Anda di halaman 1dari 11

BAHAN BACAAN

SESI 13: PELAYANAN BAGI DISABILITAS BERAT

DISABILITAS

1. Apa yang dimaksud dengan penyandang disabilitas?


Menurut Convention On The Rights of Persons With Disabilities (Konvensi
Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas) yang telah disahkan dengan UU No 19
Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights of Persons With
Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas), penyandang
disabilitas termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau
sensorik dalam jangka waktu lama di mana ketika berhadapan dengan berbagai
hambatan, hal ini dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam
masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.

Sedangkan menurut UU No 8/2016, Penyandang disabilitas adalah setiap orang


yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental dan/ atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan
untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penyandang disabilitas diakui sebagai
bagian integral bangsa Indonesia, yang tidak terpisahkan dari anggota masyarakat
lainnya. Penyandang disabilitas mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran
yang sama sebagai warga negara Indonesia. Penyandang disabilitas merupakan aset
negara bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kelebihan dan
kekurangan tersendiri sebagaimana manusia lainnya. Kelebihan dan Kekurangan yang
dimiliki penyandang cacat/disabilitas dapat dikembangkan sesuai dengan talenta yang
dibawa sejak lahir. Namun karena kecacatan yang disandangnya, penyandang
disabilitas mengalami hambatan secara fisik, mental dan sosial, dan juga untuk
mengembangkan dirinya secara maksimal.

62
2. Hak-Hak Penyandang Disabilitas
Di beberapa tempat, penyandang disabilitas masih banyak yang berada dalam
kondisi ditelantarkan, ditinggalkan, diskriminasi, atau bahkan banyak yang
mengalami perlakuan salah lainnya seperti kekerasan seksual dan eksploitasi
karena ke disabilitasan yang dimilikinya. Para penyandang disabilitas kerap
menghadapi berbagai bentuk pengucilan dan hal itu mempengaruhi mereka dalam
berbagai tindakan tergantung dari jenis disabilitas yang mereka alami, dimana
mereka tinggal dan budaya yang
berlaku di tempat tersebut (UNICEF: AKU BERHAK……
2013).  Hidup
Pemerintah di beberapa Negara
 Bebas dari cercaan
mencoba memperjuangkan hak-hak
para penyandang disabilitas dengan  mendapat perlindungan
bersama-bersama menetapkan
Konvensi Hak Penyandang Disabilitas  mendapat bantuan hukum
(KHPD)/ Convention on the Rights of
 bersekolah
Persons with Dissabilities (CRPD).
Konvensi ini dibuat agar para  bekerja
penyandang disabilitas bisa
 hidup sehat
menikmati hak-hak mereka tanpa
diskriminasi apa pun. Selain itu,  beribadah
konvensi ini juga menegaskan bahwa
penyandang disabilitas memiliki hak  berekreasi
yang sama seperti warga Negara
 berolahraga
lainnya.
 Bebas dari kekerasan, eksploitasi
Di Indonesia, Hak-Hak penyandang
disabilitas diatur didalam UU No 8  Tidak dikucilkan
Tahun 2016 yang meliputi:
 Diperlakukan sama dengan orang lain
a. Hidup 
b. Bebas dari stigma
c. Privasi
d. Keadilan dan perlindungan hukum
e. Pendidikan
f. Pekerjaan, kewirausahaan, koperasi
g. Kesehatan

63
h. Politik
i. Keagamaan
j. Keolahragaan
k. Kebudayaan dan Pariwisata
l. Kesejahteraan Sosial
m. Aksesibilitas
n. Pelayanan Publik
o. Perlindungan dari Bencana
p. Habilitasi dan rehabilitasi
q. Konsesi
r. Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
s. Berekspresi, berkomunikasi dan memperoleh informasi
t. Berpindah tempat dan kewarganegaraan
u. Bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan dan eksploitasi

3. Ragam Disabilitas & tingkatannya


Menurut UU Nomor 8 Tahun 2016, Ragam Disabilitas dibagi menjadi empat,
yaitu:
a. Penyandang Disabilitas fisik
Disabilitas ini berhubungan dengan kerusakan atau kelainan pada tulang, sendi,
dan otot/ sistem syaraf. Disabilitas fisik contohnya adalah:
 Disabilitas tubuh/ daksa
 Kehilangan anggota tubuh akibat amputasi
 Celebral palsy (kerusakan fungsi otak yang menyebabkan
gangguan pergerakan, keseimbangan dan kejang otot, yang terdiri
dari:
o Hemiplegia (gangguan pada fungsi separuh/ sebagian gerak
pada bagian kanan atau kiri tubuh)
o Diplegia (gangguan minimal pada fungsi gerak bagian atas
tubuh dan domain pada ekstremitas gerak bawah tubuh)
o Quadryplegia (kelumpuhan pada tangan dan kaki secara
keseluruhan)

64
 Polio (kelainan pada anggota tubuh seperti kaki kecil sebelah atau
lumpuh sebagai akibat terserang virus polio)
 Meninghitis (peradangan pada otak yang mengakibatkan
terganggunya fungsi otak sehingga anak mengalami kecacatan
seperti lumpuh, kemunduran mental)
 Muscular Distropy (pengecilan/ pengerutan otot karena masalah
genetik)
 Multiple scelerosis (layuh otot)
 Spinabifida (kelainan pada hidrocepalus dan kelemahan/
kelumpuhan pada kedua tungkai yang disertai dengan gangguan
pada BAB dan BAK)

Karakteristik sosial psikologis Penyandang cacat tubuh secara umum


memiliki kecenderungan dan karakteristik sosial psikologis antara lain:

 Rasa ingin disayang yang berlebihan dan mengarah over protection;


 rendah diri;
 kurang percaya diri;
 mengisolir diri; emosional labil;
 cenderung hidup senasib;
 agresif; ada perasaan tidak aman;
 cepat menyerah;
 apatis;
 kekanak-kanakan dan
 melakukan mekanisme pertahanan diri.

b. Penyandang Disabilitas Intelektual


Mencakup berbagai kekurangan intelektual, Contohnya,
anak yang mengalami down syndrome.
c. Penyandang Disabilitas mental
Disabilitas mental mengacu pada ketidakberfungsian
intelektual yang disertai ketidakmampuan adaptasi
perilaku dan terjadi selama masa perkembangan

65
 Kemampuan perilaku (menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-V-TR)
 Menurut gangguan perkembangan
 ADD/ ADHD (Attention defisit disorder/ attention deficit hyperactivity
disorders) gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas)
 Eks psikotik (derajat gangguan mental dan atau psikologis berat)
d. Penyandang disabilitas sensorik
Disabilitas sensorik merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu indera
dan istilah ini biasanya digunakan terutama pada penyandang disabilitas yang
mengacu pada gangguan pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga
bisa terganggu. Contoh disabilitas sensorik adalah:
1. Disabilitas netra (penglihatan)
Disabilitas netra adalah individu yang mengalami gangguan penglihatan
secara total maupun sebagian
 Total blind/ Buta total (kehilangan kemampuan penglihatan secara total)
 Low vision/ kurang awas pada jarak pandang tertentu atau masih
memiliki sisa penglihatan

Penyandang disabilitas netra memiliki karakteristik umum yang merupakan


stereotip-stereotip, yaitu perilaku yang terbentuk karena adanya keinginan
dari dalam untuk bergerak. Gerakan tersebut antara lain:
1) Menggerakkan badan ke depan dan belakang;
2) Meletakkan kepalan atau jari ke mata;
3) Mengayunkan jari di depan mata;
4) Berputar-putar dengan cepat, dan
5) Menundukkan kepala dalam-dalam.

Sementara itu karakteristik khusus penyandang disabilitas netra adalah:


1) Gerakan tubuh kurang seimbang;
2) Kurang atau tidak sensitif terhadap kebutuhan orang lain;
3) Bagi yang sudah sukses beradaptasi dengan lingkungan biasanya
memiliki kemampuan lebih dalam mengingat.

66
2. Disabilitas Rungu-Wicara
 Disabilitas rungu yaitu individu yang mengalami kerusakan alat dan
organ pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima
atau menangkap bunyi atau suara
 Disabilitas wicara yaitu individu yang mengalami kerusakan atau
kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-kata, ketepatan dan
kecepatan berbicara serta produksi suara. Adapun ciri-cirinya adalah: 1)
tidak dapat memproduksi suara atau bunyi; 2) kurang atau tidak menguasai
perbendaharaan kata; 3) Gagap/ starting; dan 4) berkomunikasi dengan
menggunakan gerakan tubuh atau simbol.
 Rungu wicara yaitu ketidakmampuan dalam memproduksi suara dan
berbahasa yang disebabkan karena kerusakan alat dan organ pendengaran
sehingga individu tidak mengenal cara mempergunakan organ bicara dan
tidak mengenal konsep bahasa

Penyandang disabilitas rungu wicara, yang terdiri dari cacat rungu total dan
kurang dengar, memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pada waktu bicara, tidak jelas kata/kalimat yang diucapkan.


2) Pada waktu bicara diikuti dengan gerakan anggota badan seperti kepala,
tangan, bibir dan lainnya yang melambangkan isyarat. Sulit memahami ucapan
orang lain kecuali dengan melihat gerakan bibir atau gerakan tangan.

Tingkatan Disabilitas
a. Penyandang disabilitas berat
adalah penyandang disabilitas yang kedisabilitasannya sudah tidak dapat
direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau
sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain, dan tidak mampu
menghidupi diri sendiri.
b. Penyandang disabilitas sedang
adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu latih), fisik dan
mental (ganda) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi dua tangan atas siku,
amputasi kaki atas lutut, atas paha, tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya.

67
Penyandang disabilitas tersebut selain mampu melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri dan tidak sepenuhnya memerlukan pertolongan orang lain, juga masih bisa
diberdayakan/direhabilitasi.
c. Penyandang disabilitas ringan
adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu didik dan mampu
latih) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi tangan atau kaki, salah satu kaki
layuh, tangan/kaki bengkok. Penyandang disabilitas tersebut mampu melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri dan tidak memerlukan pertolongan orang lain, juga
masih bisa diberdayakan/direhabilitasi.
Penyandang Disabilitas Ganda
Ragam Penyandang Disabilitas dapat dialami secara adalah seseorang yang
tunggal, ganda atau multi dalam jangka waktu lama yang menyandang lebih dari satu
disabilitas
ditetapkan oleh tenaga medis.

4. Penanganan penyandang disabilitas di dalam keluarga


Pengasuhan yang baik bagi penyandang disabilitas adalah dengan cara:
 Mengikuti proses perkembangan anak
(apabila masih usia anak)
 Memberikan perawatan dasar,
misalnya: makanan, pakaian, alas tidur
o Memberikan nutrisi tambahan
(untuk anak yang kekurangan
nutrisi)
o Selalu mengganti pakaian yang bersih
o Menjemur anak agar mendapatkan sinar matahari yang cukup
o Menjaga kesehatan (pemeriksaan rutin ke puskesmas dan patuh
obat)

 Memberikan Kasih sayang dan perhatian


 Memberikan rasa aman dan nyaman
 Memberikan stimulasi, misalnya diajak bicara, merespon keinginan
 Memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas berat untuk tetap
memperoleh pelayanan sosial dasar (akte kelahiran, kesehatan)

68
 Memberikan
Prinsip pelayanan di keluarga:
kesempatan
berinteraksi  Penerimaan, keluarga menerima penyandang disabilitas (PD)
apa adanya sebagai anugerah Tuhan
dengan
 Individualisasi, keluarga memandang PD sebagai individu
lingkungan yang unik, berbeda dengan yang lainnya
tempat tinggal  Keterbukaan dan tanpa diskriminasi, keluarga bersikap
terbuka dan tidak menutup-nutupi serta tidak
 Penyandang menyembunyikan PD
disabilitas  Komunikasi, keluarga melakukan komunikasi efektif dengan
diasuh oleh PD
 Partisipasi, kelurga melibatkan PD dalam seluruh aktivitas
keluarga inti keluarga dan masyarakat
 Memberikan  Tidak menghakimi, keluarga tidak memberikan stigma
bimbingan kepada PD
 Kesetaraan hak, keluarga memperlakukan PD setara dengan
aktivitas anggota keluarga lain
kehidupan  Penghormatan, keluarga menghormati PD apa adanya
sehari-hari  Dukungan, keluarga mendukung PD mengembangkan
potensinya secara maksimal
(AKS)
o Makan
minum
o Melatih membersihkan diri (mandi, sikat gigi, cuci rambut,
menggunakan kamar kecil/ WC, berpakaian, merias diri dan
menggunakan alas kaki)
o Meningkatkan minat dan potensi anak (bernyanyi, bermusik, olah
raga dan menari)
 Memberikan terapi oleh keluarga
Keluarga dapat memberikan terapi kepada para penyandang disabilitas
berat sesuai dengan kebutuhannya. Keluarga dapat memberikan terapi atas
saran dan keterampilan yang diperoleh oleh terapis, seperti:

o Disabilitas Daksa dan Celebral Palsy


Orangtua/ anggota keluarga lainnya melatih menggerakkan tangan
penyandang disabilitas fisik atau melatih gerak anggota tubuh
lainnya
 Menjaga keamanan dan keselamatan anak dari tindakan kekerasan,
eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran

69
 Tidak memberikan mengucilkan dan tidak melakukan diskriminasi

Aksesibilitas dalam rumah tangga:


Perabot
 Penataan ruang harus menyisakan/ memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang
cukup bagi PD
 Perabot dalam rumah (lemari pakaian, lemari pakaian, lemari buku, rak piring, rak
sepatu) harus dapat diakses PD
 Peletakan dan penataan barang-barang jangan dipindah-pindah, apabila akan
dipindahkan harus diinformasikan kepada PD
 Perlengkapan, peralatan yang diperlukan PD dalam melakukan kegiatan sehari-
hari seperti tombol/ stop kontak dan pencahayaan harus dipasang dekat tempat
tidur PD untuk mempermudah PD menggunakannya
 Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai
dan mudah dijangkau PD
 Untuk penyandang disabilitas sensori, pengaturan tingkat pencahayaan dan level
suara diperlukan.
Penggunaan Tanda/ petunjuk
Tanda yang dibutuhkan PD untuk aktivitas sehari-hari agar dapat memberi arah
pada PD harus mudah diakses. Seperti: KM/WC, telpon, kamar tidur, kamar makan,
tempat bermain, ruang belajar dll.
Penempatan petunjuk/ tanda tersebut harus sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa
penghalang. Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu pada saat gelap.

5. Peranan Masyarakat terhadap Penyandang Disabilitas berat


Masyarakat memiliki peran dan tanggungjawab terhadap pemenuhan hak-hak
Penyandang Disabilitas Berat.
Unsur masyarakat diharapkan dapat :
a. Membantu jika ada penyandang disabilitas berat yang
membutuhkan pertolongan/ bantuan
b. Memberi kemudahan penyandang disabilitas berat
untuk mendapat kemudahan dalam penggunaan
sarana/ prasarana umum di masyarakat

70
c. memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di lingkungan
d. Memberikan informasi jika terdapat keluarga dan/ penyandang disabilitas
memerlukan infomasi rujukan
e. Menghimbau kepada keluarga yang memiliki penyandang disabilitas berat agar
penyandang disabilitas berat terpenuhi haknya
f. Menginformasi kepada pihak terkait/ tokoh masyarakat jika terdapat penyandang
disabilitas berat yang belum mendapatkan hak-haknya.

APA YANG BISA DILAKUKAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT??


• Memudahkan penyandang disabilitas dalam pembuatan Akte Kelahiran, KTP, BPJS
Kesehatan.

• Memberi kemudahan penyandang disabilitas berat untuk menggunakan sarana/


prasarana umum di masyarakat

– Masjid/ mushola/ gereja yang dapat dilalui oleh difabel

– Parkir tempat umum khusus difabel

– Pintu mudah dibuka, ditutup dan dilalui oleh difabel

– Pembuatan Ram

– Toilet khusus untuk difabel

• mengikutkan penyandang disabilitas pada kegiatan kemasyarakatan di lingkungan


(pentas seni, arisan, karang taruna dll)

• Memberikan informasi tentang dinas sosial, lembaga masyarakat

• Tidak memberikan stigma dengan cara mengungkit-ungkit orang yang mengalami


disabilitas berat

• Melibatkan orang disabilitas dalam kegiatan posyandu

• Memberikan informasi kepada instansi terkait

• Membantu keluarga disabilitas berat dalam menjaga kebersihan dan menyediakan


sarana-prasarana yang dapat diakses oleh orang disabilitas berat

• Membawa penyandang disabilitas berat keluar rumah untuk bersosialisasi dengan


masyarakat

71
Referensi Bahan Bacaan:

Republik Indonesia. 2016. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang


Disabilitas. Jakarta.

Republik Indonesia. 2011. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan


Convention on The Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai
Hak-Hak Penyandang Disabilitas). Jakarta

Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial. 2015. Pedoman


Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Asistensi Sosial bagi Penyandang Disabilitas
Berat. Jakarta

Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial. 2015. Model Perlindungan dan
rehabilitasi Sosial Anak Penyandang Disabilitas Berbasis Keluarga dan
Masyarakat. Jakarta

Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial. 2015. Aksesibilitas Anak


Penyandang Disabilitas. Jakarta

72

Anda mungkin juga menyukai