Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Budiyono

NIM : P07120721027
KELAS : AJSTKA.2

1. Patient Safety dalam pemberian obat di RS


 Kesalahan paling sering terjadi pada proses pemberian (53%), diikuti oleh proses peresepan
(17%), peracikan (14%), dan transkripsi (11%).

 Kesalahan pada proses awal (peresepan) lebih besar peluangnya untuk dikoreksi, dibanding
dengan kesalahan pada proses akhir (pemberian obat).

Peran perawat dalam Keselamatan Pengobatan


• 1. Mengelola laporan medication error

Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk

Mencari akar permasalahan dari “kesalahan” yang terjadi

• 2. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication safety

Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error

Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan

Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden yang sering terjadi atau
berulangnya insiden sejenis

• 3. Berkoordinasi dengan staf dan klinisi terkait untuk menggalakkan praktek pengobatan
yang aman

Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety dan kepatuhan


terhadap aturan/SOP yang ada

• 4. Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety

Komite Keselamatan Pasien RS

Dan komite terkait lainnya

• 5. Terlibat di dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat

• 6. Memantau kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang ada

DRUG ADMINISTRATION
(Pemberian Obat)
 Yang berwenang melakukan pemberian obat di RS

 Macam pemberian obat


 Prinsip dasar tentang formulasi obat harus dipahami agar pemberian obat tsb mjd aman

 Jumlah pasien RS yg mengalami ADR (adverse drug reaction), 17% nya dapat dicegah

 Perawat  pemberian obat dengan aman  kepuasan pasien me↑ dan ADR me↓ serta
menekan biaya pengobatan di RS

SELF ADMINISTRATION
 Home setting : self administration instruksi diberikan oleh dokter dan / atau farmasis. Pd
beberapa kasus yg membutuhkan pemberian khusus, membutuhkan bantuan keluarga atau
kerabat

 Pemberian obat tanpa didampingi healthcare, maka pemberian KIE dg benar mutlak
diperlukan utk meningkatkan adherence, dan benar dlm pemberian  utk jaminan dlm
patient safety

 Pastikan :

1. Kondisi pasien memungkinkan utk self-administration

2. Pasien menggunakan obat sesuai dg yg diresepkan

3. Pasien tidak membahayakan orang lain ketika meletakkan obat atau menyimpan obat
(misal : anak kecil)

4. Pasien memahami kegunaan dan fungsi obat

Jika tidak bisa  pemberian obat diambil alih oleh tenaga kesehatan lain atau orang lain yg diberi
kewenangan.

Terdapat beberapa kelebihan dan resiko self administration pd pasien rawat inap di RS

 Kelebihan

Meningkatkan pengetahuan px ttg obat mereka

Memberdayakan dan memandirikan pasien

Meningkatkan kepercayaan antara pasien dan tenaga kesehatan

Dpt mengidentifikasi masalah terkait pemakaian obat lebih dini

 Risiko

Assesment terhadap px harus tepat agar tidak membahayakan

Kolaborasi kerja dan komunikasi antar tenaga kesehatan harus baik

Tanggung jawab pasien

Edukasi dan pelatihan yg benar kpd pasien


SAFE ADMINISTRATION OF MEDICINE
• Langkah-langkahnya adalah:

1. Kewenangan utk memberikan obat. Dimiliki oleh dokter, perawat, dan apoteker

2. Form pemberian obat (Patient medicines administration chart) . Berisi data-data pasien, nama
obat, kekuatan dosis, sediaan, rute, frekuensi, jadwal pemberian obat, dll. Paraf diberikan oleh
prescriber sbg pihak yg memberi instruksi terapi dan oleh perawat, dokter, atau apoteker yg
melaksanakan instruksi tsb.

• Langkah-langkahnya adalah (lanjutan):

3. Informasi tertulis yg jelas ttg obat yg diberikan (ex: cara rekonstitusi obat injeksi). Wajib
bertanya jika ada informasi yg kurang jelas

4. Status alergi. Upayakan dapat diketahui dan tercatat.

Peran perawat dalam pemberian obat


 Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di rumah
sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas kesehatan
lain.

 Hal yang perlu diperhatikan adalah :

Tepat pasien

Tepat waktu pemberian

Tepat obat

Tepat kekuatan dosis

Tepat rute pemberian

Tepat dokumentasi

 Monitoring ESO merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan pemberian obat


terkait Program Keselamatan Pasien.

 Evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan program Keselamatan Pasien.

2. Peran dan Wewenang Perawat Anestesi Dalam


Pemberian Obat
Peran Perawat Anestesi
 PMK No 18 tahun 2016 ttg ijin dan penyelenggaraan praktik penata anestesi

 Ps 10, wewenang praktik anestesi di Pra anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi

Asuhan pre anestesi


 a. persiapan administrasi pasien;

 b. pemeriksaan tanda-tanda vital;

 c. pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien baik secara inspeksi, palpasi,
maupun auskultasi;

 d. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;

 e. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;

 f. evaluasi tindakan penatalaksanaan pelayanan pra anestesia, mengevaluasi secara mandiri


maupun kolaboratif;

 g. mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian;

 h. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan digunakan dan memastikan
bahwa mesin dan monitor dalam keadaan baik dan siap pakai;

 i. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk memastikan bahwa
semua obat-obatan baik obat anestesia maupun obat emergensi tersedia sesuai standar
rumah sakit; dan

 j. memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan jadwal, waktu, dan jenis
operasi tersebut.

Asuhan intra anestesi


 a. pemantauan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik anestesia;

 b. pemantauan keadaan umum pasien secara menyeluruh dengan baik dan benar; dan

 c. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh tindakan tercatat baik
dan benar

Asuhan pasca anestesi


 a. merencanakan tindakan kepenataan pasca tindakan anestesia;

 b. penatalaksanaan dalam manajemen nyeri sesuai instruksi dokter spesialis anestesi.

 c. pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;

 d. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika regional;


 e. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika umum;

 f. evaluasi hasil kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;

 g. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia regional;

 h. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia umum;

 i. pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat;

 j. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang dipakai; dan

 k. pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan anestesia selanjutnya

Informed consent
 Penyampaian informasi dari dokter atau perawat kepada pasien sebelum suatu tindakan
medis dilakukan.

 Setiap pasien berhak mengetahui risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan
dijalaninya

 sebelum tindakan medis dilakukan, dokter akan menjelaskan terlebih dahulu seputar
langkah-langkah, manfaat, dan risiko dari tindakan medis

Informed Consent Penting


 Mengurangi kesalahpahaman antara pasien dan petugas

 Setelah menjadapatkan penjelasan pasien akan memahami segala manfaat dan risiko serta
tujuan pengobatan yang akan diberikan dokter, termasuk tingkat keberhasilan tindakan atau
terapi

informed consent memuat


 Identitas pasien dan dokter

 Nama penyakit atau informasi mengenai diagnosis atau kondisi medis pasien

 Jenis prosedur pemeriksaan atau pengobatan yang direkomendasikan atau akan dilakukan
oleh dokter

 Risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan dilakukan

 Risiko dan manfaat alternatif tindakan, termasuk jika tidak memilih prosedur tersebut

 Perkiraan biaya tindakan medis dan pengobatan

 Harapan kesembuhan atau tingkat keberhasilan tindakan atau terapi


membaca dan menyetujui
informed consent
 Menerima semua informasi tentang pilihan prosedur dan pengobatan yang akan diberikan
oleh dokter

 Memahami informasi yang diberikan dan memiliki kesempatan untuk mengajukan


pertanyaan

 Memutuskan menjalani penanganan yang direkomendasikan atau menolak tindakan

 Pasien diminta menandatangani lembar informed consent

Kapan Informed Consent


 Pemberian obat bius/anestesi

 Transfusi darah

 Terapi radiasi atau radioterapi dan kemoterapi

 Penjahitan luka

 Imunisasi

 Pemeriksaan kejiwaan

 Pemeriksaan penunjang tertentu, misalnya biopsi, aspirasi sumsum tulang, pungsi lumbal,
dan tes HIV atau VCT

 Prosedur donor dan penerimaan organ

 Penelitian

Siapa yang membuat persetujuan


 Pasien dewasa secara hukum (18 tahun lebih), memahami penjelasan dokter, sadar penuh,
dan kondisi kejiwaan yang sehat

 Yang bisa diwakilkan: Anak anak, Pasien yang kehilangan dan kesadaran, pasien yang
gangguan fikir

Anda mungkin juga menyukai