Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI PADA KLIEN

CA. SERVIKS DI RUANG EDELWIS RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Dosen Pembimbing :

Siswari Yuniarti, SST., S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :

Wieke Sharah Febrianti


(P27820119096)

Tingkat II Reguler B

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI PADA KLIEN
CA. SERVIKS DI RUANG EDELWIS DR. SOETOMO SURABAYA

OLEH:
WIEKE SHARAH FEBRIANTI
P27820119096

II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSOETOMO SURABAYA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN CA. SERVIKS DI RUANG EDELWIS

RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

A. DEFINISI

Menurut Notodiharjo (2002) kanker serviks adalah tumor ganas


primer yang berasal dari sel epitel skuamosa akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya.

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuomosa. kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks
atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim dan liang
seggama (vagina). (Notodiharjo 2002 dalam Ria Riksani & reiMediaservis
2016).

B. ETIOLOGI

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun beberapa faktor


resiko dan predisposisi yang menonjol menurut Imam (2010) antara lain:
Human Papiloma Virus (HPV) yaitu virus penyebab kutil genetalia
(Kondiloma Akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. HPV
merupakan virus yang berukuran sangat kecil dan bisa menular lewat
bagian vagina yang mengalami perlukaan, penularan terjadi saat
melakukan hubungan seksual. Infeksi virus herpes (HSV-2) dan virus
papiloma atau virus kondiloma akuminata.

Beberapa faktor resiko seperti:

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda melakukan


hubungan seksual semakin besar mendapatkan kanker serviks;
2. Berganti - ganti pasangan seksual

Hubungan seksual usia muda (dibawah 18 tahun), berganti-ganti


pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks;

3. Wanita yang sering partus.

Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko


mendapat karsinoma serviks.

4. Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti


pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks
ini.

5. Pemakaian pil KB dalam jangka panjang lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relative 1,53.

C. KLASIFIKASI

Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai


berikut:

1. Mikroskopis

a. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal


epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis
hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

b. Stadium karsinoma insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel


epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks,
peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

c. Stadium karsionoma mikroinvasif. Pada karksinoma mikroinvasif,


disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel
tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

d. Stadium karsinoma invasive

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel


menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.

e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks


Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.

Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan


tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang


lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

2. Markroskopis

a. Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.

b. Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum.

c. Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.


d. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah
berdarah.

D. PATOFISIOLOGI

Menurut Andrijono (2011) perjalanan penyakit kanker serviks


didahului dengan infeksi HPV onkogenik (Virus HPV ganas) yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker prakanker dan berkembang
lagi menjadi sel kanker. Untuk menjadi sel kanker dan menjadi kanker
serviks dibutuhkan waktu yang tidak singkat, setidaknya butuh waktu yang
lama tetapi tidak menutup kemungkinan bisa berlangsung dalam waktu
kurang dari setahun. Dysplasia kanker atau kondisi prakanker adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan awal dari sel
abnormal dalam serviks yang bisa berkembang menjadi kanker.

E. MANIFESTASI KLINIS

Tahap awal Perdarahan atau bercak pada vagina yang tidak dapat
dijelaskan, sifatnya bisa intermenstruasi atau perdarahan kontak, kadang-
kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis
intraservikal perdarahan terjadi lambat. Biasanya menyerupai air, kadang -
kadang timbulnya sebelum ada perdarahan; Perdarahan pasca coitus,
keluar cairan dari vagina: Berair, purulen atau mucoid; Perdarahan paska
koitus.

Tahap lanjut ditandai perdarahan, keputihan dan berbau; Nyeri pelvis,


iritasi, vulvitis; Gejala perkemihan, kebocoran urin atau feses dari vagina;
Anoreksia dan penurunan berat badan.

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan disesuaikan dengan tahapan keparahan atau stadium kanker.

a. Tahapan lesi prakanker


Lesi prakanker adalah kelainan sel serviks (NIS/CIN) yang
kelainan berupa perubahan inti sel sebelum inti sel menjadi inti sel
kanker. Lesi prakanker bisa juga diartikan sebagai kelainan sel
sebelum terjadinya kanker. Berdasarkan derajat lesi prakanker dibagi
menjadi dua jenis yaitu, LSIL (Low Squamous Intraephitelial Lesi) lesi
prakanker derajat rendah, HSIL (High Squamous Intraephitelial Lesi)
lesi prakanker derajat tinggi. Pada lesi prakanker derajat rendah pada
umumnya tidak memerlukan pengobatan atau terapi, sedangkan pada
lesi prakanker derajat tinggi harus mendapatkan terapi secara intensif.

