Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah :


“KOMUNIKASI ORGANISASI”

DISUSUN OLEH :
MPI-4, SEMESTER 6
Faradiba (181030116)

Dosen Pengampuh :
Dr. Ika Istadewi Sahid M.Pd

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI”.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimahkasih kepada pihak-pihak


yang telah membantu dan memberikan sumber-sumber yang dapat dijadikan
pedoman dalam penulisan makalah ini. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan berkat rahmat Allah SWT dan pihak-pihak yang
turut serta sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi terasa ringan dan dapat
diatasi.

Meskipun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini masi belum


sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
agar sempurnanya makalah ini. penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, serta dapat menunjang pencapaian sasaran/tujuan terlaksananya.

Palu, 28 Mei 2021

Faradiba

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
2.1 Teori Komunikasi ..................................................................... 3
2.2 Hambatan Komunikasi ............................................................. 5
2.3 Komunikasi Organisasi ............................................................ 7
2.4 Pengelola Proses Komunikasi ................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................. 11
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai salah satu pilar pemberdayaan masyarakat di era global ini,
sekolah mempunyai tanggung jawab besar. Tanggung jawab yang tidak
hanya sebagai pelaksana dan tempat dimana masyarakat bisa menempuh
pendidikan tetapi juga tanggung jawab moril sebagai bagian dari masyarakat
yang harus mampu memahami kondisi dan permasalahan yang sedang
berkembang. Sebuah hal yang memaksa sekolah untuk terus berbenah, baik
secara fisik maupun manajerial.

Konsep yang dewasa ini terus dioptimalkan oleh sekolah sebagai


bagian dari masyarakat adalah dengan memaksimalkan programkerja komite
sekolah sebagai bagian dari stakeholder sekolah yang secara struktural
merupakan bentuk representasi masyarakat di dalam lingkup pendidikan.
Dengan dikeluarkannya PP no.32 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat
dalam pendidikan dan Permendiknas no 004/U/2002 tentang dewan
pendidikan dan komite sekolah, peran serta dari keorganisasian komite
sekolah dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan
tentunya sudah mendapatkan payung hukum yang kuat dan diharapkan
mampu memenuhi ekspetasi masyarakat akan terwujudnya pendidikan yang
unggul.

Namun stakeholder sekolah tidak hanya dari komite sekolah semata,


masih ada pihak-pihak lain diantaranya siswa, wali murid, ataupun
perusahaan tertentu sebagai penyandang dana kegiatan sekolah yang
semuanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam peranan
pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan. Hanya keberadaan payung
hukum yang membedakan mereka. Pembeda yang mampu menutup bibir
mereka untuk berbicara dan mengkritisi kebijakan yang diambil sekolah,

1
menahan tangan mereka untuk mengepalkan tangan tanda setuju dan
semangat untuk mendukung pendidikan dan menahan air mata mereka yang
jatuh tatkala mendengar kebijakan pemerintah yang bersikeras untuk tetap
melaksanakan ujian nasional yang menurut mereka masih banyak hal-hal
yang masih perlu dipertimbangkan lebih lanjut karena selama ini masih
menjadi kontroversi di masyarakat.

Namun tentunya masih ada yang bisa diharapkan dapat membantu


stakeholder sekolah untuk terus bisa berkoordinasi dengan sekolah dalam
upaya pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan yaitu dengan
mengoptimalkan proses komunikasi antar stakeholder sekolah sebagai satu
kesatuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Teori Komunikasi?
2. Apa saja Hambatan dalam Komunikasi?
3. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Organisasi?
4. Bagaimana Pengelola Proses Komunikasi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Teori Komunikasi.
2. Untuk mengetahui Hambatan dalam Komunikasi.
3. Untuk Mengetahui Komunikasi Organisasi.
4. Untuk mengetahui Pengelalola Proses Komunikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Komunikasi


Berikut adalah pengertian komunikasi :
a. Carl I. Hovland, merumuskan komunikasi sebagai :“The process by
which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal) to modify the behavior of other individuals (the
audience).”(Rakmat,1994,p.3)Atau dikatakan sebagai proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (secara umum
dalam bentuk lambing verbal untuk mengubah perilaku orang lain.

b. Onong Uchana Effendi, guru besar madya dalam ilmu komunikasi


mendefinisiakn komunikasi sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk member tahu atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung secara lisan maupun
tak langsung melalui media (Uchana,2005,p.5)

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa didalam sebuah


komunikasi dan prosesnya terdapat dua pihak atau lebih yang saling
berinteraksi dengan tujuan tertentu. Kegiatan interaksi yang terjadi
melibatkan pemaknaan konsep pesan yang disampaikan dari pihak satu
kepada pihak lain maupun sebaliknya. Proses komunikasi tidak akan berjalan
bila hanya ada elemen-elemen dalam proses komunikasi tidak terpenuhi.

Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi
dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada
kesempatan untuk melakakukan umpan balik (Devito, 1997). Adapun
elemen-elemen komunikasi menurut Devito (1997:27) adalah:

3
1. Sumber-PenerimaMerupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah
sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar).
2. Enkoding-Dekoding Enkoding merupakan tindakan menghasilkan pesan
dengan menuangkan gagasan ke dalam suatu kode tertentu. Sedangkan
dekoding adalah tindakan menerima pesan dengan menerjemahkan dan
menguraikan kode dari sumber.
3. Kompetensi KomunikasiMerupakan kemampuan dalam berkomunikasi,
mencakup pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam
mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi.
4. Pesan dan SaluranPesan adalah kandungan yang terdapat dalam kode-
kode yang dikomunikasikan. Sedang saluran komunikasi adalah media
yang dilalui oleh pesan.
5. Umpan Balik dan Umpan MajuUmpan balik adalah informasi yang
dikirimkan balik ke sumbernya dan umpan maju adalah informasi tentang
pesan yang akan disampaikan.
6. GangguanMerupakan gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi
pesan. Gangguan menghalami penerima dalam menerima pesan dan
sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu
sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda
dengan pesan yang diterima.

Konsep penting dalam elemen-elemen komunikasi ini adalah adanya


noise atau gangguan yaitu setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki
yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang ingin disampaikan. Menurut
Shannon dan Weaver dalam Mulyana, 2002, gangguan ini selalu ada dalam
saluran pesan tersebut yang diterima oleh penerima. Ahli-ahli komunikasi
memperluas konsep ini pada gangguan psikologis dan gangguan fisik
(Mulyana,2002).

4
Noise atau gangguan pada proses komunikasi dapat mengaburkan
persepsi sebenarnya dari pesan yang ingin disampaikan. Contoh kasus
misalnya dalam sebuah rapat sosialisasi program sekolah yang dihadiri oleh
seluruh stakeholder sekolah, pada aplikasinya terdapat gangguan teknis dari
pengeras suara atau kondisi dari penyaji materi yang tidak prima bisa
menjadi sebuah gangguan dalam proses komunikasi tersebut. Akhirnya
persepsi yang ingin dimunculkan oleh pemberi pesan menjadi terdistorsi dan
mengalami perubahan makna konsep.

2.2 Hambatan Komunikasi


Menurut Cangara pada tahun 2006, gangguan komunikasi adalah
intervensi pada elemen komunikasi yang menyebabkan komunikasi menjadi
tidak efektif, sedangkan rintangan komunikasi adalah hambatan yang
menyebabkan proses komunikasi adalah hambatan yang menyebabkan
proses komunikasi menjadi tidak sesuai antara penerima dan pengirim.
“Meski gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan, tetapi
sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena adanya
gangguan” (Cangara,2006).

Sedangkan menurut Liliweri (2004) member pengertian bahawa


hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju
pesan yang ditukar antara pengirim dengan penerima, atau paling fatal adalah
mengurangi makna pesan di antara mereka.Menurut Curtis, Floyd, dan
Winsor (2005), hambatan merupakan sifat yang melekat pada komunikasi
dan merupakan satu factor dalam situasi komunikasi.

Ada beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus


menjadi perhatian. Menurut Robbins (1996) ada empat hal yang bisa menjadi
hambatan komunikasi, yaitu:

5
1. Penyaringan
Penyaringan (filtering) mengacu pada pengirim yang
memanipulasikan informasi sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih
menguntungkan di mata si penerima. Misalnya Misalnya bila seorang
wali kelas memberitahu apa yang ia rasa ingin didengar oleh Kepala
Sekolah, ia sedang menyaring informasi. Kepentingan dan persepsi
pribadi mengenai apa yang penting oleh mereka yang melakukan ituakan
mengakibatkan penyaringan. Determinan (penentu) utama dari
penyaringan adalah banyaknya tingkat dalam suatu struktur organisasi.
Semakin banyak tingkat vertical dalam hirarki organisasi itu, makin
banyak kesempatan untuk penyaringan (Robbins, 1996).Hal ini akan
sedikit demi sedikit mengurangi kevalidan informasi sebenarnya.

2. Persepsi Selektif
Persepsi selektif muncul karena penerima dalam proses
komunikasi secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan
kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang dan karakteristik
pribadi mereka yang lain (Robbins,1996).Dalam sebuah proses
komunikasi kita sebagai individu bisa memilih pesan yang menurut kita
lebih penting untuk ditangani dan meninggalkan pesan yang lain untuk
ditinggalkan. Persepsi selektif bisa menyebabkan distorsi pesan,
dikarenakan tidak keseluruhan pesan yang didengarkan tetapi hanya
sebagian saja yang sesuai dengan kebutuhan (Sharpe, 1991).

3. Emosi
Kondisi kejiwaan antara pengirim dan penerima pesan sangat
berpengaruh terhadap pemaknaan konsep sebuah informasi. Pesan yang
sama saat diterima pada kondisi emosi yang labil misalnya saat marah
atau bingung kemungkinan besar akan dimaknai lain ketika kondisi
kejiwaan stabil. Emosi yang ekstrem akan besar kemungkinannya untuk
menghalangi proses komunikasi yang efektif. Dalam contoh semacam

6
itu, kita cenderung sekali mengabaikan proses pemikiran rasional serta
objektif dan menggantikannya dengan penilaian yang emosional
(Robbins, 1996).

4. Bahasa
Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi
yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat
arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.Hampir
senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan
definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang
lain.

Dan sebagai bagian dari hasil perkembangan kebudayaan


masyarakat, tentunya masing-masing individu mempunyai karakteristik
bahasa yang berbeda-beda tentunya. Hambatan terbesar proses
komunikasi dalam organisasi adalah bahwa anggota organisasi tidak
mengetahui bagaimana orang-orang lain dengan siapa mereka
berinteraksi telah menggunakan persepsi yang berbeda dengan bahasa
yang sama. Para pengirim cenderung mengandaikan kata-kata dan istilah-
istilah yang mereka gunakan berarti sama bagi penerima dan bagi mereka
(Robbins, 1996).

2.3 Komunikasi Organisasi


Sekolah merupakan organisasi yang komplek. Organisasi yang terdiri
dari puluhan atau bahkan ratusan anggota, mulai dari siswa yang didalam alur
organisasi berada di posisi paling bawah, guru dan pegawai sekolah, kepala
sekolah dan komite sekolah. Tentunya masing-masing dari mereka
mempunyai latar belakang yang berbeda yang nantinya turut mempengaruhi
bagaimana konsep mereka menjalankan proses komunikasi di organisasi

7
sekolah. Oleh karena itu harus dipahamai bagaimana konsep komunikasi
yang diaplikasikan di organisasi tersebut.

Deddy Mulyana (2000) menggambarkan komunikasi organisasi


sebagai demikian “Komunikasi organisasi (organizational communication)
terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan
berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi
kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi
diadik, komunikasi antar pribadi dan adakalanya juga komunikasi publik.

Wayne Pace dan faules dalam bukunya (2002) mengemukakan


bahwa dalam organisasi, terdapat empat jenis komunikasi organisasi, yaitu:
1. Komunikasi ke bawah. Infomasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih
tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah.
2. Komunikasi ke atas Informasi mengalir dari tingkat yang leih rendah
kepada tingkat yang lebih tinggi.
3. Komunikasi horisontal, Penyampaian informasi di antara rekan-rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama.
4. Komunitas lintas saluran Informasi yang bergerak di antara orang-orang
dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan atau bawahan satu dengan
yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda.

2.4 Pengelola Proses Komunikasi


Untuk membangun sebuah proses komunikasi yang berjalan sesuai
dengan koridor fungsidan tujuan berorganisasi. Dimana anggota organisasi
bisa mengkomunikasikan informasi kepada sesama anggota dengan efektif,
tingkat gangguan komunikasi bisa diminimalkan, dan kesenjangan persepsi
bisa dikurangi, maka organisasi tersebut harus bisa membangun iklim
komunikasi yang sehat dan positif.

