Anda di halaman 1dari 2

Keluhan Utama

Marah-marah
RPS
Autoanamnesis
Pasien datang ke IGD RSJD tanggal 3 Desember 2020 diantar oleh kepala dusun,
petugas puskesmas dan aparat kepolisian. Saat itu pasien dibujuk oleh petugas sebagai salah
satu yang beruntung menerima vaksin Covid 19. Saat dianamnesis di bangsal pasien duduk
diam dan matanya tampak selalu fokus jika melihat sesuatu. Pasien berperawakan gempal
dan nampak seperti seotang pria umur 40 tahun. Pasien berpakaian seragam pasien RSJD.
Saat ditanya pasien kooperetatif terhadap pemeriksa. Suara pasien terdengar tegas tetapi
terdengar kurang keras. Pasien nampak murung dan tidak banyak bicara. Wajah pasien
terlihat serius dan memperhatikan saat diajak bicara. Konsentrasi pasien bagus terhadap
pemeriksa. Daya ingat bagus untuk ingatan segera, jangka pendek dan jangka panjang.
Saat diwawancara pasien merasa dibohongi oleh petugas yang mengantar ke RSJD.
Pasien berkata harusnye segera mendapat vaksin Covid 19 saat tiba di RSJD tetapi ternyata
tidak. Pasien merasa selalu ditipu dan dibohongi. Pasien berkata selalu curiga dengan sopir
ambulance salah satu RS. Pasien mengatakan bahwa identitasnya dikloning oleh sopir
tersebut untuk mendaftar kerja. Bukan hanya identitas saja yang dikloning oleh orang lain,
tetapi juga rekening bank juga merasa dipakai orang lain. Pasien bercerita pernah disuatu
tempat namanya dipanggil tetapi yang datang atau orang yang datang bukan pasien, tetapi
orang lain. Pasien merasa ada pihak intelegen yang pernah menculik dirinya dan identitasnya
dikloning.
Pasien saat diwawancarai saat ini sedang mengambil gelar S3 atau doktor. Pasien
mengaku sebagai polisi. Pasien mengatakan masuk Akpol tahun 2001 dan pernah menjadi
kapolres jakarta utara pada 2005 dan kemudian pernah menjadi kapolres di solo juga.
Kemudian pada tahun 2015 mengambil gelar doktoral. Pasien merasa sehat dan merasa
rumah sakit bukan tempat yang tepat untuknya. Pasien mengatakan sudah menikah dan
mempunyai 2 anak. Anak pertama kelahiran tahun 2001 dan sedang masuk kepolisian dan
anak kedua lahir 2004 dan sekarang sedang SMA.

Alloanamnesis
Alloanamnesis dilakukan kepada kepala dusun tempat pasien tinggal lewat
sambungan telpon. Pengantar mengatakan alasan pasien dirawat adalah pasien meresahkan
warga sekitar. Pengantar mengatakan saat pasien melihat suatu bangunan yang masih
dibangun atau belum selesai, pasien seperti merasa bangunan itu miliknya. Kemudian saat
pasien datang ke bangunan tersebut, pasien membawa senjata tajam seperti sabit atau golok.
Pengantar mengatakan bahwa pasien sudah 3 kali dibawa ke RSJD. Pasien berpendidikan
terakhir SMK. Pasien merupakan siswa yang pintar saat bersekolah. Sehingga saat lulus
sekolah SMK pasien bekerja di ASTRA Jakarta.
Pengantar menuturkan bahwa pasien saat bekerja di jakarta selalu mengirim uang
gajiannya untuk orang rumah. Pengantar bercerita pasien berpesan kepada keluarga untuk
membuatkan rumah untuk dirinya. Tetapi setelah sekitar 6 tahun bekerja di jakarta dan
pulang kampung ke karanganyar, rumahnya belum dibangun serta uang yang dikirim ke
rumah tidak tau kemana habisnya. Pasien saat itu akan menikah dengan calon istri.
Berhubung uang yang dikirim habis dan biaya untuk menikah juga tidak ada maka
pernikahan yang direncanakan gagal dan setelah itu pasien mulai muncul gejala-gejala
depresi, seperti diam saja dirumah dan senang menyendiri.

Anda mungkin juga menyukai