Anda di halaman 1dari 11

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN ATAS WANPRESTASI


DALAM PELAYANAN MEDIS (STUDI KASUS PADA PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO :
396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST)

Christine Natasha*, Bambang Eko Turisno, Herni Widanarti


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : natashachristine95@yahoo.com

Abstrak

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggung
jawab rumah sakit atas wanprestasi dalam pelayanan medis sebagai bentuk perlindungan hukum
terhadap pasien. Serta menganalisa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No :
396/PDT.G/2008/PN. JKT. PST terkait perlindungan terhadap konsumen jasa pelayanan medis.
Tanggung Jawab Rumah Sakit atas Wanprestasi dalam pelayanan medis sebagai bentuk
perlindungan hukum terhadap pasien, dapat dilihat dari kasus Rumah Sakit Omni Medical Center
yang telah Wanprestasi dan telah lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan perjanjian
Terapeutik sebagaimana dimaksud dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No :
396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa timbulnya perlindungan
hukum terhadap pasien sebagai konsumen, didahului dengan adanya hubungan antara dokter
dengan pasien. Perlindungan konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Apabila terdapat kesalahan dari tindakan
medik yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, dalam hal ini pasien menderita kerugian dapat
menuntut ganti kerugian sebagai bentuk tanggung jawab hukumnya sesuai dengan Pasal 1243
KUHPerdata dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Wanprestasi, Pelayanan Medis

Abstract

Goals to be achieved in this research is to determine the responsibility of the hospital


for the tort in medical services as a form of legal protection of patients. And analyzing the Central
Jakarta District Court Decision No: 396 / PDT.G / 2008 / PN. JKT. PST regarding the protection
of consumers in medical services. The Hospital responsibility in a tort of medical services as a
form of legal protection of the patient, can be seen from the case of Omni Hospital Medical Center
which has been doing a tort and was negligent in performing its obligations under the agreement of
Therapeutic as referred to the decision of Central Jakarta District Court No: 396 / PDT.G / 2008 /
PN.JKT.PST. The research concluded that the appearance of legal protection to patients as
consumers, preceded by the relationship between doctor and patient. Consumer protection is any
measurement that guarantees the legal certainty to provide protection to the consumer. If there is
any error of medical action that undertaken by the hospital, in which the patients suffered losses,
may sue the hospital as a form of legal responsibility in accordance with Article 1243 of the Civil
Code (KUHPerdata) and Article 46 of Law (Undang undang) Number 44 Year 2009 about
Hospital.

Keywords: Legal Protection, Tort, Medical Services

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN Peningkatan mutu pelayanan


A. Latar Belakang kesehatan serta terciptanya
perlindungan hukum bagi pasien,
Timbulnya hubungan antara tidak terlepas dari pemahaman
pasien dengan pihak rumah sakit aspek-aspek hukum kesehatan,
dapat dikarenakan pasien sangat memahami tentang hak dan
mendesak untuk mendapatkan kewajiban, sehingga dapat terhindar
pertolongan. Dalam hal ini pihak dari jerat hukum bagi tenaga kerja
rumah sakit melakukan apa yang kesehatan. Apabila pasien menderita
disebut zaakwaarneming, yaitu di kerugian dapat menuntut ganti
mana seorang dengan sukarela tanpa kerugian sebagai bentuk tanggung
mendapat perintah mewakili urusan jawab hukumnya (liable). Adanya
orang lain hingga orang yang ganti rugi tersebut akan mendorong
diwakili kepentingannya dapat pihak pelaku medis untuk
menyelesaikan kepentingan tersebut, menghindari suatu kesalahan atau
sebagaimana diatur dalam Pasal 1354 kelalaian yang berakibat merugikan
KUHperdata, yaitu suatu bentuk pasien. Sehingga perlindungan
hubungan hukum yang timbul karena terhadap pasien dapat terpenuhi dan
adanya “Persetujuan Tindakan pelayanan medis yang diberikan
Medis” terlebih dahulu. kepada pasien menjadi maksimal.
Perlindungan Konsumen
Dilihat dari kacamata hukum, merupakan segala upaya yang
hubungan antara pasien dengan menjamin adanya kepastian hukum
dokter termasuk dalam ruang lingkup untuk memberi perlindungan kepada
hukum perjanjian. Dikatakan sebagai konsumen3. Pelaksanaan perjanjian
perjanjian karena adanya antara pasien dan dokter juga
kesanggupan dari dokter untuk dilandasi dengan Undang-Undang
mengupayakan kesehatan dan Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
1
kesembuhan pasien . Apabila Praktik Kedokteran, serta Undang-
terdapat kesalahan dari tindakan Undang Nomor 23 Tahun 1992
medik yang dilakukan oleh pihak Tentang Kesehatan. Hukum
rumah sakit, dalam hal ini dari pihak kesehatan dan perundang-undangan
konsumen yaitu pasien yang di bidang kesehatan yang senantiasa
menderita kerugian dan pada berkembang, merupakan suatu
prinsipnya pasien adalah pihak yang kewajiban bagi tenaga kesehatan
lemah, hendaknya juga mendapat untuk memahaminya, sehingga dapat
perlindungan hukum seperti berjalan di jalan yang benar,
diamanatkan oleh perundang- dilindungi oleh hukum serta
undangan di bidang kesehatan2. memberikan pelayanan kesehatan

1
Bahder Johan Nasution, Hukum
Kesehatan:Pertanggungjawaban Dokter,
PT.Raja Grafindo,Jakarta, 2005, hlm 6
3
Pringga Nugraha, “Perlindungan
2
Sri Siswati, Sri Siswati, Etika dan Hukum Konsumen” diakses dari
Kesehatan Dalam Perspektif Undang- https://pringganugraha.wordpress.com/perlin
Undang Kesehatan,PT Raja dungan-konsumen/, pada tanggal 12
Grafindo,Jakarta ,2013,hlm hlm vi November 2015 pukul 15.00

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang bermutu bagi masyarakat menolak untuk membayar tagihan


penerima pelayanan kesehatan4 biaya perawatan. Asalkan pihak
Rumah Sakit adalah institusi Rumah Sakit Omni memberikan
pelayanan kesehatan perorangan klarifikasi atas tagihan. Karena
secara paripurna yang menyediakan selama tiga bulan dirawat, keluarga
pelayanan rawat inap, rawat jalan, pasien tidak pernah diberi tahu
dan gawat darurat, sebagaimana mengenai penyakit yang diderita
dimaksud di dalam Pasal 1 angka 1 almarhum Abdullah Anggawie.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit. Pada akhirnya, gugatan yang
Dewasa ini, pelayanan dilayangkan Rumah Sakit Omni
kesehatan yang diberikan oleh Medical Centre terhadap keluarga
Rumah Sakit tidaklah lagi almarhum Abdullah Anggawie
memberikan pelayanan kesehatan ditolak. Majelis hakim yang diketuai
yang baik kepada pasien. Hal ini Reno Listowo, menolak seluruh
didasarkan pada semakin banyaknya gugatan Rumah Sakit Omni karena
kasus-kasus yang mencuat ke publik, Rumah Sakit Omni dinilai lalai
tidak terkecuali pada Rumah Sakit, dalam melaksanakan kewajiban
seperti pada Rumah Sakit Omni hukumnya dengan menolak
Medical Centre , Pulomas, Jakarta memberikan medical record kepada
Timur. keluarga pasien. Seharusnya,
keluarga pasien berhak mendapatkan
Permasalahan ini bermula saat medical record dari pihak Rumah
Abdullah Anggawie meninggal pada Sakit Omni Medical Centre agar
tanggal 5 Agustus Tahun 2007 di keluarga mengetahui mengetahui
Rumah Sakit Omni Medical Centre. bahwa pasien telah dirawat dengan
melayangkan gugatan terhadap benar.
keluarga pasien ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 24 Berdasarkan uraian diatas,
November Tahun 2008, karena tidak penulis tertarik untuk menyusun
memenuhi kewajiban untuk penulisan hukum yang berjudul :
membayar sisa tagihan sebesar “Perlindungan Hukum terhadap
Rp.427.268.000,00 (Empat Ratus Pasien atas Wanprestasi dalam
Dua Puluh Tujuh Juta Dua Ratus Pelayanan Medis (Studi Kasus pada
Enam Puluh Delapan Rupiah). Selain Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
menuntut pembayaran sisa tagihan, Pusat Nomor :
Rumah Sakit Omni Medical Centre 396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST).
juga menuntut pembayaran bunga
6% (Enam Persen) per tahun dari
total tagihan. Sri Puji Astuti selaku B. Rumusan Masalah
kuasa hukum tergugat, menjelaskan
bahwa pada dasarnya, keluarga 1. Bagaimana tanggung jawab
almarhum Abdullah Anggawie tidak Rumah Sakit atas tidak
terpenuhinya Prestasi
4
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Untuk
(Wanprestasi) dalam pelayanan
Perumahsakitan, PT.Citra Aditya medis sebagai bentuk
Bakti,Bandung, 2002, hlm 12

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perlindungan hukum terhadap terhadap pasien pasien dan


pasien ? perlindungan hukum atas
2. Bagaimana perlindungan hukum wanprestasi menurut Putusan
terhadap pasien atas wanprestasi Pengadilan Negeri Nomor :
dalam pelayanan medis menurut 396/PDT.G/ 2008/PN.JKT.PST
Putusan Pengadilan Negeri dikaitkan dengan peraturan
Jakarta Pusat dalam Perkara perundang-undangan yang berlaku
Nomor. seperti :
396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST? Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Undang-Undang
C. Tujuan Penelitian Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-
1. Ingin mengetahui tanggung Undang Nomor 29 Tahun 2004
jawab rumah sakit atas tidak Tentang Praktek Kedokteran,
terpenuhinya prestasi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
pelayanan medis sebagai bentuk 2009 Tentang Kesehatan, Undang-
perlindungan hukum terhadap Undang Nomor 44 Tahun 2009
pasien. Tentang Rumah Sakit, Peraturan
2. Ingin mengetahui dan Menteri Kesehatan No.
menganalisa Putusan Pengadila 269/Menkes/PER/III/2008 Tentang
Negeri Jakarta Pusat dalam Rekam Medis. Keputusan Menteri
perkara Nomor : 396/PDT.G/ Kesehatan No.
2008/PN.JKT.PST terkait 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
perlindungan terhadap konsume Standar Pelayanan Minimun Rumah
jasa pelayanan medis. Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1197/Menkes/SK/X/2004
II. METODE Tentang Standar Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit, Putusan Pengadilan
Penelitian hukum ini Negeri Jakarta Pusat No.
merupakan penelitian hukum 396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.
normatif (Yuridis Normatif), yaitu
kajian yang lebih mendasarkan pada III. HASIL PENELITIAN
hakikat kelimuan dengan DAN PEMBAHASAN
menggunakan pendekatan A. Tanggung Jawab Rumah
perundang-undangan. Sakit atas tidak
Kajian hukum normatif Terpenuhinya Prestasi
dilakukan dengan menelaah semua dalam Pelayanan Medis
undang-undang dan regulasi yang sebagai bentuk Perlindunga
bersangkut paut dengan isu hukum Hukum
hukum yang ditangani.
Dalam penelitian akan Dilihat dari kacamata hukum,
memaparkan mengenai fakta-fakta hubungan antara pasien dengan
tentang tanggung jawab Rumah Sakit dokter termasuk dalam ruang lingkup
atas tidak terpenuhinya prestasi hukum perjanjian. Dikatakan sebagai
(wanprestasi) dalam pelayanan medis perjanjian karena adanya
sebagai bentuk perlindungan hukum kesanggupan dari dokter untuk

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengupayakan kesehatan dan diingatkan untuk melaksanakan


kesembuhan pasien5. Perjanjian prestasinya tersebut. Tidak
antara pasien dan dokter melakukan sesuatu yang seharusnya
menimbulkan adanya hubungan serta dilakukan.
akibat hukum berupa hak dan Kreditur dan Debitur
kewajiban masing- masing pihak. merupakan para pihak dalam
Pelaksanaan hak dan kewajiban wanprestasi. Wanprestasi terjadi
tersebut mendorong adanya karena debitur tidak memenuhi
perlindungan hukum terhadap pasien, janjinya atau tidak memenuhi
mengingat pasien sering dirugikan sebagaimana mestinya dan
dalam pelayanan kesehatan. kesemuanya itu dapat dipersalahkan
Perlindungan hukum terhadap pasien kepadanya. Sehingga menimbulkan
dianggap perlu untuk diatur lebih keharusan bagi pihak debitur untuk
mendalam dan luas di dalam undang- memberikan atau membayar ganti
undang yang berkaitan dengan pasien rugi. Dalam hal wanprestasi dalam
sebagai konsumen, sehingga tercipta pelayanan medis, bentuk tanggung
suatu kepastian hukum mengenai jawab yang dilakukan oleh debitur
perlindungan hukum pasien tersebut. adalah membayar ganti rugi.
Sebagimana yang telah telah diatur
Definisi wanprestasi adalah dalam Pasal 1243 KUHPerdata
keadaan tidak terlaksananya suatu “Penggantian biaya, rugi, bunga
prestasi karena kesalahan debitur karena tidak terpenuhinya suatu
sedangkan debitur sudah perikatan, barulah mulai diwajibkan,
diperingatkan oleh itu. Untuk apabila si berutang,setelah
terjadinya wanprestasi terdapat dua dinyatakan lalai memenuhi
syarat, yaitu : perikatannya, tetap melalaikannya,
a. Syarat materiil, yaitu adanya atau jika sesuatu yang harus
1) Kesalahan atau diberikan atau dibuatnya, hanya
schuld. Kesalahan kesengajaan dapat diberikan atau dibuat dalam
dalam hal ini pihak yang tidak waktu yang telah dilampaukannya.”
melaksanakan prestasi tersebut tahu Berdasarkan Pasal 1244, 1245 dan
bahwa perbuatan yang 1246 KUHPerdata, ganti rugi terdiri
mengakibatkan tidak terlaksananya dari biaya, rugi dan bunga. Pasal
suatu prestasi itu merugikan orang 1249 KUHPerdata menyatakan
lain. bahwa ganti rugi yang harus dibayar
2) Kelalaian, dalam oleh debitur adalah sejumlah uang
kelalaian pihak yang melakukan yang telah ditentukan dalam suatu
perbuatan yang mengakibatkan tidak perjanjian, sehingga kreditur tidak
terjadinya prestasi tidak tahu bahwa menerima sutu jumlah yang lebih
akibat yang merugikan tersebut akan maupun yang kurang dari pada
timbul. jumlah yang telah ditentukan pada
b. Syarat formil, pihak yang perjanjian tersebut.
melaksanakan prestasi tersebut Rumah sakit sebagai
organisasi penyelenggara pelayanan
5
Bahder Johan,Nasution, Hukum Kesehatan publik mempunyai tanggung jawab
: Pertanggungjawaban Dokter, cet I,PT atas setiap pelayanan jasa publik
Rineka Jaya,Jakarta, 2005, hlm 6

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kesehatan yang diselenggarakannya. Di dalam hukum kesehatan


Tanggung jawab tersebut yakni gugat berdasarkan wanprestasi dapat
menyelenggarakan pelayanan dilancarkan apabila: “seorang dokter
kesehatan yang bermutu dan atau rumah sakit telah berjanji untuk
terjangkau berdasarkan prinsip aman, memberikan pelayanan medis tetapi
menyeluruh, non diskriminatif, kemudian ia tidak atau tidak cukup
partisipatif, dan memberikan melaksanakan janji tersebut, padahal
perlindungan bagi masyarakat ia tidak berada dalam keadaan
sebagai pengguna jasa pelayanan memaksa”. Adanya kerugian yang
kesehatan (health receiver), juga bagi disebabkan karena wanprestasi,
penyelenggara pelayanan kesehatan memungkinkan pasien sebagai pihak
demi untuk mewujudkan derajat yang dirugikan menuntut
kesehatan yang setinggi-tingginya. pemberianganti rugi. Pasal 55
Rumah sakit dapat Undang-Undang Nomor 23 Tahun
melakukan hubungan hukum dengan 1992 tentang Kesehatan
subyek hukum lainnya dalam menyebutkan:
melaksanakan pelayanan kesehatan, 1) Setiap orang berhak atau
karena itu rumah sakit wajib ganti rugi akibat kesalahan atau
menanggung segala konsekuensi kelalaian yang dilakukan tenaga
hukum yang timbul sebagai akibat kesehatan.
dari perbuatannya atau perbuatan 2) Ganti rugi sebagaimana
orang lain yang berada dalam dimaksudkan dalam ayat (1)
tanggung jawabnya. Tanggung jawab dilaksanakan sesuai dengan
atas pelayanan kesehatan yang peraturan perundang-undangan yang
dilakukan oleh Rumah Sakit sering berlaku.
menimbulkan masalah hukum
apabila terjadi tuntutan atau gugatan
ganti kerugian dan sebagainya. B. Perlindungan Hukum
Masalah yang timbul dalam terhadap Pasien atas
pertanggungjawaban sebuah rumah Wanprestasi dalam
sakit adalah siapa saja yang terlibat Pelayanan Medis menurut
dalam pertanggungjawaban rumah Putusan Pengadilan Negeri
sakit, khususnya tentang perawatan Jakarta Pusat No :
pelayanan kesehatan. Di bidang 396/PDT.
hukum perdata institusi juga G/2008/PN.JKT.PST
bertanggungjawab atas perbuatan
orang-orang yang berada dalam Permasalahan ini bermula pada
tanggungannya. Dalam hal ini saat Abdullah Anggawie meninggal
umumnya dikenal tanggung jawab pada tanggal 5 Agustus Tahun 2007
etik dan tanggung jawab hukum. di Rumah Sakit Omni Medical
Tanggung jawab etik umumnya Centre. Rumah Sakit Omni Medical
meliputi tanggung jawab disiplin Center melayangkan gugatan
profesi, sedangkan ke dalam terhadap keluarga pasien ke
tanggung jawab hukum termasuk Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
tanggung jawab hukum pidana, tanggal 24 November Tahun 2008,
perdata, dan administrasi. karena tidak memenuhi kewajiban

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

untuk membayar sisa tagihan sebesar melakukan kesalahan dan lalai


Rp.427.268.000,00 (Empat Ratus terhadap kewajibannya dalam
Dua Puluh Tujuh Juta Dua Ratus menjalani perawatan medis terhadap
Enam Puluh Delapan Rupiah). Selain Pasien Alm.Abdullah Anggawie.
menuntut pembayaran sisa tagihan, Putusan Majelis Hakim telah
Rumah Sakit Omni Medical Centre melindungi pihak Pasien sebagai
juga menuntut pembayaran bunga Konsumen Jasa Pelayanan Medis di
6% (Enam Persen) per tahun dari Rumah Sakit Omni dengan menolak
total tagihan. Sri Puji Astuti selaku tuntutan dari Rumah Sakit Omni
kuasa hukum tergugat, menjelaskan Medical Center untuk membayar
bahwa pada dasarnya, keluarga sebesar Rp. 427.268.836 (empat
almarhum Abdullah Anggawie tidak ratus dua puluh tujuh juta dua ratus
menolak untuk membayar tagihan enam puluh delapan ratus tiga puluh
biaya perawatan. Asalkan pihak enam rupiah). Sebenarnya Para
Rumah Sakit Omni memberikan Tergugat mengakui belum
klarifikasi atas tagihan. Karena melakukan pembayaran sisa tagihan
selama tiga bulan dirawat, keluarga biaya perawatan dan pengobatan
pasien tidak pernah diberi tahu Alm.Abdullah Anggawie, karena
mengenai penyakit yang diderita pihak Rumah Sakit Omni Medical
almarhum Abdullah Anggawie. Center tidak memberikan informasi
medis penyakit dari Alm.Abdullah
Pada akhirnya, gugatan yang Anggawie beserta penanganannya
dilayangkan Rumah Sakit Omni hingga meninggal dunia. Di samping
Medical Centre terhadap keluarga itu, pihak Rumah Sakit Omni
almarhum Abdullah Anggawie Medical Center tidak memberikan
ditolak. Majelis hakim yang diketuai klarifikasi tagihan biaya pengobatan,
Reno Listowo, menolak seluruh padahal sebagaimana hasil
gugatan Rumah Sakit Omni karena pertemuan tanggal 25 Februari
Rumah Sakit Omni dinilai lalai Tahun 2008 antara Para Tergugat
dalam melaksanakan kewajiban dengan Pihak Rumah Sakit Omni
hukumnya dengan menolak Medical Center yang dihadiri 9
memberikan medical record kepada (Sembilan) orang yang dipimpin oleh
keluarga pasien. Seharusnya, Dr.Mariyana telah disepakati dalam
keluarga pasien berhak mendapatkan waktu 2 atau 3 hari sejak pertemuan
medical record dari pihak Rumah tersebut akan diberikan klarifikasi
Sakit Omni Medical Centre agar dan penjelasan kepada pihak
keluarga mengetahui mengetahui keluarga Almarhum atas
bahwa pasien telah dirawat dengan permintaanya tersebut.
benar.
Tidak hanya Rekam Medis dan
Bentuk perlindungan terhadap Klarifikasi Tagihan biaya perawatan
pasien dalam kasus ini adalah yang tidak diberikan oleh Rumah
Putusan Majelis Hakim yang Sakit Omni Medical Center, namun
Menolak Gugatan Rumah Sakit dalam tindakan medis lainnya
Omni Medical Center, karena Rumah terdapat kejanggalan. Kejanggalan
Sakit Omni Medical Center telah yang dimaksud adalah dilakukannya

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hemodialysis atau cuci darah setiap melahirkan hak dan kewajiban


hari dari tanggal 19 (Sembilan belas) para pihak, dan bila tidak
sampat tanggal 31 (Tiga puluh Satu) dipenuhi maka akan
Mei 2007, terjadinya pergantian mengakibatkan ketimpangan yang
resep dokter setiap hari dari tanggal 4 memerlukan adanya suatu
(Empat) sampai tanggal 31 (Tiga perlindungan hukum dalam
puluh satu) Mei 2007, Thorax Foto bentuk tanggung jawab terhadap
sebanyak 7 (Tujuh) kali dari tanggal semua kerugian yang dapat dinilai
15 (Lima Belas) sampai tanggal 31 dengan uang dan kerugian
(Tiga puluh satu) Mei 2007, dan immaterial yang tidak bersifat
masih adanya tagihan syringe pump, kebendaan, namun dapat
infus, ventilator, oksigen setiap hari, diperkirakan nilai kebendaannya
padahal pada Rumah Sakit manapun berdasarkan kelayakan.
hal tersebut sudah termasuk biaya
pelayanan kamar Rumah Sakit. 2. Perlindungan Hukum terhadap
Itulah yang menjadi alasan pasien atas wanprestasi dalam
ditolaknya gugatan yang diajukan pelayanan medis menurut Putusan
oleh Rumah Sakit Omni Medical Pengadilan Jakarta Pusat No:
Center, karena Rumah Sakit Omni 396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST
Medical Center telah wanprestasi dan adalah ditolaknya gugatan yang
lalai melaksanakan kewajibannya. diajukan oleh Rumah Sakit Omni
Sehingga Rumah Sakit Omni Medical Center, karena Rumah
Medical Center tidak mendapatkan Sakit Omni Medical Center telah
bayaran yang harus diterima dari wanprestasi dan lalai dalam
pasien atas prestasinya. melaksanakan kewajibannya
dalam perawatan medis terhadap
Pasien Alm.Abdullah Anggawie.
IV. KESIMPULAN Putusan Majelis Hakim telah
1. Tanggung jawab Rumah Sakit atas melindungi pihak pasien sebagai
tidak terpenuhinya Prestasi konsumen jasa pelayanan medis
(wanprestasi) dalam pelayanan di Rumah Sakit Omni Medical
medis sebagai bentuk Center, dengan ditolaknya
perlindungan hukum terhadap tuntutan Rumah Sakit Omni
pasien adalah dengan penggantian Medical Center untuk membayar
biaya, rugi, bunga karena tidak sebesar Rp.427.268.836 (Empat
terpenuhinya perikatan. Tidak ratus dua puluh tujuh juta dua
terpenuhinya suatu perikatan ratus enam puluh delapan ribu
dikarenakan wanprestasi atau lalai delapan ratus tiga puluh enam
memenuhi perikatan yang telah rupiah). Seharusnya besaran biaya
dibuatnya. Rumah sakit yang dituntut adalah hak dari
bertanggung jawab terhadap Rumah Sakit Omni Medical
semua kerugian yang ditimbulkan Center atas prestasinya, namun
atas kelalaian yang dilakukan oleh karena wanprestasi dan kelalaian
tenaga kesehatan di Rumah Sakit. yang dilakukan oleh Rumah Sakit
Tanggung jawab Rumah Sakit Omni dalam hal tidak
timbul dari adanya suatu diberikannya Rekam Medis
perjanjian Terapeutik yang

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Alm.Abdullah Anggawie, Chazawi, Adami. 2007. Malpraktek


klarifikasi tagihan biaya Kedokteran. Malang:
perawatan yang juga tidak Bayumedia Publishing.
diberikan kepada pihak keluarga
serta keganjilan dalam tindakan Guwardi, J. 2007. Hukum Medis
medis yang dilakukan Rumah (Medical Law) cet 3. Jakarta:
Sakit Omni Medical Center, Balai Penerbit FKUI.
seperti dilakukannya
Hemodialysis atau cuci darah Guwandi, J. 2010 .Sekitar Gugatan
setiap hari dari tanggal 19 Malpraktik Medik. Jakarta: Balai
(Sembilan belas) sampat tanggal Penerbit Fakultas Kedokteran
31 (Tiga puluh Satu) Mei 2007, Universitas Indonesia.
terjadinya pergantian resep dokter
setiap hari dari tanggal 4 (Empat) Guwandi, J. 2011. Hukum Rumah
sampai tanggal 31 (Tiga puluh Sakit dan Corporate Liability.
satu) Mei 2007, Thorax Foto Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
sebanyak 7 (Tujuh) kali dari Kedokteran Universitas
tanggal 15 (Lima Belas) sampai Indonesia.
tanggal 31 (Tiga puluh satu) Mei
Hadiati, Hermien Koeswadji. 2002.
2007, dan masih adanya tagihan
Hukum untuk Perumahsakitan.
syringe pump, infus, ventilator,
Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
oksigen setiap hari, padahal pada
Rumah Sakit manapun hal Hanafiah, Amir, M.J,A. 1999. Etika
tersebut sudah termasuk biaya Kedokteran dan Hukum
pelayanan kamar Rumah Sakit. Kesehatan. Jakarta: EGC.
Sehingga Rumah Sakit Omni
Medical Center tidak berhak Hatta, Moh. 2013. Hukum Kesehatan
terhadap bayaran atas prestasinya. dan Sengketa Medik.
Yogyakarta: Liberty.

V. DAFTAR PUSTAKA Hanitijo, Ronny Soemitro. 1990.


Metodologi Penelitian Hukum
Buku : dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Adi, Rianto. 2004. Metodologi
Penelitian Sosial dan Hukum. HS, Salim. 2006. Perkembangan
Jakarta: Granit. Hukum Kontrak di Luar KUH
Perdata. Jakarta: Rajawali Press.
Amir, Amri. 1997. Bunga Rampai
Hukum Kesehatan. Jakarta: Mahmud, Peter Marzuki. 2007.
Widya Medika. Penelitian Hukum. Jakarta:
Kencana.
Chandrawila, Wila. 2001. Hukum
Kedokteran. Bnadung: CV. Nasution, A.Z. 1995. Konsumen dan
Mandar Maju. Hukum. Jakarta: Pustaka
Harapan.

9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Nasution, Bahder Johan. 2005. Surachmad, Winarno. 1973. Dasar


Hukum Kesehatan: Pertanggung dan Teknik Research : Penelitian
jawaban Dokter. Jakarta: Metode Ilmiah . Bandung: CV
PT.Raja Grafindo. Warsito.

Waluyo, Bambang. 1991. Penelitian


Hukum dan Praktek . Jakarta:
Nasution, S. 2002. Metode Penelitian Sinar Grafika.
Kualitatif. Tarsito: Bandung
Peraturan Perundang-undangan :
Njatrijani, Rinitami. 2014. Teaching
Material Hukum Perlindungan Undang-Undang Dasar Negara
Konsumen. Semarang: Republik Indonesia Tahun 1945
Universitas Diponegoro.
Kitab Undang-Undang Hukum
Perbacaraka. 2010. Perihal Kaedah Perdata
Hukum. Bandung: Citra Aditya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Rachman, Hasanudin. 2000. Legal 1999 Tentang Perlindungan
Drafting. Bandung: PT Citra Konsumen
aditya Bakti.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun
Ratman, Desriza. 2013. Aspek 2004 Tentang Praktek
hukum Informed consent dan Kedokteran
rekam medis dalam transaksi
terapeutik. Bandung: Keni Undang-undang nomor 40 tahun
Media. 2007 Tentang Perseroan
Terbatas
Shidarta. 2006. Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia Edisi Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Revisi. Jakarta: Grasindo. 2009 Tentang Kesehatan

Sidabalok, Janus. 2010. Hukum Undang-Undang Nomor 44 Tahun


Perlindungan Konsumen Di 2009 Tentang Rumah Sakit
Indonesia. Bandung: PT Citra
Aditya. Peraturan Menteri Kesehatan No.
296/Menkes/PER/III/2008
Siswati, Sri. 2013. Etika dan Hukum Tentang Rekam Medis
Kesehatan Dalam Perspektif
Undang-Undang Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan No.
Jakarta: PT Raja Grafindo. 749a/Menkes/Per/XII/1989
Tentang Rekam Medis
Soekanto, Soerjono dan Sri Keputusan Menteri Kesehatan
Mamudji. 2001. Penelitian RI Nomor.
Hukum Normatif Suatu Tinjauan 1197/MENKES/SK/X/2004
Singkat. Jakarta: Rajawali Pers. Tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit

10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Keputusan Menteri Kesehatan Medis yang dilakukannya.


No.129/Menkes/SK/II/2008 Manado: Universitas
Tentang Standar Operasional SamRatulangi.
Minimal Rumah Sakit
Website :
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat No. Status Hukum art in the science of
396/PDT.G/2008/PN.JKT.PST law”Badan Hukum, diakses dari
http://statushukum.com/badan-
Jurnal/Karya Tulis : hukum.html

Christiawan, Train. 2014. Makalah http://www.academia.edu/7381077/


“Hubungan Dokter Pasien dan MODUL_STANDAR_OPERAT
Rumah Sakit”. Bandung: ING_PROCEDURES_SOP,
Universitas Padjajaran.
http://www.hukumonline.com/berita/
Departemen Kesehatan RI. 1982. baca/hol22302/imedical-recordi-
Sistem Kesehatan Nasional. hak-pasien

Hadiati, Hermien Koeswadji. http://megapolitan.kompas.com/read/


Makalah Simposium Hukum 2009/06/15/14024411/Gugatan.
Kedokteran (Medical Law). RS.Omni.Pulomas.ke.Pasien.Dit
Jakarta: Badan Pembinaan olak
Hukum Nasional.
http://www.alodokter.com/cuci-
Ruhtiani, Maya. 2012. Perlindungan darah-untuk-mengatasi-gagal-
Hukum Pasien sebagai ginjal
Konsumen Jasa dalam
Pelayanan Kesehatan di Rumah http://www.tempo.co/read/fokus/200
Sakit Umum Daerah 9/06/05/650/RS-Omni-Juga-
Tasikmalaya. Purwokerto: Gugat-Pasien-Meninggal
Universitas Jendral Soedirman.
http://www.prodia.co.id/ProdukLaya
Valendri, Inggrid. 2014. nan/PenunjangDiagnostik/rontge
Penyelesaian Wanprestasi dalam n/,
Perjanjian Rawat Inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Tebing dari
Tinggi Kabupaten Empat http://halosehat.com/review/tind
Lawang”. Bengkulu: Universitas akan-medis/bahaya-rontgen
Bengkulu.
http://kebijakankesehatanindonesia.n
Yuriko, Grace Bawole. 2013. Rumah et/sites/default/files/file/2011/M
Sakit sebagai Badan Hukum %20Nasser.pdf
bertanggungjawab atas Tindakan

11

Anda mungkin juga menyukai