b. Tahapan kanker serviks

Penanganan terhadap kanker bergantung pada stadiumnya. Jenis


pengobatan yang biasa dilakukan untuk penanganan kanker serviks
adalah operasi, kemoterapi, radiasi atau kombinasi dari ketiganya.
Berkembangnya teknologi kesehatan, sudah dikembangkan pula terapi
lain yang bisa dilakukan untuk pasien kanker serviks seperti
imunoterapi dan gen terapi.

Tahapan terapi untuk masing-masing stadium sebagai berikut:

1. Stadium 0 terapi/ penanganannya adalah menganut terapi lesi


prakanker konisasi, elektrocautery. Untuk mereka yang sudah
berusia tua dilakukan sampel histerektomi.

2. Stadium I terapi/ penanganannya adalah histerektomi. Jika pasien


masih menginginkan kesuburan, maka konisasi (biopsy kerucut)
bisa dipilih sebagai opsi terapi.

3. Stadium II terapi/ penangannnya adalah kemoradiasi. Kemoradiasi


adalah radiasi luar dan pemberian obat selama radiasi luar.
Kemoradiasi dengan operasi histerektomi radikal dan
limfadenektomi pelvis.

4. Stadium III terapi penanganannya adalah kemoradiasi dengan


eksterasi, dapat dipertimbangkan pada stadium IV jika tidak
meluas sampai dinding panggul, terutama jika ada rektovaginal
fistula dan vesiko vaginal.

5. Stadium IV terapi penanganannya adalah dengan residif lokal


sesudah radioterapi. Terapi local dengan radiasi untuk mengurangi
gejala seperti nyeri karena metastasis tulang, pembesaran kelenjar
getah bening dan supraklavikula.
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DEFISIT NUTRISI

A. DEFINISI

Defisit nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam


memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak
memadai atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan
(Barbara, Glenora, Audrey, & Shirlee J, 2011). Defisit nutrisi adalah
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal)
atau penurunan berat badan akibat kedidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009). Menurut
Wilkinson & Ahern (2015) defisit nutrisi yaitu asupan nutrisi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan defisit nutrisi adalah suatu
keadaan yang diakibatkan karena adanya gangguan dalam penyerapan
makanan sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan.

B. ETIOLOGI

Menurut Hidayat (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi defisit nutrisi


adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat


mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan nutrisi.

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa makanan yang bergizi tinggi dapat


mempengaruhi kebutuhan nutrisi seseorang.
c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan


tertentu juga dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi.

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat


mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.

e. Ekonomi

Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan kebutuhan nutrisi


karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya dibandingkan dengan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.

C. GEJALA DAN TANDA

1. Gejala dan Tanda Mayor

a. Subjektif

(tidak tersedia)

b. Objektif

1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.

2. Gejala dan Tanda Minor

a. Subjektif

1) Cepat kenyang setelah makan

2) Kram / nyeri abdomen

3) Nafsu makan menurun


b. Objektif

1) Bising usus hiperaktif

2) Otot pengunyah lemah

3) Otot menelan lemah

4) Membran mukosa pucat

5) Sariawan

6) Serum albumin turun

7) Rambut rontok berlebihan

8) Diare

D. MANIFESTASI KLINIS

Kondisi terkait yang dapat mengalami gangguan mobilitas fisik,


yaitu stroke, parkinson, mobius syndrome, cerebral palsy, cleft lip, cleft
palate, amyotropic lateral sclerosis.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. PENGKAJIAN

I. Identitas Pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status


perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.

II. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan


seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium


awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti
keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul.
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat


kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang
paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh
kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga
yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).

III. POLA – POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala :

a) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.

b) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam


hari.

c) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,


ansietas dan keringat malam.

d) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen


lingkungan dan tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).

2. Integritas ego

Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari


pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis
dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).

3. Eliminasi

Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis,


misalnya nyeri (Mitayani, 2009).

4. Makan dan minum

Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,


adiktif, bahan pengawet (Mitayani, 2009).
5. Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).

6. Nyeri dan kenyamanan

Gejala: adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya


ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit (Mitayani, 2009).

7. Keamanan

Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen.

Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2009).

8. Seksualitas

Perubahan pola seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),


perdarahan sehabis senggama (Mitayani, 2009).

9. Integritas sosial

Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan


lingkungan, perasaan acuh (Mitayani, 2009).

V. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

1. Kepala

Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami


rambut rontok dan mudah tercabut

2. Wajah

Konjungtiva anemis akibat perdarahan.

3. Leher

Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.


4. Abdomen

Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat


tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).

5. Ekstermitas

Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).

6. Genetalia

Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,


keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner, 2013). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.

VI. Diagnosa

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan ditandai dengan nafsu makan menurun.

VII. Intervensi

Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan ditandai dengan nafsu makan menurun.

Tujuan: Agar dalam waktu 1 x 24 jam terdapat defisit nutrisi dapat


meningkat, dengan

Kriteria hasil:

1) Nafsu makan meningkat

2) Porsi makan habis

3) BB meningkat

Intervensi:

1) Kaji masukan makanan dan cairan yang disediakan


2) Anjurkan porsi makan kecil tapi sering

3) Jelaskan pada pasien tentang kebutuhan nutrisi

4) Intruksikan keluarga untuk membantu pasien meningkatkan asupan


makanan

VIII. Implementasi

Implementasi merupakan suatu serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien mendapatkan status kesehatan
yang lebih baik sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

IX. Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana


tentang kesehatan dengan kriteria hasil. Evaluasi hasil meliputi :

1. Masalah belum teratasi

2. Masalah teratasi sebagian

3. Masalah teratasi

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI PADA KLIEN


CA. SERVIKS DI RUANG EDELWIS DR. SOETOMO SURABAYA
NAMA MAHASISWA : WIEKE SHARAH FEBRIANTI
NIM : P27820119096
RUANGAN : EDELWIS
NO. REG : 09985711

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2021 pasien masuk rumah sakit pada
tanggal 9 Mei 2021 pada pukul 14.00 WIB dengan nomor register 09985711
dengan diagnosa medis susp. kanker serviks.

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. I

Usia : 37 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Swasa

Alamat : Gunungsari, Surabaya

II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pendarahan tidak berhenti selama kurang lebih 1 tahun

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang datang dari UGD lalu dipindahkan ke ruangan VK pada


tanggal 7 Mei 2018 pada pukul 14.00 pasien dengan keluhan
pendarahan tidak berhenti selama kurang lebih 1 tahunan. Pasien ganti
pembalut sehari 10x/ hari saat pertama kali datang ke rumah sakit
pasien merasa kolik pada perut bagian bawah sebelah kanan, pasien
tampak sakit sedang

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Selama kurang lebih 2 tahun, siklus haid sebelum terjadi pendarahan


teratur, biasanya haid 5 - 7 hari dengan jumlah banyak, berwarna
merah merah segar, ganti pembalut 3 – 5 kali sehari, saat haid biasanya
mengalami nyeri yang sangat hebat seperti melilit, pasien belum
mengalami menopause. Keluhan lainnya sudah kurang lebih 1 tahun
ini pendarahan tidak berenti-berenti dan dalam jumlah yang sangat
banyak.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita


penyakit yang sama.

e. Riwayat Obstetri

Melahirkan 3 kali dan tidak pernah abortus dengan jumlah anak hidup
3. Anak pertama sekarang berumur 12 tahun lahir pada usia kehamilan
40 minggu jenis kelamin laki-laki, persalinan normal dengan berat
2600 gram panjang badan 48 cm. Anak kedua berumur 10 tahun lahir
pada usia kehamilan 38 minggu, jenis kelamin perempuan. Persalinan
normal dengan berat lahir 2850 gram, panjang badan 46 cm. Anak
ketiga sekarang berumur 7 tahun lahir pada usia kehamilan 39 minggu
dengan jenis kelamin perempuan. Persalinan normal dengan berat lahir
2650 gram dan panjang badan 47 cm.

III. Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola Persepsi dan manajemen kesehatan

Persepsi pasien terhadap penyakit yang dipikirkan saat ini adalah pasien
mengatakan masih bersyukur diberikan kehidupan kedua, harapan yang
dijalani perawatan/ pengobatan adalah ingin cepat sembuh agar bisa
beraktivitas seperti semula, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit
adalah pasien mengatakan memikirkan kondisi anak-anaknya dirumah.

2. Pola Nutrisi

SMRS: Frekuensi makan 3 kali sehari, tidak menyukai ikan, ayam, dan
daging, alergi makanan laut, jika memakan makanan laut merasa gatal-
gatal.

