Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN COVID-19 DENGAN DEMENSIA PADA LANSIA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas I

Dosen pengampu :

M. Riduansyah, Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 5

Afni Anggraini 11194561920116


Dian Bardiansyah 11194561920125
Elsiyani 11194561920128
Masdayani 11194561920140
Nor Hadijah 11194561920150
Nurshiva Firdasari 11194561920151
Rini Kresti Sundari 11194561920155
Siti Noor Halisa 11194561920159

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT , kami panjatkan puji dan puja syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya kepada kami , sehingga mampu
menyelesaikan laporan asuhan keperawatan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodelogi
penelitian dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Covid-19 Dengan Demensia Pada Lansia

Adapun laporan asuhan keperawatan ini diolah dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran dari asuhan keperawatan pasien covid-19 dengan demensia pada lansia. Yang tentunya
telah kami usahakan dan dengan bantuan berbagai pihak, hingga dapat menyelesikan laporan
asuhan keperawatan ini. Namun, tentunya tidak lepas dari adanya kekurangan baik dari segi
penbuatan bahasanya dan segi lainnya. Oleh karena itu, kami berharap untuk pembaca untuk
memberi kritik serta saran kepada kami sehingga kami dapat melakukan perbaiki pada laporan
asuhan keperawatan ini.

Akhirnya, penyusun berharap semoga laporan asuhan keperawatan ini dapat di ambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

Banjarmasin, januari 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................i

Daftar Isi ....................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................................1


B. Tujuan.............................................................................................................................2
C. Manfaat ..........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................................3

A. Konsep Keperawatan Komunitas ...................................................................................3


B. Konsep Lansia ................................................................................................................3
C. Konsep Demensia ..........................................................................................................5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................10

A. Pengkajian ....................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................................................14
C. Intervensi ......................................................................................................................15

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................19

A. Kesimpulan ..................................................................................................................19
B. Saran .............................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).
Salah satu sasaran dari keperawatan komunitas yaitu lansia. Lasia merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Dikatakan lansia bila seseorang yang
telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017). Apalagi pada masa pandemi ini usia
lanjut rentan terinfeksi covid-19.
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020). Sebagian besar
kematian pasien lansia covid-19 penderita demensia.

1
Demensia adalah Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang
ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani R.Y., 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien covid-19 dengan demensia pada lansia
dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien demensia sesuai dengan
diagnosa yang muncul.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar teoris penyakit demensia pada lansia berkaitan
dengan covid-19
b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
demensia berkaitan dengan covid-19
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien lansia dengan demensia yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi berkaitan dengan
covid-19

C. Manfaat
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
semua pembaca tentang Asuhan Keperawatan Pasien Covid-19 Dengan Demensia Pada
Lansia.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Pengertian
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat dan sebagai praktik klinik dan kesehatan masyarakat
yang bersifat holistik, komperehensif dan berlansung secara terus menerus (Pakpahan,
2020)
2. Tujuan dan Fungsi
Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas adalah Promosi kesehatan pada tujuan
keperawatan komunitas ini berarti adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Proteksi kesehatan merupakan upaya
perlindungan kelompok masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit. Pencegahan
penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya penyakit pada kelompok yang
berisiko, sedangkan penyembuhan adalah upaya yang dilakukan pada kelompok
masyarakat yang telah terkena penyakit (Widogdo, 2016).
3. Sasaran
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, dan
kelompok khusus. Individu yaitu anggota keluarga yang memiliki suatu kesatuan
utuh melalui aspek biologi, psikologi, social dan spriritual yang terdapat di dalam diri
suatu individu serta dapat mencapai target dari sasaran komunitas (Jannah, S. R.
2020).

