Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anisa Putri Lesmana

Prodi : PAI 2
Matkul : Ulumul Qur’an

I’JAZUL QUR’AN

A. Pengertian
I’jaz yaitu diambil dari kata a’jaza-yu’jizu yang menurut bahasa berarti lemah,
tidak mampu, tidak berdaya. Sedang kalimat i'jazul Qur’an sendiri yaitu merupakan
bentuk dari idhafah, menurut Imam Zarqani “ i’jazul Qur’an secara bahasa yang
berarti yaitu ditetapkannya Al-Qur’an itu melemahkan bagi yang akan
menandinginya.”
Sedangkan yang dimaksud dengan al-i’jaz disini yaitu menampakkan kebenaran
Nabi SAW dalam menyatakan risalah dengan memperlihatkan ketidakberdayaan
bangsa Arab untuk menentang mukjizat beliau yaitu Al-Qur’an.
Mukjizat adalah perkara luar biasa disertai tantangan yang terhindar dari
penentangan.
Adapun pengertian mukjizat menurut theology (mutakallimin) adalah munculnya
sesuatu hal yang berbeda dengan kebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan
kebenaran kenabian para ulama.1

B. Pendapat para ulama


Dalam ilmu kalam terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang apakah
Alquran itu merupakan makhluk atau bukan hal itu juga mendasari perbedaan
pendapat mengenai mukjizat Alquran pendapat mereka terbagi menjadi 5, yaitu :

1. Abu Ishaq Ibrahim An-Nazham


Ia dan para pengikutnya seperti Al-Murtadha dari kalangan Syi’ah mereka
berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada sharfah
(pengalihan). Sharfah menurut An-Nazham yaitu Allah mengalihkan bangsa
Arab untuk menentang Al-Qur’an meski mereka mampu untuk itu, sehingga
pengalihan ini menjadi mukjizat luar biasa. Sedangkan menurut Al-Murtadha
sharfah yaitu Allah menarik semua ilmu mereka yang diperlukan untuk
menentang Al-Qur’an. Pernyataan ini menunjukkan kelemahan
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Tentu saja tidak bisa dikatakan
bahwa sesuatu tersebut membuatnya tak berdaya jika memang ia mampu
untuk melakukannya di suatu waktu. Saat itu mukjizat adalah takdir Allah,
artinya mereka menganggap Al-Qur’an bukan mukjizat, padahal pembahasan

1
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-ijazul-quran.html?m=1#:~:text=I%27jazul
%20Qur%27an%20adalah,merupakan%20anugerah%20dari%20Allah%20SWT. Diakses pada tanggal
24 Mei 2021
kemukjizatan yang disandarkan kepada Al-Qur’an akan tetap ada di setiap
masa, bukan tentang kemukjizatan Allah.
Paham sharfah adalah paham rusak yang ditolak Al-Qur’an, Allah berfirman :
“Katakanlah , sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.”
(Al-Isra’:88). Ayat ini menunjukkan ketidakberdayaan mereka meski mereka
memiliki kemampuan.
2. Sekelompok lain berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada
balagah-nya yang mencapai tingkatan yang belum pernah dikenal
sebelumnya.
Pandangan ini dimiliki para pakar bahasa Arab yang menggandrungi bentuk-
bentuk ma’ani dalam rangkaian bahasa nan sempurna dan kefasihan nan
indah.
3. Sebagian lainnya berpendapat bahwa sisi kemukjizatan Al-Qur’an terletak
pada kandungan keindahan luar biasa yang belum dikenal dalam bahasa Arab,
seperti adanya jeda-jeda dan potongan-potongan Kalam
4. Sekelompok lain berpendapat bahwa sisi kemukjizatan Al-Qur’an terletak
pada pemberitaan masa depan yang tidak diketahui melainkan melalui wahyu,
atau pemberitaan tentang perkara-perkara yang terdahulu, dari awal
penciptaan yang tidak mungkin. Seperti firman Allah : “ Golongan itu pasti
akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” ( Al-Qomar:45)
5. Sekelompok lainnya berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak
pada kandungan berbagai disiplin ilmu didalamnya, juga hikmah-hikmah nan
sempurna.

C. Kadar kemukjizatan Al-Qur’an


Ada 3 pendapat tentang kemukjizatan Al-Qur’an, yaitu:
1. Kaum mu’tazilah
Mereka menyatakan bahwa mukjizat berkaitan dengan seluruh bagian Al-
Qur’an, bukan sebagiannya atau berkaitan dengan surahnya.
2. Sebagian ulama
Menyatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an ada yang sedikit dan ada yang banyak
tanpa batasan surah-surah tertentu. Yaitu berdasarkan dengan firman Allah :
“Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al-Qur’an) jika
mereka orang-orang yang benar.” (Ath-Thur:34)
3. Sekelompok lain
Menyatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an berkaitan dengan suatu surah
secara keseluruhan meski pendek, atau seukurannya seperti satu ayat atau
beberapa ayat.
Kita tidak melihat kemukjizatan itu pada kadar tertentu, ya karena kita bisa
merasakannya dibalik suara huruf-hurufnya dan pengaruh kata-katanya, ya seperti kita
merasakannya pada ayat dan surah, yang demikian Al-Qur’an itu adalah Kalam Allah.
Bagaimanapun kita melihat sisi kemukjizatan atau seberapa kadar kemukjizatan
Al-Qur’anitu , ya seorang yang benar ingin meneliti yang mencari kebenaran secara
objektif ia akan memperhatikan Al-Qur’an dari sisi yang ia inginkan, bisa itu dari sisi
rangkaian kata-katanya, makna yang terkandung didalamnya, pengaruh yang
ditimbulkan terhadap alam dan mengubah wajah sejarah, atau bisa juga ia melihat dari
semua sisi tersebut. Pasti ia akan menemukan kemukjizatan itu dengan mudah.

D. Aspek-aspek kemukjizatan
Aspek kemukjizatan Al-Qur’an yang kita bahas ada 3 sisi, yaitu:
1. Aspek kebahasaan
Bahasa Al-Qur’an sungguh mampu membuat orang terpesona secara singkat,
dibalik suara nan indah melalui nada huruf-hurufnya kala mendengar harakat,
sukun, bacaan panjang, ghunnah, potong-potongan ayat dan jeda, telinga kita
tidak merasa jemu, seakan-akan akan terus meminta dibaca lagi dan lagi.
Allah berfirman “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu)
Al-Qur’an yang serupa ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu
Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa
dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun dapat memberi petunjuk.”
(Az-Zumar:23).
Dan Allah juga berfirman : “Maka tidaklah mereka menghayati (mendalami)
Al-Qur’an? Sekiranya ( Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka
menemukan banyak hal yang bertentangan didalamnya.” (An-Nisa’:82).

Allah telah mengabarkan, manakala perkataan manusia itu memanjang pasti


terjadi perbedaan dan tampak jelas kekeliruan didalamnya. Namun berbeda
dengan Al-Qur’an yang terkandung banyak sekali kisah, hujjah, nasihat, dan
lainnya tetapi tidak ada kekeliruan didalamnya.

2. Aspek ilmiah
Al-Qur’an bukan merupakan buku ilmiah, namun Al-Qur’an mampu
memberikan pengetahuan ilmiah sebelum manusia menyadari kebenarannya.
Contohnya mengenai alat reproduksi manusia, Al-Qur’an sudah terlebih
dahulu memaparkannya sesuai dengan firman Allah :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah, kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim) , kemudian segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah, Pencipta yang paling Baik.”
(Al-Mu’minun:12-14).

Al-Qur’an juga telah memaparkan mengenai kejadian alam semesta, yang


beberapa dekade ini telah dibuktikan denganya teori big bang, yang berarti
bahwa alam semesta itu satu. Dalam Al-Qur’an ini disebutkan dalam surah Al-
Anbiya’. : “ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu suatu yang padu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?.” (Al-Anbiya’ :
30).
Dan masih banyak ilmu ilmiah yang sudah Allah jelas terlebih dahulu kedalam
Al-Qur’an.

3. Aspek syariat
Dalam diri manusia, Allah menyimpan berbagai naluri yang memengaruhi
orientasi hidup didalam jiwa. Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial
yang membutuhkan satu sama lain . Dalam sejarah manusia mengenal
berbagai macam aliran, teori, tatanan, dan aturan yang bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan individu ditengah masyarakat mulia. Dan Al-
Qur’anjuga lebih dulu mendidik individu, karena individual adalah batu
pertama masyarakat. Pendidikan yang Al-Qur’an papaprkan bertumpu pada
asas membebaskan emosi manusia dan memberikan beban tanggung jawab.
Allah berfirman :
“ Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.” (Al-
Muddatsir:38).

“Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath-Thur:21)

Al-Qur’an mendorong untuk menggapai nilai-nilai luhur ideal, melatih jiwa


untuk mengontrol diri, seperti sabar, jujur, adil, berbuat baik, sopan santun dan
rendah hati .
Setelah mendidik individu, Islam beralih membina keluarga, karena keluarga
adalah benih masyarakat. Al-Qur’an telah mensyariatkan nikah untuk
memenuhi naluri seksual, juga mempertahankan ras manusia melalui proses
perkembangbiakan yang suci dan bersih. Seperti firman Allah :

“Dan diantara tanda-tanda (kebesaranNya) Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan meras
tentram kepadanya, dan dia menjadikan diantara kamu rasa kasih dan
sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum:21)

“Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut.” (An-Nisa’:19)

Dan setelah itu , Islam menyuguhkan tatanan pemerintahan yang memimpin


masyarakat Islam. Al-Qur’an menetapkan kaidah-kaidah yang paling layak
dalam pemerintahan Islam. Seperti firman Allah:

“Dan bermusyawarah lah dengan mereka dalam urusan itu.” (Ali-Imran:159)


Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang berdiri diatas asas keadilan
mutlak yang tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi, nepotisme, ataupun
faktor sosial yang membedakan kaya dan miskin.
Perundang-undangan dalam pemerintahan Islam bukan diserahkan pada
manusia, karena Al-Qur’antelah menggariskannya. Menyimpang dari undang-
undang berarti kafir, zalim, dan fasik . Sesuai dengan firman Allah :

“Barangsiapa tidak m memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka


mereka itulah orang-orang kafir.” (Al-Maidah:44)

Al-Qur’an sudah menggariskan ketentuan hubungan antarnegara dalam situasi


perang ataupun damai, antara kaum muslimin dan kaum negeri-negeri hutan
atau kalangan non-muslim yang mengikat perjanjian dengan kaum muslimin.
Aturan yang digariskan Islam ini adalah muamalah paling luhur yang pernah
dikenal dalam sejarah peradaban manusia.
Jadi kesimpulannya Al-Qur’an adalah aturan perundang-undangan sempurna
yang menegakkan kehidupan manusia dalam bentuk terbaik dan model paling
maju.
Kemukjizatan syariat Al-Qur’an , akan tetap berjalan seiring dengan
kemukjizatan ilmiah dan bahasa untuk selamanya. Siapapun itu tidak dapat
dipungkiri bahwa Al-Qur’an menimbulkan pengaruh terhadap dunia yang
mengubah wajah sejarah.2

2
Syeikh Manna’Al-qathan, “Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:2016”. Hal 411-441. Ummul Quro

Anda mungkin juga menyukai