MRS: Pasien tidak terlalu sering konsumsi makanan cepat saji.

3. Pola Eliminasi

Eliminasi BAB dengan frekuensi rutin 1 x/hari, konsistensi padat, warna


coklat, tidak ada keluhan. Frekuensi BAK 7 x/hari warna kuning jernih,
bau khas, tidak ada keluhan. Personal Hygiene Frekuensi mandi pasien
2x/hari, oral hygiene 2x/hari, genetalia pasien mengalami perdarahan
kurang lebih 2 tahun, tidak pernah menggunakan antiseptik pembersih
untuk area vagina, pasien juga tidak ada keluhan di area genetalianya.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Aktivitas dan latihan: bekerja di PLN bagian pemeriksaaan kWh, waktu


bekerja pagi dan sore hari, tidak pernah olahraga, tidak memiliki keluhan
pada saat sedang beraktivitas.

5. Pola Istirahat dan tidur

Istirahat dan Tidur Biasa hanya 91 tidur 3-4 jam saja/hari, tidak pernah
tidur siang, tidak memiliki kebiasaaan sebelum tidur, keluhan saat tidur
adalah sering terbangun di malam hari.

6. Pola persepsi kognitif


Sebelum dan sesudah sakit pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan
pendengaran normal, pengelihatan normal, persepsi sensorik baik.

7. Pola persepsi dan konsep diri

Sebelum dan sesudah sakit tidak ada gangguan konsep diri

8. Pola peran dan hubungan

SMRS: klien berperan sebagai ibu dan istri dari suami dan anaknya, juga
bekerja sebagai karyawan swata.

MRS: Klien dirawat di RS, tidak dapat berperan sebagai ibu dan istri.

9. Pola reproduksi dan seksual

Pasien menikah umur 20 tahun dan memiliki 3 orang anak

SMRS: pasien melakukan hubungan suami istri 2x/minggu

MRS: pasien tidak pernah melakukan hubungan suami istri

10. Pola koping dan toleransi

SMRS: jika ada maalah, pasien membicarakanya dengan suami untuk


menyelesaikan secara bersama

MRS: pasien berfikir, jika penyakitnya akan tumbih dan berkembang lagi

11. Pola Nilai dan Kepercayaan

Kepercayaan yang dilakukan saat ini berdoa dan dzikir

IV. Pemeriksaan Fisik:

a. Keadaan umum : Baik

Kesadaran: Composmentis

Tekanan darah: 130/90 mmHg

Nadi: 80x/mnt
Pernafasan: 18x/mnt

Suhu: 35,6˚C

Berat badan: 50 kg

Tinggi badan: 150cm

b. Pemeriksaan Sistematis

Kepala: bentuk mesocepal

Rambut: kebersihan rambut kurang, rambut gampang rontok

Mata: konjungtiva tidak anemis

Hidung: simetris, tidak ada sputum

Telinga: simetris, ada serumen

Mulut: tidak kering, mukosa bibir lembab

Leher: tidak ada pembesaran tiroid dan tidak ada pembesaran getah
bening

Dada

I: Simetris

Pa: Vokal Fremtus simetris kanan = kiri

Pe: Sonor seluruh lapang paru

Aus: Vesikuler

Cardiac

I: Ictus cordis tidak nampak

Pa: Ictus cordis teraba

Pe: Pekak
Aus: Tidak ada bising

Abdomen

I: tidak ditemukan pembesaran

Pa: Tidak ada nyeri tekan

Pe: tympani

Aus: bising usus 25x/mnt

Genitalia: Keadaan vulva bersih, rambut pubis normal, tidak ada


pengeluaran cairan, pembesaran kelenjar bartolini tidak ada, tidak
teraba massa, tidak ada tanda-tanda infeksi. Pembesaran kelenjar
inguinal tidak ada, konsistensi lunak, tidak nyeri, mobilisasi pasien
terlihat seperti berjalan perlahan-lahan.

Sistem Muskuloskeletal: mengalami kesulitan dalam pergerakan


terutama kalau saat berjalan terasa nyeri di bagian kaki dan belum
sepenuhnya kakinya berasa. Pasien juga mengalami sakit persendian
terutama saat berjalan.

Kulit: Turgor kulit tidak elastis, terdapat edema pada bagian lengan
kanan dan kiri karena bekas luka penusukan infus, warna kulit tampak
sianosis.

V. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik: pap smear (negatif), pemeriksaaan pelvik: tidak


dilakukan. Pemeriksaan laboratorium:

 Hasil laboratorium tanggal 10 Mei 2021 Hematologi: Leukosit 6, 8


ribu/uL, Hemoglobin: 10, 4 g/dL, Hematokrit: 34, 5 %, Trombosit:
318 ribu/uL.

 Hasil laboratorium tanggal 11 Mei 2021 Hematologi: Leukosit: 12,


0 ribu/uL, Hemoglobin: 2,7 g/dL, Hematokrit: 9, 1 %, Trombosit :
155 ribu/Ul, Hemostasis APT: 26,7 *detik, APT Control: 14.9
detik APPTT: 43, 3 *detik, APPT Control: 34,0 detik.

A. Analis Data

No Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Masalah

1. 11-05-2021 DS: mengatakan Efek saming Perubahan


masih nyeri apabila dari nutrisi
10.20
berjalan seperti pengobatan
melayang pada saaat kanker
berjalan skala nyeri 6
selama 1-2 menit,
pasien mengatakan
badannya masih pada
kaku semua, pasien
mengatakan masih
mual, pasien
mengatakan tidak
pernah makan ayam,
ikan daging dan
pasien biasanya
hanya makan sayur
tahu dan tempe,
pasien mengatakan
tidak mengetahui apa
itu baiknya nutrisi
yang seimbang,
pasien mengatakan
mengalami
penurunan BB dari
80 kg sampai ke 50
kg
DO: Pasien
terpasang infus
double lumen di
bagian kiri atas
divemflon, pasien
terlihat pucat, pasien
tampak lemas, pasien
hanya makan ½
porsi, pasien
mengalami riwayat
perdarahan kurang
lebih 2 tahun, hasil
TTV: TD 110/70
mmHg, Nadi
80x/menit, S: 36o C,
RR: 18x/menit,

B. Diagnosa Keperawatan

1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


ditandai dengan nafsu makan menurun.

C. Intervensi Keperawatan

No Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi TTD


Keperawatan

1. 11-03-2018 Defisit nutrisi Setelah dilakukan - Kaji masukan


berhubungan tindakan keperawatan makanan dan
10.20
dengan 1x24 jam, diharapkan cairan yang
ketidakmampua pasien: disediakan
n mencerna
 Nafsu makan - Anjurkan porsi
makanan,
meningkat makan kecil tapi
anoreksia  Porsi makan sering
habis
- Jelaskan pada
 BB meningkat pasien tentang
kebutuhan nutrisi

- Intruksikan
keluarga untuk
membantu
pasien
meningkatkan
asupan makanan

D. Implementasi

No Tgl/jam Implementasi Respon Pasien TTD

1. 11-03-2018 a. Mengkaji nafsu S: Saya mual suster, tidak nafsu


makan pasien makan
10.20
b. Menjelaskan O: Pasien hanya menghabiskan
pentingnya nutrisi bagi makananya dua sendok dari porsi
tubuh yang disediakan RS

c. Menganjurkan pasien
untuk makan sedikit
tapi sering

2. 12-03-2018 a. Mengkaji tingkat S: saya punya penyakit kanker


kecemasan dan sudah disinar apakah bisa sembuh
14.00
endengarkan keluhan total atau bisa tumbuh lagi?
pasien
O: - Pasien tampak cemas
b. Menjelaskan
- Ekspresi wajah tampak
penyakit adalah cobaan
bingung
- Banyak bertanya

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervesi dilanjutkan

S: Saya harus kontrol sus supaya


penyakit saya bisa sembuh

O: - Mendengarkan penjelasaan

- Ekspresi wajah tenang

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

E. Evaluasi

No. Tgl/jam Evaluasi TTD

1. 11-03-2018 S: Saya sudah mau makan sedikit,


tetapi masih mual
10.20
O: - Makanan yang dihabiskan ½ porsi

- BB 50 kg

- TB 150 CM

A: Masalah Teratasi Sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono. 2010. Kanker Serviks Uteri Dalam Synopsis Kanker Ginekologi, Edisi
3. Jakarta: Pustaka Spirit Dianandra.

Rama. 2009. Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Jogjakarta: Mirza Media


Pustaka. Djuanda, Sulaiman. 2006.

Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC Potter, Perry. 2009. BukuAjar
Fundamental Keperawatan, Vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai