Nim : B1032181003
Mencari 10 emiten saham ( beserta profilnya) yang rutin membayar dividen setiap
tahun kepada pemegang saham dan jumlah presentase nilai dividin per lembar saham
dibandingkan dengan harga sahamnya.
Bidang usaha PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) adalah pabrik semen.
Emiten ini merupakan anak usaha baru dari Semen Indonesia (SMGR) setelah
membelinya dari Holcim pada 2019. Emiten yang mulanya bernama PT Semen
Tjibinong itu sempat dikendalikan oleh keluarga Prabowo Subianto melalui
adiknya Hashim Djojohadikusumo dengan Grup Tirta Mas. SMCB juga emiten
pertama yang mencatatkan sahamnya saat reaktivasi Bursa Efek Jakarta.
Dalam 5 tahun terakhir, di bawah kendali Holcim, emiten yang dulu dikenal merek
produk Semen Kujang itu sangat jarang memberi dividen. Tercatat hanya 1 kali
terjadi pembayaran dividen dengan nilai minim yakni pada 2016 sebesar Rp 15.
Sedangkan setelah diambil SMGR, SMCB membagi dividen sebesar Rp 3,6 (2020)
Bidang usaha PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) adalah
perbankan. Bank ini mulanya dikendalikan oleh konglomerat Arifin Panigoro
pemilik grup Medco. Meski begitu, saat ini bank ini dikendalikan sepenuhnya oleh
Bank asal Korea Selatan, Bank Woori (kepemilikan saham 79,88 persen).
Sedangkan saham Arifin sendiri susut menjadi 9,6 persen.
Dalam 5 tahun terakhir, SDRA rutin membagi dividen dengan perincian dividen
Rp 8 pada 2016, Rp10,5 (dividen 2017), Rp 15 (2018), Rp 15 (2019) dan Rp 13
(dividen 2020).
Bidang usaha PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) adalah penambangan emas, nikel
dan bauksit. Selain itu, perusahaan juga memproduksi aneka bahan tambang lain
hingga tembaga. Meski begitu, pendapatan terbesar ANTM berasal dari bisnis
emas terintegrasi. Emas Antam menjadi jaminan kemurnian logam kuning itu di
Tanah Air.
Sebagai perusahaan negara, ANTM tak selalu rutin membagikan dividen dalam 5
tahun terakhir. tercatat ANTM baru memberi dividen pada investornya sebesar Rp
1,99 pada 2018, Rp 12,74 (2019) dan Rp 2,82 pada 2020.
Bidang usaha PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) adalah perbankan. Awalnya,
bank ini fokus pada bidang usaha pembiayaan untuk pensiunan dan kredit bagi
kalangan ASN militer. Meski begitu, grup Alibaba melalui anak usahanya Akulaku
baru saja mengambil alih kendali bank ini dan mendorong menjadikan bank
digital. Meski begitu, konsep bank digital sendiri masih belum final karena
aturannya masih dikonsep oleh Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam sejarahnya atas dividen, saat dikendalikan Gazco Grup dan Asabri,
kebijakan dividen BBYB adalah selang seling yakni Rp 1,48 pada 2016,
selanjutnya dividen Rp 1,1 di 2018. Sedangkan pada 2020, dividen dari BBYB
adalah Rp 0,24.
Bidang usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) adalah konglomerasi perbankan
di bawah kendali Grup Djarum. Dalam sejarah dividennya, BCA relatif memberi
sangat mini dibandingkan harga sahamnya. Dividen yield terakhir dari BBCA
adalah 0,28 persen. Meski begitu, perusahaan rutin membagi dividen 2 kali
setahun. Dalam 5 tahun terakhir nilai dividen perusahaan adalah Rp 105 & 70
(2016), dividen Rp 130 & Rp 80 (2017), dividen Rp 175 dan Rp 85 (2018), Rp 255
& 100 (2019) dan dividen Rp 455 & Rp 98 (2020).
Bidang usaha PT Bukit Asam (persero) Tbk. adalah penambangan batu bara.
Badan usaha milik negara (BUMN) dalam holding Mind Id ini rutin membagi
dividen dalam 5 tahun terakhir dengan perincian dividen Rp 289,7 (2016), Rp
285,5 (2017), Rp 318,52 (2018), Rp 339,63 (2019) dan dividen Rp 326,46 (2020).
Sebagai perusahaan negara yang sehat, SMGR rutin membagikan dividen dalam 5
tahun terakhir dengan perincian Rp 304,9 (dividen 2016), selanjutnya besaran
dividen yang dibayarkan SMGR sebesar Rp 304,9 (2017), Rp 135,83 (2018), Rp
207,64 (2019) dan dividen dari SMGR sebesar Rp 40,33 pada 2020.