BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, pemeriksaan fisik, diagnosa
banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis pada tenosinovitis.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya tenosinovitis.
1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah orthopedi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tangan
2.1.1 Tulang-tulang tangan (Snell, 2006)
Tulang atau rangka terdiri dari tulang-tulang pergelangan tangan (ossa
carpi), tulang-tulang telapak tangan (ossa metacarpi) dan ruas-ruas jari tangan
(phalanges digitorum manus).
1) Ossa Carpi
Ossa carpi terdiri dari delapan buah tulang-tulang kecil yang letaknya teratur.
a) Os Scapoideum
Os scapoideum berbentuk seperti perahu dengan dataran proksimal yang
konvek dan bersendi dengan radius.
b) Os Lunatum
Os lunatum berbentuk seperti bulan sabit, dengan dataran proksimal yang
konvek untuk bersendi dengan radius.
c) Os Triquetum
Os triquetum mempunyai tiga sisi, bagian proksimal berhubungan dengan
bagian distal.
d) Os Pisiforme
Os pisiforme tulang kecil seperti biji kacang yang melekat di dataran volair
os triquetum.
e) Os Trapezium
Os trapezium mempunyai hubungan dengan os naviculare, os trapezoideum
dan dengan metacarpus I dan II.
f) Os Capitatum
Os capitatum berbentuk bulat dan panjang sehimgga disebut caput.
g) Os Hamatum
Os hamatum mempunyai bentuk seperti lidah, tulang ini berhubungan
dengan os triquetum, os capitulum dan os metacarpus II.
h) Os Trapezoideum
Os trapezoideum, os capitulum, dan os scapoideum pada os metacarpus II.
3
2) Ossa metacarpi
Ossa metacarpi terdiri dari tiga bagian yaitu basis, corpus dan capitulum.
a) Basis
Pada metacarpi nomor 1 dataran seperti pelana, basis metacarpi nomor 2
dataran sendi menghadap ke arah ulnar, basis nomor 3 dataran sendi
bersendi dengan nomor 4 dan nomor 2. Basis nomor 4, facit menghadap ke
ulnar serta basis nomor 5 hasilnya tidak bersudut tetapi membulat dengan
dataran sendi ke arah radial.
b) Corpus
Corpus berbentuk langsing dengan fasies dorsalis yang konvex dan facies
volaris yang konkaf.
c) Capitulum
Capitulum ini berbentuk membulat dan bersendi dengan phalanges.
3) Phalanges digitorum manus
Phalangis digitorum terdiri dari tiga buah phalang kecuali ibu jari terdiri dari
dua buah phalang.
a) Phalanges I
Basisnya konkaf, ujung distalnya disebut trochlia dan di tengah-tengahnya
ada sulcus sehingga terbagi menjadi dua buah condyli.
b) Phalanges II
Basisnya di tengah-tengah mempunyai crista.
c) Phalanges III
Merupakan phalang terkecil pada ujung distalnya disebut tuberositas
unguicularis.
4
repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-tiba. Sebagian besar
tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena
tendon menjadi lebih peka terhadap cedera, elastisitasnya berkurang.
Tendinitis juga terjadi pada usia muda karena olahraga yang berlebihan atau
gerakan yang berulang-ulang (Snell, 2006).
S e l u b u n g t e n d o n j u g a d a p a t t e r k e n a
p e n y a k i t s e n d i , s e p e r t i a r t r i t i s rheumatoid,
skleroderma sistemik, gout dan sindroma reiter. Pada dewasa
m u d a y a n g menderita gonore (terutama wanita), bakteri gonokokus
bisa menyebabkan tenosinovitis (tendinitis yang disertai dengan
peradangan pada selubung pelindung di sekeliling tendon), biasanya
pada tendon di bahu, pergelangan tangan, jari tangan, pingggul, pergelangan kaki
dan kaki. Ada beberapa penyakit yang menyebabkan tendinitis, diantaranya
adalah rheumatoidartritis, gout, reiter’s syndrome, lupus dan diabetes. Orang
dengan penyakit gout ada kristal a s a m u r a t yang nampak pada
pembungkus tendon yang menyebabkan gesekan dan
robekan. Kadar kolesterol darah yang sangat tinggi juga dapat
berhubungan dengan kondisi ini. Tendon pada jari-jari melewati ligamen,
yang bertindak sebagai katrol (Snell, 2006).
Gambar di bawah ini menjelaskan tentang otot-otot tangn bagian palmar, berikut :
2) Arteri
a) Arteri Radialis
Arteri radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteri
brachialis yang berjalan di bawah tendon extensor pollicis longus memasuki
telapak tangan, kemudian bercabang menjadi arteri radialis indicis yang
mensuplai sisi lateral jari telunjuk. Sewaktu memasuki telapak tangan arteri
radialis membelok ke medial berlanjut sebagai arcus palmaris superficial.
b) Arteri Ulnaris
Arteri ulnaris juga merupakan cabang terminal yang lebih kecil dari
arteri brachialis, memasuki telapak tangan anterior memberi cabang
profunda dan berlanjut sebagai arcus palmaris superficialis yang bercabang
menjadi empat arteriole digitalis yang mensuplai sisi medial jari kelingking,
jari manis, jari tengah dan jari telunjuk .
2.2.5 Persarafan pada tangan (Snell, 2006).
1) Nervus radialis
Nervus radialis berasal dari fasiculus posterior plexus brachialis. Pada fossa
cubiti nervus radialis bercabang menjadi radialis profundus dan radialis
superficialis yang mensarafi kulit bagian ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.
2) Nervus medianus
Nervus medianus timbul dari plexus brachialis yang berjalan sebagian besar
ke otot-otot flexor pronator dari lengan bawah sampai tangan, kemudian cabang
motorik mensarafi otot lumbricalis pertama dan otot thenar yang terletak
superficial terhadap tendon m. flexor pollicis longus. Cabang sensorik mensuplai
kulit palmar ibu jari sampai setengah jari tengah (Snell, 2004).
3) Nervus ulnaris
Nervus ulnaris merupakan cabang yang terbasar dari fasciculus medialis
plexus brachialis. Nervus ulnaris berjalan turun pada sisi medial lengan sampai di
belakang epicondylus medialis humeri dan ke bawah menelusuri sisi ulnar lengan
bawah untuk masuk ke dalam tangan. Cabang-cabang motoriknya mempersarafi
seluruh otot profunda yang kecil yang berada di sebelah medial tendo m. flexor
longus ibu jari tangan kecuali dua buah otot lumbricalis yang pertama. Cabang
sensorik mensuplai kulit jari kelingking, bagian medial tangan serta jari manis.
12
melubrikasi dan membuat tendon menjadi lembab. Gerakan yang tidak biasa atau
repetitive minor trauma menyebabkan peradangan pada sinovium yang
mengakibatkan penebalan dari selubung tendon dan stenosis dari kompartmen
yang pada akhirnya menyebabkan penekanan pada tendon. Beberapa jenis
tenosinovitis yang sering terjadi adalah trigger finger dan de quervain’s
tenosinovitis (Scott, 1999).
d e n g a n d i a b e t e s y a n g t e r k o n t r o l . I n i j u g a t a m p a k n y a menjadi
resiko lebih tinggi terjadinnya trigger finger pada pasien dengan
karpal tunnel sindrome, penyakit de Quervain, hypothyroidism, rheumatoid
artritis, penyakit ginjal, dan amyloidosis. Jari manis adalah yang paling umum
terpengaruh, diikuti oleh jempol (memicu jari), panjang, indeks dan kecil jari pada
pasien dengan beberapa memicu angka (Richardson & Iglarsh, 1994).
2.4.3 Etiologi
Penyebab potensial trigger finger telah dapat dijelaskan, tetapi etiologi tetap
idiopatik, artinya penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan
disebabkan oleh trauma lokal dengan s t r e s d a n g a y a d e g e n e r a t i f .
Ada yang menghubungkan penyebab trigger finger
k a r e n a penggunaan fleksi tangan yang terus-menerus dan pada tiap individu
sering dengan penyebab m u l t i f a k t o r . o l e h k a r e n a i t u s e r i n g d i s e b u t
d e n g a n t e n o s i n o v i t i s s t e n o s i n g ( s t e n o s a n tenovaginitis khusus
pada jari). Stenosing berarti penyempitan terowongan atau tabung
seperti struktur (selubung tendon). Tenosinovitis berarti radang tendon
(Richardson & Iglarsh, 1994).
Pasien dengan riwayat penyakit kolagen vaskular seperti rheumatoid artritis,
diabetes melitus, artritis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis
dan pigmented vilonodular synovitis memiliki faktor resiko lebih besar
terkena trigger finger dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat tersebut.
Mekanisme terjadinya keadaan ini adalah adanya aktifitas -aktifitas
fisik yang berat dan berulang -ulang pada orang yang mempunyai
kecenderungan pengumpulan cairan di s e k i t a r tendon dan
sendinya seperti pasien diabetes melitus dan rheumatoid
a r t r i t i s . Pengumpulan cairan disekitar tendon ini menyebabkan
terjadinya penebalan nodule tendon (biasanya pada tendon m.fleksor
digitorum profundus) sehingga tendon yang bengkak ini bisa mengganggu
gerakan normal pada tendon. Adanya pembengkakan ini mudah sekali
tendon t e r j e p i t s e h i n g g a j a r i s u s a h u n t u k d i f l e k s i k a n ( m a c e t )
a t a u t e r k u n c i p a d a p o s i s i n y a d a n mengakibatkan jari terasa sakit
20
yang kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak pada distal
katrol, mengakibatkan kesulitan pasien meregangkan jari (Scott, 1999).
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian
bawah jalur yang melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal
katrol, maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus. Sebaliknya,
jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol, maka jari pasien
dapat macet dalam posisi tertekuk. B i a s a n y a , tendon fleksor
pada jari mampu bergerak bolak-balik di bawah
katrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor membatasi
mekanisme pergerakan normal. Nodul mungkin saja dapat
m e m b e s a r p a d a t e n d o n y a n g m e n y e b a b k a n t e n d o n terjebak di tepi
proksimal katrol A1 ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga
menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat
dibuat untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari
ekstensor jari atau dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan
mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), jari macet yang terkunci
tadi terbuka dengan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal
hingga kedalam aspek proksimal digit (Scott, 1999).
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah
jalur y a n g m e l e w a t i k a t r o l A 1 . J i k a n o d u l t e r d a p a t p a d a
d i s t a l k a t r o l A 1 ( s e p e r t i y a n g ditunjukkan dalam gambar ini),
maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus. Sebaliknya, jika
benjolan terdapat pada proksimal dari katrol A1, maka jari pasien dapat macet
dalam posisi tertekuk (Scott, 1999).
2.4.5 Manifestasi Klinis
Diagnosa dibuat secara eksklusif dengan anamnesa yang
menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Trigger finger dapat mengenai lebih dari
satu jari pada satu waktu, meskipun biasanya l e b i h s e r i n g t e r j a d i p a d a i b u
j a r i , t e n g a h , a t a u j a r i m a n i s . Trigger finger biasanya lebih menonjol
di pagi hari atau saat memegang obyek dengan kuat. Gejala ini muncul
biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala -gejala ini
termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa
22
tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak
melakukan aktivitas, misalnya saat anda bangun pagi. Dan kadang kekakuan
akan berkurang saat melakukan aktivitas. Kadang-kadang jika tendon terasa bebas
bisa bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi dislokasi /pergeseran
sendi. Pada kasus-kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan
dengan bantuan. Pasien dengan diabetes biasanya akan terkena lebih parah (Scott,
1999).
Pada tingkat sendi palmaris distal, nodul bisa teraba
lembut, biasanya di atas sendi metakarpofalangealis (MCP).
Jari yang terkena bisa macet dalam posisi menekuk atau
(kurang biasa) posisi diperpanjang. Ketika pasien berusaha
untuk memindahkan angka lebih kuat melampaui pembatasan, angka mungkin
cepat atau memicu melampaui pembatasan. Trigger finger dapat sangat
menyakitkan bagi pasien. Dalam kasus yang parah, pasien tidak mampu untuk
menggerakkan jari yang melampaui rentang gerak. Pada ibu jari yang
macet, pada palpasi yang lembut dapat ditemukan nodul pada aspek
palmar sendi MCP pertama dari sendi palmaris distal (Scott, 1999).
kearah ulnar deviasi (Abduksi ulnar). Positif jika timbul nyeri yang
hebat pada kedua tendon otot tersebut tepatnya pada prosesus styloideus
radial. Yang memberikan indikasi adanya tenosinovitis pada ibu jari.
huruf O, jika tidak dapat dilakukan gerakan tersebut indikasi kelemahan pada
otot interossei anterior, FDP dan FPL.
6. Froment’s Sign
Dalam hal ini pasien mencoba untuk memegang selembar kertas
diantara ibu jari dan jari telunjuk, ketika pemeriksa mencoba untuk menarik
kertas tersebut keluar phalangs terminal ibu jari fleksi, hal ini disebabkan
karena paralysis dari otot adduktor pollisis yang memberi indikasi tes positif.
Tes ini memberi indikasi paralysis nervus ulnaris.
Pecah tendon adalah komplikasi yang sangat jarang, hanya satu kasus yang
dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis
l e m a k , h i p o p i g m e n t a s i k u l i t sementara elevasi glukosa serum pada
penderita diabetes dan infeksi. Jika gejala tidak hilang s e t e l a h i n j e k s i
pertama atau muncul kembali setelah itu, suntikan kedua
b i a s a n y a l e b i h mungkin untuk berhasil sebagai tindakan awal.
b. Terapi Non-Farmakologi
Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada
daerah yang bengkak dan nyeri.
Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti
latihan jari yang berulang-ulang.
Splinting
Tujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang
disebabkan oleh pergerakan t e n d o n f l e k s o r m e l a l u i k a t r o l
A1 yang sakit sampai hilangnya peradangan. Secara
umum splinting merupakan pilihan pengobatan yang tepat pada
pasien yang menolak atau ingin menghindari injeksi
kortikosteroid. Sebuah studi pekerja manual dengan
interfalangealis distal (DIP) di splint dalam
ekstensi penuh selama 6 minggu menunjukkan
pengurangan gejala pada lebih dari 50% pasien. Dalam studi lain, splint
sendi MCP di 15 derajat fleksi (meninggalkan sendi PIP dan DIP bebas)
yang ditampilkan untuk memberikan resolusi gejala di 65% dari pasien
tindak lanjut. Untuk pasien yang paling terganggu oleh gejala mengunci di
pagi hari, splinting sendi PIP pada malam hari dapat menjadi efektif.
Splinting menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah pada
pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau lama.
31
Injeksi
Penggunaan teknik steril dapat meminimalkan masalah ini.
Pendarahan
Ini dapat diminimalkan dengan menerpkan tekanan langsung
segera setelah prosedur tersebut. Perhatian harus
d i l a k u k a n s e b e l u m s u n t i k p a s i e n dengan gangguan pendarahan.
Melemahnya tendon
Ini meningkatkan risiko ruptur tendon berikutnya,
kemungkinan yang menjadi perhatian khusus jika suntikan dilakukan salah
(khusus, jika injeksi ini dikelola ke tendon itu sendiri bukan
hanya dalam selubung tendon). Risiko dapat meningkat dengan
beberapa suntikan, namun setidaknya beberapa peneliti klinis
(misalnya Anderson dan Kaye) tidak menemukan episode rupture tendon
setelah injeksi kortikosteroid untuk kondisi ini, bahkan dengan suntikan
ulang.
Atrofi lemak yang terjadi secara lokal di tempat suntikan atrofi semacam
itu dapat terjadi jika kortikosteroid yang
d i s u n t i k k a n k e d a l a m j a r i n g a n s u b k u t a n . Komplikasi
ini dapat menyebabkan depresi kosmetik di kulit.
Infiltrasi saraf dan cedera saraf berikutnya
Komplikasi ini jarang terjadi, bisa dipantau oleh sensasi menilai seluruh
digit.
2.4.13 Prognosis
Prognosis pada trigger finger s a n g a t b a i k , k e b a n y a k a n p a s i e n
m e r e s p o n t e r h a d a p injeksi kortikosteroid dengan atau tanpa bebat
terkait. Beberapa kasus jari macet mungkin d a p a t sembuh
secara spontan dan kemudian terulang kembali
tanpa korelasi y a n g jelas dengan pengobatan atau faktor
memperburuk (Richardson & Iglarsh, 1994).
34
3.1 Kesimpulan
Tenosinovitis merupakan suatu peradangan yang melibatkan tendon
dan/atau selubungnya (tendon sheath) yang mengakibatkan pembengkakan dan
nyeri. Penyebab dari pembengkakan belum jelas dapat diakibatkan oleh trauma,
penggunaan yang berlebihan dari repetitive minor trauma, strain atau infeksi.
Beberapa jenis tenosinovitis yang sering terjadi adalah trigger finger, de
quervain’s tenosinovitis serta akut flexor tenosinovitis.
Kelainan ini cukup diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, jarang
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti foto x-ray. Penatalaksanaan pada kasus
ini dapat berupa farmakologi, non farmakologi maupun pembedahan.
3.2 Saran
Setelah mengkaji referat ini disarakan kepada pembaca maupun penulis
untuk menambah wawasan lebih dalam lagi melalui sumber-sumber lain yang
lebih relevan terutama pada kasus tenosinovitis dan tatalaksana lanjut pada
kelainan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
37