Anda di halaman 1dari 13

BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IPA ( SAINS )


IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian
jawaban, pemahaman jawaban baik tentang gejala maupun tentang
karakteristik alam sekitar melalui cara-cara yang sistematis. Sains membantu
manusia untuk mamahami diri, lingkungan, dan alam melalui pemahamannya
dengan berfikir secara logis, analistis, rasional, dan kritis ketika
menyelesaikan masalah ( DEPDIKNAS, 2002:5).
Mata pelajaran IPA yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir analisis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan
peyelesaian masalah baik secara kwalitatif maupun kwantitatif serta dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri
( DEPDIKNAS,2002:7 ).
Berdasarkan pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa sains atau
IPA yang merupakan proses dan produk dari penelitian tentang gejala-gelaja
alam dengan mengembangkan kemampuan berfikir logis, rasional, dan kritis
baik secara kwalitatif maupun kwantutatif.

2.2 HAKIKAT IPA


IPA merupakan pengetahuan tentang dunia alamiah yang terbagi
menjadi beberapa bidang yaitu : biologi, fisika, dan kimia ( Tipler, 1998:1 ).
IPA memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini
disebabkan manusia karena IPA merupakan dasar dari semia ilmu rekayasa
dan tehnologi ( Giancoli,1998:2 ). Sebagai ilmu pengetahuan yang modern
dibangun oleh Galileo pada abad pertengahan,IPA merupakan panduan antara
analisis deduktif dan proses induktif dengan mengandalkan dukungan
pengamatan Empiris berdasarkan pada panca indra sebagai dasar validitas
prinsip yang dikembangkan. Menurut pendapat Willis dkk (1986:34) dalam
Radiastuti, mengemukakan IPA merupakan proses dan produk. Produk IPA
8

yang meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari teori ilmiah, konsep,
dan prinsip, sedangkan proses IPA berasal dari data hasil observasi tentang
gejala-gejala alam. Oleh karena itu dalam mempelajari IPA tidak hanya
sekedar hafalan, akan tetapi lebih ditekankan pada pengertian sekaligus
penanaman konsep yang dititik beratkan pada proses tertentuknya
pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, hakikat IPA adalah bagian dari ilmu
pengetahuan yang mempunyai proses dan produk, prosesnya adala data hasil
observasi tentang gejala-gejala alam, sedangkan produknya adalah teori
ilmiah, konsep, dan prinsip. Untuk itu perlu adanya suatu metode atau
penerapan model pembelajaran tertentu dalam kegiatan belajar mengajarnya,
agar diperoleh hasil yang maksimal, karena tidak semua model atau metode
pembelajaran cocok digunakan dalam pembelajaran IPA.

2.3 PEMBELAJARAN IPA.


Menurut Sudjana (1993:6), pembelajaran merupakan interaksi
antara guru dan siswa dalam rangka pencapaian tujuan belajar mengajar. Jadi
belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan
dalam pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu
kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik pada saat pembelajaran
berlangsung. Jika keduanya dipandang sebagai suatu proses, menurut Sudjana
(1998:9) ada empat aspek yang menentukan antara lain : tujuan, isi metode,
dan alat penilaian. Sehingga dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan
hubungan timbal balik yang terjadi antara guru dan siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran
bergantung pada empat aspek diatas, yaitu : tujuan ,isi , metode dan alat
penilaian.
Mata pelajaran IPA yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir analisis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan
penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kwantitatif serta dapat
9

