Anda di halaman 1dari 6

Tabel 1.

Nilai erodibilitas tanah (K) Desa Kramat Sukoharjo

Persen
Jenis Persen Bahan Harkat
Pasir & Struktur Permeabilitas Erodibilitas
Tanah Pasir Organik Nilai K
Debu

Agak
Latosol 33,6 8,7 0 4 6 0,34
tinggi

Sangat
Aluvial 49,9 19,2 0 3 6 0,59
tinggi

Tabel 2. Nilai erodibilitas tanah (K) Desa Kramat Darungan

Persen
Jenis Persen Bahan Erodibilitas Harkat
Pasir & Struktur Permeabilitas
Tanah Pasir Organik (K) Nilai K
Debu

Latosol 34 9 0 3 6 0,3 Sedang

Tabel 3. Nilai erodibilitas tanah (K) Desa Patemon

Persen
Persen Bahan
Jenis pasir & Erodibilitas Harkat
pasir organik Struktur Permeabilitas
tanah debu (K) nilai K
(%) (%)
(%)
Glei 14 9 0 2 5 0,2 Rendah
Aluvial 27 24 0 2 4 0,29 Sedang
Latosol 13 26 0 3 6 0,3 Sedang

Tabel 4. Penentuan nilai erodibiltas tanah (K) Desa Pondok Dalem

Tekstur
Jenis Permeabilita
Deb Struktur BO K
Tanah s
Pasir sangat halus Pasir u Liat

Latosol 4.6 10.8 32.9 51.6 4 6 0 0.35


Aluvial 12.9 19.3 29.1 38.7 4 4 3 0.30
Glei 4.1 4.1 36.0 55.7 2 6 0 0.25
Tabel 5. Parameter Erodibilitas Tanah (K) Desa Selodakon
Persen Perse Bahan
Jenis Permeabilita Erodibilitas Harkat
Pasir & n Organi Struktur
Tanah s (K) Nilai K
Debu Pasir k

Agak
Latosol 38 11 0 4 6 0,36
tinggi

Tabel 5.Penentuan Erodibilitas tanah (K) di Desa Manggisan

Persen
Jenis Persen Bahan Struktu Erodibilita Harkat
Pasir & Permeabilitas
Tanah Pasir Organik r s Nilai K
Debu

Agak
Latosol 38 11 0 4 6 0,37
tinggi
Agak
Aluvial 42 19 3 4 5 0,35
tinggi

Wilschmeier dan Smith (1978) dalam Dariah, dkk. 2004 menjelaskan bahwa erodibilitas
tanah didefinisikan sebagai besarnya erosi persatuan indeks erosi hujan untuk suatu tanah dalam
keadaan standar. Nilai K diperoleh dari jumlah persen pasir kasar dan debu, persen pasir halus,
bahan organik, dan nilai struktur dengan 5 desa yang dianalisis yaitu Kramat Sukoharjo,
Darungan, Patemon, Pondok Dalem, Selodakon, dan Manggisan. Berdasarkan analisis nilai K
dari masing-masing desa yaitu Tabel 1. diketahui nilai erodibilitas pada jenis tanah latosol adalah
0,34 dengan harkat nilai K agak tinggi dan jenis tanah aluvial adalah 0,59 dengan harkat nilai K
adalah sangat tinggi. Hasil nilai erodibilitas tanah wilayah Darungan dapat dilihat pada Tabel 2.
yang menghasilkan nilai erodibilitas tanah sebesar 0,3 dengan harkat nilai K yaitu sedang. Untuk
kandungan debu yang tinggi dengan nilai 34% menyebabkan tanah akan jarang terjadi erosi.
Pada Desa Darungan yaitu nilai permeabilitas tanah yang dihasilkan yaitu 6 (tinggi) sehingga
nilai K yang dihasilkan 0,3 (rendah) dan masuk klasifikasi sedang (Ashari, 2013).
Pada Tabel 3. Jenis tanah pada Desa Patemon terdiri dari tiga jenis yaitu glei, aluvial dan
latosol. Dari ketiga jenis tanah tersebut memiliki nilai tekstur, struktur permeabilitas yang
berbeda beda. Maka nantinya akan diperoleh nilai erodibilitas tanah (K) yang didapat dari hasil
grafik nomograf. Dari ketiga jenis tanah tersebut nilai erodibiltas pada jenis tanah glei yaitu 0,2
dengan harkat nilainya rendah, jenis tanah aluvial diperoleh nilai erodibilats 0,29 dengan harkat
nilainya sedang dan pada jenis tanah latosol yaitu 0,3 dengan harkat nilainya sedang. Dari ketiga
jenis tanah tersebut yang memiliki nilai erodibiltas tanah yang tinggi yaitu jenis tanah Latosol.
Jenis tanah di Desa Pondok Dalem memiliki 3 jenis tanah yaitu tanah Latosol, Aluvial dan Glei
yang ditunjukkan pada Tabel 4. Penentuan nilai K ditentukan oleh nilai tekstur, struktur,
permeabilitas, dan BO. Grafik nomograf menunjukkan nilai 0.35, 0.30, dan 0.25. Harkat nilai K
pada setiap sampel tanah yaitu agak tinggi, sedang, dan sedang. Berdasarkan Tabel 5. diatas
menunjukan bahwa nilai erodibilitas tanah (K) Desa Selodakon dengan jenis tanah latosol
sebesar 0,36 dengan klasifikasi harkat nilai K yaitu agak tinggi. Penentuan nilai erodibilitas
tanah (K) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tekstur tanah, struktur tanah,
permeabilitas dan bahan organik dengan persentase debu dan pasir sebesar 38%. Berdasarkan
Tabel 6. diperoleh nilai erodibilitas tanah (K) di Desa Manggisan melalui grafik nomograf. Jenis
tanah yang ada di Desa Manggisan ada 2 yaitu latosol dan alluvial, setiap tanah memiliki nilai
erodibilitas masing-masing. Tanah latosol memiliki nilai erodibilitas tanah (K) yaitu 0,37
sedangkan tanah alluvial memiliki nilai erodibilitas tanah (K) yaitu 0,35. Berdasarkan
perhitungan erodibilitas dapat diketahui bahwa faktor yang cukup berpengaruh terhadap nilai
erodibilitas yaitu permeabilitas, dimana saat nilai permeabilitas nilai erodibilitasnya sebesar 0,37
sedangkan saat nilai permeabilitas sebesar 5, nilai erodibilitasnya sebesar 0,35.

Berdasarkan hasil analisis dari 5 desa yang ditentukan menunjukkan bahwa nilai
erodibilitas tanah merupakan nilai kepekaan tanah terhadap erosi. Semakin tinggi nilai K,
maka kepekaan tanah terhadap erosi semakin tinggi begitu juga sebaliknya (Andriyani dkk,
2020). Hal ini disebabkan oleh nilai K sangat bergantung pada nilai permeabilitas yang
dihasilkan. Sedangkan nilai permeabilitas dihasilkan berdasarkan persen pasir dan debu,
persen pasir, bahan organic dan struktur tanah yang dihitung dengan metode nomograf.
Tekstur berkaitan dengan kapasitas infiltrasi serta kemudahan tanah untuk terangkut pada saat
terjadi erosi. Faktor yang mempertimbangkan nilai erodibilitas adalah persentase debu + pasir
halus, persentase pasir kasar, kandungan bahan organik, harkat struktur tanah dan harkat
permeabilitas. Menurut Sarief (1986), tekstur tanah adalah perbandingan partikel-
partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu masa tanah. Hardjowigeno,
(2003) mengemukakan bahwa struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah. Menurut Sutrisno, dkk (2011) Besar
kerentanan tanah terhadap erosi, yaitu retensi tanah terhadap pengikisan dan penggantian
energi kinetik oleh air hujan. Tekstur tanah yang sangat halus lebih mudah hanyut daripada
tekstur tanah yang kasar. Kandungan organik yang tinggi akan menghasilkan nilai
erodibilitas yang tinggi (Herawati, 2010). Pada Tabel 1. Menunjukkan nilai erodibiliats tanah
yang lebih besar dengan jenis tanah aluvial dikarenakan sifat fisik seperti kandungan pasir dan
debu lebih tinggi pada tanah aluvial daripada latosol.

Andriyani, I., S. Wahyuningsih, dan S. Suryaningtias. 2019. Perubahan tata guna lahan di sub
das rembangan - jember dan dampaknya terhadap laju erosi. AgriTECH. 39(2):117.
Hardjowigeno, S. (2003). Ilmu Tanah Ultisol. Edisi Baru. Akademika Pressindo, Jakarta.
Sutrisno ,J. ,dkk. 2011. Prediksi Erosi dan Sedomentasi di Sub Daerah Aliran Keduang
Kabupaten Wonogiri. Jurnal Media Konservasi. 16(2) : 78-86.
Herawati, T. (2010). Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi Di Wilayah Das
Cisadanekabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 7(4), 413-
424.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai