Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM DENGAN


BBLR PREMATUR DI RUANGAN TERATAI RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU

DISUSUN OLEH
SITI AULIA SUPRIYANTI
180201013

DOSEN PEMBIMBING : WIWIK NORLITA, A. Kep., M. Kep

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KESEHATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Post Partum dengan BBLR Prematur yang
dibimbing oleh Ibu Wiwik Norlita, A. Kep, M.Kes. Tugas yang ditulis oleh
penulis ini berbicara mengenai Asuhan Keperawatan pada Post Partum dengan
BBLR Prematur. Penulis menulis tugas ini dengan mengambil dari beberapa
sumber buku dan internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun tugas yang sampai
dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah
yang lebih baik.

Pekanbaru, 29 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................. ........................... i
DAFTAR ISI ................................................................................ .......................... ii
A. KONSEP DASAR POST PARTUM ............................... ...........................1
1. Pengertian Post Partum ......................................... ...........................1
2. Tahap Masa Nifas ................................................. ...........................1
3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum ... ...........................2
B. KONSEP DASAR BBLR ................................................ ..........................11
1. Pengertian BBLR ................................................... ..........................11
2. Etiologi BBLR ....................................................... ..........................11
3. Anatomi dan Fisiologi ........................................... ..........................12
4. Patofisiologi BBLR ................................................ ..........................19
5. Manifestasi Klinis BBLR ...................................... ..........................20
6. Komplikasi BBLR ............................................... ..........................20
7. Pemeriksaan Penunjang ........................................ ..........................21
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST PARTUM
DENGAN BBLR PREMATUR ..................................... ..........................22
1. Pengkajian ............................................................. ..........................22
2. Diagnosa Keperawatan.......................................... ..........................25
3. Intervensi Keperawatan ......................................... ..........................26
4. Implementasi Keperawatan ................................... ..........................32
5. Evaluasi ................................................................. ..........................32
D. DAFTAR PUSTAKA

ii
A. Konsep Dasar Post Partum
1. Pengertian
Post Partum atau masa nifas adalah masa dimulainya
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Yanti dan Sundawati, 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa
nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1999).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
2. Tahap Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
a. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri
dan berjalan-jalan (Sundawati dan Yanti, 2011). Puerperium dini
merupakan masa kepulihan, pada saat ini ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan (Ambarwati, 2010).
b. Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selam kurang lebih 6 minggu (Sundawati dan Yanti, 2011).
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan ala-alat genetalia
secara menyeluruh yang lamanya sekitar 6-8 minggu (Ambarwati,
2010).
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu bila selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi (Sundawati dan Yanti, 2011).

1
2

Remote puerpartum merupakan masa yang diperlukan untuk pulih


dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan (Ambarwati, 2010).
3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum
a. Perubahan Fisiologis
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus
Menurut Yanti dan Sundawati (2011) involusi uterus atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
- Iskemia miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relative anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
- Atrofi jaringan. Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormone estrogen saat pelepasan plasenta.
- Autolysis. Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteotik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur sehingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali
lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesterone.
- Efek oksitosin. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah dan mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan (Yanti dan
Sundawati, 2011).
3

Tabel 1. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama


postpartum
b) Involusi Tempat Plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka
yang kasar dan menonol ke dalam kavum uteri. Segera setelah
plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhirnya minggu
ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan
nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta
selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini
berlangsung di dalam decidu basalis. Pertumbuhan kelenjar ini
mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi
plasenta sehingga terkelupas dan tidak dipakai lagi pada pembuang
lochia (Wiknjosastro, 2006).
c) Perubahan Ligament
Setelah bayi lahir, ligament dan diafragma pelvis fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti
4

sedia kala. Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca melahirkan


antara lain : ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi, ligamen fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor (Yanti dan
Sundawati, 2011).
d) Perubahan Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulasi dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks,
robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi,
ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada
umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya (Yanti dan Sundawati, 2011).
e) Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva, vagina dan perineum
mengalami penekanan dan peregangan, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ ini akan kembali dalam keadaan kendor.
Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama. (Wulandari, 2009).
Perubahan pada perineum terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan secara spontan ataupun mengalami
episiotomi dengan indikasi tertentu. Meski demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu (Wulandari, 2009).
f) Lochea
5

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang


mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa-sisa cairan. Pencampuran
antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda setiap wanita. Lochea
dapat dibagi menjadi lochea rubra, sunguilenta, serosa dan alba
(Yanti dan Sundawati, 2011).