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri


( DEPDIKNAS,2002:7 ).
Jadi pembelajaran IPA adalah suatu proses kegiatan belajar
mengajar tentang teori yang menerangkan berbagai gejala alam. Belajar
mengacu pada apa yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar mengacu pada
apa yang dilakukan guru. Dalam pembelajaran IPA hendaknya guru tidak
bersikap dominan, tetapi berusaha membimbing siswa dengan pemahaman
awalnya tentang suatu materi agar siswa tidak sekedar mengeteahui ilmu IPA
tetapi mampu memahami konsep dari pelajaran IPA yang mereka pelajari.
Ciri khas pelajaran IPA menurut Herbert Druxes (1996 :25)
adalah : (1) IPA adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan
penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum. (2) IPA adalah suatu
teori yang menerangkan gejala-gejala alam sederhana-sederhananya dan
berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya, (3)
persyaratan dasar untuk memecahkan persoalan IPA ialah mengamati gejala-
gejala alam, (4) IPA adalah teori peramalan alternative yang secara empiris
( percobaan) dapat dibeda-bedakan, (5) IPA adalah suatu ilmu pengetahuan
yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada penghafalan. Ada tiga
hal pokok yang dihasilkan oleh IPA yang perlu dipahami yaitu konsep-
konsep ( pengertian), hukum –hukum (azas –azas), dan teori.
Fungsi dan tujuan pembelajaran IPA antara lain : (1) Menanamkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan keindahan dan
keteraturan dan keteraturan alam yang merupakan ciptaannya, (2) memupuk
sikap ilmiah, ( 3) mengembangkan kemampuan berfikir analitis deduktif
dengan menggunakan prinsip IPA untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam
dan penyelesaiannya baik secara kualitatif maupun kuantitatif, (4)
menyesuaikan berbagai konsep dan prinsip untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat dijadikan
bekal dimasa yang akan datang, (5) pembetukan sikap positif terhadap IPA,
yaitu merasa tertarik untuk mempelajari lebih lanjut karena merasakan
10

keindahan dan keteraturan alam serta kemampuan IPA menjelaskan peristiwa


alam dan penerapan IPA dalam tehnologi (Depdiknas,2002:9).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di atas maka
menunjukkan betapa pentingnya IPA diajarkan kepada siswa sebagai bekal
hidupnya dimasa yang akan datang sedangkan dilihat dari ciri pembelajaran
IPA sendiri dapat disimpulkan bahwa diperlukan suatu metode atau model
pembelajaran tertentu agar diperoleh hasil belajar siswa secara maksimal.

2.4 MODEL PEMBELARAN IPA


Joice dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum,
merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajar di kelas
( Dimyati,1993 :109 ).Menurut Saripudin (1996 :78), model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar.
Ciri-ciri model belajar mengajar :(1) berdasarkan teori pendidikan
dan teori belajar dari para ahli tertentu, (2) mempunyai misi dan tujuan
pendidikan tertentu, (3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan
belajar mengajar di kelas,(4) memiliki perangkat bagian model yaitu
sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, system pendukung, dampak
instruksional, dampak pengering, (5) memiliki dampak sebagai terapan
model. Joice dan Weil (dalam Saripudin 1993 :83)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran IPA adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar IPA dan untuk
merancang bahan – bahan pengajaran IPA, merencanakan dan melaksanakan
aktifitas belajar mengajar IPA.
11

2.5 WACANA DALAM PEMBELAJARAN IPA


Wacana diartikan sebagai bentuk ungkapan yang dituangkan dalam
bentuk tulisan, yang memuat informasi apa saja yang bersifat logis dan
realstis serta mengandung masalah untuk dianalisis ( indrawati,1997 :10)
Sedangkan menurut pendapat Samsuri, wacana adalah suatu konstruksi yang
terdiri atas kalimat yang satu diikuti oleh kalimat yang lain yang merupakan
satu keutuhan konstruksi dan bermakna (Pranowo,1996 :78). Berdasarkan
kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satu keutuhan
dari konstruksi kalimat yang diikuti kalimat lain, memuat informasi yang
logis dan realistis, serta mengandung masalah untuk di analisis. Sedangkan
wacana lingkungan adalah ungkapan yang dituangkan dalam bentuk tulisan,
yang memuat informasi kejadian–kejadian lingkungan yang berhubungan
dengan IPA bersifat logis dan realistis, serta mengandung masalah untuk
dianalisis.
Wacana dapat diklasifikasikan wacana ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara tergantung dari sudut pandang mana pengklasifikasiannya.
Berbagai sudut pandang itu antara lain (1) berdasar tertulis dan tidaknya, (2)
berdasarkan langsung dan tidak pengungkapannya, dan (3) cara penuturan
wacana (Tarigan, 1987 :51). Wacana termasuk pada salah satu contoh media
cetak, kelebian media cetak tampaknya semakin meluas karena tehnologi
terus mengembangkan alat–alat reproduksi, maka diperlukan upaya
pendayagunaan kebermanfaatan media tersebut sebagai sumber belajar siswa.
Sebagai sumber belajar media wacana juga memiliki kekurangan dan
kelebihan. Adapun kelebihan nya antara lain (1) siswa dapat belajar dengan
kecepatannya masing-masing, (2)Siswa dapat berhenti sewaktu-waktu untuk
melihat sumber belajar lain, (3)Dapat dengan mudah dibawa kemana-
manadan dapat dengan mudah dipindahkan dari tempat satu ke tempat
lainnya, (4)Pesan yang dimuat bersifat baku, (5) dapat dijadikan alat bantu
intrusional atau mengajr. Sedangkan kelemahan media dari wacana anatara
lain adalah (1)sukar menampilkan gerak pada wacana tulis, (2) materi yang
12

terlalu banyak jika disampaikan melalui wacana tertulis akan mematikan


minat siswa untuk belajar dan menimbukan kebosanan.
Pembelajaran merupakan interaksi antar guru dengan siswa dalam
rangakai mncapai tujuan belajar mengarjar ( Nana Sudjana, 1993:6 ),
sedangkan sains/IPA menerangkan berbagai kejadian alam, sedangkan dalam
pemahamannya memiliki krarakteristik tersendiri, IPA tidak hanya
sekumpulan pengetahuan, fakta-fakta mapun rumusan-rumusan yang dihafal
tetapi juga merupakan kegiartan atau proses aktif yang menggunakan
pemikiran dalam mempelajarinya. Jadi pembelajaran IPA adalah suatu proses
kegiatan belajar mengajar tentang teori yang menerangkan gejala dan
kejadian alam.
Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wacana dalam
pembelajaran IPA merupakan media alternatif yang berisi tentang informsi
yang besifat logis, serta mengandung masalah untuk dipecahkan dalam
konsep-konsep IPA dalam peruses kegiatan belajar mengajar IPA.

2.6 MEMBACA KREATIF


Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari rangkaian
beberapa factor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari
luar ( Slameto, 1987:54 ). Salah satu faktor dari luar adalah faktor dari
sekolah yang meliputi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, media
pembelajarannya, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembelajaran, banyak model
pembelajaran, maupun metode mengajar yang diterapkan oleh guru. Dari
model dan metode pembelajarannya, guru harus dapat mengetaui
keberhasilan suatu pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kelas,
metode pembelajaran yang digunakan IPA yang bersifat empiris yang
dimaksudkan adalah menjadikan lingkungan sebagai laboratorium biasanya
berupa eksperimen, demonstrasi, maupun karya wisata. Namun metode-
metode tersebut terkait waktu dan kebutuhan biaya yang tidak sedikit, metode
yang tepat untuk pengajaran yang bersifat fakta-fakta IPA adalah membaca,
mengulang, mendemonstrasikan dan tes(Subiyanto, 1990:18) berdasarkan
13

masalah dan pendapar tersebut maka wacana yang berisikan informasi yang
bersifat logis dan realistis serta mengandung masalah untuk depecahkan dapat
dijadikan sebahgai alternatif dalam pembelajaran IPA yang kontekstual.
Sampai saat ini membaca merupakan kegiatan terbesar dalam suatu
peruses belajar mengajar. Membaca merupakan suatu proses yang sangat
penting untuk mendapatkan ilmu dan informasi, membaca memang bukan hal
yang mudah, meski terlihat santai namun membutukan waktu yang khusus
dan konsentrasi agar mampu dan mengerti apa yang sedang di baca.
Membaca berasal dari kata dasar baca artinya memahami arti tulisan.
Membaca adalah salah satu proses yang penting dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan, ( Tengku Asmadi:2004 ). Membaca adalah kegiatan
penterjemahan symbol atau huruf kedalam kata dan kalimat yang memiliki
makna bagi seseorang ( DEPDIKNAS:1997:5). Sedangkan Davis (1997: 1)
memberikan pengetian membaca sebagai proses mental atau prses kognitif
yang didalamnya seorang pembaca diharapkan mamppu mengikuti dan
merespon terhadap pesan di pembaca.
Kamus Oxford mendefinisikan kreatif sebagai manfaat sesuatu
scara imajinatif dan terampil untuk menghasilkan sesuatu.
Tujuan membaca antara lain : (1) meningkatkan pengetahuan, (2)
belajar melakikan sesuatu, (3) hiburan, (40 pembentuk
budipekerti(DEPDIKNAS,1997:6). Kemampuan dalam membaca dapat
dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
1. Membaca laterat, yaitu kemampuan membaca yang terbatas pada apa
yang tertera secara tersurat, dengan kata lain pembaca hanya mampu
menangkap informasi secara laterat saja.
2. Membca kritis, yaitu pembaca mampu mengolah bahan bacaan secara
kritis untuk menemukan makna dari bacaan.
3. Membaca kreatif, yaitu pembaca tidak hanya mengungkap makna yang
tersurat maupun tersirat, tetapi mampu menerapkan apa yang telah
dibaca dalam kehidupan sehari-hari ( Bambang Ristiyadi:2004).
14

Sedangkan dalam Nurhadi dikatakan bahwa membaca kreatif


adalah suatu kegiatan membaca dimana pembaca tidak hanya memahami dan
menangkap makna yang tersurat, makna antar baris, makna yang tersirat atau
makna dibalik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil
bacaannya dalam kehiduppan sehari-hari ( Nurhadi,1987:60 ).
Ciri-ciri pembaca kreatif antara lain (1) kegiatan membaca tidak
hanya paham pada saat ia menutup atau membaca, (2) mampu menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari, (3) munculnya perubahan tingkah laku setelah
kegiatan membaca selesai, (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa, (5)
mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan bacaan, dan memberikan
umpan balik berupa kritik adan balikan, penilaian langsung, atau
mengubahnya kedalam bentuk lain ( Nurhadi,1987:60-61).
Manfaat membaca kreatif : (1) pembaca mampu melakukan
aktifitas yang bermanfaat bagi peningkatan kwalitas hidupnya berdasarkan
informasi yang dibaca, (2) dalam diri seorang pembaca kreatif secara
otomatis akan tampak sejumlah kemajuan baik dari segi kognitif, afekti,
maupun psikomotorik, ( Nurhadi,1987:63).
Berdasarkan uraian diatas, maka membaca kreatif adalah kegiatan
yang dilakukan pembaca dimana pembaca dapat memahami bacaan yang
tersurat maupun yang tersirat, salah satunya ditandai dengan kemampuanya
mengubah bacaan yang dibaca kedalam bentuk lain.

2.7 MODEL TUGAS MEMBACA KREATIF PADA WACANA


LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA
Model tugas membaca kreatif pada wacana lingkungan dalam
pembelajaran IPA merupakan salah satu model pembelajaran IPA dengan
memberikan langkah-langkah dalam membaca waacana yang memuat
informasi dan konsep-konsep IPA yang logis dan realistis serta mengandung
masalah untuk diselesaikan secara terstruktur, dan penyelesaian masalah pada
wacana diselesaikan secara berkelompok.
15

Dalam pembelajaran IPA menggunakan model tugas membaca


kreatif pada wacana kejadian lingkungan memiliki kelebihan dan
kekurangan, adapun kelebihannya antara lain (1) siswa memiliki kecepatan
menggali dan menemukan informasi, (2) kecakapan mengolah informasi,
serta memecahkan masalah secara kreatif berdasarakan wacana yang mereka
baca, (3) kecenderungan siswa untuk belajar lebih bermakna. Sedangkan
kekurangannya adalah (1) membutuhkan waktu yang relative lama, (2) bagi
guru banyak persiapan materi dan tenaga.
Pada pembelajaran IPA menggunakan model membaca kreatif
dengan wacana ini, siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang
beranggotakan 4-5 orang siswa. Setiap anggota kelompok diberi tugas
membaca wacana kejadian lingkungan secara kreatif dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Membaca petunjuk pelaksanaan membaca kreatif
2. Melihat sekilas wacana yang di tujukan pada judul atau sub judul
3. Membuat pertanyaan dari wacana, dapat berdasarkan judul, sub judul,
atau mengutip langsung maupun mengembangkan wacana.
4. Membaca secara terperinci untuk mencari jawaban atas pertanyaan
telah ia buat.
5. Garis bawahi fakta-fakta/kata kunci.
6. Tulis kembali apa yang telah di baca dalam bentui peta konsep.
Setelah melakukan kegiatan mandiri di rumah, siswa melakukan
diskusi kelompok di sekolah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
tidak dapat ia selesaikan dirumah. Tahap selanjutnya adalah diskusi kelas,
pada tahap ini guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya. Tujuan dari tahap ini adalah agar siswa berani
mempertanggung jawabkan hasil dari diskusi kelompok mereka sehingga
kesalahan dan kebenaran dasil diskusi kelompok mereka dapat terlihat, tujuan
lain adalah untuk saling bertukar informasi sehingga menjadikan siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Setelah diskusi, guru bersama-sama dengan
siswa membahas dan menyimpulkan materi yang telah merekan pelajari,
16

dalam diskusi guru bertindak sebagai fasilitator yakni mengarahkan jalanya


diskusi.

2.8 HASIL BELAJAR IPA


Hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto,2003:22). Menurut Sudjana ( 1989 ), hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan Dimyati dan Mudjiano (2003:30) berpendapat bahwa
hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar mengajar.
Menurut Slameto, belajar siswa juga tidak terlepas dari berbagai factor, baik
factor intern maupun faktor ekstern.
Factor intern atau factor yang berasal dari diri adalah :
1) Faktor jasmaniah, yang meliputi kesehatan maupun cacat tubuh,
2) Faktor psikologis, yang meliputi kelelahan jasmani maupun
kelelahan rohani.
Sedangkan faktor ekstern atau factor yang berasal dari luar adalah ;
1) Faktor keluarga, yang meliputi cara mendidik, latarbelakang
kebudayaan, keadaan ekonomi, dan lain-lain.
2) Faktor sekolah, yang meliputi model pembelajaran yang digunakan,
metode, media, keadaan gedung, sekolah, dan lain-lain.
3) Faktor masyarakat, yang melipuuti teman bergaul, kehidupan siswa
dalam bermasyarakat, dan lain-lain.
Sains atau Ilmu Pengatahuan Alam ( IPA ) yang mengembangkan
kemampuan berfikir logis, analistis induktif dan deduktif dalam penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan alam sekkitar, baik secara kwalitatif maupun
kwantitatif serta mengembangkan pengetahuan, ketreampilan, serta sikap
percaya diri ( DEPDIKNAS,2002:7 ).
Dari uraian diatas, dapat disimpukan bahwa hasil belajar IPA
merupakan perubahan tingkah laku sisiwa atau keberhasilan yang dicapai
17

siswa setelah menerima pelajaran IPA keberhasilan balajar siswa dapat dilihat
dari sikap siswa selama atau proses pembelajaran maupun dari nilai tes yang
diperoleh siswa setelah proses pembelajaran.
Brdasarkan sifat IPA yang empiris, yakni semua di pelajari dalam
IPA didasarkan pada hasil pengamatan tentang alam dan gejala-gelajanya,
dan wacana kejadian lingkungan yang memuat informasi tentang kejadian-
kejadian lingkungan yang berhubungan dengan IPA, bersifat logis dan
realistis, serta mengandung masalah untuk diselesaikan dan dianalisis, namun
wacana kejadian lingkungan ini tidak akan berdaya guna maksimal jika tidak
disertai dengan kemampuan membaca yang baik, maka permanfaatan wacana
kejadian lingkungan sebagai media pembelajaran dapat dijadikn alternative
dalam pembelajaran IPA, namun wacana kejadian lingkungan ini tidak akan
berdaya guna maksimal jika tidak disertai dengan kemampuan membaca yang
baik.
Oleh kerena itu model tugas membaca kreatif pada wacana lingkungan pada
pembelajaran IPA dapat dijadikan alternative pembelajaran IPA sehingga
diperoleh hasil yang lebih baik.

2.9 AKTIVITAS BELAJAR SISWA


Aktivitas merupakan segala tingkah laku siswa pada saat mengikuti
kegiatan belajar mengajar ( Masyruroh,2005:11 ). Aktivitas merupakan
prinsip atas asas yang sangat penting dalam interaksi belajar. Tanpa adanya
aktivitas, proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik,
karena prinsip belajar adalah berbuat, dan setiap orang yang belajar harus
aktif. Jadi aktivitas disini juga berperan dalam menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar.
Aktivitas saat proses pembelajaran berlangsung dapat diketahui
melalui indicator atau gejala-galaja yang tampak, yaitu dalam tingkah laku
selam proses pembelajaran berlangsung. Menurut Joni ( 1984:18 ) dalam
masyruroh, indicator kadar aktivitas siswa diantaranya : (1) tindakan siswa
dalam pembelajaran yang ditunjukkan dengan kesediaan siswa dalam
18

mengeluarkan pendapat maupun balikan, (2) keterlibatan mental siswa dalam


pembelajaran yang ditunjukkan melalui keberadaan siswa dalam tugas.
Berdasarka uraian di atas, maka aktivitas belajar siswa merupakan
segala tingkah laku siswa selama mengikuti kegiata pembelajaran, dapat
diketahui melalui indicator atau gelaja-gejala yang tampak pada saat proses
pembelajaran yang berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar.
Aktivitas yang dimaksud oleh penulis adalam penelitian ini adalah
aktivitas selama kegiatan pembelajaran dengan model tugas membaca kreatif
(TMK) pada wacana lingkungan dala pembelajaran yang meliputi : (1)
kesiapan siswa dalam mengikuti PBM, (2) keaktifan siswa dalam
memperhatikan penjelasan dari guru, (3) keaktifan siswa dengan teman
selam diskusi kelompok, (4) keaktifan siswa dalam diskusi kelas.

2.10 KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN


Menurut Sudjana ( 1989:35), proses belajar mengajar dikatakan
efektif jika memenuhi kriteria-kriteria keberhasilan belajar mengajar. Kriteria
di sini dimaksudkan sebagai ukuran atau patokan dalam menentukan tingkat
keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Menurut Usman dalam mu’arifah
( 2005:18) dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif sedikitnya adal
lima variable yang menentukan keberhasilan siswa yaitu : (1) melibatkan
siswa secara aktif, (2) menarik minat dan pernahian siswa, (3)
membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individualisme, (5) peragaan
dalam pengajaran.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa
itu bervariasi. Aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran ini adalah
aktivitas memperhatikan penjelalsan, aktivitas bertanya, aktivitas memberi
bantuan penjelasan kepada teman, dan aktivitas siswa dalam kesimpulan dan
menjawab pertanyaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran, guru
harus menentukan terlebih dahulu model yang cocok untuk diterapkan dalam
materi yang disampaikan.
19

Model pembelajaran memiliki peranan yang sangat menentukan


dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan model yang tepat dan
sesuai dengan karakter siswa yang diajar akan meningkatkan prestasi belajar
siswa. Menurut Sudjanan ( 1990:59). Keefektifan berkenaan dengan jalan,
upaya, tehnik dan srategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara cepat
dan tepat. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran dikatakan efektif, jika setelah mengikuti proses belajar
mengajar, dengan hasil belajar siswa yang meningkat serta dapat dibuktikan
secara kwantitatif dari hasil anallisa.

Anda mungkin juga menyukai