Prevelansi penyakit (atau kondisi) adalah jumlah kasus penyakit pada suatu populasi dalam
suatu waktu tertentu.
Insidensi adalah sejumlah kasus baru yang muncul di dalam suatu populasi dalam satu jangka
waktu tertentu. Tidak seperti prevalensi, insidensi merefleksikan risiko, atau kemungkinan
terjangkit penyakit dalam satu jangka waktu tertentu.
Insidensi dapat dihitung dengan beberapa cara berbeda:
-Insidensi kumulatif (CI) atau risiko insidensi
-Tingkat insidensi (IR) (atau densitas insidensi)
Attack rate (atau disebut attack risk) adalah jenis estimasi kejadian atau insiden tertentu (baik
insiden kumulatif atau nilai insiden) yang diterapkan pada suatu wabah atau situasi di mana
periode observasi relatif singkat dan populasi rentan ditentukan dengan ketat. misalnya jumlah
hewan di peternakan yang sedang dilakukan investigasi.
Nomor 3
3. system survailans
Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus
tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati
secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor
yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah
investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.
Nomor 4
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Merupakan analisis terus menerus dan
sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan Merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
Nomor 6
Langkah-langkah epidemiologi
a.Pengumpulan data
b. Pengolahan data
Bertujuan untuk menyiapkan data agar dapat ditangani dengan mudah, waktu dianalisis , dan data
bebas dari kesalahan yang dilakukan pada saat pengumpulan data
c.Analisis data
Bertujuan untuk mengetahui variabel yang dapat menggambarkan masalah dan faktor yang
mempengaruhi serta bagaimana data yang ada dapat menjelaskan tujuan surveilans. Analisis kegiatan
surveilans dilakukan dengan :
1) Membandingkan variabel data dengan meliahat perbedaan angka pada tabel atau perbedaan bentuk
grafik dan melihat hasil perhitungan statistik untuk menentukan besarnya perbedaan bermakna secara
statistik
2) Megukur besarnya keterkaitan (kolerasi ) antar suatu variabel terhadap kejadian penyakit. Dengan
melihat besarnya keterkaitan angka pada tabel atau grafik, lebih mudah menggunakan diagram
sebar/scatter dan perhitungan statistik.
3) Mengukur besarnya kecenderungan penyakit. Dengan melihat hubungan antara jumlah penyakit atau
kondisi populasi berdasarkan waktu kejadian pada kelompok populasi.
d. Interpretasi Data
Interpretasi data berisi tentang, yaitu: 1) Besarnya penyebaran penyakit dan kematian menurut tempat,
waktu,dan sifat penderita dalam bentuk jumlah, mean, rate, dan persentase. 2) Penyebab penyakit dan
faktor risiko terjadinya penyakit 3) Kecenderungan perkembangan penyakit 4) Prioritas masalah yang
harus ditanggulangi
e.Diseminasi Informasi
Diseminasi Informasi adalah memberikan informasi baik berupa data, interpretasi, dan kesimpulan
analisis yang dapat dimengerti dan kemudian dimanfaatkan sebagai acuan dalam menentukan arah dan
kebijakan kegiatan surveilans, upaya pengendalian, dan evaluasi. Diseminasi informasi dapat berupa
rekomendasi yang disampaikan pada:
2) Pelaksana kegiatan surveilans. Dalam pelaksana program surveilans epidemiologi, dialami berbagai
kendala dan keterbatasan yaitu:
c) Masih terbatasnya indicator kunci untuk berbagai nilai-nilai tertentu dari hasil analisis.
g. Sasaran kegiatan SE :
1) SE Penyakit menular
4) SE Kesehatan Matra
Nomor 7
proses penyebaran filariasis melalui lima tahapan, yaitu pada tahap pertama, mikrofilaria L1 masuk ke
dalam tubuh nyamuk ketika menghisap darah penderita. Kemudian pada tahap kedua, mikrofilaria
L1 berkembang menjadi mikrofilaria L2. Pada tahap ketiga, Mikrofilaria L2 berkembang menjadi
mikrofilaria L3 Mikrofilaria pada tahap inilah yang dapat menginfeksi manusia ketika nyamuk
menghisap darah manusia tersebut. Selanjutnya pada tahap keempat, mikrofilaria L3 berkembang
menjadi mikrofilaria L4. Pada tahap kelima, Mikrofilaria L4 berkembang menjadi cacing
dewasa. Cacing dewasa tersebutakan menyumbat pembuluh limfe sehingga terjadi pembengkakan.
Satu ekor cacing betina mampu menghasilkan sekitar 50.000 mikrofilaria L1 setiap hari. Mikrofilaria ini
juga dapat masuk ke tubuh nyamuk ketika terjadi gigitan. Cacing dewasa dapat bertahan dalam tubuh
manusia mencapai sepuluh tahun.