Anda di halaman 1dari 20

1.

Pengertian Gagal Ginjal Kronik


Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis yang
ditandaidengan kelainan struktural maupun fungsional yang berlangsung lebih
dari tiga bulanserta terjadinya kerusakan ginjal dan penurunan fungsi
ginjal dengan Glomerular Filtrate Rate (GFR) kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2. Pada PGK didapatkankelainan komposisi darah, urin
maupun kelainan tes pencitraan (imaging). Keadaan dimana terjadi
penurunanfungsi ginjal secara bertahap dan bersifatireversibeldisebut
sebagai penyakit ginjal kronik, dimana akan terjadi kerusakantotal fungsi
ekskresi yang dapat mengancam jiwa. Penyakit ginjal
dikategorikansebagai PGK bila memenuhi kriteria berikut :
a. Kerusakan ginjal berlangsung lebih dari tiga bulan.
b. GFR < 60 ml/menit/1,73 m2. GFR merupakan indeks pengukuran
fungsi ginjaldimana nilai normal pada dewasa sekitar125 mL/min per
1,73 m².
c. Kelainan struktural atau fungsional dengan manifestasi berupa:
kelainanpatologis, albuminuria, abnormalitas sedimen urin, riwayat
transplantasiginjal,dan kelainan imaging.
2. Etiologi

a. Infeksi, misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis


b. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung, misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik, misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
f. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal

1
g. Nefropati obstruktif, misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis ( Anees et allc, 2011).

3. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi
tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan
antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan
pemekatan urin.
Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimptomatik.
b. Satdium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung
dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan
urin.

2
c. Stadium III

Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron

telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR

(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin

serum dan BUN akan meningkat.Klien akan mulai merasakan gejala yang

lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis

cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma

dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.

3
Peta Konsep

Kerusakan jaringan ginjal

Penurunan fungsi ginjal

GFR turun Sekresi eritropetin turun

Sisa metabolisme meningkat


Eritropoesis turun
Sekresi ureum melalui
Iritasi saluran cerna kulit
Anemia

Terasa penuh pada lambung Pruritus


Suplai O2 ke jaringan kurang

Mual dan muntah Gangguan integritas kulit


Metabolisme anaerob

Gangguan intake nutrisi


Produksi ATP kurang

Proteinuria Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas
Hipoalbumin

Tekanan osmotic koloid turun


Sekresi ADH & aldosteron
Volume Cairan
Migrasi airan ke interstisial intravaskuler turun

Retensi natrium dan air


Udem paru
Mekanisme rennin
angiotesnsin
Nafas cepat & dangkal Udem Hiperkalemia
Curah jantung meningkat
Gangguan pola nafas
Ketidakseimbangan cairan &
Payah jantung elektreolit

4
4. Manifestasi Klinik (Atimiati WD, 2012).

Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):


a.Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b.Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449 :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin-
angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial
oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiac
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema.

b.Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.

d.Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning
feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor,
miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas).

5
e.Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.

g.Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa


Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h.Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

5. Klasifikasi
Menurut Kidney Disease: Improving Global Outcomes(KDIGO) 2013
yang mengacu pada National Kidney Foundation-KDQOL (NKF-KDQOL),
PGK diklasifikasikan menjadi lima stadium atau kategori berdasarkan
penurunan GFR, yaitu :

6
Berdasarkan peningkatan albumin dalam urin, KDIGO 2012
mengklasifikasikan PGK menjadi tiga kategori. Klasifikasi tersebut dapat
dilihatpada tabel 3.

6. Pemeriksaan Penunjang (Suwirta, 2014)


1) Urine
a. Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau anuria
b. Warna, Gelap endapan coklat menunjukkan adanya darah,
hemoglobin, myoglobin, perphyris.
c. Masa jenis, kurang dari 1,015 (pada nilai 1,010 merefleksikan
kerusakan ginjal berat)
d. Osmolaritas, kurang dari 350 mg/liter adalah petunjuk kerusakan
tubuler dan urine/serum rasiosering 1 : 1

