Anda di halaman 1dari 2

4.

A Sejarah dan Tokoh Aliran Ahlusunnah Wal Jamaah

Ahlusunnah berasal dari kata ahlun yang berarti penganut, sunnah berarti hadist dan al-
jamaah yang berarti kemufakatan para sahabat nabi. Jadi, ahlusunnah wal jamaah pada awalnya
mempunyai arti sekelompok orang islam yang mempunyai keyakinan sama dengan ahli hadist,
yang hal itu telah menjadi kemufakatan para sahabat nabi. Terutama keyakinan tentang
kodimnya kalamullah. Kemudian pengertian ini dalam perkembangannya mempunyai arti para
pengikut sunnah nabi Muhammad SAW, dan jamaah berarti sahabat nabi. Jadi ahlusunnah
waljamaah mengandung arti para penganut sunnah (ittikad) nabi dan (ijma') para sahabat beliau.
Dalam bidang akidah mengikuti imam al- asy'ari dan atau imam Al maturidi, sedangkan dalam
bidang fikih mengikuti dari salah satu empat madzhab Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i
dan Imam Hambali.

Akar perkembangan Ahlusunnah wal Jama’ah adalah sebagai aliran atau paham
keagamaan dapat dilacak dari fenomena kemunculan berbagai firqah (golongan) di kalangan
umat islam pada khulafaur rosyidin. Lahirnya firqah-firqah tersebut berawal dari latar belakang
politik setelah wafatnya Nabi Muhammad. Aliran ahlusunnah wal jamaah muncul sebagai reaksi
terhadap banyaknya penyimpangan dari doktrin firqoh- firqoh sebelumnya. Pengkondifikasian
aliran ini setelah munculnya aliran asyariyah dan maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran
ajaran muktazilah.

Sejarah munculnya paham ahlussunah wal jamaah adalah dimulai pada masa
pemerintahan Abasiyyah yang dimana secara khusus terjadi pada masa pemerintahan Al-
Makmun (pada tahun 198-218 H/813-833 M), Al-Muktasih (pada tahun 218-228 H/833-842 M)
dan masa Al-Watsiq (pada tahun 228-233 H/842-847 M). Yang menjadikan Muktazilah sebagai
sebuah paham yang dianggap resmi dan kemudian disahkan serta dilindungi oleh pemerintahan
yang berlangsung pada masa tersebut. Guna untuk dapat melakukan penyebaran dari paham
Muktazilah Kholifah Al-Maknum kemudian melakukan sebuah bentuk pemaksaan dimana
dilakukan pada seluruh jajaran dari pemerintah dan juga seluruh masyarkat Islam. Kemudian
Ulama tersebut yang tidak memiliki keinginan untuk mengikuti paham tersebut akan menjadi
korban daripada penganiyayaan dan juga akan dipenjarakan. Sebagaimana contoh Imam
hambali, Muhaimin Bin Nuh yang kemudian tidak ingin mengakui bahwa Al-Quran merupakan
sebuah makhluk yang dimana diyakini oleh Muktalizah.

Para ulama beserta masyarakat Islam yang menentang paham Muktazilah bersatu dan
bersikap tegas mempertahankan keyakinan/aqidah ahlussunnah wal jamaah adalah paham yang
benar. Banyaknya keresahan dan penentangan masyarakat terhadap pemerintah Abasiyyah, maka
pada masa pemerintahan Al Mutawakkil (233-247 H/874-861 M) menjabat sebagai kholifah
Abasiyyah menggantikan kloifah Al Watsiq, menyadari dukungan terhadap pemerintahanya
semakin sebagai akibat dari peristiwa Mihnatul Quran, maka pada tahun 856 M pemerintah Al
Mutawakkil membatalkan aliran/paham Muktazilah sebagai paham resmi Negara dan
pemerintah. Dari penentangan atau perlawanan tersebut kemudian muncul ulama Islam Syekh
Abu Hasan Al Asyari (935 M) yang membawa ajaran ajaran yang mudah diterima masyarakat
bersifat sederhana tetapi sejalan dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Syekh Abu Hasan AL
Asyari pada mulanya adalah penikut paham Muktazilah, tetapi setelah mengetahui lewat mimpi
bahwa paham Muktazilah di sebut oleh Rasulullah Muhammad sebagai paham yang salah/sesat
maka dia meninggalkan ajaran itu dan membentuk aliran sendiri yaitu aliran ahlusunnah wal
jamaah.
Tokoh utama yang juga merupakan pendiri madzhab ini adalah abu alhasan al asy'ari dan
abu mansyur al maturidi. Dua tokoh sunni ini kemudian mengembangkan ajaran mereka menjadi
doktrin penting dalam aliran sunni yakni aliran asy'ariyah dan aliran maturidiyah. Sebagai aliran
yang sezaman, keduanya termasuk adalah aliran ahlussunah. Terkait kepemimpinan para
khalifah setelah nabi SAW. Sesuai urutan historis yang telah terjadi, keduanya memiliki
pandangan serupa. Juga tak ada perbedaan dalam pandangan mereka terhadap para penguasa
bani Umayyah dan bani Abbasiyah. Dalam semua sisi masalah imamah pun mereka saling
sepakat. Keduanya juga sepaham bahwa allah bisa dilihat tanpa kaif (cara), had (batas), qiyam
(berdiri), wa qu'ud (duduk) dan hal hal sejenisnya.1

Adapun beberapa tokoh - tokoh dalam aliran Ahlusunnah wal Jamaah antara lain :2

1. Imam abu abdillah sufyan bin said bin masruq ast tsauri (wafat : 161 H.)
aqidah dan madzhab sunnahnya telah dinampakan dan “diimlakan” pada abu sholeh syuaib
bin harb al baghdadi (wafat : 197 H)
2. Imam Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah Al-Hilali
beliau telah membeberkan aqidah – aqidahnya ketika ditanya soal itu, sebagaimana telah
diriwayatkan oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq ats-tsaqof (wafat : 236 H.)
3. Imam Abu Amr Abdurrohman bin Amr Al – Auza’i.
Imam daerah syam yang telah menampakan aqidah – aqidahnya pada saat bid’ah telah
merebak. Hal ini telah diriwayatkan oleh ibrohim bin muhammad bin abdilah bin ishaq al –
fazari (wafat : 250 H.)
4. Imam Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya al-Buwaithi al-Mishri. Murid Imam Syafi’I (wafat ;
232 H),
telah menampakkan aqidah “keqadiman al-Qur’an” pada saat terjadi fitnah kubro  dari
kekhalifahan al-Ma’mun
5. Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hambal.
telah menampakkan aqidahnya, mengajak umat menetapinya, serta tabah menghadapi
siksaan demi memegang “al-Qur’an Qadim”.

1
Mahbub, Muhammad, “Sejarah Berdirinya Ahlusunnah Waljamaah.” Diakses melalui
https://www.kompasiana.com/muhammad96849/5babccbac112fe7899711c85/sejarah-berdirinya-ahlusunnah-
waljamaah-aswaja-sunni pada 04/06/2021 pukul 09:40 WIB.
2
Arif, “Tokoh – Tokoh Ulama’ Ahlussunnah Dan Aqidah-Aqidahnya.” Diakses melalui http://ahlussunah-wal-
jamaah.blogspot.com/2011/06/tokoh-tokoh-ulama-ahlussunnah-dan.html pada 04/06/2021 pukul 09:43 WIB.

Anda mungkin juga menyukai