Tabel 2. Perbedaan Masing-masing Lochea


2) Perubahan Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama hamil dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya tingginya kadar progesterone yang dapat mengganggu
6

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan


melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesterone juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan 3-4 hari untuk kembali normal (Yanti dan sundawati,
2011). Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan sitem
pencernaan antara lain (Yanti dan Sundawati, 2011) :
a) Nafsu Makan
Pasca melahirkan ibu biasanya merasa lapar, dan
diperbolehkan untuk makan. Pemulihan nafsu makan dibutuhkan 3
sampai 4 hari sebelum faaal usus kembali normal. Messkipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengambilan tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c) Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum. Diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi
jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu
untuk kembali normal.Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar
kembali teratur, antara lain :
Pemberian diet/makanan yang mengandung serat;
pemberian cairan yang cukup; pengetahuan tentang pola eliminasi;
pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca
7

melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan peenurunan


fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Saleha, 2009).
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskulosskeletal terjadi pada saat umur
kehamilan semakin bertambah, adaptasinya mencakup: peningkatan
berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan
mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum system
musculoskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini
dilakukan segera setelah melahirkan, untuk meembantu mencegah
komplikasi dan mempercepat involusi uteri (Reeder, 2011).
5) Perubahan Sistem Endokrin
Selama masa kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin. Hormone-hormon yang berperan pada proses
tersebut, antara lain (Wulandari, 2009):
a) Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone
yang diprodduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun
dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta
(human placenta lactogen) menyebabkan kadar gula darah
menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam3
jam sehingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
b) Hormon Pituitari
Hormone pituatari antara lain : horrmon prolaktin, FSH
dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat,
pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormone prolaktin berperan dalam peembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada
8

fase konsentrasi folikel pada minggu ke 3 dan LH tetap rendah


hingga ovulasi terjadi.
c) Hipotalamik Pituitary Ovarium
d) Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari keenjar otak bagian
belakang, berkerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ke 3 persalinan, hormone oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan ekresi oksitosin, sehingga dapat memantu
involusi uteri.
e) Hormon Estrogen dan Progesteron
Volume darah selama kehamilan, akan meningkat.
Hormon estrogen yang tinggi memperbeesar hormone anti
diuretic yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum serta vulva dan vagina.
6) Perubahan Tanda-tanda Vital
Menurut Varney 2007 pada masa nifas, tanda-tanda vital yang
harus dikaji antara lain:
a) Suhu Tubuh
Suhu wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0c. pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang dari 0,5 0c dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih
pada hari ke-4 post partum suhu akan naik lagi. Hal ini diakibatkan
adanya pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalia ataupun system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 0C,
waspada terhadap infeksi post partum.
9

b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 sampai 80 kali
per menit. Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi brikardi
maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami oleh pembuluh
arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh manusia.
Tekanan darah normal manusia adalah sitolik antara 90 -120
mmHg dan distolik 60-80 mmHg. Pasca melaahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah lebih rendah pasca melahirkan bisa disebabkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklampsia post partum.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16
sampai 20 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya bernafas
lambat dikarenakan ibu dalam tahap pemulihan atau dalam kondidi
istirahat. Keadaan bernafas selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, perrnafasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan kusus pada
saluran nafas. Bila bernasar lebih cepat pada post partum
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
7) Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan
hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus
mengkaji adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema,
nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Sherwen, 1999).
b. Perubahan Psikologis
1) Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1-2 hari selama masa ini
ibu cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi sendiri.
10

Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah
melahirkan.

2) Taking Hold Phase


Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan
sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai
mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4-7 hari
post partum.
3) Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya.
Proses ini perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir
minggu pertama.
11

B. Konsep BBLR
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(Wong, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran


BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS)gizi.Dalam pedomantersebut bayi berat lahir rendah (BBLR)
bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat
lahir atau sampai hari ke tujuhsetelahlahir (Putra,2012).

2. Etiologi BBLR
a) Faktor Ibu.
1. Penyakit :
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
:perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
2. Usia ibu :
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26 – 35 tahun
3. Keadaan sosial ekonomi :
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.