7
e. Kreatinin cleraence, mungkin menurun secara jelas (significan)
f. Sodium, lebih besar dari 40 mEq/liter karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi sodium.
g. Protein, proteinuria berat (3-4 +) secara pasti merupakan indikasi
kerusakan glomerulus jika sel-sel darah merah dan endapan ditemukan
juga.
2) Darah
a. BUN/Kreatinin, biasanya proporsinya naik. Tingkat keratinin 10 mg/dl
mendukung tahap lanjut (mungkin serendah 5)
b. CBC (Complet Blood Count = Hitung darah lengkap) Hematokrit,
menurun bila ada anemia Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl. Sel-sel
darah merah : masa hidupnya menurun karena defisiensi eritroprotein
akibatr azotemia (adanya kreatinin dalam darah).
c. Analisa gas darah, PH : menurun, asidosis metabolik terjadi (PH
kurang dari 7,2) karena ginjal kehilangan kemampuan mengekresikan
hidrogen dan amoniak atau produk akhir katabolisme (pemecahan)
protein HCO3 menurun PCO2 menurun.
d. Serum Sodium, mungkin rendah (jika ginjal “waste sodium”) atau
normal (merefleksikan pengenceran hipernatremia).
e. Potassium, meningkat sehubungan dengan retensi karena seluler shift
(asidosis) atau pelepasan jaringan (sel-sel merah hemolisis)
f. Gagal ginjal tahap lanjut, EKG berubah mungkin tidak terjadi sampai
potasium 6,5 mEg atau lebih besar
g. Magnesium, meningkat
h. Fosfor, meningkat
i. Protein, menurunnya tingkat serum protein mungkin merefleksikan
protein lepas dalam urine, perpindahan cairan, menurunnya intake atau
menurunnya sintesa protein selayaknya pada kekurangan asam amino
esensial.

8
j. KUB (abdomen), menggambarkan ukuran ginjal, ureter kandung
kemih dan adanya obstruksi (batu)
k. Retrograde pyelogram, menunjukkan keabnormalan pelvis ginjal dan
ureter
l. Renal arteriogram, memeriksa sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuleritas, massa.
m. Voiding cystrouetgram, menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk
kedalam ureter, retensi.
n. Renal ultrasound, menentukan ukuran ginjal : dan adanya massa kista,
obstruksi pada traktus urinarius bagian atas.
o. EKG, mungkin merefleksikan keseimbangan elektrolit, asam basa
yang abnormal.
p. X-Ray kaki, tulang tengkorak, columna spinalis dan tangan, untuk
mengetahui demineralisasi, kalsifikasi.

7. Manajemen Medis
Tatalaksana PGK tergantung pada derajat atau stadium dari penyakit
tersebut.Tatalaksana sesuai derajatnya dapat dilihat pada tabel 5.

9
8. Manajemen Keperawatan
8.1. Primary Survey
1) Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) setelah
dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi. Meletakan tangan di atas
mulut atau hidung, Potency jalan nafas, keadekwatan expansi paru,
kesimetrisan, Auscultasi paru.
2) Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama
jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi
maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas
berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing (kemungkinan karena aspirasi), cenderung
terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas. Perubahan pernafasan
(rata-rata, pola, dan kedalaman). Inspeksi: Pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu pernafasan efek anathesi yang berlebihan.
3) Circulation
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah
bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi
rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi
menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan
bradikardia, disritmia). Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban,
turgor kulit, balutan.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata, respon
motorik dan tanda-tanda vital. Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah
bicara, kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan
visual dan gelisah.
5) Exposure
Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan

10
8.2. Secondary Survey
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun),
usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Sesak napas, kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing, gelisah,
tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa kering,
rasa lelah, napas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a.Riwayat penyakit sekarang :diare, muntah, perdarahan, luka bakar,
rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b.Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
c.Riwayat penyakit keluarga : adanya penyakit keturunan Diabetes
Mellitus atau hipertensi.
4. Tanda-tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, napas cepat
dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5. Body Systems :
a. Pernapasan (B 1 : Breathing)
Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal, paroksismal, batuk
dengan/tanpa sputum, kental dan banyak. Tanda ; takhipnea, dispnea,
peningkatan frekuensi, batuk produktif dengan/tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi nyeri dada atau
angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema. Tanda : hipertensi,
nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, disritmia
jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat,
kulit coklat kehijauan, kuning.kecenderungan perdarahan.

11
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolet sampai
koma.
d. Perkemihan-Eliminasi (B 4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan
pekat, tidak dapat kencing. Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria,
anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi. Tanda:
perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e. Pencernaan-Eliminasi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis
erosiva dan diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk
saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi. Tanda : pruritus,
demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang,
defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak
sendi.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan
manajemen kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal
ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya
dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama. Oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake
minum yang kurang, dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status
kesehatan klien. Gejala : peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan

12
berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut
(amonia) Penggunaan diuretik. Tanda : Gangguan status mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan
pekat sampai tidak dapat kencing. Gejala : penurunan frekuensi urine,
oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung. Tanda: perubahan
warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
d. Pola Tidur Dan Istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas Dan Latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas sehingga menyebabkan
klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise. Tanda : kelemahan otot,
kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
F. Pola Hubungan Dan Peran
Gejala : kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran).
g. Pola Sensori Dan Kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati/mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu
melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/tidak.
h. Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

13
i. Pola Seksual Dan Reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme. Gejala : penurunan libido, amenorhea, infertilitas.
j. Pola Mekanisme Koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain dapat menyebabkan klien tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan
kepribadian.
k. Pola Nilai Dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah
maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

8.3 Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2018).


1. Resiko Hipervolemia
2. Resiko Defisit Nutrisi.
3. Resiko Hipovelemia
4. Intoleransi aktivitas.
5. Gangguan integritas kulit.
6. Defisit Pengetahuan

14
8.4 Intervensi Keperawatan (PPNI,2018)
1) Resiko Hipervolemia.
Intervensi :
- Periksa tanda dan gejala hypervolemia (misalnya, ortopnea,
dyspnea, edema, JVP/CVP, meningkat, refleks hepatojugular
positif, suara nafas tambahan).
- Dentifikasi penyebab hypervolemia.
- Monitor status hemodinamik (misalnya, frekuensi jantung, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI).
- Monitor intake dan output cairan.
- Monitor tanda hemokonsentrasi (misalnya kadar natrium, BUN,
hemaktokrit, berat jenis urine).
- Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (misalnya
protein dan albumin meningkat,
- Monitor kecepatan infus.
- Monitor efek samping diuretic.
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama.
- Batasi asupan cairan dan garam.
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40˚C.
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/Kg/jam dalam 6
jam.
- Anjurkan melapor jika BB tambahan >1 kg dalam sehari.
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asuan dan haluaran cairan.
- Anjurkan cara membatasi cairan.
- Kolaborasi pemberian diuretic..
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic.
- Kolaborasi pemberiab continuos renal replacement theraphy
(CRRT).

15
2) Resiko Defisit Nutrisi.
Intervensi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
- Identifikasi makanan yang disukai.
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogenik.
- Monitor asupan makanan.
- Monitor berat badan.
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
- Lakukan oral hygiene sebelum makan.
- Fasilitasi menentukan pedoman diet.
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
- Berikan suplemen makanan.
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogenik, jika
asupan oral dapat ditoleransi.
- Anjurkan posisi duduk.
- Ajarkan diet yang diprogramkan.
- Koaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalnya pereda
nyeri, antiemetic).
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan.

3) Resiko Hipovelemia
Intervensi :
- Periksa tanda dan gejala hipovelemia (misalnya frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane

16
mukosa kering, volume urin menurun, hemaktokrit
meningkat, haus, lemah).
- Monitor intake dan output cairan.
- Hilang kebutuhan cairan.
- Berikan posisi modified trendeleburg.
- Berikan asupan cairan oral.
- Anjurkan memperbanyak asuapan oral.
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak.
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%).
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmate).
- Kolaborasi pemberian produk cairan.

4) Intoleransi aktivitas.
Intervensi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yag mengakibatkan kelelahan.
- Monitor krlelahan fisik dan emosional.
- Monitor pola dan jam tidur.
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus.
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif.
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan.
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpidah atau
berjalan.
- Ajurkan tirah baring.
- Anjurkan melakukan aktiitas secara bertahap.
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang.
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.

17
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

5) Gangguan integritas kulit.


Intervensi :
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit.
- Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring.
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang.
- Bersihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode
diare. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada
kulit kering.
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering.
- Anjurkan menggunakan pelembab.
- Anjurkan minum air yang cukup.
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur.
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim.
- Anjurkan menggunakan tabir surya spf minimal 30 saat berada
diluar rumah.
- Ajarkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.

6) Defisit Pengetahuan
Intervensi :
- identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

18
- Berikan kesempatan untuk bertanya.
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunkan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anees M, Hammed F, Mumtaz A, Ibrahim M, Khan MNS. (2011). Dialysis-


relatedfactors affecting quality of life in patients on
hemodialysis.IJKD. 5(1):9–14.
Atimiati WD. (2012). Tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
terapihemodialisis.KEMAS.1(2):1047–53.
NKF-KDIGO. (2013). KDIGO 2012 clinical practice guideline for the
evaluationandmanagement of chronic kidney disease.ISN. 3(1):1–163.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Suwitra K. (2014). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: ISetiatiS, Alwi I, Sudoyo
AW,SImadibrata M, Setyohadi B,penyunting.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. hlm.2161–67.

20

Anda mungkin juga menyukai