A. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian
(Munir, 2015). Definisi stroke menurut World Health Organization adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak baik fokal maupun global, dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler (Munir, 2015).
Definisi lain dari Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah kebagian otak. Dua jenis stroke
yang utama adalah ischemic dan hemorraghic. (Black & Hawks, 2014).
Dari beberapa pengertian stroke menurut ahli diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
suatu penyakit atau gangguan pada sistem neurologis yang terjadi akibat kurangnya suplai
oksigen ke otak secara mendadak dapat terjadi karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah ke otak yang dapat menimbulkan gejala-gejala bahkan menyebabkan kematian.
B. Etiologi
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau
sensasi (Muttaqin, arif 2011).
B. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Manifestasi klinis stroke menurut Misbach & Jusuf (2011) antara lain:
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama).
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
4. Defisit Verbal
5. Defisit Kognitif
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
b. Labilitas emosional
d. Depresi
e. Menarik diri
g. Perasaan isolasi
C. Patofisiologi
daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses
Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri,
darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah
akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
(TIA) yang serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah
iskemia otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
1. Stroke Iskemik
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan aterom
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian
dapat robek.
maka area sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami
untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik
alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan
2001).
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20%
paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi
dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke
melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi
saat pertama kali pecah, serta mengiritasi selaput otak (Misbach, jusuf 2011).
D. Penatalaksanaan
- Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas Pasang jalur
infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan
memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat
memperhebat edema otak
- Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan
trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa protrombin, dan
masa tromboplastin parsial
- Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan
skrining toksikologi
- CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia (Muttaqin, arif 2011).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- Kolestrol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT/SGPT/CPK dan profil
lipid (trigliserid, LDL-HDL serta total lipid)
- Waktu protrombin
- APTT
- Kadar fibrinogen
- D-dinner
- INR
- Viskositas plasma
2. Foto thorax
3. Angigrafi seberal
4. Lumbar fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukan
adanya hemoragi pada subaraknoid atau pendarahan pada intracranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah
biasanya dijumpai pada pendarahan yang massif, sedangkan pendarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
5. CT scan
7. USG Doppler
8. EEG
Pemeriksaan ini berturunan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan otak.
F. Komplikasi
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan intergritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin
penurunan vesikositas ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran
darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan
persarafan.