B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia Berkaitan Dengan Covid -19
Lansia disebut sebagai tahap akhir dalam perkembangan pada kehidupan
manusia). Pada individu yang berusia diatas 60 tahun maka disebut dengan lansia atau
lanjut usia dengan tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi psikologis, sosial, biologis
dan ekonomi (Dewi, 2014). Lansia dapat dikatakan memiliki risiko untuk terpapar
yang lebih besar, maka daripada itu untuk Menjaga kesehatan lansia selama pandemi

3
COVID-19 memerlukan bantuan dari semua pihak. Keluarga, petugas kesehatan,
pemerintah, dan lansia itu sendiri wajib bekerjasama. Pengetahuan, sikap, dan perilaku
lansia harus ditingkatkan dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 ini. Adaptasi
dan bertahan itulah kunci mengatasi kondisi pandemi ini. Menjaga jarak fisik, mencuci
tangan, menggunakan masker, mengonsumsi makanan bergizi, dan berolahraga ringan.
Penjelasan harus diberikan seringkas kepada lansia. Jika lansia mengerti, maka mereka
akan merasa aman dan damai. Kualitas hidup akan meningkat. Hubungan sosial
dengan keluarga dan sahabat melalui alat komunikasi harus tetap dilakukan (Yuliana,
2020).
2. Klasifikasi
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun
3. Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Penuaan kulit
Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat berkurangnya produksi kolagen.
Kelenjar keringat di kulit juga dapat berkurang, menyebabkan seorang lansia lebih
rentan mengalami kulit kering.
b. Fungsi jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
Penuaan memengaruhi struktur jantung dan pembuluh darah, yang turut
memengaruhi fungsinya.
c. Sistem pernapasan
Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan berkurang seiring
bertambahnya usia..
d. Sistem pencernaan
Lambung akan memproduksi asam lambung dalam jumlah yang lebih sedikit.
Akibatnya, tubuh lansia akan rentan terhadap infeksi dari makanan.

4
e. Fungsi ginjal
Seiring bertambahnya usia, struktur pada ginjal akan berubah. Proses aterosklerosis
juga dapat menyerang ginjal, menyebabkan menurunnya fungsi ginjal.
f. Tulang dan sendi
Tulang akan mulai kehilangan strukturnya, yang mana dapat
menyebabkan osteoporosis jika tidak dilakukan tindakan pencegahan.
g. Penglihatan
Lensa mata akan menjadi lebih keras. Akibatnya, mata akan sulit melihat pada
kondisi remang-remang.
h. Pendengaran
Terjadi berbagai perubahan pada sistem pendengaran di usia tua. Mulai dari
berkurangnya saraf pendengaran hingga melemahnya struktur telinga..
i. Sistem imun
Menurunnya aktivitas sel T pada sistem imun (kekebalan tubuh) akan menyebabkan
lansia mudah mengalami infeksi.
j. Sistem saraf
Sistem saraf dan otak juga akan mengalami perubahan. Kemampuan intelektual,
kecepatan belajar, dan psikomotor juga akan berkurang seiring bertambahnya usia.
k. Sistem hormon
Sistem endokrin (hormon) juga akan mengalami perubahan. Hormon seks akan
berkurang (esterogen maupun testoteron). Proses penuaan juga secara tidak
langsung memengaruhi risiko peningkatan resistensi hormon, misalnya insulin.

C. Konsep Demensia

1. Pengertian Demensia dikaitkan dengan covid-19

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lansia adalah individu yang paling


berisiko terpapar virus COVID-19. Selain itu, orang yang telah terinfeksi belum tentu
menunjukkan gejala tetapi dapat menularkan ke orang lain, langkah-langkah
pencegahan perlu dilakukan semua orang tanpa terkecuali, termasuk orang yang
demensia. Lansia dengan demensia juga dapat dikatakan memiliki risiko untuk

5
terpapar yang lebih besar. Penyakit demensia (kepikunan) merupakan proses penuaan
yang sering terjadi pada lansia sehingga dianggap sebagai hal yang wajar. Namun,
apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan dampak buruk.

Dampak tersebut antara lain akan terjadi perubahan perilaku, seperti: melupakan
dirinya, memusuhi orang-orang sekitar, dan pada lansia biasanya akan meninggalkan
rumah sendiri sehingga akan mudah hilang dikarenakan tidak ingat jalan pulang
(Gurnida, 2019). Demensia menyebabkan gangguan dalam proses berfikir di otak
seseorang. hal ini dapat menimbulkan gangguan daya ingat, memahami pemahaman.
logika, emosi dan perilaku seseorang. Adanya penurunan fungsi kognitif dapat
mempersulit ia memahami alasan di balik berbagai tindakan pencegahan, seperti
mengapa tidak boleh keluar rumah, mengapa harus menggunakan masker, dan
sebagainya. Oleh karena itu, pendekatan dan cara berkomunikasi dengan demensia
orang perlu diterapkan.

2. Penyebab

Demensia disebabkan oleh rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf pada otak.
Berdasarkan perubahan yang terjadi, ada beberapa jenis demensia, yaitu:

Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi. Penyebab
Alzheimer masih belum diketahui, namun perubahan genetik yang diturunkan dari
orang tua diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain faktor
genetik, kelainan protein dalam otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat dalam
otak.

Demensia vaskular

Demensia vaskular disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Stroke


berulang merupakan penyebab tersering dari demensia jenis ini.

Kondisi lain yang menimbulkan gejala demensia

6
Selain penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, terdapat juga kondisi-kondisi lain
yang bisa menimbulkan gejala demensia, namun sifatnya sementara. Kondisi tersebut
meliputi:

 Kelainan metabolisme atau endrokrin.

 Multiple sclerosis.

 Subdural hematoma.

 Tumor otak.

 Efek samping obat, seperti obat penenang dan obat pereda nyeri.

 Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti kekurangan vitamin B1, vitamin
B6, vitamin B12, vitamin E, dan zat besi dalam tubuh.

 Keracunan akibat paparan logam berat, pestisida, dan konsumsi alkohol.

3. Tanda dan gejala

Gejala Demensia

Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan perubahan cara berpikir,
sehingga tampak perubahan pada perilaku dan cara bicara. Gejala tersebut dapat
memburuk seiring waktu. Agar lebih jelas, berikut adalah tahapan gejala yang
muncul pada penderita demensia:

Tahap 1

Pada tahap ini, kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal,
sehingga belum ada gejala yang terlihat.

Tahap 2

7
Gangguan yang terjadi pada tahap ini belum memengaruhi aktivitas sehari-hari
penderita. Contohnya, penderita menjadi sulit melakukan beragam kegiatan dalam
satu waktu, sulit membuat keputusan atau memecahkan masalah, mudah lupa akan
kegiatan yang belum lama dilakukan, dan kesulitan memilih kata-kata yang tepat.

Tahap 3

Pada tahap ini, mulai terjadi gangguan mental organik. Penderita dapat tersesat saat
melewati jalan yang biasa dilalui, kesulitan mempelajari hal baru, suasana hati
tampak datar dan kurang bersemangat, serta terjadi perubahan kepribadian dan
menurunnya kemampuan bersosialisasi.

Tahap 4

Ketika memasuki tahap ini, penderita mulai membutuhkan bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan mandi. Penderita
juga mengalami perubahan pola tidur, kesulitan dalam membaca dan menulis,
menjadi apatis, menarik diri dari lingkungan sosial, berhalusinasi, mudah marah,
dan bersikap kasar.

Tahap 5

Ketika sudah masuk ke tahap ini, seseorang dapat dikatakan mengalami demensia
berat. Demensia pada tahap ini menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri.
Penderita akan kehilangan kemampuan dasar, seperti berjalan atau duduk, tidak
mengenali anggota keluarga, dan tidak mengerti bahasa.

Demensia sering disamakan dengan pikun pada orang tua, karena sama-sama
berkaitan dengan penurunan daya ingat. Namun jika penurunan daya ingat terus
memburuk hingga menyulitkan penderita untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
pemeriksaan demensia harus segera dilakukan.

Pemeriksaan oleh dokter perlu segera dilakukan jika mengalami seluruh atau
beberapa gejala yang dicurigai sebagai gejala awal demensia, antara lain:

8
 Mudah lupa.

 Sulit mempelajari hal baru.

 Sulit konsentrasi.

 Sulit mengingat waktu dan tempat.

 Suasana hati tidak menentu.

 Sering kehilangan benda akibat lupa tempat meletakkannya.

 Sulit menemukan kata yang tepat saat berbicara.

 Apatis atau tidak perduli terhadap lingkungan sekitar.

 Sering mengulang aktivitas yang sama tanpa disadari.

 Sulit melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari.