11
12

4. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
b) Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c) Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Anatomi BBLR

Gambar 1. BBLR
Sumber : Buku Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatn (Ns
Tarwoto, S,Kep.2018)

1. Pernapasan
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil
napas pertama kali hanya dipahami sebagian. Namun, dapat
dijelaskan awal mula adanya pernapasan, yaitu adanya 2 factor
yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi, yaitu :
13

a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan isik lingkungan


luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak. Adapun
rangsangan isik lingkungan luar rahim yaitu udara dingin, gaya
gravitasi, nyeri, cahaya, dan suara.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem
pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan sara pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan
yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi, semua sistem-sistem
tersebut harus berfungsi secara normal.
2. Sirkulasi peredaran darah
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem
bertekan rendah. Karena tali pusat di klem, sistem bertekana
rendah yang ada pada unit-unit plasenta terputus. Sistem sirkulasi
bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup,
bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi setelah tali
pusat di klem adalah peningkatan tatanan pembuluh darah
sistematik. Peningkatan SVR ini terjadi pada waktu yang
bersamaan dengan tarikan nafas pertama bayi baru lahir. Oksigen
dari naas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah
paru relaksasi dan terbuka, sehingga paru bertekanan rendah.
Kombinasi tekana yang meningkat dalam sirkulasisistemik,
tetapi menurun pada sirkulasi paru menyebabkan perubahan
tekanan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan penutupan
foramen ovale.
Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari
tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan
berlangsung dalam 2-3 bulan.
Dengan demikian sisa ductus arteriosus Botalli menjadi
ligamentum anteriosum, duktus venosus arantii menjadi
14

ligamentum teres hepatis dan kedua arteri umbilicalis menjadi


ligamentum vesico umbilicale laterale kiri dan kanan.
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress karena adanya perubahan-
perubahan lingkungan. Bayi baru lahir memiliki kecenderungan
menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan. Dimana
suhu dalam uterus berluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur
suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi dari 0,6 dari pada suhu ibu.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 mekanisme, yaitu
:
a. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Contoh bayi yang
dilahirkan di ruangan yang dingin, bayi terkena hembusan
kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin
ruangan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak lagsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakan di atas benda-benda tersebut.
c. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah
dari suhu tubuh bayi. Bayi kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi.
d. Evaporasi
15

Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan


ketuban pada permukaan tubuh oleh tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
4. Kelenjar Endokrin
Kelenjar Endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau
kelenjar buntu sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui suatu saluran tetapi langsung masuk ke dalam
darah yang beredar di dalam jaringan kaalenjar. Sistem endokrin
pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika berada
dalam kandungan. Dimana ketika janin masih berada didalam
kandungan, bayi masih mendapatkan segala kebutuhannya daari
plasenta meskipun dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ
bagi aktivitas hidup.
Selain lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami
adaptasiagar mampu bekerja misalnya :
a. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mengalami perubahan-
perubahan besar fungsi dan metabolismenya. Pendinginan
atmosfer membangkitkan peningkatan mendadak dan jelas
sekresi tirotropsin, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26 minggu setelah
lahir.
b. Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya
kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya bertambah dan pada
masa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian
mengerut lagi.
5. Persyarafan
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk
tremor sementara di mulut dan dagu terutama waktu menangis dan
pada ekstremitas terutama pada lengan dan tangan.
16

Beberapa gerak releks yang paling sering ditemukan pada bayi


baru lahir normal :
a. Menelan
Beri bayi minum, menelan biasanya disertai menghisap dan
mendapat cairan. Menelan biasanya diatur oleh mengisap dan
biasabya terjadi tanpa tersendak, batuk atau muntah.
b. Menggenggam telapak tangan
Tempatkan jari pada telapak tangan, jari-jari menggenggam
jari-jari pemeriksa, jari kaki menekuk ke bawah.
c. Menjulurkan Lidah
Sentuh atau tekan lidah, BBL menjulurkan lidah keluar. Reaksi
ini akan hilang pada usia sekitar 4 bulan.
d. Glabelar
Ketuk dahi, batang hidung, atau maksila BBL yang matanya
sedang terbuka. BBL akan mengejapkan matanya pada 4-5
ketukan pertama. Kedipan yang terus-menerus pada ketukan
berulang menunjukan adanya gangguan ekstrapiramidal.

e. Leher tonik
Pada saat bayi dalaam keadaan tertidur, dengan cepat putar
kepala ke arah satu sisi. Jika bayi menghadap ke kiri, lengan
dan kaki pada sisi itu akan lurus, sedangkan lengan dan
tungkainya akan berada dalam posisi fleksi.
f. Moro
Tempatkan bayi pada permukaan rata, hentakan permukaan
unutk mengejutkan bayi. Abduksi dan ekstensi simetris lengan,
jari-jari mengembang seperti kipas dan membentuk huru C
denagnibi jari dan jari telunjuknmungkin terlihat adanya sedikit
tremor, lengan teraduksi dalam gerakan memeluk dan kembali
dalam posisi leksi dan gerakan yang rileks.
g. Melangkah dan berjalan
17

Pegang bayi secara vertikal, biarkan salah satu kaki menyentuh


permukaan meja. Bayi akan melakukan gerakan seperti
berjalan, kaki akan bergantian fleksi dan ekstensi, bayi aterm
akan berjalan dengan ujungjari-jarinya.
h. Merangkak
Baringkan bayi baru lahir diatas perutnya (temgkurap). Bayi
baru lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan
menggunakan tangan dan tungkainya.
i. Terkejut
Suara keras dari tepukan tangan yang nyaring akan
menimbulkan respons, lengan melakukan gerakan abduksi
disertai fleksi pada siku, tangan tetap menggenggam.
j. Tanda babinsky (telapak kaki)
Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, goressisi lateral telapak
ke arah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak kaki.
Semua jari kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsileksi.
k. Respons tambahan (menguap, meregang, sendawa, cekukan,
bersin-bersin).
Merupakan perilaku spontan, yang dapat sedikit berkurang
akinat analgesia atau anestesi pada ibu, hipoksia janin atau
infeksi.
6. Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin. Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa
bulan pertama. Oleh selama tiga bulan pertama kehidupannya, bayi
dilindungi kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami
seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang
tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang
dengan baik sampai tiga atau empat minngu. IgA pelindung
membran lenyap dari traktus napas dan traktus urinarius. IgA ini
juga tidak terlihat pada traktus gastrointestinal, kecuali jika bayi
diberi ASI. Bayi mulai menyitensis IgG dan mencapai sekitar 40%
18

kadar IgG orang dewasa pada usia satu tahun. Bayi yang menyusui
mendapat kekebalan pasi dari kolostrum dan ASI. Tingkat proteksi
bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta imunitas
yang dimiliki ibu.
19

4. Patofisiologis.
20

5. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan
rendah adalah :
a. Sebelum lahir
1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
2) Pergerakan janin lebih lambat.
3) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
2) Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
3) Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan
intra uterine.
4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat badan dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm.
d. LK < 33 cm.
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
g. Otot hipotonik lemah.
h. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
i. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

6. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas
pada bayi).
b. Hipoglikemia simtomatik.
21

c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru


belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang
berikutnya.
d. Asfiksia neonetorom.
e. Hiperbulirubinemia.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
c. Titer torch sesuai indikasi.
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
e. Pemantauan elektrolit.
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
C. Rencana Asuhan Post Partum dengan BBLR Prematur
1. Pengkajian
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat antenatal :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi
buruk,merokok, ktergantungan obat-obatan,DM,
penyakit kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple,kelainan congenital.
c) Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengat permasalahan pada bayi baru
lahir.
d) Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta
maupun plasenta previa.
e) Kala II : persalinan dengan tindakan pembedahan,
karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat
menekan system pusat pernafasan.
2) Riwayat post natal :
a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5
menit kedua (0-3), asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang
(7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram,
untuk aterm 2500 gram, LK kurang atau lebih dari
normal (34-36)
c) Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR
gangguan absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi,
kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori

22
23

dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis


metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian
obat intravena.
d) Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah
BAB : frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan
jumlah.
e) Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang
berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantangan makanan tertentu.
f) Hubungan psikologis . sebaiknya segera setelah bayi
baru alhir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan.
g) Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR
keadaannya lemah dan hanya merintih.kesadaran
neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukan kondisi neonatos yang baik.
h) Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi
akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C),
nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi
normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post
asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
i) Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas
berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan
verniks.
j) Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum
atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau
24

cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan


intrakranial.
k) Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis,
tidak ada bleeding conjungtiva, warna sklera tidak
kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
l) Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan
terdapat penumpukan lender.
m) Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir
atau tidak.
n) Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya
kelainan.
o) Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher
neonates pendek.
p) Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan
intercostals,perhatikan suara wheezing dan
ronchi,frekuensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
q) Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm
dibawah ascus costae pada garis papilla mamae, lien
tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising
usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
r) Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan
atau tidak adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
s) Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat
adakah kelainan letak muara uretra pada neonates laki-
laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia
minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
t) Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekuensi
buang air besar serta warna dari feces.
25

u) Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin,


perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
v) Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek
moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi
keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi
dengan BBLR yaitu:
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan
imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot
penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP
imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap
area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
c. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU
tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
d. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi
atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler
(glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keparawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien (Rohmah & Walid, 2012
26

Diagnosa Perencanaan Rasional


No
Keperawatan NOC NIC
1. Pola nafas yang Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan
tidak efektif yang tindakan, pola napas kembali pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan
berhubungan efektif. apnea dan perubahan frekuensi normal dari serangan apnetik
dengan imaturitas Kriteria hasil: jantung. sejati, terutama sering terjadi pad
pusat pernapasan, 1.Neonatus akan mempertahankan 2. Isap jalan napas sesuai gestasi minggu ke-30
keterbatasan pola pernapasan periodik kebutuhan 2. Menghilangkan mukus yang
perkembangan otot 2. Membran mukosa merah muda. 3. Posisikan bayi pada menyumbat jalan napas
penurunan otot atau abdomen atau posisi 3. Posisi ini memudahkan
kelemahan, dan telentang dengan gulungan pernapasan dan menurunkan
ketidakseimbangan popok dibawah bahu untuk episode apnea, khususnya bila
metabolic. menghasilkan hiperekstensi ditemukan adanya hipoksia,
4. Tinjau ulang riwayat ibu asidosis metabolik atau
terhadap obat-obatan yang hiperkapnea
akan memperberat depresi 4. Magnesium sulfat dan narkotik
pernapasan pada bayi menekan pusat pernapasan dan
5. Pantau pemeriksaan aktifitas SSP
laboratorium sesuai indikasi 5. Hipoksia, asidosis netabolik,
6. Berikan oksigen sesuai hiperkapnea, hipoglikemia,
27

indikasi hipokalsemia dan sepsis


memperberat serangan apnetik
6. Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan fungsi pernapasan.

2. Resiko Tujuan : termoregulasi menjadi Mandiri :


termoregulasi efektif sesuai dengan 1. Kaji suhu dengan 1. Hipotermia membuat bayi
inefektif yang perkembangan. memeriksa suhu rektal pada cenderung merasa stres karena
berhubungan Kriteria hasil : awalnya, selanjutnya dingin, penggunaan simpanan
dengan SSP imatur 1. Mempertahankan suhu kulit periksa suhu aksila atau lemak tidak dapat diperbaruai bila
(pusat regulasi atau aksila (35 – 37,5 °C). gunakan alat termostat ada dan penurunan
residu, penurunan dengan dasar terbuka dan sensivitas untuk meningkatkan
massa tubuh penyebar hangat. kadar CO2 atau penurunan kadar
terhadap area 2. Tempatkan bayi pada O2.
permukaan, inkubator atau dalam 2. Mempertahankan lingkungan
penurunan lemak keadaan hangat termonetral, membantu mencegah
sebkutan, 3. Pantau sistem pengatur stres karena dingin
ketidakmampuan suhu , penyebar hangat 3. Hipertermi dengan peningkatan
merasakan dingin (pertahankan batas atas laju metabolisme kebutuhan
28

dan berkeringat, pada 98,6°F, bergantung oksigen dan glukosa serta


cadangan metabolik pada ukuran dan usia bayi) kehilangan air dapat terjadi bila
buruk). 4. Kaji haluaran dan berat suhu lingkungan terlalu tinggi.
jenis urine 4. Penurunan keluaran dan
5. Pantau penambahan berat peningkatan berat jenis urine
badan berturut-turut. Bila dihubungkan dengan penurunan
penambahan berat badan perfusi ginjal selama periode stres
tidak adekuat, tingkatkan karena rasa dingin
suhu lingkungan sesuai 5. Ketidakadekuatan penambahan
indikasi. berat badan meskipun masukan
6. Perhatikan perkembangan kalori adekuat dapat menandakan
takikardia, warna bahwa kalori digunakan untuk
kemerahan, diaforesis, mempertahankan suhu lingkungan
letargi, apnea atau aktifitas tubuh, sehingga memerlukan
kejang. peningkatan suhu lingkungan.
7. Pantau pemeriksaan 6. Tanda-tanda hipertermi ini dapat
laboratorium sesuai berlanjut pada kerusakan otak bila
indikasi (GDA, glukosa tidak teratasi.
serum, elektrolit dan kadar 7. Stres dingin meningkatkan
bilirubin) kebutuhan terhadap glukosa dan
29

oksigen serta dapat


8. Berikan obat-obat sesuai mengakibatkan masalah asam
dengan indikasi : fenobarb basa bila bayi mengalami
metabolisme anaerobik bila kadar
oksigen yang cukup tidak tersedia.
Peningkjatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena
pelepasan asam lemak dari meta
bolisme lemak coklat dengan
asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada pada bagian ikatan
di albumin.
8. Membantu mencegah kejang
berkenaan dengan perubahan
fungsi SSP yang disebabkan
hipertermi
3. Resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan nutrisi yang 1. Untuk menjamin penambahan
pertumbuhan dan keperawatan selama 1x24 jam maksimal berat badan dan pertunbuhan otak
perkembangan yang asupan 2. Berikan periode istrahat yang tetap
berhubungan 1. nutrisi berupa makanan dan yang teratur tanpa 2. Untuk mengurangi panggunaan
30

dengan kelahiran cairan dalam keadaan seimbang gangguan O2 dan kalori yang tidak perlu
premature, dan tidak ada penurunan berat 3. Kenali tanda stimulus yang 3. Untuk membiarkan istirahat bayi
lingkungan NICU badan. berlebihan (terkejut, denagn tenang
tidak alamiah, Kriteria Hasil: menguap, aversi aktif, 4. Sangat penting untuk pertumbuhan
perpisahan dengan 1) Adanya peningkatan berat menangis) dan perkembangan normal
orang tua. badan sesuai dengan tujuan 4. Tingkatkan interaksi orang
(berat badan bertambah 20-30 tua-bayi
gram/hari).
2) Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi (pada usia 2 minggu
kebutuhan nutrisi mencapai
150 cc/kgbb/hari)
3) Menunjukkan peningkatan
fungsi mengisap dan menelan.
4) Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.

4. Resiko Tujuan : pasien mendapatkan 1. Kurangi rangsangan 1. Respons stres, terutama


cedera akibat asuhan untuk mencegah cedera lingkungan peningkatan tekanan darah,
bervariasinya aliran dan memeprtahankan aliran darah 2. Organisasikan asuhan dapat miningkatkan resiko
31

darah otak, sistemik dan otak memadai, selama jamsibuk normal peningkatan TIK
hipertensi atau glukosa dan oksigen otak adekuat; sebanyak mungkin 2. Untuk meminimalkan gangguan
hipotensi sistemik, tidak memperlihatkan adanya 3. Tutup dan buka kelambu tidur dan kebisingan intermiten
dan berkurangnya perdarahan intaventrikular. dan lampu tidur yang sering
nutrient seluler Kriteria hasil: 4. Tutup inkubator dengan 3. Untuk memungkinkan jadwal
(glukosa dan 1) Pasien tidak kain dan pasang tanda siang dan malam
oksigen) yang memperlihatkan tanda “jangan diganggu” 4. Untuk mengurangi cahaya dan
berhubungan peningkatan tekanan 5. Kaji dan tangani nyeri tidak membangunkan periode
dengan system sraf intrakranial atau menggunakan metode istirahat bayi
sentral dan respons perdarahan intraventrikel. farmakologis dan non- 5. Nyeri meningkatkan tekanan
stress fisiologis farmakologis darah
imatur 6. Kenali tanda stres fisik 6. Untuk segera memberi
dan stimulasi berlebih intervensi yang memadai
7. Hindari obat dan larutan 7. Akan meningkatkan tekanan
hipertonis darah otak
8. Pertahankan oksigenasi 8. Hipoksia akan meningkatkan
yang adekuat aliran darah otak tekanan
9. Hindari memutar kepala intracranial
ke samping tiba-tiba 9. Akan mengurangi aliran arteri
karotis dan oksigenasi ke otak
32

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135).
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.
Yogyakarta : AR Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai