PENDAHULUAN
Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perorangan, badan-badan
usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga
pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
Perbankan merupakan sektor yang sangat vital dan memiliki peran yang sangat
penting dalam perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan perekonomian. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang
sehat dan kuat penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter. Di samping itu,
perbankan merupakan alat yang sangat vital dalam menyelenggarkan transaksi
pembayaran baik nasional maupun internasional.
Bisnis perbankan merupakan bisnis yang penuh risiko, di samping menjanjikan
keuntungan yang besar jika di kelola secara baik dan hati-hati. Dikatakan sebagai bisnis
penuh risiko karena aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana titipan
masyarakat, baik dalam bentuk tabungan giro maupun deposito. Besarnya peran yang
diperhatikan oleh sektor perbankan, bukan berarti membuka peluang sebebas-
bebasnya bagi siapa saja untuk mendirikan, mengelola ataupun menjalankan bisnis
perbankan tanpa di dukung dengan aturan perbankan yang baik dan sehat. Pemerintah
melalui otoritas keuangan dan perbankan berwenang menetapkan aturan dan
bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha dan aktivitas
perbankan. Oleh karenanya, kebijakan pemerintah disektor perbankan harus di arahkan
pada upaya mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Hal ini mengingat
kebijakan di bidang perbankan ini tidak lagi semata-mata memegang peranan penting
dalam pengembangan infrasturktur keuangan dalam rangka mengatasi kesenjangan
antara tabungan dan investasi, tetapi juga berperan penting dalam memelihara
kestabilan ekonomi makro melalui keterkaitannya dengan efektivitas kebijakan
moneter.
Apabila kita melihat kondisi perbankan pada era 1997-1998 yang mengalami krisis
moneter, pada pertengahan tahun 1997 krisis moneter semakin melebar menjadi krisis
perbankan. Masyarakat heboh dengan terjadinya 16 bank yang dilikuidasi. Mereka
khawatir apakah uang mereka dapat dikembalikan secara utuh atau tidak, maklum
selaku nasabah tidak mengerti apa yang mesti diperbuat. Kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan nasional memudar. banyak dana yang hengkang dari bank–bank
lokal berpindah ke bank asing, bahkan tidak sedikit yang di bawa ke luar negeri.
Dampak selanjutnya dari keadaan tersebut akan dapat mengancam perekonomian
dan sistem perbankan nasional. Kepercayaan masyarakat akan goyah terhadap bank
atas perlindungan nasabah ketika terjadi likuidasi bank tersebut.
Apabila bank mengalami kesulitan likuiditas, kemungkinan besar terjadi efek yang
menular khususnya apabila suatu bank di-rush, yaitu dananya diambil secara besar-
besarnya oleh nasabahnya karena tidak adanya jaminan perlindungan hukum terhadap
nasabah.
1
Kemauan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank semata-mata dilandasi
oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada waktunya dan
disertai imbalan bunga. Berdasarkan data-data yang diperoleh menunjukan, baik di
Indonesia maupun di Negara-negara lain bahwa ada beberapa bank yang mengalami
kesulitan dan terpaksa ditutup sehingga merugikan masyarakat, karena sebagian atau
seluruh dananya tidak dapat diperoleh kembali.
Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional,
pemerintah mengeluarkan jaminan kewajiban pembayaran bank umum atau dikenal
dengan blanket guarantee yang merupakan financial safety net dengan keputusan
presiden Nomor 26 Tahun 1998 dan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (Pasal 37). Atas
dasar tersebut, penulis mencoba meneliti tentang perlindungan nasabah terhadap
likuidasi bank yang dituangkan dalam makalah yang berjudul “Perlindungan Hukum
Nasabah Terhadap Likuidasi Bank”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
uang, mengawasi peredaran mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan uang
atau benda-benda berharga, dan membiayai usaha-usaha perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa bank adalah suatu
lembaga keuangan sebagai tempat penitipan atau pe-nyimpanan uang, penyalur atau
perantara kredit, pencipta uang giral, dan pemberi jasa dalam lalu lintas pembayaran
serta sebagai pengedar uang.
Sejarah bank
Usaha perbankan itu sendiri dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman
Yunani Kuno dan Romawi. Kegiatannya semula hanya sebatas kegiatan menukarkan
uang, yang pada saat itu hanya dilakukan antarkerajaan. Kemudian dalam
perkembangan selanjutnya, kegiatan perbankan berkembang menjadi tempat penitipan
uang dan tempat peminjaman uang. Bank-bank yang sudah terkenal saat itu
adalah Bank Venesia di Benua Eropa tahun 1171, kemudian menyusul Bank of
Genos dan Bank of Barcelona tahun 1320.
Perbankan di Indonesia berkembang sejak zaman Belanda. Lembaga bank kali
pertama didirikan di Batavia pada tanggal 10 Oktober 1827 yang bernama De Javasche
Bank. Tujuan didirikannya lembaga perbankan ini adalah untuk meningkatkan
perekonomian orang-orang Belanda yang berada di Indonesia. Seiring
perkembangan De Javasche Bank, bermunculan bank-bank yang dikelola oleh swasta,
seperti bank Escomto,Rotterdamsche Bank, Nederland Handelsbank, dan Internatio.
Bank-bank tersebut bertujuan untuk membantu membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Pada tahun 1896, seorang penduduk pribumi yaitu patih dari Purwokerto yang
bernama R. Aria Wirya Atmaja mendirikan bank yang diberi nama Bank Penolong dan
Tabungan (Hulp en Spaar Bank). Tujuan didirikannya bank tersebut adalah untuk
membantu para anggotanya agar terhindar dari para rentenir dan tengkulak yang sering
memeras.
Bank Penolong dan Tabungan ternyata berkembang sangat pesat. Akhirnya oleh
pemerintah Belanda, Bank Penolong dikembangkan lagi dan diberi nama Hulp Spaar en
Hanbow Credit Bank dan selanjutnya namanya diganti menjadi Algemene Volks Credit
Bank. Kemudian, namanya berubah lagi menjadi Bank Rakyat Indonesia. Begitu juga De
Javasche Bank, setelah Indonesia merdeka namanya diganti menjadi Bank Indonesia
(1951).
Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang
lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang
ada di zaman awal kemerdekaan, antara lain:
1. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi
BNI 1946.
2. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dari DE ALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko.
3. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo.
4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
6. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta.
7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
8. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.
4
2.2 Pengertian Perbankan
Pertama : Untuk tujuan moneter, pengaturan perbankan diarahkan untuk tujuan moneter,
ditujukan untuk mendorong stabilitas moneter di Indonesia. Hal ini mengingat masih
dominannya perbankan sebagai sumber pembiayaan investasi.
Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai berikut:
5
apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur
pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
Pengertian bank secara umum ialah suatu badan usaha yang mempunyai wewenang
serta fungsi menghimpun dana dari masyarakat umum dalam bentuk simpanan lalu
kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
sebagai rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank terdiri dari berbagai macam golongan yang dibagi berdasarkan kegiatan
usahanya, bentuk badan hukumnya, pendirian dan kepemilikannya, serta target pasarnya
Namun, setelah undang-undang tersebut berlaku maka jenis bank yang diakui secara
resmi hanya terdiri dari dua jenis yakni, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Selain itu, jenis-jenis bank juga dapat dibedakan dari fungsi dan kepemilikan bank
tersebut. Dilihat dari segi fungsi, perbedaannya terletak pada luasnya aktivitas atau jumlah
produk yang ditawarkan serta seberapa luas jangkauan wilayah operasinya.
1. Bank Sentral
Ialah bank yang didirikan berdasarkan UU No.13 Tahun 1968 yang mempunyai tugas
sebagai berikut:
Bank sentral hanya ada satu yang mana dijadikan sebagai pusat dari seluruh bank yang
terdapat di Indonesia. Contoh bank sentral ialah Bank Indonesia dengan alamat situs
resminya.
6
Tugas Bank Sentral
2. Bank Umum
Ialah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai macam layanan produk serta
jasa kepada masyarakat misalnya menghimpun dana dari masyarakat secara langsung,
memberikan kredit pinjaman, jual beli valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, serta
menerima penitipan barang berharga dan lain-lain.
Ialah bank penunjang yang mempunyai keterbatasan wilayah operasional dan dana
yang dipunyai berikut layanan yang juga terbatas.
BPR juga memberikan kredit kepada masyarakat namun dalam jumlah yang terbatas,
menerima simpanan masyarakat baik dalam bentuk tabungan, sertifikat Bank Indonesia,
deposito berjangka, atau sertifikat deposito, dll.
Tugas BPR
Sama dengan tugas bank umum hanya saja berbeda pada ruang lingkup wilayah
operasinya saja.
Ialah bank yang mana akta pendiriannya serta modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh laba perusahaan bank tersebut dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya
ialah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri.
7
Selain itu, ada juga bank milik pemerintah daerah yang berlokasi di daerah tingkat I
dan tingkat II di masing-masing provinsi.
Contoh bank pemda ini ialah Bank Kalsel yang mana merupakan milik dari
pemerintah daerah Kalimantan Selatan, dll.
Ialah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dipunyai oleh swasta
nasional. Akte pendirian menunjukan kepemilikan oleh swasta begitupun dengan
pembagian laba yang teruntuk pihak swasta yang bersangkutan.
Contoh bank ini antara lain: Bank Muamalat, BCA, Bank Danamon, Bank Niaga, Bank
Bumi Putra dan lain sebagainya.
Ialah bank yang kepemilikan sahan-sahamnya dipunyai oleh badan hukum koperasi.
Contohnya ialah Bank Umum Koperasi Indonesia.
Ialah bank yang kepemilikan sahamnya bercampur antara pihak asing dan pihak
swasta nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Contoh bank ini ialah Sumitono Niaga Bank, Bank Sakura Swadarma, Inter Pacific
Bank, Ing Bank, dan lain-lain.
Ialah bank yang kepemilikannya dipunyai oleh pihak luar negeri. Bank ini umumnya
merupakan cabang dari bank tertentu dari luar negeri baik milik swasta asing ataupun
pemerintah asing. Contoh bank ini ialah ABN AMRO Bank, City Bank, dan lain-lain.
1. Bank Devisa
Yakni bank yang mampu melaksakan transaksi ke luar negeri atau secara umum
kegiatan apapun yang berhubungan dengan mata uang asing.
Misalnya, melakukan transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, traveller cheque,
pembukaan atau pembayaran Letter of Credit serta aktivitas lainnya.
8
Persyaratan suatu bank memiliki status sebagai bank devisa ditentukan oleh Bank
Indonesia.
2. Bank Non-Devisa
Yakni bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan kegiatan transaksi
layaknya bank devisa. Jadi, bank non-devisa hanya melakukan kegiatan transaksi hanya
dalam batas-batas wilayah negara yang terbatas.
1. Bank Konvensional
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “konvensional” berarti “menurut apa
yang sudah menjadi kebiasaan”.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “konvensional” berarti
“berdasarkan kesepakata umum” seperti adat, kelaziman, atau kebiasaan.Jadi berdasarkan
pengertian tersebut, maka bank konvensional ialah bank yang dalam kegiatan
operasionalnya menerapkan metode bunga. Contoh bank konvensional ialah bank umum
dan BPR.Sebab metode bunga sudah ada terlebih dahulu serta sudah menjadi kebiasaan
dan telah digunakan secara luas dibanding metode lain seperti metode bagi hasil.
Bank konvensional umumnya beroperasi dengan menawarkan berbagai macam produk atau
jasa seperti
1. Untuk menghimpun dana antara lain tabungan, simpanan giro, simpanan deposito;
2. Untuk menyalurkan kembali dana yang terhimpun dengan memberikan kredit baik
kredit investasi, kredit modal kerja, maupun kredit konsumtif.
3. Melayani jasa keuangan antara lain, inkaso, kliring, LoC serta jasa lainnya seperti jual
beli surat berhara, wali amanat, penjamin emisi, perdagangan efek, atau bank draft.
Dana yang diperoleh oleh bank konvensinal bisa didapat dari pihak luar seperti misalnya dari
nasabah berupa rekening giro, deposit on call, saham, obligasi, sertifikat deposito, atau dana
transfer.
Sumber-sumber di atas merupakan sumber pendapatan bank yang paling besar yang mana
kemudia dialokasi sebagai cadangan primer, cadangan sekunder, untuk kredit atau investasi.
2. Bank Syariah
Yaitu bank yang dalam kegiatan operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dalam Islam terutama mengenai tata cara bermuamalah.
9
Sejak tahun 1990-an, bank syariah mulai muncul di Indonesia. Salah satu pemrakarsa
dari pendirian bank syariah sendiri ialah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yakni pada
tanggal 18-20 Agustus 1990.
Keadilan mengacu pada hubungan yang ikhlas tanpa kecurangan serta dengan persetujuan
yang matang.
Kegiatan bank syariah dalam segi penentuan harga sangat jauh berbeda dengan
bank konvensional.
Penentuan harga oleh bank syariah berdasarkan pada kesepakatan bank dengan
nasabah penyimpan dana sesuai dengan jangka waktu dan jenis simpanan.
Dari kedua hal tersebut itulah yang kemudian mempengaruhi besar kecilnya porsi
bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah penyimpan dana.
Prinsip-prinsip muamalah yang berlaku pada bank syariah secara umum ialah sebagai
berikut:
Bank sebagai suatu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam berbagai
bentuknya, sudah tentu membutuhkan persyaratan dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
10
Untuk maksud tersebut dalam Undang-Undang Perbankan telah sedemikian rupa
diatur diatur mengenai perizinan untuk menjalankan bank sebagaimana ditentukan dalam
pasal 16 Ayat (1), (2), dan (3) yaitu :
“Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank
Pekreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri.”
11
usaha, pihak yang mendapat persetujuan prinsip tidak diperkenankan untuk melakukan
kegiatan usaha apapun di bidang perbankan.
Penjelasan secara rinci untuk pendirian bank umum dijabarkan dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor : 11/1/PBI/2009 Tentang Bank Umum, yaitu:
Pasal 4
(1) Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Gubernur Bank
Indonesia.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam 2 (dua) tahap:
a. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian Bank; dan
b. Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha Bank setelah persiapan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a selesai dilakukan.
Pasal 5
Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan paling kurang sebesar
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah).
Pasal 6
(1) Bank hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; atau
b.warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
dan/atau badan hukum asing secara kemitraan.
(2) Kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling banyak sebesar 99% (sembilan puluh sembilan
persen) dari modal disetor Bank.
12
1. Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar badan
hukum yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang
2. Data kepemilikan berupa: daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing
masing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/perusahaan daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi.
3. Daftar susunan Dewan Komisaris dan Direksi
4. Rencana dan susunan organisasi
5. Rencana kerja untuk tahun pertama, yang memuat: hasil penelaahan mengenai
peluang pasar, dan potensi ekonomi; rencana kegiatan usaha yg mencakup
penghimpunan dan penyaluran dana serta langkah-langkah kegiatan yg akan
dilakukan dalam mewujudkan rencana tersebut; rencana kebutuhan pegawai; dan
proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan serta proyeksi neraca dan perhitungan
laba rugi
6. Bukti pelunasan modal sekurang kurangnya sebesar 30% dalam bentuk fotokopi
bilyet deposito pada Bank Umum di Indonesia dan atas nama Direksi Bank Indonesia
salah seorang calan pemilik BPR yang bersangkutan.
7. Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang
berbentuk hukum koperasi, bahwa pelunasan modal disetor tidak berasal dari
pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak
lain di Indonesia atau tidak berasal dari kegiatan yang melanggar hukum.
Hal-hal yang diuraikan diatas merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi oleh
pemohon dalam rangka permohonannya untuk memperoleh izin prinsip, dan BI
berkewajiban untuk menangani permohonan tersebut apabila kelengkapan persyaratan dari
pemohon telah dipenuhi. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak dokumen
permohonan diterima secara lengkap dituntut harus memberikan pernyataan atas
permohonan persetujuan prinsip tersebut baik disetujui maupun ditolak.
Sedangkan untuk memperoleh izin usaha BPR, maka permohonan yang diajukan oleh
si pemohon harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 9 Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tentang BPR, yaitu:
1. Akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar badan hukum yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang
13
2. Data kepemilikan berupa: daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya
masing-masing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi.
3. Daftar susunan Dewan Komisaris dan Direksi
4. Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja termasuk susunan personalia
5. Bukti pelunasan modal disetor dalam bentuk fotokopi bilyet deposito
6. Bukti kesiapan operasional antara lain berupa: daftar aktiva tetap dan inventaris;
bukti penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan dan atau perjanjian sewa
menyewa gedung kantor; foto gedung kantor dan tata letak ruangan; contoh
formulir/warkat yang akan digunakan untuk operasional bank; NPWP dan Tanda
Daftar Perusahaan
7. Surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi, bahwa pelunasan modal tersebut tidak berasal dari pinjaman atau
fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain di
Indonesia, juga tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
8. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota dewan komisaris sebagai
anggota dewan komisaris pada lebih dari tiga bank lain atau sebagai anggota direksi
pada bank umum
9. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota direksi sebagai anggota
komisaris, direksi atau pejabat eksekutif lainnya pada lembaga perbankan,
perusahaan, atau lembaga lain
10. Surat pernyataan dari anggota dewan komisaris dan anggota direksi bahwa yang
bersangkutan tidak bersedia menjadi direksi selama sekurang-kurangnya 3 tahun
sejak BPR beroperasi dan tidak akan mengundurkan diri, kecuali mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari BI
11. Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
hubungan keluarga dengan anggota direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang
tua termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan
suami istri, juga dengan dewan komisaris dalam hubungan sebagai orangtua, anak
dan suami istri.
14
PENCABUTAN IZIN USAHA DAN LIKUIDASI BANK
Pencabutan izin usaha suatu bank merupakan tindakan yang amat menyakitkan guna
mengeluarkan suatu bank yang sedang dalam kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya dan tidak dapat dilaksanakan lagi, yang harus di keluarkan dari sistem perbankan
(exit policy).[5]
Sesuai dengan kewenangan yang di berikan kepada Bank Indonesia secara
atribusi,bank indonesia dapat mencabut usaha suatu bank yang mengalami kesulitan yang
membahayakan sistem perbankan.Pencabutan izin usaha suatu bank oleh bank indonesia
merupakan tindakan trakhir bila kesulitan yang dihadapi bank yang bersangkutan tidak
dapat di atasi lagi.
Ketentuan dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menetapkan dua
alasan hukum yang memungkinkan suatu bank dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia,
yaitu :
a) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank membahayakan
sistem perbankan; atau
b) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya dan tindakan untuk mengatasinya belum
cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh bank.
Berdasarkan salah satu alasan hukum tersebut, Bank Indonesia dapat mencabut izin
usaha suatu bank dan kemudian memerintahkan direksi bank yang dicabut izin usahanya
tersebut untuk segera membubarkan badan hukum dan melikuidasi bank yang
bersangkutan.
Likuidasi bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan ijin usaha bank.
Likuidasi bank dilakukan dengan cara:
1. Pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitur, diikuti dengan
pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan atau
penagihan tersebut; atau
2. Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang disetujui oleh BI.
Likuidasi bank adalah merupakan tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban
bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Jadi,
likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum
15
bank, tetapi berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu
bank yang dicabut izin usahanya.[6]
Sebagai akibat dari likuidasi terhadap bank nasional swasta terdapat pihak yang
menderita atau dirugikan yaitu :[7]
1. Nasabah Deposan
Uang simpanan deposan dalam berbagai bentuk seperti giro, tabungan,deposito, dan
lain lain terancam keselamatannya. Ketika bank – bank tersebut dilikuidasi, pemerintah (BI)
mengumumkan bahwa deposan hanya diperbolehkan mengambil simpanannya paling
banyak Rp.20 juta, sedangkan sisanya menunggu pemberitahuan lebih lanjut (menunggu
ketentuan dari tim likuidasi bank yang akan dibentuk).
2. Nasabah Kredit
Sebagian dari nasabah kredit ini sudah menandatangani perjanjian kerja kredit (PK)
namun sebelum seluruh pinjamannya dicairkan atau ditarik oleh nasabah. Hal ini
disebabkan oleh adanya klausul dalam PK pencairan nasabah kredit dilakukan secara
bertahap, disesuaikan dengan proyek yang dibiayai kredit bank.
Adapun calon dari Tim Likuidasi wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan Bank
Indonesia. Kemudian pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 menyatakan
bahwa apabila Rapat Umum pemegang saham tidak dapat diselenggarakan dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pencabutan izin usaha, atau dapat
diselenggarakan namun tidak berhasil memutuskan pembubaran badan hukum bank dan
pembentukan Tim Likuidasi, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada Pengadilan untuk
mengeluarkan penetapan yang berisi :
Berikut beberapa yang menjadi tugas atau kewajiban dari Tim Likuidasi di antaranya
adalah :
1. Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan di Panitera Pengadilan Negeri yang
meliputi tempat kedudukan bank yang bersangkutan mengenai pembubaran badan
16
hukum bank dan pembubaran badan hukum ini diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia dan 2 (dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas
dan diberitahukan kepada instansi yang berwenang dalam jangka waktu 7 (tujuh)
hari terhitung sejak tanggal pembentukan Tim Likuidasi;
2. Melakukan kepengurusan bank;
3. Melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban bank dalam likuidasi serta
bertanggung jawab terhadap kekayaan bank tersebut;
4. Melakukan likuidasi aset melalui pencairan harta dan atau penagihan piutang
kepada para debitur;
5. Membuat perencanaan serta melakukan pembayaran ataupun pemenuhan
kewajiban bank kepada kreditur maupun pihak ketiga lainnya dari hasil pencairan
dan atau penagihan piutang bank tersebut;
6. Meminta akuntan publik independen untuk melakukan audit atas neraca penutupan
pertanggal pencabutan izin usaha yang belum diaudit;
7. Menyusun neraca verifikasi;
8. Melakukan pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain apabila
disetujui oleh Bank Indonesia;
9. Menyusun Neraca Akhir Likuidasi;
10. Membagikan sisa harta kepada para pemegang saham;
Status hukum badan yang dilikuidasi hapus sejak tanggal pengumuman berakhirnya
likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana hal ini di atur pada Pasal 21
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999. Mengacu pada ketentuan ini, maka status
hukum dari BDL adalah masih tetap berbadan hukum hingga berakhirnya likuidasi. Namun
meskipun masih berbadan hukum, akan tetapi BDL sudah tidak dapat lagi menjalankan
kegiatan usahanya sebagai bank.
18
1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuksimpanan dan investasi,
antara lain : Giro berdasarkan pinsip wadi’ah,Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan
atau mudharabah, Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
2. Menyalurkan dana melalui: Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi: murabahah,
istishna, salam;
3. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain: mudharabah,musyarakah;
4. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain: ijarah, ijarah muntahiya bittamlik;
5. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh
6. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain: wakalah,
hawalah, kafalah, rahn;
7. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri suratsuratberharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan Prinsip
Syariah; 102 BANK BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT
8. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah
dan/atau BI;
9. Menerbitkan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;
10. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan Prinsip
Syariah;
11. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
12. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-suratberharga berdasarkan
prinsip wadi’ah yad amanah;
13. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah;
14. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan PrinsipSyariah;
15. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan Prinsip Syariah;
16. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan Prinsip Syariah;
17. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
18. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh Bank
Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
19. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf;
20. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang
keuangan berdasarkan Prinsip Syariah seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan;
21. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan Prinsip Syariah untuk
mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia;
dan Ketentuan Perbankan Saat Ini 103
22. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip
Syariah sesuai ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
23. Bank Syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai penerima dana
sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah dan
menyalurkannya sesuai Syariah atas nama Bank atau lembaga amil zakat yang
ditunjuk oleh pemerintah.
19
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain
20
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur
yang antara lain diperoleh dari penilaian seksama terhatap watak, kemampuan, modal,
agunan dan prospek usaha nasabah debitur.
3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit.
4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan
persyaratan kredit.
5. Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berbeda kepada
Nasabah Debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi.
6. Penyelesaian sengketa.
Pada prinsipnya, ketentuan-ketentuan pokok tersebut tidak hanya memberikan pedoman
atau landasan bagi bank sebagai kreditur untuk menerapkan prinsip kehati-hatian,
melainkan juga dapat digunakan sebagai pegangan bagi para nasabah debitur dalam
memperoleh fasilitas kredit dari bank.
1. Bentuk Hukum
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dewasa ini tumbuh dengan sangat
pesat. Walaupun jumlah bank, jumlah kantor cabang dan jumlah asset bank syariah masih
sangat kecil jika di bandingkan dengan bank konvensional. Banyak faktor yang akan
mempengaruhi percepatan perbankan syariah di masa yang akan datang, salah satu faktor
yang sangat penting ialah faktor hukum, karena kelancaran suatu lembaga dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya ialah ketika memiliki perlindungan hukum.
21
Lahirnya UU Perbankan Syariah ini kemudian di respon oleh banyak kalangan yang
setelah sekian lama menanti UU perbankan syariah ini. UU perbankan syariah akan
memberikan payung hukum bagi perbankan syariah yang berarti akan makin menguatkan
eksistensi perbankan syariah dan memberikan kepastian hukum bagi operasional
kelembagaan bank syariah beserta para pihak yang melakukan transaksi syariah, sehingga di
harapkan dengan disahkannya UU perbankan syariah ini akan timbul kepercayaan dari calon
nasabah atau investor dalam menjalin hubungan bisnis (muamalah).
Dalam Bab 1 pasal 1 UU No.21 tahun 2008 disebutkan bahwa perbankan syariah ialah
segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit-unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
Selain dalam Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan Syariah, perbankan
syariah juga memiliki peraturan yang di muat dalam Peraturan bank Indonesia yang
selanjutnya disebut (PBI) yang dikeluarkan oleh Bank indonesia. Disebutkan dalam tahun
2008 Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa PBI khususnya yang berkaitan dengan
Bank Syariah, UUS dan BPR Syariah. Diantara PBI yang telah di keluarkan Bank Indonesia
tahun 2008 ialah sebagai berikut :
1. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/17/PBI/2008 Tentang Produk Bank Syariah
Dan Unit Usaha Syariah.
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/18/PBI/2008 Tentang Restruktruisasi
Pembiayaan Bagi Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/23/PBI/2008 Tentang Giro Wajib Minimum
Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
4. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/24/PBI/2008 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/pbi/2006 Tentang Penilaian Aktifa
Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
5. Peraturan Bank Indonesia nomor : 10/16/2008 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah
Selain Peraturan bank Indonesia, terdapat peraturan lain yang di keluarkan oleh Bank
Indonesia yakni Surat Edaran bank Indonesia. Beberapa surat Edaran bank indonesia yang
telah di keluarkan di tahun 2008 khususnya yang berkaitan dan mengikat Bank Syariah ialah
sebagai berikut :
1. Surat Edaran No. 10/14/DPbs tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa
Bank Syariah
22
2. Surat Edaran No. 10/35/DPbs tahun 2008 Tentang Restrukturisasi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia
3. Surat Edaran No. 10/36/DPbs tahun 2008 Atas Perubahan Surat Edaran No.
8/22/DPbs tahun 2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktifa Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prisnip Syariah.
4. Surat Edaran No. 10/31/DPbs tahun 2008 Produk Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah
3. Rahasia Bank
Hubungan antara bank dengan nasabahnya tidaklah sebatas hubungan kontraktual
biasa, tapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak
membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika di tentukan oleh
perundang-undangan yang berlaku.[5]
Menurut pasal 1 angka 14 Undang-undang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan
rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya serta nasabah investor dan investasinya.
Dari pengertian yang diberikan pasal 1 angka 14 dan pasal lainnya, dapat di tarik unsur-
unsur dari rahasia bank itu sendiri antara lain:
23
2. Pihak yang memberikan jasanya kepada Bank Syariah atau UUS,
antara lain Dewan Pengawas Syariah, Akuntan Publik , Penilai, dan
konsultan hukum; dan/atau,
3. Pihak yang menurut penilaian bank Indonesia turut serta
memengaruhi pengelolaan bank syariah atau UUS, baik langsung maupun
tidak langsung, antara lain pengendali bank, pemegang saham dan
keluargannya, keluarga komisaris dan keluarga direksi.
Norma yang memberikan dasar bagi keabsahan norma lainnya disebut sebagainorma
yang lebih tinggi. Pencarian keabsahan terus ditarik dari norma yang lebih tinggi, sampai
dengan norma akhir tertinggi yang tidak dapat dipertanyakan lagi. Norma tertinggi inilah
yang disebut sebagai norma dasar (grundnorm), dan dalam konteks Indonesia, Norma Dasar
tersebut adalah Undang-undang Dasar 1945. Kita dapat juga mengelaborasi pendapat dari
H.L.A. Hart yang membagi hukum kedalam 2 bentuk. Pertama, primary rule, yaitu aturan
yang membebankan kewajiban dan penegakannya tergantung pada penerimaan mayoritas
masyarakat. Dan kedua, secondary rule, yaitu aturan-aturan yang memberikan kekuasaan.
24
dasar yang berlaku. Apabila suatu norma yang telah disahkan ternyata bertentangan dengan
norma dasar, maka melalui rules of change,norma itu dapat dicabut dan dapat diganti
dengan yang baru. Di Indonesia, hal ini dapat diajukan dengan judicial review melalui
Mahkamah Konstitusi. Dapat disimpulkan bahwa apabila berbagai undang-undang yang
mengatur kewenangan yang sama dari berbagai badan, maka semua undang-undang
tersebut akan dapat diuji keabsahan dan validitasnya sesuai dengan norma dasar yang
berlaku. Dalam hal ini, pengaturan sektor keuangan misalnya, dilihat dari norma dasar, Bank
Indonesia memiliki kekuatan yang sangat kuat dibandingkan dengan badan-badan lain
seperti Bapepam-LK,Lembaga Penjaminan Simpanan, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
maupun badan yang direncanakan untuk dibentuk, seperti Komite Stabilitas
Keuangan(KSSK).
25
(2) mengatur dan menjaga kelancaran sistempembayaran,
Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran Pasal 8b UU BI
menetapkan bahwa tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
yang efisien cepat dan aman merupakan salah satu tugas Bank Indonesia. Dalam
melaksanakan tugas tersebut Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakans istem
pembayaran baik yang berkaitan dengan alat pembayaran maupun kelembagaan.
Dilihat dariaspek alat pembayaran, Bank Indonesia berwenang mengatur
pembayaran baik tunai maupun non tunai. Dalam hal alat pembayaran tunai,
wewenang Bank Indonesia berupa pengeluaran dan pengedaran uang rupiah,
termasuk penarikannya dari peredaran dan pemusnahannya. Dalam pengaturan alat
pembayaran non tunai BI mengatur sistem kliring dan menyelenggarakan kliring
antar bank serta melakukan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank
(settlement) dalam mata uang rupiah dan valuta asing. Penyelenggaraan kliring antar
bank baik dalam mata uang rupiah dan valuta asing serta pelaksanaan settlement
dalam valuta asing dapat dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan
persetujuan Bank Indonesia. Khusus untuk settlement dalam mata uang rupiah
hanya dilakukan oleh Bank Indonesia mengingat Bank Indonesia mempunyai
haktunggal dalam mengeluarkan dan mengedarkan sertauntuk mempermudah bagi
Bank Indonesia dalam memonitor saldo rekening bank terutama untukkeperluan
pengendalian moneter. Bank Indonesia juga berwenang memberikan persetujuan
atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dan mewajibkan penyelenggara jasa
sistem pembayaran menyampaikan laporan tentang kegiatannya.
(3) mengatur dan mengawasibank
Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank Pasal 8c UU BI menetapkan bahwa
pengaturan dan pengawasan bank merupakan salahsatu tugas Bank Indonesia.
Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank. Bank Indonesia berwenang
menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip-prinsip kehati-
hatian,serta ketentuan di bidang perizinan bank. Pentingnya pengawasan bank dan
pengawasan sistem pembayaran bagi BI dalam mencapai tujuannya menjaga
stabilitas nilai rupiah paling tidak karenatiga hal. Pertama, dalam menjalankan tugas
pengawasan bank, BI memperoleh data dan informasi tentang sistem perbankan dan
juga informasi tentang lembaga keuangan yang melakukan hubungan usaha dengan
bank. Dengan informasi ini maka BI mendapatkan informasi yang berharga tentang
kecenderungan dan perkembangan terkinipasar keuangan. Pengetahuan tentang
sistem perbankan dan perkembangan pasar keuangan bersama-sama dengan
pengetahuan yang diperoleh dari menjalankan tugas pengawasan sistem
pembayaran dan kebijakan meneter menjadikan BI memiliki pengatahuan yang luas
dan mendalam tentang perkembangan pasar keuangan dan lembaga keuangan.
Pengatahuan ini sangat diperlukan oleh BI dalam menetapkan kebijakan moneter.
Pengalaman membuktikan bahwa informasi yang diperoleh daritugas pengawasan
sangat berguna bagi penetapan kebijakan moneter terutama dalam masa krisis
26
keuangan. Kedua, dalam mengawasi sistempembayaran BI memerlukan informasi
tentangkondisi bank. Pada saat industri perbankan mengalami kesulitan likuiditas, BI
memerlukan informasi yang siap pakai sehingga secara mandiri dapat melakukan
penilaian terhadap kemampuan industri perbankan menghadapi situasi kekurangan
likuiditas. Kemampuan melakukan penilaian yang mandiri diperlukan agar BI dapat
menyediakan likuiditas secara efisien dan berisiko rendah. Misalnya, BI harus
mengetahui kualitas agunan yang dimiliki bank sebelum memberikan fasilitas
pendanaan jangka pendek kepada bank yang memerlukan tambahan likuiditas
tersebut.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perorangan, badan-badan
usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga
pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
Perbankan merupakan sektor yang sangat vital dan memiliki peran yang sangat
penting dalam perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan perekonomian. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang
sehat dan kuat penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter. Di samping itu,
perbankan merupakan alat yang sangat vital dalam menyelenggarkan transaksi
pembayaran baik nasional maupun internasional.
Bisnis perbankan merupakan bisnis yang penuh risiko, di samping menjanjikan
keuntungan yang besar jika di kelola secara baik dan hati-hati. Dikatakan sebagai bisnis
penuh risiko karena aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana titipan
masyarakat, baik dalam bentuk tabungan giro maupun deposito. Besarnya peran yang
diperhatikan oleh sektor perbankan, bukan berarti membuka peluang sebebas-
bebasnya bagi siapa saja untuk mendirikan, mengelola ataupun menjalankan bisnis
perbankan tanpa di dukung dengan aturan perbankan yang baik dan sehat. Pemerintah
melalui otoritas keuangan dan perbankan berwenang menetapkan aturan dan
bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha dan aktivitas
perbankan. Oleh karenanya, kebijakan pemerintah disektor perbankan harus di arahkan
pada upaya mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Hal ini mengingat
kebijakan di bidang perbankan ini tidak lagi semata-mata memegang peranan penting
dalam pengembangan infrasturktur keuangan dalam rangka mengatasi kesenjangan
antara tabungan dan investasi, tetapi juga berperan penting dalam memelihara
kestabilan ekonomi makro melalui keterkaitannya dengan efektivitas kebijakan
moneter.
3.2 Saran
Di zaman yang sudah modern, telah ada lembaga yang disediakan untuk
tempat dimana kita bisa menyimpan uang. Kita bisa menggunakan bank sebagai
tempat kepercayaan kita menyimpan uang yang dimiliki. Dan kita juga harus
waspada terhadap peredaran uang palsu yang terjadi belakangan ini. Maka berhari-
hari dalam mekakukan transaksi uang.
DAFTAR PUSTAKA
28
Asikin Zainal, “Pengantar Hukum Perbankan Indonesia”, Jakarta : Rajawali Pers, 2016.
29