Edisi Kesatu
Penerbitan ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta dan harus ada izin oleh penerbit
sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik, fotokopi,
rekaman atau bentuk lainnya
TIM PENYUSUN
Veny Elita, SKp., MN(MH)
Ns. Sri Wahyuni, M.Kep, Sp. Jiwa, Ph.D
Ns. Jumaini, M.Kep, Sp. Kep. J
Ns. Ririn Muthia Zukhra, M.Kep
Ns. Fathra, A.Nauli, M.Kep, Sp. Kep. J
LEMBAR PENGESAHAN DEKAN
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, maka dengan ini kami
menyatakan:
Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Mata Ajar Komunikasi Keperawatan
1. Kurikulum Berbasis Out Come (OBE) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau TA 2021/2022.
Tingkat Pencapaian
No Keterampilan Metode
1 2 3 4
1 Ekspresi Emosi Melalui √ Online
Nonverbal
2 Komunikasi Efektif, Santun Dan √ Online
Ramah Pada Berbagai Situasi (2
Kali Pertemuan)
3 Komunikasi Efektif Dalam √ Online
Hubungan Interpersonal Dengan
Klien, Keluarga, Dan Kelompok
4 Etika Berkomunikasi Dengan √ Online
Menggunakan Media Telepon
KETERANGAN:
2 : Pernah mendemonstrasikan
SKENARIO
Dante merasa sangat senang sekali ketika mendengar bahwa skill lab akan dilaksanakan
secara luring (offline). Dante menceritakannya kepada temannya melalui video call whatsapp.
Ditengah percakapan, Dante menerima berita melalui chat group class bahwa kegiatan
tersebut dibatalkan karena didapatkan kasus salah satu temannya dari kelompok lain yang
teridentifikasi hasil swab antigen positif. Dante merasa kecewa, karena tidak jadi pelaksanaan
kuliah luring, juga kaget dan sedih karena temannya mendapatkan masalah tersebut dan juga
merasa marah karena situasi pandemic Covid-19 ini tidak jelas kapan berakhirnya. Daante
juga merasa takut ketika ingat bahwa Covid-19 bisa menyerang siapa saja. Kemudian Dante
menyampaikan ke temannya berharap tidak mengalami penyakit yang disebabkan Covid-19
karena tidak mau orang lain memandang rendah dan takut terhadapnya.
Instruksi
Baca Latihan 2.2
KOMUNIKASI NON VERBAL
A. Pendahuluan
“You cannot Not Communicate“ (Anthony Robbins, 1999). Pada tahun 70-an
masyarakat Indonesia yang menonton TVRI sering melihat film Charlie Chaplin. Yakni
film lawak hitam putih yang belum bersuara, hanya menggunakan ekspresi dan gerak
tubuh seperti pantomim. Menariknya, sekalipun tidak ada kalimat apapun yang dikatakan,
namun kita bisa terpingkal-pingkal karenanya. Di tahun 90-an, hal serupa dilakukan oleh
Mr. Bean, sekalipun sudah menggunakan musik dan sedikit suara. Dari mana kita bisa
terpingkal-pingkal, padahal tidak ada kata apapun yang tidak ada kalimat apapun yang
dikatakan, namun kita bisa terpingkal-pingkal dikatakan oleh Charlie Chaplin maupun Mr
Bean? Bagaimana kita bisa mengerti atau menangkap pesan yang mereka maksudkan?
Apakah ini berarti bahwa kita bisa berkomunikasi tanpa kata-kata? Memang demikianlah,
ternyata pesan dan makna bisa disampaikan tanpa menggunakan kata-kata. Inilah yang
disebut body language, alias bahasa tubuh yaitu gerakan tubuh, ekspresi dan lain-lain yang
membuat kita mengerti makna yang di maksudkan orang lain.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa mampu melakukan komunikasi verbal
dengan ekspresi non verbal yang sesuai.
2. Tujuan instruksional khusus
2.1. Mahasiswa mampu memahami komunikasi verbal dan non verbal
2.2. Mahasiswa mampu mempraktikkan komunikasi verbal dan non verbal yang
sesuai secara personal
2.3. Mahasiswa mampu mempraktikkan komunikasi verbal dan non verbal yang
sesuai secara interpersonal
C. Landasan Teori
Mari perhatikan konsep 3 V, yakni Verbal, Vocal, Visual. Yakni kita bisa
melipatgandakan kekuatan pesan apabila menggunakan komponen 3 V secara sekaligus.
Verbal (kata-kata), Vocal (intonasi),dan Visual (bahasa tubuh). Bagaimana peran Vocal
dalam penyampaian pesan? Coba kita ingat saat kita masih kecil dan bermain hujan-
hujanan di halaman rumah yang becek dan berlumpur. Lantas orang tua kita marah, dan
memanggil “Jaka…”. Pada saat itu tanpa kita sadari kita “menilai” seberapa marah orang
tua kita berdasarkan intonasi yang dipakainya. Jika dalam perhitungan kita intonasinya
masih wajar, maka kita lanjutkan main hujan. Namun beberapa menit kemudian orang tua
kita memanggil “JAKKKKA!!!!”, sekalipun tidak ada perubahan/pena mbahan kata lain,
namun dari intonasi yang dipergunakan kali ini kita tahu bahwa orang tua kita sudah marah
dan sudah tidak bisa ditawar lagi.
Beberapa contoh di atas cukup menjelaskan bahwa baik bahasa tubuh maupun intonasi
ikut membentuk makna dalam komunikasi. Dengan demikian, bagi dalam meningkatkan
efek kekuatan makna. Seorang komunikator sangatlah penting untuk memanfaatkan
kedua cara tersebut Banyak komunikator yang tidak mempedulikan bagaimana bahasa
tubuh atau intonasi mereka saat berkata-kata. Misalnya, apabila seseorang dalam
berkomunikasi tangannya bergerak-gerak tidak beraturan sama sekali, maka bawah sadar
orang yang diajak bicara akan cenderung mengabaikan gerakan tangannya. Artinya si
komunikator tengah menyia-nyiakan manfaat dari alat komunikasi yang powerful ini.
Contoh lain, seorang komunikator yang berbicara monoton dan datar, maka bawah sadar
audien akan “menangkap” pesan bahwa komunikator sendiri juga punya perasaan datar,
bosan dan tidak tertarik pada topik yang dia bicarakan. Karena semenjak kecil kita sudah
tahu bahwa jika sesuatu itu menarik bagi komunikator, akan disampaikan dengan intonasi
yang khas.
Body language tidak universal sepenuhnya “Tidak semua bangsa memiliki arti yang sama
untuk sebuah bahasa nonverbal tertentu.” Seperti:
Orang India mengangguk artinya tidak setuju, bergeleng artinya setuju. Bangsa
lain melakukan sebaliknya.
Tangan mengacung dengan jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran,
bagi orang Perancis artinya nol, bagi orang Yunani artinya Penghinaan, bagi
orang Amerika artinya bagus.
Beberapa bentuk body language yang secara umum dilakukan adalah personal space,
senyum dan ekspresi muka.
Personal space/jarak berdiri antara 2 orang, menandakan:
Wilayah geografis yang dipersepsikan sebagai teritori pribadi.
Jarak yang menunjukkan jauh dekatnya suatu hubungan antara 2 orang.
Manfaat personal space adalah untuk memacu keakraban, dengan sengaja perdekat
jarak secara gradual saat berkenalan atau melobby seseorang.
Kunci dari ekspresi marah ada di alis bagian dalam, alis terlihat menyatu dan
turun kebawah secara simultan.
2. Merendahkan/Contempt
Kunci ekspresi disini cuma ada 1, termasuk ekspresi yang sifatnya unilateral yaitu
salah satu sisi bibir mengencang dan naik.
3. Senang/Happiness/Enjoyment smile
Setiap orang bisa saja tersenyum, senyum bisa karena dia benar-benar senang,
atau senyum untuk terlihat sopan, atau senyum pura-pura (fake smile). Senyum
yang menunjukkan rasa senang dapat dilihat dari matanya yang terluar terlihat
ada keriput, itu terjadi akibat adanya kontraksi dengan otot bibir.. jadi kalau ada
seseorang yang mengatakan kalau dia merasa senang tapi matanya tidak
menunjukkan adanya keriput, bisa jadi dia berbohong.
3. Sedih/Sadness
5. Takut/Fear
Takut biasanya hampir sama dengan terkejut, ekspresi takut termasuk susah
dideteksi. Perbedaan paling jelas dengan terkejut adalah pada kelopak mata bawah.
6. Terkejut/Surprise
Ekspresi jijik, bisa berarti muak. Coba praktekkan mimik wajah anda kalau
menginjak kotoran hewan, lalu lihatlah di cermin.
Forward Lean (tubuh condong ke depan ke arah lawan bicara) menandakan: Lawan
bicara tertarik pada pembicaraan kita.
Manfaat:
Membuat lawan bicara merasa nyaman, condongkan tubuh Anda, posisikan
menghadap lawan bicara.
Bila posisi Anda di sampingnya, lakukan dengan agak miring.
Meletakkan tangan seperti bertopang dagu/Menelpon dengan kepala dan badan tegak
menandakan: Kondisi seseorang sedang menganalisa/menimbang pembicaraan orang.
lain. Manfaat: Hindari meletakkan tangan seperti itu saat mendengarkan lawan bicara.
Mengangkat satu kaki dan kedua tangan di belakang kepala menunjukkan: Seseorang
tengah merasa dominan, menantang, berkuasa. Manfaat: Hindari bersifat seperti ini.
Menjulurkan tangan kepada lawan bicara dengan telapak tangan di atas menandakan:
Kesan jujur, terus terang. Manfaat: Saat mengatakan suatu fakta atau menanggapi
tuduhan yang tidak benar,lakukan hal ini dengan disertai senyum datar.
Memukul tubuh sendiri (kepala, dahi atau paha) menandakan: Sedang kelupaan atau
menyalahkan diri sendiri. Manfaat: Jika lawan bicara melakukan itu, terima saja, jangan
disalahkan lagi, gunakan sebagai face saving.
Tangan membentuk Piramid menandakan: Sikap percaya diri, punya pendapat yang
diyakini. Manfaat: Lakukan saat diperlukan.
1. Nada
1.1 Untuk mendapatkan perhatian dengan cara nada diturunkan.
1.2 Untuk menekankan kata penting dengan cara nada diturunkan, Contoh: Aspek berikut
ini penting yakni adanya sistem perundangan yang berlaku di daerah (PERDA)
2. Tempo
2.1 Untuk menekankan suatu kata yang kita harapkan masuk ke bawah sadar.
2.2 Lakukan dengan tempo yang cukup p.e.l.a.n
Contoh: Jaman modern ini anak lebih banyak mengalami tantangan jadi perlu sekali
adanya u.p.a.y.a… p.e.r.l.i.n.d.u.n.g.a.n.
3. Timbre
3.1 Untuk membuat kata terkesan lebih mantap perberat tekanan kata.
Contoh: Jika riset sudah dilakukan, kita pasti aman.
3.2 Untuk membuat kata terkesan lebih enteng ringankan tekanan kata.
Contoh: Munculnya perbedaan adalah hal yang biasa.
4. Jeda
4.1 Untuk memancing munculnya rasa ingin tahu.
4.2 Untuk menimbulkan harapan (expectation)
4.3 Gunakan jeda tepat sebelum kata yang ingin dipicu rasa ingin tahu.
Contoh: “Hal terpenting dalam komunikasi adalah mempengaruhi………state of
mind”.
D. Prosedur Tindakan
Latihan 1
Komunikasi intra personal
1.1 Persiapkan cermin atau lakukan rekaman secara selfie dimana anda bisa melihat
seluruh bagian wajah anda secara jelas.
1.2 Latih 7 reaksi wajah yang telah anda baca dan pelajari berdasarkan teori di atas.
1.3 Selanjutnya lakukan percakapan dalam hati terhadap diri anda sendiri, sambil anda
melihat wajah anda sendiri pada cermin tersebut.
1.4 Latih reaksi wajah anda sesuai dengan percakapan pada diri anda sendiri tersebut.
Latihan 2
Komunikasi interpersonal
Latihan 2.1.
Diskusikan dan latih cara mengucapkan kalimat pada contoh-contoh yang ada di modul
selama 10 menit bersama teman anda.
Latihan 2.2
2.2.1 Bentuk kelompok kecil masing-masing terdiri dari 3 orang
2.2.2 Lakukan roleplay: 1 orang berperan sebagai pendengar, 1 orang bercerita sesuai
scenario pada modul, 1 orang berperan sebagai observer.
2.2.3 Untuk mahasiswa yang membawakan cerita, gunakan intonasi dan ekspresi yang
sesuai.
2.2.4 Observer mengamati dan merekam komunikasi nonverbal kedua teman anda
yang sedang berinteraksi sambil melihat kongruensi antara komunikasi verbal
dan nonverbal.
2.2.5 Buat catatan pengamatan. Dan sampaikan hasil pengamatan anda dan
mengklarifikasinya kepada teman anda untuk klarifikasi ketepatan verbal dan
non verbal komunikasi yang berlangsung sebelumnya.
2.2.6 Lakukan secara bergantian
E. Referensi
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………
FORMAT PENILAIAN
OBSERVASI KESESUAIAN EKSPRESI EMOSI
VERBAL DAN NON VERBAL
Tema Cerita:
dst
SKILL LAB 2
KOMUNIKASI EFEKTIF PADA SITUASI KHUSUS: MELAKUKAN KONFRONTASI, MENOLAK
PERMINTAAN SULIT DAN MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
Skenario
Konfrontasi
Bpk. Roni sedang dirawat di ruang Penyakit Dalam karena demam tifoid. Bpk Roni adalah seorang
perokok. Selama dirawat pak Roni masih tetap merokok, padahal perawat sudah mengorientasikan
peraturan (hak dan kewajiban) pasien selama dirawat. Perilaku merokok pak Roni ini selain
mengganggu dirinya sendiri juga mengganggu pasien lain dan pengunjung (keluarga) yang datang,
apalagi pak Roni menempati kamar yang berisi 3 orang pasien. Anda adalah Ners yang pada hari
ini bertanggung jawab untuk perawatan pak Roni dan merencanakan akan melakukan konfrontasi.
Pertanyaan/prosedur :
1. Apakah manfaat konfrontasi?
2. Bagaimanakah cara menolak permintaan yang sulit?
3. Bagaimanakah cara menyampaikan berita buruk?
4. Demonstrasikan konfrontasi sesuai kasus di atas !
5. Demonstrasikan cara menolak permintaan yang sulit sesuai kasus di atas !
6. Demonstrasikan cara menyampaikan berita buruk sesuai kasus di atas !
A. Pendahuluan
Hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien didasari oleh kemampuan perawat
melakukan komunikasi terapeutik. Salah satu elemen pada dimensi tindakan dalam komunikasi
terapeutik adalah konfrontasi. Konfrontasi merupakan proses interpersonal yang digunakan
oleh perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi, dan perluasan dari gambaran diri orang lain.
B. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan skill lab ini diharapkan mahasiswa mampu mendemonstrasikan
teknik konfrontasi, cara menolak permintaan yang sulit dan cara menyampaikan berita buruk.
C. KompetensiDasar
Setelah mengikuti kegiatan skill lab ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mendemonstrasikan teknik konfrontasi
2. Mendemonstrasikan cara menolak permintaan yang sulit
3. Mendemonstrasikan cara menyampaikan berita buruk
D. LandasanTeori
1. Konfrontasi
Konfrontasi dilakukan dengan tujuan agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaian pada
dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan (Stuart, 2009). Konfrontasi
dilakukan pada individu yang memiliki tingkah laku tidak produktif, tingkah laku merusak,
dan individu yang melanggar hak kita atau hak orang lain. Cara melakukan konfrontasi
adalah menggunakan CARE :
a. Clarify : Membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
b. Articulate : Dapat mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang jelas
c. Request : permintaan
d. Encourage : memberikan suport, harapan, kepercayaan.
Contoh :
Anda tinggal di kost dan berdua dengan teman anda Rani dalam satu kamar. Kamar kost
anda sangat berantakan karena teman kost anda selalu meletakkan buku, pakaian, tas, dan
lain-lain disembarang tempat (berserakan di lantai, di tempat tidur). Teman anda biasanya
membereskan dan merapikan kamar seminggu sekali. Anda merasa sangat tidak nyaman
dengan kondisi kamar anda dan perilaku teman sekamar anda, bahkan anda sampai
merasa ragu-ragu jika ada teman yang hendak datang ke kost anda. Bagaimana
seharusnya anda melakukan konfrontasi terhadap teman anda?
Langkah-langkah konfrontasi:
Ran, bajumu berserakan di kamar dan kertas-kertas catatanmu bertebaran di seluruh lantai
dan meja makan (clarify). Saya merasa terganggu karena kamu membuat kamar kita
menjadi berantakan tidak karuan (articulate). Saya lebih suka kamu menyimpan barang
pribadimu di lemari atau mejamu (request), dengan begitu kamar kita menjadi bersih, rapi,
dan lebih lapang dan saya juga tidak merasa khawatir jika ada teman-teman kita yang hendak
berkunjung ke kost kita (encourage).
Lakukan konfrontasi dengan sikap menghargai dan asertif. Rani akan mengerti dan
mengubah perilakunya. Bila konfrontasi tersebut tidak membawa perubahan perilaku seperti
yang diharapkan, anda dapat memberikan pilihan dengan konsekwensi negatif, misalnya:
“Kalau kamu tidak mau berubah, saya akan….. (berikan kemungkinan konsekwensinya
seperti: mencari petugas kebersihan dan minta Rani membayar, mencari teman sekamar
yang lain, atau pindah).
Berkata tidak
Ketrampilan untuk mengatakan 'tidak" adalah untuk menolak dengan jalan yang asertif,
berbeda dengan jalan agresif
Menjadi asertif berarti melindungi diri dengan mengurangi tugas yang tidak dapat kita
tangani dan kita menghormati orang lain dengan menolak secara sopan
Persiapan
Pahami bahwa anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai
macam informasi dan catatan perawat serta catatan medis tentang pasien.
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu dengan
orang yang kita tuju secara langsung
Mencari tempat yang tenang, meminimalkan distraksi, dan memberikan waktu yang
cukup dalam menyampaikan berita.
Menciptakan Hubungan
Percakapan awal
- Perkenalkan diri anda dan orang-orang yang bersama-sama dengan anda.
Jika disana terdapat orang yang belum diketahui oleh perawat, cari tahu siapakah
dia.
Kaji status resipien (orang yang anda tuju kabar buruk)
- Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya.
Anda perlu mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.
Berbagi Cerita
Bicara pelan dan gunakan kalimat yang jelas
Berikan peringatan awal. Anda bisa mengatakan, "Saya takut saya mempunyai kabar
yang kurang bagus bagi anda”
Berhenti sebentar dan perhatikan pasien.
Sampaikan berita yang akan perawat sampaikan. Kalimat hendaknya singkat dan hanya
beberapa kalimat pendek saja:
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri anda sebagai perawat
Seringkali perawat pun merasa berat hati dan merasa stress ketika menyampaikan kabar
buruk.
Oleh karena itu berbagi pengalaman dan perasaan kepada teman sejawat sangat
diperlukan dan bisa sebagai support system bagi perawat sendiri.
Berikan waktu bagi diri anda sendiri, berikan waktu untuk menenangkan diri anda sendiri
E. Prosedur
1. Mahasiswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang, satu orang bermain peran
sebagai seorang perawat, satu orang sebagai pasien atau keluarga pasien
2. Lakukan roleplay sesuai skenario
3. Dokumentasikan respons yang telah dilakukan saat berperan sebagai perawat
4. Tampilkan permainan peran tersebut di depan kelompok besar
FORMAT PENILAIAN KONFRONTASI
No Kegiatan Penilaian
Tidak Dilakukan Dilakukan
dilakukan Tak sempurna
(0) sempurna (2)
(1)
1 Tahap Pre-interaksi
Mengumpulkan data tentang klien
Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
Membuat rencana pertemuan dengan klien
2 Tahap Orientasi
Mengucapkan salam dengan tersenyum kepada klien dan keluarga
Mempersilahkan duduk/menempatkan diri
Memperkenalkan nama perawat
Menanyakan panggilan kesukaan klien
Membangun kepercayaan pasien
Memformulasikan kontrak dengan klien:
- Peran perawat dan Tanggung jawab perawat
- Tujuan
- Kerahasiaan
- Topik, Waktu dan Tempat
3 Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Melakukan teknik konfrontasi (clarify, articulate, request, encourage)
Mempertahankan sikap terbuka( kontak mata, rileks dan sentuhan
Mempertahankan kehangatan (tersenyum dan menggunakan mimic yang tepat)
Menunjukkan sikap empati
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan intonasi yang jelas
4 Tahap terminasi
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor
maupun afektif (menyimpulkan, memberikan feedback)
Memberikan reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut kegiatan dengan klien
Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
JUMLAH
Penguji,
_____________________
FORMAT PENILAIAN MENOLAK PERMINTAAN YANG SULIT
No Kegiatan Penilaian
Tidak Dilakukan Dilakukan
dilakukan Tak sempurna
(0) sempurna (2)
(1)
1 Tahap Pre-interaksi
Mengumpulkan data tentang klien
Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
Membuat rencana pertemuan dengan klien
2 Tahap Orientasi
Mengucapkan salam dengan tersenyum kepada klien dan keluarga
Mempersilahkan duduk/menempatkan diri
Memperkenalkan nama perawat
Menanyakan panggilan kesukaan klien
Membangun kepercayaan pasien
Memformulasikan kontrak dengan klien:
- Peran dan Tanggung jawab perawat
- Tujuan
- Kerahasiaan
- Topik, Waktu dan Tempat
3 Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Melakukan teknik MENOLAK PERMINTAAN SULIT
Mempertahankan sikap terbuka( kontak mata, rileks dan sentuhan
Mempertahankan kehangatan (tersenyum dan menggunakan mimic yang tepat)
Menunjukkan sikap empati
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan intonasi yang jelas
4 Tahap terminasi
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor
maupun afektif (menyimpulkan, memberikan feedback)
Memberikan reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut kegiatan dengan klien
Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
JUMLAH
_____________________
FORMAT PENILAIAN MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
No Kegiatan Penilaian
Tidak Dilakukan Dilakukan
dilakukan Tak sempurna
(0) sempurna (2)
(1)
1 Tahap Pre-interaksi
Mengumpulkan data tentang klien
Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
Membuat rencana pertemuan dengan klien
2 Tahap Orientasi
Mengucapkan salam dengan tersenyum kepada klien dan keluarga
Mempersilahkan duduk/menempatkan diri
Memperkenalkan nama perawat
Menanyakan panggilan kesukaan klien
Membangun kepercayaan pasien
Memformulasikan kontrak dengan klien:
- Peran dan Tanggung jawab perawat
- Tujuan
- Kerahasiaan
- Topik, Waktu dan Tempat
3 Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Melakukan teknik MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
Mempertahankan sikap terbuka( kontak mata, rileks dan sentuhan
Mempertahankan kehangatan (tersenyum dan menggunakan mimic yang tepat)
Menunjukkan sikap empati
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan intonasi yang jelas
4 Tahap terminasi
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor
maupun afektif (menyimpulkan, memberikan feedback)
Memberikan reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut kegiatan dengan klien
Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
JUMLAH
_____________________
SKILL LAB 3
KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN DAN KELUARGA
YANG MARAH-MARAH, KOMPLAIN DAN REWEL
Skenario:
1. Ners Sidik sedang mengganti balutan Tn. A. Ners Sidik merasa telah melakukan tindakan sebaik
mungkin. Akan tetapi, tiba-tiba Tn. A marah-marah dan mengganggap Ners Sidik mengganti
balutannya dengan kasar
2. Ny. A (30) tahun datang ke meja Anda saat anda sedang bertugas di poliklinik, Ny. A
menanyakan mengapa anaknya tidak dipanggil-panggil padahal mereka sudah menunggu lebih
dari 30 menit. Anda menjelaskan bahwa buku status anak Ny. A belum sampai ke poliklinik.
Beberapa saat kemudian Ny. A bertanya kembali sampai beberapa kali. Peragakan cara
menghadapi Ny. A
3. Ners Dita baru saja mendapat komplain dari keluarga Ny. Y (65 tahun) yang telah tiga hari
dirawat karena penurunan kesadaran. Hal ini terjadi pagi tadi saat keluarga Ny. Y mengetahui
bahwa di bagian punggung pasien mulai terdapat luka lecet akibat berbaring.
Pertanyaan :
Bagaimana prinsip-prinsip komunikasi terapeutik yang dapat diterapkan pada pasien dan keluarga
yang marah-marah, complain dan rewel ?
A. Pendahuluan
Perawat merupakan bagian dari pemberi layanan kesehatan yang setiap hari selalu berinteraksi
dengan pasien dan keluarganya. Tidak jarang perawat menghadapi situasi dimana pasien dan
atau keluarga menunjukkan perilaku marah kepada perawat, mengajukan komplain dan
menunjukkan perilaku rewel. Meskipun demikian, perawat harus tetap bersikap professional dan
menerapkan komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh terpancing oleh situasi yang dapat
memicu emosi. Oleh karena itu, perawat perlu mempelajari teknik komunikasi dalam menghadapi
situasi seperti itu
B. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu mendemonstrasikan sikap-sikap dan
teknik-teknik komunikasi terapeutik pada pasien dan keluarga yang marah-marah, complain dan
rewel dengan benar.
C. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu :
1. Memahami komunikasi terapeutik pada pasien dan keluarga yang marah-marah, komplain
dan rewel.
2. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan penerapan sikap terapeutik dalam berinteraksi pada
pasien dan keluarga yang marah-marah, komplain dan rewel
3. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan penggunaan teknik-teknik dalam komunikasi
terapeutik sesuai tahapan komunikasi terapeutik pada pasien dan keluarga yang marah-
marah, komplain dan rewel dengan benar.
D. LandasanTeori
Konsep komunikasi terapeutik pada pasien dan keluarga yang marah-marah
Pasien ataupun keluarga yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umumnya diliputi stress, rasa cemas, khawatir, takut, dan gelisah memikirkan kondisi
kesehatannya. Tak jarang hal ini memicu rasa marah, komplain dan rewel dari pasien dan
keluarganya. Marah adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan (Sarlito,
2010) atau perasaan negatif yang berkaitan dengan pikiran bermusuhan, meningkatnya respons
fisiologis dan perilaku maladaptif (APA, 2019). Komplain adalah bentuk ekspresi negatif yang
dihasilkan dari ketidak-sesuaian antara kenyataan dan keinginan pasien, sedangkan rewel
adalah tindakan atau ekspresi saat mereka ingin menyampaikan apa yang mereka inginkan
dengan banyak bicara atau sering bicara dan terkadang sampai mengganggu orang lain.
Beberapa alasan pasien atau keluarga menjadi marah, komplain dan rewel antara lain:
terlalu lama menunggu pelayanan baik di klinik maupun di IGD, ada kesalahan yang dilakukan
tim kesehatan, lambatnya mendapatkan diagnosa atau penanganan, mendengar kabar buruk,
harapan pasien atau keluarga tidak tercapai, adanya kesalahan pemahaman dalam komunikasi,
ketidakstabilan emosi, suasana hati pasien yang kurang baik, dan ketidakpuasan pasien.
Kemarahan adalah mekanisme untuk mengatasi perasaan takutnya. Konfrontasi dapat menjadi
teknik yang berguna untuk berbicara atau mewawancarai pasien
Pasien yang marah pada umumnya ingin didengarkan, dimengerti, dihormati, diberi
penjelasan dan mendapatkan permintaan maaf dan adanya tindakan untuk merespon penyebab
komplain atau kemarahan. Dapat disimpukan bahwa secara garis besar penyebab kemarahan,
komplain dan rewel adalah karena tidak terpenuhinya kebutuhanm gagasan dan pengharapan
pasien dan keluarganya. Oleh karena itu kunci utama dalam menangani kemarahan pasien
adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka.
Beberapa cara untuk menghadapi kemarahan pasien dan keluarga adalah mengenali
bahwa pasien marah, menyesuaikan komunikasi, memahami kemarahan, berespon terhadap
kemarahan, kenali hal-hal yang harus dihindari dan menguasai situasi sulit.
Bahasa Tubuh: lakukan postur tubuh yang professional namun santai, bila duduk : lengan dan
kaki tidak disilang dan kedua kaki di atas lantai, duduk bersandar di kursi untuk menunjukkan
rasa tidak terancan dan relaks
Berikan pertanyaan terbuka untuk mengidentifikasi apa focus dari kemarahan mereka:
Bisa anda ceritakan kepada saya?
Mengapa anda merasa seperti itu?
Apakah ada hal lain yang terjadi yang membuat anda menjadi marah?
Berespon terhadap kemarahan
1) Empati
Biarkan pasien melepas kemarahannya.
Dengarkan penjelasan tentang mengapa pasien/keluarganya tersebut marah.
- Demonstrasikan keterampilan mendengar aktif tive listening: – kontak mata,
mengangguk, respon non verbal seperti : oo… mmmm…
- Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien yang lelah,
gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll. Hal ini dapat membuat pasien merasa
didengar dan dihargai sehingga mampu meredam konflik dan aksi agresif.
- Biarkan pasien melepaskan semua keluh kesahnya kepada anda. Beri kesempatan
pasien untuk mengungkapkan segala yang dirasakan
- Hindari memutuskan pembicaraan pasien
Bersikap sabar, sehingga mampu mendengar dengan baik dan mampu mengontrol diri agar
tidak terpengaruh dan terintimindasi sikap dan prilaku pasien yang marah.
Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien (telepon, tamu
lain, dll).
Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita benar-benar
mendengarkan mereka.
Ketika anda menunjukkan empati, pasien akan dapat merasakan bahwa anda peduli dan
mendengarkannya. Hal ini akan membantu dalam membina hubungan saling percaya antara
anda dan pasien – berpotensi meredakan marahnya dan menciptakan sebuah lingkungan yang
aman untuk pasien dan keluarganya untuk berbicara secara terbuka.
Kenali keseriusan kesalahan yang dibuat dan legitimasi kemarahan pasien. Jika kesalahan
medis tersebut serius, jelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa ketika kesalahan itu terjadi
secara tidak sengaja, hal tersebut akan ditindaklanjuti dengan sangat serius dan laporan akan
dibuat untuk memastikan hal seperti itu tidak akan terulang kembali.
Jika tidak ada kesalahan yang dilakukan, hati-hati dalam cara anda meminta maaf. Jangan
justru membuat pasien menjadi menuduh anda melakukan sesuatu kesalahan. Anda dapat
meminta maaf dengan menyatakan bahwa terjadi hal yang kurang menguntungkan, seperti
:”Saya minta maaf membuat bapak menjadi sangat marah tentang semua yang telah terjadi.”
3) Berusaha menerima pendapat pasien
Dalam hal ini, bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah satu taktik
meredakan marahnya pasien, kita mencari poin dalam pernyataan pasien yang bisa kita
setujui. Misalnya, “Ya Bu, saya sependapat bahwa tidak seharusnya ada stok obat rumah sakit
yang kosong sehingga ibu harus beli di luar, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya dan
melaporkannya pada Ibu sesegera mungkin.”
E. Prosedur
1. Mahasiswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang, satu orang bermain peran
sebagai seorang perawat, satu orang sebagai pasien atau keluarga pasien
2. Lakukan roleplay sesuai skenario
3. Observer melakukan penilaian berdasarkan format.
4. Dokumentasikan respons yang telah dilakukan saat berperan sebagai perawat, dengan
mengacu pada teori.
5. Tampilkan permainan peran tersebut di depan kelompok besar
FORMAT PENILAIAN
KOMUNIKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA YANG MARAH, KOMPLAIN DAN REWEL
No Kegiatan Penilaian
Tidak Dilakukan Dilakukan
dilakukan Tak sempurna
(0) sempurna (2)
(1)
1 Mengucapkan salam dengan tersenyum kepada klien dan keluarga
2 Mempersilahkan duduk/menempatkan diri
3 Memperkenalkan nama perawat
4 Menanyakan panggilan kesukaan klien
5 Menanyakan keluhan/penyebab marah
6 Mendengarkan keluhan
7 Mengulang fakta yang diungkapkan pasien / keluarga
8 Menggunakan kalimat empati
9 Menyampaikan permintaan maaf (bila kesalahan dari pihak pelayanan)
10 Mengucapkan terima kasih
11 Mempertahankan sikap terbuka( kontak mata, rileks dan sentuhan
12 Menunjukkan sikap empati
13 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan intonasi yang jelas
JUMLAH
Total Nilai = Jumlah skor x 100 = Jumlah skor x 100 Pekanbaru, ________________
Skor Total 26
Penguji,
_____________________
DAFTAR REFERENSI
Bradley, J.C. & Enberg, M. (1990).Communication in the Nursing Centered. Norwalk : Appleton
Century-Crofts.
Collin, M. (1990). Communication in Health Care : the Human Connection in the Life Cycle, 2 nd ed. St.
Louis : The C.V. Mosby Company.
Frisch, N.C., & Frisch, L.E. (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. 3 th ed. Canada : Thomson Delmar
Learning
Fritz. P.A. and Russel, C.G. (1990). Interpersonal Communication in Nursing : an Interactinist Approach.
Norwalk : Appleton Century-Crofts.
Kozier. B., & Erb. (1993).Fundamental of nursing. (5th ed). California : Addison Wesley Publishing
Company
Potter, P.A., & Perry, A.G. (1997). Fundamental of nursing : concepts, process and practice. (4 thed).
Philadelphia : Mosby years Book Inc
Stuart, G,W,. (2013). Prinsip dan praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi Indonesia. (Budi Anna Keliat
& Jesika Pasaribu). Singapura : Elsevier
Stuart, G.W. &Laraia, M.T. (2005).Principles and practice of psychiatric nursing. (8 thed.). St.Louis : Mosby
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-Based
Practice. 6th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
SKILL LAB 4
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
DENGAN KLIEN, KELUARGA DAN KELOMPOK
SKENARIO
Ny Siyem 40 tahun, adalah isteri seorang buruh bangunan, ibu rumah tangga yang berasal dari
desa dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Sudah setahun ini Ny Siyem tinggal di
kota. Ny Siyem yang pada dasarnya sangat pendiam dan rendah diri, jadi makin sulit bergaul
dengan orang lain. Apabila berbicara tergagap- gagap, sulit merangkai kalimat dengan benar
dan berbicara dengan suara sangat pelan, ditambah lagi hanya mampu berbicara dengan bahasa
kampung. Ia tidak bisa berbahasa Indonesia. Setiap kali ke Puskesmas, Ny Siyem selalu diantar
suaminya. Suaminya yang akan mengurus administrasi dan menyampaikan keluhan pada
dokter. Suatu ketika Ny Siyem merasa ulu hatinya sangat perih disertai pusing dan mual-mual.
Suaminya tidak diperbolehkan ijin oleh mandor bangunan sehingga akan menyusul ke
Puskesmas nanti. Karena sudah tidak bisa menahan sakit, Ny Siyem pergi sendiri ke
Puskesmas. Dengan takut-takut, Ny Siyem memberanikan diri mendaftar di loket, kemudian
duduk menunggu antrian. Saat namanya dipanggil masuk keruang dokter, terlihat wajahnya
semakin pucat.
PERTANYAAN
Bagaimana cara berkomunikasi secara efektif antara perawat dengan Ny. Siyem dan suaminya
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
DENGAN KLIEN, KELUARGA DAN KELOMPOK
1. PENDAHULUAN
Seorang perawat profesional, di samping harus mampu mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi dalam keperawatan yang sedemikian cepat, juga harus mempunyai
keterampilan komunikasi yang baik. Keterampilan berkomunikasi merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu
hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya
sekedar senyuman. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi
melalui pesan yang melibatkan transmisi informasi dari satu orang ke orang lain (Groves,
2014), dan merupakan aspek paling penting serta harus dikuasai dalam praktek
perawatan kesehatan professional (Roberts et al., 2007). Seorang perawat mempunyai
peran penting dalam mengubah perilaku klien dan keluarga yang kurang baik bagi
kesehatan. Hal ini akan lebih mudah bila hubungan baik perawat dengan pasien dan
keluarga sudah terbina. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan,
berupa mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan kesehatan, menunjukkan
caring dan memberikan rasa nyaman. Dapat juga disimpulkan bahwa dalam
keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Tanpa
komunikasi yang baik, tenaga kesehatan tidak mampu mengetahui kebutuhan dan
keinginan klien, sehingga ketidaksesuaian pemenuhan hak pasien bisa saja terjadi serta
klien tidak mendapatkan pilihan atas tindakan yang dilakukan terhadapnya, sehingga akan
mengarah pada hasil kesehatan klien yang buruk (Skander et al., 2007).
Tujuan Pembelajaran
A. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum selama 2 x 60 menit, diharapkan mahasiswa akan
dapat mendemonstrasikan komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan
klien dan keluarga secara benar dan tepat.
B. Kompetensi Dasar
1) Mahasiswa dapat memahami konsep komunikasi efektif sesuai teori.
2) Mahasiswa dapat menerapkan komunikasi efektif kepada klien dan keluarga.
3) Mahasiswa dapat dapat mendemonstrasikan komunikasi efektif kepada klien dan
keluarga.
2. LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata “communicare” yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan dan “communis” yang berarti milik bersama. Komunikasi merupakan
proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993),
komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Modul ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang efektif. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam
kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan
dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Steward L. Tubs dan Sylvia Moss (2001) juga menambahkan bahwa tanda-tanda
komunikasi yang efektif memiliki tanda-tanda atau setidaknya menimbulkan, yaitu:
1) Saling pengertian
2) Memberikan kesenangan
3) Mempengaruhi sikap
4) Hubungan sosial yang semakin baik
5) Adanya tindakan
Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa, atau dilakukan tetapi salah
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna
SKILL LAB 5
ETIKA BERKOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
SKENARIO I
SKENARIO II
Siska adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Riau. Beberapa hari
yang lalu, ia telah mengirimkan surat izin untuk penyuluhan kepada siswa SMA
Negeri 9 Pekanbaru. saat ini ia sedang menelepon pihak sekolah tersebut untuk
melakukan follow up tentang surat yang telah dikirimkannya.
SKENARIO III
Roy telah melakukan pendaftaran untuk memperoleh beasiswa. Pada hari Senin, roy
menerima telepon dari lembaga yang memproses beasiswa yang diajukannya.
SKENARIO IV
Seorang mahasiswa A, siepend mata kuliah Keperawatan Jiwa ingin mengkonfirmasi
kepada dosen Mata ajar tersebut tentang pergantian jadwal perkuliahan, bahwa
Dosen B yang seharusnya masuk pukul 13.00 tidak bisa masuk. Mahasiswa
A menginginkan agar Dosen Koordinator menggantikan dosen B yang tidak masuk
tersebut. Bagaimana Mahasiswa tsb mengkomunikasikan kepada Dosennya dengan
menggunakan media elektronik (Handpone) dalam bentuk SMS/WA.
SKENARIO V
Anda berbicara dengan orang yang baru dikenal sambil duduk di terminal menunggu
keberangkatan bus kota yang akan anda tumpangi untuk pulang kampung.
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara melakukan komunikasi dengan menggunakan media telepon?
2. Bagaimana cara melakukan komunikasi dengan menggunakan media SMS/ WA?
3. Bagaimana cara melakukan komunikasi dengan menggunakan e-mail?
4. Bagaimana cara melakukan komunikasi secara langsung/ tatap muka?
ETIKA BERKOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat suatu sistem yang mengatur
tentang tata cara manusia bergaul, termasuk berkomunikasi. Tata cara
pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal dengan sebutan etika,
sopan santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain.Tata cara pergaulan
bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar
merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan
yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, membuat
komunikasi menjadi lebih mudah diperoleh melalui berbagai media inovasi.