8
Istilah iklim merupakan kiasan (metafora), seperti diungkapkan oleh
Pace dan Faules (2002), “frase iklim komunikasi organisasi”
menggambrakan suatu kiasan bagi iklim fisik. Sama seperti cuaca
membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang bereaksi terhadap
aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Pace dan Faules
menambahkan, iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti
iklim komunkasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa
yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.

Pace dan Faules (2002) mengutip dari Redding (1972),


mengungkapkan bahwa “iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi
kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota
organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan member
kereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberi
mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka,
menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi,
mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang
dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi, secara aktif
member penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat
melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam
organisasi, menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan
member tantangan”.

Berdasarkan Inventaris Iklim Komunikasi oleh Pace dan Faules


(2002) iklim komunikasi organisasi dipengaruhi oleh enam faktor indikator,
berikut:
1. Kepercayaan
Siswa, guru, kepala sekolah dan komite seolah harus berusaha
keras mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya
kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan
tindakan.

9
2. Pembuatan keputusan bersama
Para anggota organisasi sekolah di semua tingkat harus diajak
berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua
wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan masing-
masing anggota organisasi. Anggota organisasi juga harus diberi
kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas
merea agar berperan dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan
tujuan.

3. Kejujuran
Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan haru
mewarnai hubungan-hubunga dalam organisasi, dan para anggota
organisasi mampu mengatakan apa yang aa di dalam benak mereka tanpa
mengindahkan status mereka di struktur organisasi.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah


Para pengambil kebijakan, kepala sekolah misalnya, harus relatif
mudah memberikan informasi yang berhubungan langsung dengan
keorganisasian kepada anggota yang lain. Sebuah informasi yang
cenderung ditutupi akan membuat suasana tidak kondusif dan mereduksi
tingkat kepercayaan antar anggota organisasi.Informasi yang jelas dan
efektif akan memudahkan peningkatan kinerja anggota organisasi.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas


Anggota di setiap tingkat struktur dalam organisasiharus
mendengarkan saran dan laporan masalah yang dikemukakan anggota di
tingkat bawahnya secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi


Setiap anggota di setiap tingkat organisasi harus menunjukkan
suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai organisasi yang komplek dan juga tuntutan yang teramat
besar dalam mengemban amanat negara dalam usaha mencerdaskan bangsa
serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam dunia pendidikan,
sekolah harus mampu memanajemen iklim komunikasi organisasi dengan
baik dan positif. Diantaranya harus memahami hambatan-hambatan
komunikasi yang ada di masing-masing sekolah dan menerapkan indikator-
indikator bagian dari Inventaris Iklim Komunikasi, sehingga terwujud iklim
komunikasi yang efektif dan positif yang tentunya diharapkan dengan hal
tersebut bisa meningkatkan kinerja dan partisipasi aktif stakeholder sekolah
dalam usaha pemberdayaan masyatakat pendidikan.

3.2 Saran
Demikian yang penulis dapat paparkan mengenai proses Komunikasi
Organisasi dan yang berkaitan denganya, tentunya penulis menyadari atas
segala kekurangannya. Maka dari itu, penulis berharap para pembaca dan
penyimak memberikan kritik dan saran yang membangun demi
menyemburnakan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus. Maulana , Ir.MM. 1997.Komunikasi Antarmanusia, Alih Bahasa dari


Joseph, A DeVito, "Human Communication".Jakarta :Professional
Books.
Hafied Cangara. 2006. Tesis Pasca Sarjana UPI. Pengantar Ilmu Komunikasi.PT
Raja Grafindo Persada:Jakarta
Onong Uchana Effendy. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Deddy Mulyana.2001. Komunikasi organisasi. Bandung: PT. remaja
Rosdakarya. Terjemahan.
Liliweri, Alo.2004. Wacana Komunikasi organisasi. Bandung: PT. Mandar Maju
Pace, R. Wayne; Don F. Faules.2002. Komunikasi Organisasi (Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan).Remaja RosdaKarya.

12

Anda mungkin juga menyukai