Beberapa penyakit, seperti diabetes, kolesterol, dan hipertensi, dapat meningkatkan


risiko demensia. Jika Anda menderita penyakit tersebut, disarankan untuk rutin
berkonsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan penyakit dan
mendapatkan penanganan yang tepat.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas klien
Demensia lebih sering terjadi pada kelompok usia lanjut, 50% populasi berusia
lebih dari 85 tahun.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan
kelumpuhan gerak ekstremitas.
3. Riwayat kesehatan sekarang

Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang
baru. Pada beberapa kasus, keluarga atau caregiver sering mengeluhkan bahwa
klien sering mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah
sendiri tanpa meminta izin pada anggota keluarga yang lain atau caregiver
sehingga sangat meresahkan anggota atau caregiver yang menjaga klien. Pada
tahap lanjut dari penyakit, keluarga atau caregiver sering mengeluhkan bahwa
klien menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan
dasar sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga/caregiver.

10
4. Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi,diabetes


melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas
(benzodiazepin), penggunaan obat-obatan antikolinergik dalam jangka waktu
yang lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian
menderita penyakit Alzheimer pada usia empat puluhan.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Yang perlu di kaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang
mempengaruhi psikososial. Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya
komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.

a. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial:


Demensia biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya Composmentis.

3) Tanda-Tanda Vital:

a) Suhu: hipotermia mempengaruhi sistem saraf pusat. Hipotermia ringan


mendepresikan otak dan menyebabkan confusi, apatis, psikomotor
menurun. Hipotermia moderat menurunkan kesadaran dan
menyebabkan halusinasi. Hipotermia berat dapat menyebabkan koma.

b) Nadi: klien dengan demensia alzheimer dapat mengalami bradikardi.

c) Tekanan darah yang meningkat dapat mengalami dimensia pada lansia.

d) Pernapasan pada klien dengan demensia alzheimer akan mengalami


penurunan frekuensi pernapasan.

11
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS) :

a) Sistem pernapasan (B1 : Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi napas atau masih dalam batas


normal.

b) Sistem sirkulasi (B2 : Bleeding)

Tidak ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal.

c) Sistem persyarafan (B3 : Brain)

Klien mengalami gangguan memori, kehilangan


ingatan,gangguan konsentrasi, kurang perhatian, gangguan persepsi sensori,
insomnia.

d) Sistem perkemihan (B4 : Bleder)

Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.

e) Sistem pencernaan (B5 : Bowel)

Klien makan berkurang atau berlebih karena kadang lupa apakah sudah
makan atau belum, penurunan berat badan, kadang konstipasi.

f) Sistem muskuloskeletal (B6 : Bone)

Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas.

g) Pola fungsi kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang biasa dilakukaan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia.

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam


memelihara dan menangani masalah kesehatannya.

2) Pola nutrisi

Klien dapat mengalami makan berlebih/berkurang karena kadang lupa

12
apakah sudah makan atau belum.

3) Pola eliminasi: Tidak ada masalah terkait dengan pola eliminasi.

4) Pola tidur dan istirahat: Klien mengalami insomnia.

5) Pola aktifitas dan istirahat

Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari


karena penurunan minat. Pengkajian kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan Indeks
KATZ. Dari hasil Indeks KATZ pada klien demensia pada stadium
menengah bisa sampai pada skor D serta untuk klien demensia dengan
stadium lanjut dengan skor Indeks KATZ: G karena hanya duduk di
kursi roda dan berbaring ditempat tidur.

6) Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap


anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan. Pengkajian APGAR keluarga. Pada
APGAR keluarga fungsi sosial klien dengan demensia terganggu
dengan gejala-gejala yang muncul pada demensia.

7) Pola sensori dan kognitif

Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,


kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan
tugas, cepat marah, disorientasi. Untuk mengetahui status mental klien
dapat dilakukan pengkajian menggunakan tabel Short Portable Mental
Status Quesionare (SPMSQ) pada skor 3-10 kesalahan (kerusakan
intelektual ringan sampai berat) dan untuk mengetahui status kognitif
klien demensia bisa menggunakan tabel MMSE (Mini Mental Stat
Examination) pada nilai 23-0 (gangguan kognitif ringan sampai berat).
Tabel 2.2 Interpretasi MMSE (Folstein, 1975)

13
Metode Skor Interpretasi
Single Cut Off <24 Abnormal
Range <21 Kemungkinan demensia lebih besar
>25 Kemungkinan demensia lebih kecil
Pendidikan 21 Abnormal pada tingkat pendidikan 8 tahun
<23 Abnormal pada tingkat pendidikan 12 tahun
<24 Abnormal pada tingkat pendidikan perguruan
tinggi
Keparahan 24-30 Tidak ada kelainan
18-23 kognitif Kelainan
0-17 kognitif ringan
Kelainan kognitif berat

8) Pola persepsi dan konsep diri


Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan persepsi, tidak
mengalami gangguan konsep diri. Untuk mengkaji tingkat depresi klien
dapat menggunakan tabel Inventaris Depresi Beck (IDB) atau Geriatric
Depresion Scale (GDS) dengan skor 5-10 (kemungkinan depresi sampai
menunjukkan depresi).
9) Pola seksual dan reproduksi
Klien dengan demensia umumnya berusia lanjut dengan masa menopause
pada perempuan dan masa andropause pada laki-laki.
10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan memori b.d proses penuaan, ketidakadekuatan stimulasi intelektual
ditandai dengan melaporkan pernah mengalami pengalaman lupa,tidak mampu
mempelajari keterampilan baru,tidak dapat mengingat informasi factual, tidak mampu
mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan,merasa mudah lupa
2. Pemeliharan kesehatan tidak efektif b.d demensia,hambatan kongnitif, keterampilan

14
motoric halus/kasar
3. Defisit perawatan diri b.d demensia, kelemahan, gangguan psikologis/ psikotik,
penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampu mandi atau mengenakan
pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan diri
berkurang.
4. Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 tahun pada dewasa dan ≤2 tahun pada anak, riwayat jatuh,
perubahan fungsi kognitif, demensia
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
.
1. Gangguan memori b.d Setelah dilakukan tindakan Orientasi Realita
proses penuaan, keperawatan 1x24 jam Observasi :
ketidakadekuatan stimulasi pertemuan klien menunjukan a. Monitor perubahan
intelektual ditandai dengan kemapuannya untuk orientasi
melaporkan pernah mengingat sesuatu dengan b. Monitor kongnitif dan
mengalami pengalaman Kreteria : perilaku
lupa,tidak mampu 1. Verbilasi kemampuan Terapeutik :
mempelajari keterampilan mengingat peristiwa dari 2 a. Perkenalkan nama saat
baru,tidak dapat mengingat meningkat menjadi 4 memulai interaksi
informasi factual, tidak 2. Verbilasi kemampuan b. Hadirkan realita
mampu mengingat mempelajari hal baru yang ( misalkan, beri
perilaku tertentu yang awalnya dari 1 meningkat penjelasan alternatif,
pernah dilakukan,merasa menjadi 3 hindari perdebataan)
mudah lupa 3. Verbilasi kemampuan Edukasi :
mengingat perilkau a. Ajarkan keluarga
tertentu yang pernah dalam perawatan
dilakukan dari 2 orientasi realita
meningkat menjadi 4
4. Verbilasi mudah lupa dari
4 meningkat menjadi 2

2. Pemeliharan kesehatan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan

15
tidak efektif b.d keperawatan 1x24 jam Observasi :
demensia,hambatan pertemuan klien menunjukan a. Identifikasi kesiapan
kongnitif, keterampilan kemapuannya untuk dan kemampuan
motoric halus/kasar memelihara kesehatannya menerima informasi
dengan b. Identifikasi factor-
Kreteria : faktor yang dapat
1. Verbalisasi menyesuaikan meningkatkan dan
diri dengan disabilitas dari menurunkan motivasi
2 meningkat menjadi 4 perilaku hidup bersih
2. Adaptasi dengan dan sehat
keterbatasaan fisik dari 1 Terapeutik
menjadi 3 a. Jadwalkan pendidikan
3. Penggunaan alat bantu kesehatan sesuai
sesuai kebutuhan dari 1 kesepakatan
meningkat menjadi 4 b. Sediakan materi dan
4. Modifikasi pola hidup media pendidikan
sesuai kondisi disabilitas kesehatan
dari 1 menjadi 3 Edukasi :
a. Jelaskan factor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup
dan sehat

3. Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
demensia, kelemahan, keperawatan selama 1x 24 Observasi :
gangguan psikologis/ jam perawatan diri klien a. Identifikasi kebiasaan
psikotik, penurunan terpenuhi dengan sesuai denga usia
motivasi atau minat kriteria : b. Identifikasi kebutuhan
ditandai dengan tidak 1. Kebersihan tubuh klien alat bantu kebersihan

16
mampu mandi atau dari 1 meningkat menjadi diri,berpakaian, dan
mengenakan pakaian/ 4 dan dapat dipertahankan makan
makan/ ke toilet/ berhias dengan bantuan keluarga
secara mandiri, minat 2. Kemampuan ketoilet
melakukan perawatan diri BAK/BAB yang awalnya Terapeutik :
berkurang. 2 menjadi 4 a. Feasilitasi kemandirian,
3. Kemampuan makan yang bantu jika tidak mampu
awalnya 1 meningkat melakukan perawatan
menjadi 4 diri
4. Minat melakukan b. Fasilitasi siapkan
perawatan yang awalnya 1 keperluan pribadi
meningkat menjadi 4 ( parfum,sikat gigi,dan
sabun mandi)
Edukasi :
a. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
4. Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh
tahun pada dewasa dan ≤2 keperawatan selama 1 x 24 Observasi :
tahun pada anak, riwayat jam risiko jatuh klien tidak a. Identifikasi faktir
jatuh, perubahan fungsi terjadi dengan resiko jatuh (missal
kognitif, demensia kriteria : usia >65 tahun,
1. Jatuh dari tempat tidur penurunan tingkat
yang awalnya 1 cukup kesadaran,deficit
menurun menjadi 4 kongnitif, gangguan
2. Jatuh saat berdiri yang keseimbangan,ganggua
awalnya 2 menurun n penglihatan dan
menjadi 5 neouripati)
3. Jatuh saat berjalan yang b. Identifikasi factor
awalnya 2 menurun lingkungan yang

17
menjadi 5 meningjatkan resiko
4. Jatuh saat naik tangga jatuh ( missal, lantai
yang awalnya 2 menurun licin, penerangan
menjadi 5 kurang)

Terapeutik :
a. Orientasikan ruangan
pada pasien dan
keluarga
b. Gunakan alat bantu
(missal, kursi roda,
walker)
Edukasi :
a. Anjurkan berkosentrasi
untuk keseibangan
tubuh
b. Anjurkan
menggunakan alas kaki

18
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara
hewan dan manusia). Sebagian besar kematian pasien lansia covid-19 penderita
demensia. Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir. Demensia disebabkan oleh rusaknya sel saraf dan
hubungan antar saraf pada otak. Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan
perubahan cara berpikir, sehingga tampak perubahan pada perilaku dan cara bicara.

Adapun beberapa diagnosa keperawatan terhadap lansia dengan demensia sebagai


berikut :

1. Gangguan memori b.d proses penuaan, ketidakadekuatan stimulasi intelektual ditandai


dengan melaporkan pernah mengalami pengalaman lupa,tidak mampu mempelajari ket
erampilan baru,tidak dapat mengingat informasi faktual, tidak mampu mengingat peril
aku tertentu yang pernah dilakukan,merasa mudah lupa.
2. Pemeliharan kesehatan tidak efektif b.d demensia,hambatan kongnitif, keterampilan m
otoric halus/kasar.
3. Defisit perawatan diri b.d demensia, kelemahan, gangguan psikologis/ psikotik,
penurunan motivasi atau minat ditandai dengan tidak mampu mandi atau mengenakan
pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan diri
berkurang.

19
4. Risiko jatuh b.d usia ≥ 65 tahun pada dewasa dan ≤2 tahun pada anak, riwayat jatuh,
perubahan fungsi kognitif, demensia.

B. SARAN
Adapun harapan kami kepada perawat ataupun keluarga lebih memperhatikan
lansia terutama lansia yang mengalami demensia, karena lansia dengan penyakit
demensia untuk merawat diri sendiri pun kesusahan, sehingga membutuhkan perawat dan
keluarga yang bisa mendukung lansia dalam menghindari covid-19 ini.

20

Anda mungkin juga menyukai