencana 9,8 kw dan
putaran 8000 rpm

• Kecepatan linear sabuk V


V=

1.3.Perhitungan Bantalan

• Aplikasi Batalan
Secara umum, bantalan adalah alat yang digunakan untuk memungkinka
Gerakan rotasi atau linear, sambal mengurangi geseakan dan penangan tegangan.
Menyerupai roda, bantalan benar benar mememungkinkan perangkat untuk
berguling, yang mengurangi gesekan antara permukaan bantalan dan permukaan itu
saat berguling. Secara signifikan lebih mudah untuk bergerak, baik dalam mode
putar atau linear, Ketika gesekan berkurang – ini juga bisa meningkatkan kecepatan
dan efisiensi.
Untuk menangani semua fungsi ini, bantalan menggunakan strukutr yang
relative sederhana: bola dengan permukaan logam halus internal dan eksternal,
untuk membantu dalam rolling. Bola itu sendiri membawa beban berat — kekuatan
beban beban inilah yang mendorong rotasi bantalan. Namun, tidak semua beban
memberi gaya pada bantalan dengan cara yang sama. Ada dua jenis pemuatan:
radial dan dorong.
Beban radial, seperti pada katrol, cukup meletakkan beban pada bearing
dengan cara yang menyebabkan bearing berguling atau berputar sebagai akibat dari
tegangan. Beban dorong sangat berbeda, dan menempatkan tekanan pada bantalan
dengan cara yang sama sekali berbeda. Jika bantalan (pikirkan ban) terbalik di
sisinya (pikirkan sekarang tentang ayunan ban) dan tunduk pada kekuatan penuh
pada sudut itu (pikirkan tiga anak duduk di ayunan ban), ini disebut beban dorong.
Bantalan yang digunakan untuk mendukung kursi bar adalah contoh bantalan yang
hanya dikenakan beban dorong.
Banyak bantalan yang cenderung mengalami beban radial dan dorong. Ban
mobil, misalnya, membawa beban radial saat mengemudi dalam garis lurus: ban
berguling ke depan secara bergilir sebagai akibat dari ketegangan dan berat yang
mereka dukung. Namun, ketika sebuah mobil berjalan di sudut, itu tunduk pada
beban dorong karena ban tidak lagi bergerak dengan gaya radial dan menikung
beratnya di sisi bantalan.
Sumber daya
Crank shaft
Spek daya max torsi pada rpm
• Standar Industri

Tabel Desain untuk journal bearing


Machinery Bearing Maximum Operating values
Bearing
Pressure
(P)
𝐶 𝑖
In N?mm2 Absolute ZN/p
Viscosity Z in kg/m-s 𝑑 𝑑
(Z) in kg/ P in 𝑁/
m-s 𝑚𝑚2
Automobile Main 5.6 – 12 0.007 2.1 - 0.8 – 1.8
and air-craft Crank pin 10.5 – 24.5 0.008 1.4 0.7 = 1.4
engines Wrist pin 16 – 35 0.008 1.12 1.5 – 2.2
Four stroke- Main 5-
Gas and oil carank
engines pin wrist
pin
Marine steam
engines
Stationary,
slow speed
steam engines
1.4. Perhitungan Poros
1. Aplikasi Poros
Poros merupakan bagian stasioner yang beputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi,
puli, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros menerima beban
lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja
sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
Poros banyak dijumpai pada kendaraan-kendaraan bermotor
diantaranya pada sepeda motor, yang akan dibahas penulis ialah
penggunaan poros roda sepeda motor. Poros untuk sepeda motor dibuat dari
baja batang yang ditarik dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin
yang dihasilkan dari ingot yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan di
cor. Poros – poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban
berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang
sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom
nikel, baja khrom, baja khrom molibden, Dalam hal demikian perlu
dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas
secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan (Kiyokatsu
Suga,1997).

2. Standar Industri

Poros yang digunakan untuk mesin umumnya terbuat dari batang


baja yang ditarik dingin dan difinis, baja karbon untuk kontruksi mesin (JIS
G3213 tabel). kelmahan bahan ini kelurusannya agak kurang seimbang
misalnya bila dibuat alur pasak, karena tersisa tegangan didalam terasnya.

Tabel 2.4.1. baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang dingin
untuk poros.
Standar dan Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
macam panas tarik(𝑘𝑔/
𝑚𝑚2 )
Baja karbon S30C Penormalan 48
kontruksi S35C “ 52
mesin (JIS G S40C “ 55
4501) S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
Batang baja S35C - 53 Ditarik
yang difinisi S45C - 60 dingin,
dingin S55C - 72 digerinda,
dibubut, atau
gabungan
antara hal hal
tersebut

Tabel 2.4.2. Baja paduan untuk poros


Standar dan macam Lambang Perlakuan Poros Kekuatan tarik
(𝑘𝑔/𝑚𝑚2 )

Baja khrom nikel SNC 2 - 85


(JIS G 4102) SNC 3 - 95
SNC21 Pengerasaan kulit 80
SNC 22 - 100
Baja Khrom nikel SNCM 1 - 85
molibden (JIS G SNCM 2 - 95
4103) SNCM 7 - 100
SNCM 8 - 105
SNCM22 Pengerasan kulit 90
SNCM 23 “ 100
SNCM 25 “ 120
Baja Khrom (JIS G SCr 3 - 90
4104) SCr 4 - 95
SCr 5 - 100
SCr21 Pengerasan kulit 80
SCr22 “ 85
Baja Khrom SCM 2 - 85
molibden (JIS G SCM 3 - 95
4105) SCM 4 - 100
SCM 5 - 105
SCM21 Pengerasan kulit 85
SCM22 “ 95
SCM23 ‘ 100

Tabel 2.4.3. Bahan poros untuk kendaraan rel


Kelas Lambang Pemakaian Perlakuan Batas Kekuatan
utama panas mulur(𝑘𝑔/ Tarik
2 (𝑘𝑔/
𝑚𝑚 )
𝑚𝑚2 )

Kelas 1 A SFA 55A Poros Penormalan 28 55


B SFA 55B pengikut atau celup
Kelas 2 A SFA 60A Gandar dingin dan 30 60
B SFA 60B yang pelunakan
Kelas 3 A SFA 65A digerakkan Celup 35 65
B SFAQA dan poros dingin dan
pengikut pelunakan
Kelas 4 A SFAQB Celup 30 60
B dingin dan
pelunakan
pada
bagian
tertentu
Catatan : A = 0,035% P atau kurang B = 0,045% P atau kurang
0,04% S atau kurang 0.045% S atatu kurang

Tabel 2.4.4. klasifikasi baja secara umum.


Golongan Kadar C (%)
Baja lunak -0,15
Baja liat 0,2-0.3
Baja agak keras 0,3-0,5
Baja keras 0,5-0,8
Baja sangat keras 0.8-1,2

Tabel 2.4.5. Standar Baja


Nama Standar Standar AISI, BS, dan DIN
JIS
Baja karbon S25C AISI 1025, BS060A25
kontruksi S30C AISI 1030, BS060A30
mesin S35C AISI 1035, BS060A35, 060A35, DIN C35
S40C AISI 1040, BS060A40
S45C AISI 1045, BS060A45, DIN C45, CK45
S50C AISI 1050, BS060A50, DIN St. 50.11
S55C AISI 1055, BS060A55
Baja tempa SF 40,45 ASTM A105-73
50,55
Baja nikel SNC BS 653M31
chrom SNC22 BS En36
Baja nikel SNCM 1 AISI 4337
khrom SNCM 2 BS830M31
molibden SNCM 7 AISI , BS En100D
SNCM 8 AISI 4340, BS817M40, 816M40
SNCM22 AISI 4315
SNCM23 AISI 4320, BS En325
SNCM25 BS En39B
Baja khrom SCr 3 AISI 5135, BS530A36
SCr 4 AISI 5140, BS530A40
SCr 5 AISI 5145
SCr21 AISI 5115
SCr22 AISI 5120
Baja khrom SCM2 AISI 4130, DIN 34CrMo4
molibden SCM3 AISI 4135, BS708A37, DIN34CrMo4
SCM4 AISI 4140, BS708M40, DIN42CrMo4
SCM5 AISI 4145, DIN 50 CrMo4

3. Dimensi Elemen Mesin


\
4. Perhitungan Kekuatan
Data untuk poros :
Daya maksimum (P) = 7 KW
Diameter poros = 17.90 mm
N1 = 1000 Rpm
• Faktor koreksi daya yang akan dotransmisikan,𝑓𝑐.
Fc = 1,2 (daya rata rata yang diperlukan)
• Momen puntir
Bahan poros yang diambil, dilihat dari tabel. Baja paduan untuk
poros, pada lampiran adalah Baja Khrom Nikel Molibden (JIS G 4103)
SNCM 25. b ijin = 120 kg/mm2
Sf 1 = 6,0 (harga 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa, dan
baja paduan)
Sf 2 = 2,0 (untuk pengaruh-pengaruh lainnya)
• Tegangan geser yang diijinkan (𝜏 𝑎 )
𝜎𝑏
𝜏𝑎 =
𝑆𝑓1. 𝑆𝑓2

120
=
6.2
= 10 𝑘𝑔/𝑚𝑚2

• Tegangan Geser
5,1 𝑇
𝜏=
𝑑𝑠
5,1 8182
𝜏=
(17.90)3
𝜏 = 7.27 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
1.5. Perhitungan Puli
1. Aplikasi Puli
Pully merupakan sebuah komponen terpenting dalam sepeda motor matic
yang berfungsi untuk memindahkan kecepatan yang sudah ada sesuai dengan
RPM pada mesin secara otomatis tanpa menggunakan gigi transmisi. Melainkan
menggunakan V-belt sebagai penghubung atau penerus putaran yang terjadi
pada kedua pulley. Pulley terdiri dari dua bagian, yaitu pully primer pada bagian
depan dan pulley sekunder pada bagian belakang.
Pully primer Pada puli bagian depan berguna sebagai komponen yang
bekerja menyalurkan putaran dari mesin menuju bagian vanbelt. Selain itu, puli
bagian depan juga berguna untuk mengatur besar kecilnya diameter puli yang
berhubungan langsung dengan perbandingan reduksi pada perputaran mesin.
Puli juga berguna sebagai pengatur akselerasi pada motor matic Anda.\
Pully sekunder Berbeda dengan pulley bagian depan, puli bagian
belakang berguna untuk penggerak roda bagian belakang motor matic. Selain
itu, bagian belakang juga berguna untuk penyeimbang akselerasi atau
perputaran mesin matic Anda. Puli belakang juga berguna untuk menstabilkan
kendaraan, terlebih pada bagian belakang.

2. Standar Industri
3. Dimensi elemen mesin

Jarak
Antar Pulley (C)
= 28 cm
= 11 Inci
Diameter
Pully 1 (D)
= 11,7 cm
= 4.6 inci

Diametere Pully 2 (d) = 13,7 Cm = 5,3 inci


Daya Motor (500rpm) (P) = 0,362 Hp
Revolution per minute = 500 rpm
Jumlah sabuk (Nb) =1

4. Perhitungan Kekuatan
4.1.Perhitungan Jarak Defleksi
𝐿𝑠 𝐷−𝑑 2
𝑞 = 64 𝐿𝑠 = √𝐶 2 + ( )
2
Ls = Panjang rentangan (inci)
C = Jarak antar poros (inci)
D,d = diameter puli (inci)
𝐷−𝑑 2 4,6−5,3 2
𝐿𝑠 = √𝐶 2 + ( ) = √112 + ( ) = 9,8 inci
2 2
4.2.Perhitungan tegangan static
2,5−𝐾𝜃 𝑃𝑑103 𝑉 2 1
Tst = 15 ( )( 𝑁 ) + [0,9𝑤 (60) (𝑔 )]
𝑘𝜃 𝑏 𝑉 𝑐
Keterangan :
Tst = tegangan static sabuk (Ib)
𝑘𝜃 = Faktor koreksi busur kontak
Pd = Daya Rencana Hp
W = Berat sabuk tiap kaki satuan Panjang (Ib)
V = Kecepatan Sabuk (fpm)
𝑓𝑡
𝑔𝑐 = Konstanta gravitasi ; 32.2 𝑠𝑒𝑐 2
𝑁𝑏 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
1. Faktor koreksi busur kontak (𝑘𝜃 )
𝑑−𝐷
𝜃 = 2𝑐𝑜𝑠 −1 ( )
2𝑐
5,3 − 4,6
= 2𝑐𝑜𝑠 −1 ( )
2. 25
= 2𝑐𝑜𝑠 −1 ( )
=
Rasio Tegangan (R)

Perhitungan Roller
1. Aplikasi Roller
Primary shave weight atau sering disebut roller merupakan salah satu
komponen dari sistem CVT pada motor matik yang sering mengalami
kerusakan, baik itu aus maupun crack atau pecah. Roller berfungsi untuk
mendorong atau menekan putaran pada puli sehingga roller akan bisa bergerak dan
menghasilkan tenaga pada kendaraan. Roller atau pemberat berfungsi untuk
mengatur pergerakan pada sliding primer sheeve. Pemberat ini bekerja menggunakan
prinsip gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal merupakan gaya yang keluar dari sebuah
gerakan rotasi dengan arah menjauhi poros putaran. Namun, alur roller ini dibuat
condong ke depan. Sehingga pergerakan roller tidak sepenuhnya menjauhi poros
putaran namun akan dibelokan ke arah depan. Pergerakan ini akan mendorong sliding
primer sheeve untuk bergerak ke depan ketika putaran pulley kencang.

2. Standar Industri
3.
4.

Anda mungkin juga menyukai