DISABILITAS
62
2. Hak-Hak Penyandang Disabilitas
Di beberapa tempat, penyandang disabilitas masih banyak yang berada dalam
kondisi ditelantarkan, ditinggalkan, diskriminasi, atau bahkan banyak yang
mengalami perlakuan salah lainnya seperti kekerasan seksual dan eksploitasi
karena ke disabilitasan yang dimilikinya. Para penyandang disabilitas kerap
menghadapi berbagai bentuk pengucilan dan hal itu mempengaruhi mereka dalam
berbagai tindakan tergantung dari jenis disabilitas yang mereka alami, dimana
mereka tinggal dan budaya yang
berlaku di tempat tersebut (UNICEF: AKU BERHAK……
2013). Hidup
Pemerintah di beberapa Negara
Bebas dari cercaan
mencoba memperjuangkan hak-hak
para penyandang disabilitas dengan mendapat perlindungan
bersama-bersama menetapkan
Konvensi Hak Penyandang Disabilitas mendapat bantuan hukum
(KHPD)/ Convention on the Rights of
bersekolah
Persons with Dissabilities (CRPD).
Konvensi ini dibuat agar para bekerja
penyandang disabilitas bisa
hidup sehat
menikmati hak-hak mereka tanpa
diskriminasi apa pun. Selain itu, beribadah
konvensi ini juga menegaskan bahwa
penyandang disabilitas memiliki hak berekreasi
yang sama seperti warga Negara
berolahraga
lainnya.
Bebas dari kekerasan, eksploitasi
Di Indonesia, Hak-Hak penyandang
disabilitas diatur didalam UU No 8 Tidak dikucilkan
Tahun 2016 yang meliputi:
Diperlakukan sama dengan orang lain
a. Hidup
b. Bebas dari stigma
c. Privasi
d. Keadilan dan perlindungan hukum
e. Pendidikan
f. Pekerjaan, kewirausahaan, koperasi
g. Kesehatan
63
h. Politik
i. Keagamaan
j. Keolahragaan
k. Kebudayaan dan Pariwisata
l. Kesejahteraan Sosial
m. Aksesibilitas
n. Pelayanan Publik
o. Perlindungan dari Bencana
p. Habilitasi dan rehabilitasi
q. Konsesi
r. Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
s. Berekspresi, berkomunikasi dan memperoleh informasi
t. Berpindah tempat dan kewarganegaraan
u. Bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan dan eksploitasi
64
Polio (kelainan pada anggota tubuh seperti kaki kecil sebelah atau
lumpuh sebagai akibat terserang virus polio)
Meninghitis (peradangan pada otak yang mengakibatkan
terganggunya fungsi otak sehingga anak mengalami kecacatan
seperti lumpuh, kemunduran mental)
Muscular Distropy (pengecilan/ pengerutan otot karena masalah
genetik)
Multiple scelerosis (layuh otot)
Spinabifida (kelainan pada hidrocepalus dan kelemahan/
kelumpuhan pada kedua tungkai yang disertai dengan gangguan
pada BAB dan BAK)
65
Kemampuan perilaku (menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-V-TR)
Menurut gangguan perkembangan
ADD/ ADHD (Attention defisit disorder/ attention deficit hyperactivity
disorders) gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas)
Eks psikotik (derajat gangguan mental dan atau psikologis berat)
d. Penyandang disabilitas sensorik
Disabilitas sensorik merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu indera
dan istilah ini biasanya digunakan terutama pada penyandang disabilitas yang
mengacu pada gangguan pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga
bisa terganggu. Contoh disabilitas sensorik adalah:
1. Disabilitas netra (penglihatan)
Disabilitas netra adalah individu yang mengalami gangguan penglihatan
secara total maupun sebagian
Total blind/ Buta total (kehilangan kemampuan penglihatan secara total)
Low vision/ kurang awas pada jarak pandang tertentu atau masih
memiliki sisa penglihatan
66
2. Disabilitas Rungu-Wicara
Disabilitas rungu yaitu individu yang mengalami kerusakan alat dan
organ pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima
atau menangkap bunyi atau suara
Disabilitas wicara yaitu individu yang mengalami kerusakan atau
kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-kata, ketepatan dan
kecepatan berbicara serta produksi suara. Adapun ciri-cirinya adalah: 1)
tidak dapat memproduksi suara atau bunyi; 2) kurang atau tidak menguasai
perbendaharaan kata; 3) Gagap/ starting; dan 4) berkomunikasi dengan
menggunakan gerakan tubuh atau simbol.
Rungu wicara yaitu ketidakmampuan dalam memproduksi suara dan
berbahasa yang disebabkan karena kerusakan alat dan organ pendengaran
sehingga individu tidak mengenal cara mempergunakan organ bicara dan
tidak mengenal konsep bahasa
Penyandang disabilitas rungu wicara, yang terdiri dari cacat rungu total dan
kurang dengar, memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tingkatan Disabilitas
a. Penyandang disabilitas berat
adalah penyandang disabilitas yang kedisabilitasannya sudah tidak dapat
direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau
sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain, dan tidak mampu
menghidupi diri sendiri.
b. Penyandang disabilitas sedang
adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu latih), fisik dan
mental (ganda) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi dua tangan atas siku,
amputasi kaki atas lutut, atas paha, tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya.
67
Penyandang disabilitas tersebut selain mampu melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri dan tidak sepenuhnya memerlukan pertolongan orang lain, juga masih bisa
diberdayakan/direhabilitasi.
c. Penyandang disabilitas ringan
adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu didik dan mampu
latih) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi tangan atau kaki, salah satu kaki
layuh, tangan/kaki bengkok. Penyandang disabilitas tersebut mampu melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri dan tidak memerlukan pertolongan orang lain, juga
masih bisa diberdayakan/direhabilitasi.
Penyandang Disabilitas Ganda
Ragam Penyandang Disabilitas dapat dialami secara adalah seseorang yang
tunggal, ganda atau multi dalam jangka waktu lama yang menyandang lebih dari satu
disabilitas
ditetapkan oleh tenaga medis.
68
Memberikan
Prinsip pelayanan di keluarga:
kesempatan
berinteraksi Penerimaan, keluarga menerima penyandang disabilitas (PD)
apa adanya sebagai anugerah Tuhan
dengan
Individualisasi, keluarga memandang PD sebagai individu
lingkungan yang unik, berbeda dengan yang lainnya
tempat tinggal Keterbukaan dan tanpa diskriminasi, keluarga bersikap
terbuka dan tidak menutup-nutupi serta tidak
Penyandang menyembunyikan PD
disabilitas Komunikasi, keluarga melakukan komunikasi efektif dengan
diasuh oleh PD
Partisipasi, kelurga melibatkan PD dalam seluruh aktivitas
keluarga inti keluarga dan masyarakat
Memberikan Tidak menghakimi, keluarga tidak memberikan stigma
bimbingan kepada PD
Kesetaraan hak, keluarga memperlakukan PD setara dengan
aktivitas anggota keluarga lain
kehidupan Penghormatan, keluarga menghormati PD apa adanya
sehari-hari Dukungan, keluarga mendukung PD mengembangkan
potensinya secara maksimal
(AKS)
o Makan
minum
o Melatih membersihkan diri (mandi, sikat gigi, cuci rambut,
menggunakan kamar kecil/ WC, berpakaian, merias diri dan
menggunakan alas kaki)
o Meningkatkan minat dan potensi anak (bernyanyi, bermusik, olah
raga dan menari)
Memberikan terapi oleh keluarga
Keluarga dapat memberikan terapi kepada para penyandang disabilitas
berat sesuai dengan kebutuhannya. Keluarga dapat memberikan terapi atas
saran dan keterampilan yang diperoleh oleh terapis, seperti:
69
Tidak memberikan mengucilkan dan tidak melakukan diskriminasi
70
c. memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di lingkungan
d. Memberikan informasi jika terdapat keluarga dan/ penyandang disabilitas
memerlukan infomasi rujukan
e. Menghimbau kepada keluarga yang memiliki penyandang disabilitas berat agar
penyandang disabilitas berat terpenuhi haknya
f. Menginformasi kepada pihak terkait/ tokoh masyarakat jika terdapat penyandang
disabilitas berat yang belum mendapatkan hak-haknya.
– Pembuatan Ram
71
Referensi Bahan Bacaan:
Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial. 2015. Model Perlindungan dan
rehabilitasi Sosial Anak Penyandang Disabilitas Berbasis Keluarga dan
Masyarakat. Jakarta
72