Inovasi dalam media komunikasi sudah sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti penggunaan media sosial yang sudah mejadi kebutuhan
masyarakat secara global. Contoh inovasi media komunikasi adalah aplikasi
media sosial seperti facebook, instagram, email, twitter, dan jejaring sosial
lainnya. Melalui media inovasi tersebut membuat informasi apapun mudah
masuk ke dalam lingkungan kehidupan kita. Begitu mudahnya memperoleh
informasi, bahkan kita melupakan bagaimana memilih dan memilah informasi
yang sesuai.
Keberadaan media sosial memiliki dampak positif dan negatif. Dampak
positif yaitu memudahkan kita dalam berkomunikasi, berbagi informasi dengan
mudah dan cepat, dan memudahkan kita dalam berbisnis. Sebaliknya, dampak
negatifnya adalah kemampuan dalam berkomunikasi menjadi berkurang, tidak
ada aturan atau etika dalam jejaring sosial serta adanya kebebasan dalam
penggunaan media sosial dapat menyebabkan kemerosotan moral di
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan, pemahaman, dan cara
bersikap atau etika dalam berkomunikasi menggunakan media.
B. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan skill lab selama 2 x 60 menit diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan etika berkomunikasi dan berkomunikasi
dengan menggunakan media inovasi.
C. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan skill lab selama 2x60 menit diharapkan mahasiswa
dapat:
Contoh umum:
Selamat pagi Bapak/Ibu, mohon maaf mengganggu waktu Bapak/Ibu. Saya
Putri, mahasiswa Administrasi Negara angkatan 2015 yang saat ini sedang
menulis skripsi dan Bapak/Ibu sebagai pembimbingnya. Saat ini saya
membutuhkan tanda tangan Bapak/Ibu pada lembar pengesahan saya. Kapan
kiranya saya bisa menemui Bapak/Ibu? Terima kasih sebelumnya.
Berikut ini hal-hal yang harus dipahami ketika hendak mengirim e-mail secara
formal, yaitu
1. E-mail menggunakan nama, foto dan alamat email yang menunjukkan
identitas pengirim.
2. Tulis alamat e-mail yang akan dikirimkan dengan benar. Kesalahan
penulisan alamat e-mail menyebabkan pesan tidak terkirim.
3. Isi kolom ‘subjek’ dengan tepat. Kolom subjek dapat berisikan judul atau
topik tentang perihal email yang akan dikirimkan. Subjek harus ringkat, jelas,
dan mewakili isi email.
4. Isi badan email dengan menggunakan bahasa yang baik, benar, dan santun.
Hendaklah ditulis dengan singkat dan padat. Etika dalam menuliskan pesan
pada e-mail sama halnya dengan menulis surat. Perhatikan ukuran font dan
ukuran yang standar seperti Times New roman, Tahoma iatau Arial dengan
ukuran ukuran 12-15.
5. Gunakan salam pembuka yang tepat, seperti: “Assalamu’alaikum, dengan
hormat, yang terhormat, yang kami hormati, Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari”.
Untuk email resmi bahasa Inggris, gunakan salam pembuka yang biasa
digunakan seperti: “Dear Sir/ Madam, Dear Mr/Ms, To whom it may
concern”. Hindari penggunaan kata “halo, hai”.
6. Perkenalkan diri ketika mengirim email dan ucapan terima kasih ketika
membalas email.
F. Daftar Pustaka
1 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
2 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1
3 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2
4 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3
5 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
6 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
7 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1
8 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 1 Kel 2
JADWAL SKILL LAB
Lab Synchronous:
simulasi/role play mengenai
ekpresi emosi nonverbal
melalui GMeet/Zoom
SL Jumat/19 13.00-15.00 A2020.1 Skill Lab 2: Komunikasi Asynchronous: Menonton
2 Maret 2021 dalam menghadapi situasi: video skill lab & diskusi
10.00-12.00 A2020.2 1. Klien yang marah – kelompok melalui GCR TIM
marah,
2. Klien yang komplain, Lab Synchronous:
3. Klien yang rewel. simulasi/role play mengenai
komunikasi disituasi klien
marah-marah, komplain dan
rewel melalui GMeet/ Zoom
SL Senin Senin/22 08.00-10.00 A2020.1 Skill Lab 3: Komunikasi Asynchronous: Menonton TIM
3 Maret 2021 dalam menghadapi situasi: video skill lab & diskusi
10.00-12.00 A2020.2 1. Melakukan konfrontasi, kelompok melalui GCR
2. Menolak permintaan
10.00-12.00 A2020.2 yang sulit, Lab Synchronous:
3. Menyampaikan berita simulasi/role play mengenai
10.00-12.00 A2020.2 yang buruk. komunikasi pada situasi
melakukan konfrontasi,
menolak permintaan yang sulit
10.00-12.00 A2020.2 dan menyampaikan berita
buruk melalui GMeet/Zoom
SL Jumat/16 April 13.00-15.00 A2020.1 Skill Lab 4: Komunikasi Asynchronous: Menonton TIM
4 2021 efektif dalam hubungan video skill lab & diskusi
10.00-12.00 A2020.2 interpersonal dengan klien, kelompok melalui GCR
keluarga, dan kelompok
10.00-12.00 A2020.2 Lab Synchronous:
simulasi/role play komunikasi
dalam hubungan interpersonal
dengan klien, keluarga, &
kelompok melalui
GMeet/Zoom.
SL Jumat/23 April 13.00-15.00 A2020.1 Skill Lab 5: Etika Asynchronous: Menonton TIM
5 2021 berkomunikasi dan video skill lab & diskusi
10.00-12.00 A2020.2 komunikasi dengan kelompok melalui GCR
menggunakan berbagai
media Lab Synchronous:
simulasi/role play komunikasi
dengan menggunakan berbagai
media melalui GMeet/Zoom
DAFTAR REFERENSI